• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Dari perhitungan yang diperoleh didapat pasokan air bersih di Kecamatan Medan Sunggal masih lebih dari cukup. Ini disebabkan karena IPA Sunggal dipruntukan tidak hanya melayani kebutuhan air bersih di daerah pelayanan Medan Sunggal saja, namun juga daerah pelayanan di kecamatan-kecamatan kota medan lainnya. Maka dari itu masih diperlukan studi yang lebih spesifik mengenai hubungan antara produksi air bersih di IPA sunggal dengan kebutuhan air besih di daerah pelayanan Kecamatan Medan Sunggal.

2. Pemodelan dengan EPANET 2.0 dapat membantu keputusan manajerial dalam setiap kasus yang mungkin terjadi di lapangan. Untuk mendapatkan situasi yang lebih sesuai dengan kenyataan dan semakin mendekati kondisi sebenarnya perlu dilakukan pengembangan programing yang lebih intens. Bagaimanapun, software hanyalah sebuah program bantu analisis, sementara keadaan sebenarnya dilapangan merupakan keadaan yang sangat kompleks dan peluang setiap kejadian yang dimodelkan dapat terjadi secara acak dan tidak mudah ditebak. Maka dari itu kondisi lapangan sangat penting untuk dijadikan patokan dlama melaksanakan perhitungan

3. Sistem jaringan pendistribusian air yang baik adalah mengalirkan air dengan debit dan pressure yang cukup, serta melaksanakan pengendalian program jaringan pipa, dengan memperhatikan hal hal berikut

a. Pengaliran air harus senantiasa dikendalikan secara terpadu, sehingga tekanan dan debit di daerah pelayanan lebih kurang akan sama.

b. Bila tekanan dan debit terlalu tinggi, maka kebocoran air akan sering terjadi, idealnya air maksimum yang baik di jaringan pipa adalah 4,00 kg/cm2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Pelayanan Air Bersih Di Kota Medan

Tinjauan pelayanan air bersih di kota Medan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadiyang merupakan Badan Usaha Milik Daerah Propinsi

Sumatera Utara yang telah berdiri pada zaman pemerintahan Belanda pada 23 September 1905 dengan nama NV. Waterleiding Maatschppij Ayer Beresih dan berkantor Pusat di Amsterdam, negeri Belanda.

Gambar 2.1 Lokasi Kota Medan

Meskipun telah melalui zaman penjajahan Belanda dan Jepang selanjutnya memasuki masa kemerdekaan Republik Indonesia Perusahaan ini masih mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara berkelanjutan.

Status dan nama perusahaan telah berganti ganti dan berdasarkan peraturan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No : 11 tahun 1979 yang berpedoman kepada Undang Undang No : 5 tahun 1962 telah ditetapkan nama dan status Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi adalah milik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Setelah ditetapkan melalui Perda No : 11 Tahun 1979 dan disempurnakan lagi dengan Perda Propinsi Sumatera Utara No : 25 tahun 1985, selanjutnya disempurnakan dengan Perda No : 6 tahun 1991 dilaksanakanlah perubahan pertama Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mengatur bahwa Perusahaan Daerah Air Munum Tirtanadi selain mengelola air bersih juga mengelola air limbah.

PDAM Tirtanadi telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan, sebagai gambaran bahwa pada tahun 2013 jumlah pelanggan telah mencapai sebanyak 444.215 sambungan atau sebesar 53,1% dari jumlah penduduk pada wilayah pelayanan Sumatera Utara, sedangkan cakupan pelayanan khusus wilayah Kota Medan dan sekitarnya sudah mencapai sebesar 70,5%.

Besarnya ketergantungan masyarakat akan air bersih membuat PDAM Tirtanadi menjadi semakin terpanggil untuk dapat melaksanakan visi dan misi yang diemban sebagai mana mestinya. Kapasitas produksi air bersih yang dihasilkan sampai pada akhir tahun adalah 6.419 liter/detik termasuk 400 liter/detik yang diproduksi PT. Tirta Lyonnaise Medan (LTM) sebagai mitra kerja dalam mensupply air bersih. Sumber air baku yang digunakan yakni, air permukaan (sungai, danau dan waduk), mata air dan air tanah (sumur dalam).

Pendistribusian ke pelanggan berlangsung penuh selaa 24 jam per hari, dengan tingkat kehilangan air (losses) rata-rata sebesar 30,0% selama tahun 2013.

2.1.1 Data Cakupan Pelayanan

Dalam upaya meningkatkan kualitas dan cakupan wilayah pelayanan air bersih di Propinsi Sumatera Utara, sejak 17 Juli 1999, telah dilakukan kerjasama dengan 7 daerah kabupaten berbentuk Kerjasama Operasional selama 25 tahun. Dengan adanya kerjasama tersebut maka wilayah PDAM menjadi :

1. Kota Medan, Berastagi dan Sibolangit (444.215sambungan)

2. Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Lubuk Pakam, Perbaungan, Tanjung Morawa, Tembung, Batang Kuis dan Pantai Cermin (9.516 sambungan)

3. Kabupaten Tapanuli Selatan (8.581 sambungan)

4. Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Kecamatan Pandan (1.837 sambungan) 5. Kabupaten Nias yaitu Kota Gunung Sitoli dan Telik Dalam (4.172

sambungan)

6. Kabupaten Mandailing Natal (855 sambungan)

7. Kabupaten Simalungun yaitu Kota Prapat (3.509 sambungan) 8. Kabupaten Toba Samosir (3.107 sambungan)

2.1.2 Data Sistem Kapasitas dan Hidrolis a. Sistem Kapasitas Produksi

Kapasitas terpasangan saat ini untuk wilayah pelayanan tingkat 1 4.300 l/d meliputi 5 sumber :

1. Mata Air Sibolangit dengan sumber dari beberapa bronkaptering 600 l/d. 2. IPA Sunggal dengan sumber air baku dari sungai Belawan 1.800 l/d. 3. IPA Deli Tua dengan sumber air baku dari sungai Deli 1.400 l/d. 4. IPA Belumai dengan sumber air baku dai sungai Belumai 400 l/d. 5. Sumur bor di Belawan 50 l/d.

Sedangkan untuk wilayah pelayanan operasi tingkat 2 kapasitas terpasangnya adalah 673 l/d meliputi 8 sumber yaitu :

1. Mata air di Berastagi sebesar 70 l/d

2. IPA Sungai Ular dan sumur bor di Deli Serdang sebesar 180 l/d. 3. Mata air di Parapat sebesa 58 l/d.

4. IPA Toba Samosir sebesar 75 l/d.

5. Mata air di Tapanuli Tengah sebesar 49 l/d.

6. IPA Gunung Sitoli dan Teluk Dalam di Nias sebesar 45 l/d. 7. Mata air Tapanuli Selatan sebesar 168 l/d.

8. IPA Mandailing Natal 25 l/d.

b. Sistem Hidrolis

Sistem hidrolis yang mendasar bahwa seluruh jaringan transmisi dan distribusi terinterkoneksi dan dioperasikan secara balance system antara produksi dan reservoir. Pelaksanaan pengaturan waktu pemompaan booster di reservoir, dalam

hal ini pemompaan dari produksi bekerja 20 jam dan aliran dari mata air sibolangit, sehingga aliran minimum pada malam hari hanya dari reservoir utama. Jaringan perpipaan dibagi atas 2 sistem hidrolis, dimana sampai dengan bulan September Jaringan perpipaan dibagi atas 2 sistem hidrolis, dimana panjangnya mencapai :

1. Jaringan transmisi (200 – 1000 mm) : 481,5 km 2. Jaringan distribusi (<200 mm) : 2.186,5 km

c. Sistem Non Hidrolis Sistem non hidrolis:

1. Reservoir sebagai penampung air untuk menyeimbangkan (balance system) kondisi pemakaian air pada jam jam puncak.

2. Pemompaan dari produksi maupun pompa booster di reservoir bekerja dengan jadwal operasional.

3. Peralatan kontrol hidrolis seperti katup katup operasi, interkoneksi dan pengamanan, maupun peralatan pembacaan tekanan dan aliran.

4. Sumber daya listrik sebagai alat utama penggerak motor pompa, peralatan penunjang lainnya.

5. Peralatan dan fasilitas penunjang operasi dan pemeliharaan system jaringan transmisi dan distribusi.

Lokasi kajian berbentuk empat segi panjang dengan luas wilayah 15,44 km2, secara administrasi kawasan kajian ini terletak pada Kecamatan Medan Sunggal dengan batas :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan MedanSelayang

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Gambar 4.3 Peta Pelayanan PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal

Terhadap Kota Medan, lokasi kajian yang berada pada Kecamatan Medan Sunggal dengan luas kecamatan15,44 Km2, memiliki persentase sebesar sebesar 0.44% terhadap luasan luas kota Medan 256,10 Km2, sumber air minum masyarakat dikecamatan ini dilayani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal dengan jumlah pelanggan untuk tahun 2014 sejumlah 23.435 NPA, selebihnya masyarakat menggunakan air sumur. Mengingat luasnya wilayah dan keterbatasan waktu dan dana untuk membahas semua wilayah, maka penulis membatasi masalah dengan mengambil studi kasus di “Perumahan Graha Sunggal”.

2.2 PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi cabang Sunggal adalah sebuah perusahaan yang mengelola dan mensuplai kebutuhan air bersih untuk wilayah kecamatan Medan Sunggal. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, PDAM Tirtanadi cabang Sunggal terus melakukan perbaikan pelayanan dengan meningkatkan kualitas air yang dikirim, menambah jumlah kapasitas produksi dan juga melalui perbaikan- perbaikan sistem jaringan distribusi.

Gambar 2.1 Denah PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal

Sistem jaringan distribusi yang diterapkan oleh PDAM Tirtanadi cabang Sunggal adalah "Sistem Jaringan Tertutup". Air yang didistribusikan berasal dari beberapa sumber mata air, instalasi pengolahan air (IPA) dan sejumlah sumur dalam yang tersebar diseluruh wilayah Kecamatn Medan Sunggal. Dengan sistem jaringan tertutup tersebut PDAM Tirtanadi cabang Sunggal berharap dapat

mendistribisikan air bersih secara merata dan seimbang diseluruh lokasi jaringan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Air bersih dari sumber-sumber tersebut ada yang langsung didistribusikan kepada pelanggan dan ada pula yang ditampung kedalam reservoir-reservoir sebagai pusat penampungan air sementara untuk menjaga air yang didistribusikan agar tetap berada pada tekanan tertentu.

2.3 Definisi dan Persyaratan Air Bersih 2.3.1 Definisi Air Bersih

Air adalah zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Semua air biasanya tidak bersih sempurna, selalu mengandung senyawa pencemar. Bahkan tetes air hujan mengandung debu dan karbondioksida waktu jatuh ke bumi. Keberadaan air berhubungan dengan siklus hidrologi. Air yang bergerak dengan siklus hidrologi akan bersentuhan dengan bahan baku atau senyawa lain, sehingga tidak ada air yang benar-benar murni. Air tanah yang mengalir ke permukaan tanah membawa zat padat terlarut, air hujan yang mengalir melalui permukaan tanah membawa zat-zat penyebab kekeruhan dan zat organik, seperti juga bakteri patogen. Pada air permukaan partikel-partikel mineral air yang terlarut akan tetap tidak berubah tetapi zat organik diuraikan secara kimia dan mikrobiologi dan pengendapan di danau atau sungai-sungai yang mempunyai kecepatan rendah menyebabkan hilangnya zat padat yang melayang dan bakteri patogen akan mati karena kurangnya makanan. Walaupun demikian kontaminasi baru terhadap air permukaan akan terjadi akibat adanya air buangan dan pertumbuhan alga yang menjadi sumber makanan untuk organisme.

Air permukaan terdiri dari air sungai dan air danau. Air sungai adalah air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan mengalir melawati daerah aliran sungai. Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari daerah aliran sungai sebelahnya oleh suatu pembagi atau punggung bukit yang dapat ditelusuri padapeta topografi. Air danau adalah air permukaan berasal dari air hujan atau air tanah yang keluar ke permukaan tanah dan terkumpul pada suatu titik yang relative rendah dan cekung. Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air.

Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pemakaian air. Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil. Kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, mencuci, memasak, dan peralatan lainnya jauh lebih besar. Kebutuhanyang demikian akan berbeda dari satu rumah tangga dengan rumah tangga yang lainnya, tergantung dari fasilitas air minum yang mereka punya. Dilain pihak, dalam keadaan surplus air, kebutuhan air akan berangsur-angsur meningkat sampai tercapai pemenuhan kebutuhan yang memuaskan.

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.

416/Menkes/PER/IX/1990, Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 3 dari 41)

2.3.2 Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 4-5 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.

2. Persyaratan kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

3. Persyaratan bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yangmengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.

4. Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak bolehmengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma

2.3.3 Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

2.3.4 Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa

harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

2.3.5 Persyaratan Tekanan Air

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22mka (setara dengan gedung 6 lantai).

Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.

2.4 Bagian-bagian Sarana Air Bersih 1. Bak Penampung

Gambar 2.2 Bak Penampung

a. Bak penampung berfungsi sebagai penampung/penyimpanan air untuk problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber air, juga dapat memperbaiki mutu air melalui pengendapan, bak ini dapat pula berfungsi sebagai pelepas tekan.

b. Semua sudut dinding dibuat lengkung untuk memudahkan pembersihan. c. Pipa keluaran (Outlet) ke pipa transmisi harus dipasang kira-kira 5/20 cm

diatas lantai bak dan harus memakai saringan.

d. Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi daripada pipa masukan. Pipa peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa, danharus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran maksimum yang sudah diperhitungkan. (minimal 50 mm)

e. Atap/plafon bak harus mempunyai kemiringan yang cukup, sehingga air hujan tergenang di atasnya dan harus mempunyai lubang (Manhole) yang

2. Bak Penangkap Air

Gambar 2.3 Bak Penangkap Air a. Bak penangkap air berfungsi sebagai perlindungan air

b. Direncakan sederhana ekonomis dan bebas dari pencemaran.

c. Disarankan menggunakan beton campuran 1pc : 2ps : 3 kr karena bersif kedap air.

d. Tinggi maksimal bangunan didasarkan pada tinggi muka air maksimum ditambah ruang / tinggi bebas minimal 50 cm.

e. Bak penangkap air di lengkapi dengan pipa pengumpul air 3. Pipa Transmisi

Suatu jaringan yang berfungsi membawa air baku dari sumber ke lokasipengolahan dan atau dari bangunan pengumpul ke titik awal jaringan distribusi.

4. Pipa Distribusi

Gambar 2.5 Pipa Distribusi

Suatu jaringan perpipaan yang berfungsi mengalirkan air bersih dari titik akhir pipa transmisi menuju daerah pelayanan.

5. Jembatan Pipa

Gambar 2.6 Jembatan Pipa

Konstruksi jembatan pipa yang biasa digunakan untuk air bersih dapat memberikan beda ketinggian yang kecil, yang dapat mengurangi tekanan yang terjadi didalam pipa. Hal ini diharapkan umur konstruksi jaringan pipa akan

semakin tinggi. Dari rumus Hazzen William bila besar maka debit air yang tersuplai akan semakin besar. Jenis konstruksi untuk jembatan pipa:

a. Tiang rangka beton pasangan batu kali b. Tiang beton cover pasangan bata c. Konstruksi tiang beton

d. Konstruksi tiang kayu

6. Reservoir

Gambar 2.7 Reservoir a. Kapasitas Reservoir Distribusi

Reservoir distribusi diperlukan untuk menyimpan air akibat adanya variasi pemakaian yang terjadi selama 24 jam. Kapasitas reservoir distribusi ini direncanakan sebesar 10/20% dari Kebutuhan air harian rata - rata.

b. Penempatan Reservoir

Reservoir distribusi ditempatkan di lokasi yang relatif paling tinggi di Daerah perencanaan yang bersangkutan dan sebisa mungkin terletak di Pusat atau yang paling dekat dengan daerah pelayanan.

c. Konstruksi Reservoir

Konstruksi Reservoir direncanakan berdasarkan standar-standar yang berlaku di Indonesia. Konstruksi yang biasa di gunakan adalah konstruksi Baja. Reservoir ini harus tertutup untuk mencegah masuknya kotoran ke dalamnya. d. Perpipaan Reservoir

Pada reservoir ini harus dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri dari pipa inlet, outlet, overflow (peluap) dan blow out (penguras) serta dilengkapi pula dengan lubang manhole dan ventilasi. Perencanaan Ground Reservoir mempertimbangkan paket standar yang digunakan Departemen Permukiman Prasarana Wilayah. Namun, konsultan

7. Asesories Pipa a. Water Meter

Gambar 2.8 Water Meter

Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang mengalir dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan

1. Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water meter induk

2. Water meter yang dipasang pada zona pelayanan tertentu biasanya disebut dengan water meter zoning

3. Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water meter pelanggan. Pemasangan water meter induk biasanya dilengkapi dengan chamber guna menghindari gangguan dari luar dan dilengkapi bypass dengan maksud jika water meter tersebut rusak atau ada gangguan air dapat dialirkan memalui bypass.

b. Pressure Gauges

Gambar 2.9 Pressure Gauge

Pressure Gauges berfungsi untuk mengatur tekanan air yang ada di dalam pipa. Pressure gauges biasanya dipasang pada:

a) Rumah pompa, untuk kontrol bekerjanya pompa agar sesuai.

b) Pada bak pelepas tekan dan perlengkapan kontrol debit lainnya dengan system gravitasi, fasilitas pelengkap untuk pemeriksaan kondisi peralatan .

c. Katup Isolasi

Gambar 2.10 Katup Isolasi

Katup isolasi menggunakan standard gate valve. Katup butterfly mempunyai katup yang lebih kecil dan mudah dioperasikan, tetapi bila tidak dapat ditempatkan maka gate valve yang dipergunakan. Pada pipa induk dengan aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve dengan penutupan lambat agar dapat melindungai (mengurangi) gelombang air (water hammer).

Regulating Valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu dikontrol. Katup ini merupakan jenis Disc-valve atau Butterfly valves. Disc-valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi pada bak pelepas tekan dipergunakan Butterfly valves.

d. Wash Out

Wash out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada profil memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti perlintasan sungai dan sebelum bak pelepas tekan daripada keadaan dimana terdapat ujung ata uakhir dari pipa cabang.Pada sistem distribusi dipasang pada setiap titik terendah untuk semua diameter pipa distribusi lebih besar dari 25 mm, dengan maksimum jarak sebesar 2 km.

Gambar 2.11 Wash Out

2.5 Model Jaringan Distribusi Air 2.5.1 Pengertian Model Secara Umum

Model bisa diartikan sebagai penggambaran sesuatu sehingga kita menjadi lebih jelas memahaminya. Di dalam model ada istilah simulasi, validasi, error (kesalahan). Simulasi adalah mencoba-coba berbagai alternatif, untuk melihat perubahan dan hasil yang terbentuk. Misalnya kita tidak menyukai letak pintu di depan, maka kita bisa mencobanya di samping kiri, disamping kanan, dan seterusnya. Bisa dibayangkan jika coba-coba tersebut dilakukan pada bangunan sesungguhnya (bukan model), betapa repot dan mahalnya coba-coba itu.

Bagaimanapun model adalah tiruan. Kita ingin menyerupai yang asli.

Dokumen terkait