• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis penulis terhadap penerapan akuntansi pendapatan pajak berbasis akrual di Indonesia dan hasil pembandingan dengan penerapan akuntansi akrual di dunia internasional maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Agar pemerintah dan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menerbitkan peraturan dan bulletin teknis tentang akuntansi berbasis akrual sebagai dasar pembuatan laporan keuangan berbasis akrual.

2. Perlunya dilakukan sosialisasi yang lebih intens tentang PP 71 tahun 2010 untuk meningkatkan pemahaman pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah berbasis akrual.

3. Pemerintah agar menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas secara optimal dan siap dalam penerapan akuntansi berbasis akrual sehingga akan menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Pemerintah juga agar menyiapkan teknologi dan sistem informasi yang memadai agar data yang dibutuhkan dalam penyajian pendapatan perpajakan

khususnya, dan laporan keuangan pada umumnya menjadi lebih akurat, lebih bisa dipertanggungjawabkan dan dapat diperoleh dengan waktu yang cepat. 5. Untuk pelaksanaan praktis akuntansi pendapatan perpajakan secara akrual,

pemerintah dapat mengadopsi praktek yang telah terjadi di dunia internasional, misalnya Australia yang telah lebih dulu menggunakan basis akrual dalam akutansi pendaptan perpajakan mereka.

6. Agar Direktorat Jenderal Pajak selaku otoritas pajak (fiskus) dan entitas yang akan melaporkan pendaptan perpajakan mulai untuk menginventarisir jenis- jenis transaksi yang mungkin terjadi dalam pengakuan dan pencatatan pendapatan perpajakan mengingat keterbatasan yang terdapat dalam skripsi ini. Dalam praktek perpajakan secara keseluruhan masih terdapat transaksi- transaksi yang tidak diakomodir dalam penelitian ini karena keterbatasan data dan sumber daya. Misalnya pencatatan penyitaan, pelelangan barang yang disita, penghapusan piutang pajak, dan transaksi lain yang berhubungan dengan pajak internasional. Oleh karena itu sudah selayaknya Direktorat Jenderal Pajak menginventarisir jenis-jenis transaksi tersebut serta permasalahan yang mungkin akan dihadapi.

7. Perlu ditingkatkannya perkuliahan terkait akuntansi pemerintahan dan akuntansi sektor publik, mengingat besarnya kebutuhan pemerintah dan sektor publik akan SDM yang mumpuni dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. Tri Abdiawan.dkk. 2012, “International Accounting Issues and Practices-Accrual Based Accounting”, bramastia.candra@gmail.com (29 September 2012)

Australian Taxation Office, 2010. Appendix 18: Australian Taxation Office Financial Statement 2009-10, Commisioner Of Taxation, Australia. (diakses dari www.ato.gov.au)

Australian Government Budget 2007-08, 2007. Appendix E: Taxation revenue

recognition

6 Desember 2012)

Brotodihardjo, R Santoso, 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi keempat, Refika Aditama, Bandung.

Departemen Keuangan RI, 2009. Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP), Jakarta. _______ , 2009. Modul Standar Akuntansi Pemerintahan, Program Percepatan

Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP), Jakarta.

Direktorat Jenderal Pajak, 2011. Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak TA-2011 Audited, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta (diakses dari

Fajri, Nida Laelya, 2012. “Akuntansi Sektor Publik di New Zealand”,

Halim, Abdul, 2008. Akuntansi Sektor Publik; Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.

International Public Sector Accounting Standards Board, 2011. Transition to the Accrual Basis of Accounting:Guidance for Public Sector Entities- Third Edition, International Federation of Accountants, New York. (diakses dari www.ifac.org)

_______ , 2006. International Public Sector Accounting Standard (IPSAS) No 23- Revenue From Non Exchange Transactions (Taxes and Transfers), International Federation of Accountants, New York. (diakses dari www.ifac.org)

Khan, Abdul and Stephen Mayes, 2009. “Transition to Accrual Accounting”, blog-pfm.imf.org/files/fad-technical-manual-2.pdf (diakses 5 Desember 2012) KPP Pratama Medan Kota, 2011. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Tahun 2011, KPP Pratama Medan Kota, Medan.

_______ , 2011. Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 Tahun Anggaran 2011, KPP Pratama Medan Kota, Medan.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2006. Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia-Bahan Bahasan Untuk Limited Hearing, KSAP, Jakarta. (diakses dari Kurniawan, Validita, 2012. “Analisis Akuntansi Pendapatan Pajak Penghasilan

Pasal 25 Dalam Rangka Implementasi Basis Akrual Studi Kasus: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah Dua”, September 2012)

Manihuruk, Wiston, 2011. “Penetapan dan Ketetapan Pajak”, (diakses 11 Desember 2012)

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik, Edisi IV, Penerbit Andi, Yogyakarta. Mulyana, Budi. “Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-Negara Lain: Tren di

Negara-Negara Anggota OECD”, http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10/ Akuntansi-berbasis-akrual.pdf (diakses 5 Desember 2012)

New Zealand Treasury, 2011. Financial Statements of The Government of New Zealand for the year ended 30 June 2011, The Treasury, New Zealand. (diakses dari

Pemerintah Republik Indonesia, 1983. Undang-Undang Nomor No.6 Tahun 1983 stdtd Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Jakarta.

_______ , 1983. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 stdtd Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Jakarta.

_______ , 1983. Undang-Undang Nomor No.8 Tahun 1983 stdtd Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Jakarta.

_______ , 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 stdtd PMK No 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Jakarta.

_______ , 2007. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 148 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Modul Penerimaan Negara, Jakarta.

_______ , 2007. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor 65/PB/2007 tentang Tata Cara Pengembalian Pendapatan dan/atau Penerimaan dan Koreksi Pembukuan Penerimaan, Jakarta.

_______ , 2009. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor 62 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan, Jakarta.

_______ , 2009. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE No 66/PJ/2009 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.

_______ , 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta.

_______ , 2010. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor 05/PB/2010 tentang Pelaksanaan Rekonsiliasi dan Pelaporan Realisasi Anggaran Pendapatan Sektor Perpajakan Pada Sistem Akuntansi Instansi, Jakarta.

_______ , 2011. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak,

Jakarta.

Prasetya, Dana http://danang651.wordpress.com/2010/03/26/ kajian- pengakuan-pendapatan-akuntansi-akrual-pemerintah-pusat/ (diakses 7 Desember 2012)

Prastowo, Yustinus, 2010. Panduan Lengkap Pajak, Raih Asa Sukses, Jakarta. Pratiwi, Ayudhia Indah.dkk. 2012, “Transisi Penerapan Akuntansi Pemerintah

Berbasis Akrual”, bramastia.candra@gmail.com(29 September 2012)

Rakhman, Azwar.dkk. 2012, “Penyajian LKPP berdasarkan SAP Berbasis Akrual”, bramastia.candra@gmail.com(29 September 2012)

Rusmana, Oman dan Esti Saraswati, “Conversion Of Local Government Financial Report (LKPD) Cash Toward Accrual Basis To Become Acrual Basis (Case Study in Local Government of Cirebon City)”, 1 November 2012)

Rusmana, Oman. 2012, “Bab 13 Konversi LK Basis CTA ke Basis Akrual”,

_______, 2012, “Bab 14 Studi Kasus-Pemerintah Daerah Kota Cirebon”,

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah, 2010. Metode Penelitian: Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Simanjuntak, Binsar H, 2010. “Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Sektor Pemerintahan di Indonesia” =66&kfile=3 (diakses 6 Desember 2012).

Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti, 2004. Asas dan Dasar Perpajakan, Edisi kedua (revisi), Refika Aditama, Bandung.

Suryanovi, Sri. “Kajian Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan Indonesia : Kontroversinya Berdasarkan Perspektif Peraturan Perundang-Undangan”,

(diakses 5 Desember 2012)

Tanjung, Abdul Hafiz, 2012. Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual: Pendekatan Teknis Sesuai PP No.71/2010, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Tazkiyatunnafs, Resna, 2011. “Pengertian dan Tujuan Akuntansi Pemerintah”,

Widjajarso, Bambang. “Penerapan Basis Akrual pada Akuntansi Pemerintah Indonesia:Sebuah Kajian Pendahuluan”, http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/ files/ 2011/10/Akuntansi-berbasis-akrual.pdf (diakses 5 Desember 2012)

_______ , 2010. “Basis Akrual Akuntansi & Penganggaran Pemerintah : Kasus Beberapa Negara”,

Yogyantoro, Anugerah Endrawan.dkk. 2012, “Pengakuan Pendapatan Berdasarkan PP 71 Tahun 2010, IPSAS, dan Prakteknya di New Zealand”, bramastia.candra@gmail.com(29 September 2012)

Lampiran I

Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

Kas Menuju Akrual Akrual

5. Penyusutan Aset Tetap

Tidak diuraikan dalam kerangka konseptual

1.Penyusutan Aset Tetap

Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa asset tertentu seperti tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset dilakukan penyesuaian nilai (Paragraf 16)

6. Entitas Akuntansi

Belum ada uraian mengenai Entitas Akuntansi

2.Entitas Akuntansi

Entitas akuntnasi merupakan unit pada pemerintah yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya (Paragraf 21) 7. Entitas Pelaporan

Entitas pelaporan meliputi: a. Pemerintah pusat b. Pemerintah daerah; dan

c. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya yang diwajibkan menyajikan LK menurut peraturan perundang-undangan

3.Entitas Pelaporan

Entitas pelaporan merupakan unit pemerintah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib

menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa

laporan keuangan yang terdiri dari: a. Pemerintah pusat

b. Pemerintah daerah

c. Masing-masing kementeriang Negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat d. Satuan organisasi di lingkungan

pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan

Kas Menuju Akrual Akrual

satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan (paragraph 22)

8. Peranan Laporan Keuangan

Pelaporan diperlukan untuk kepentingan :

• Akuntabilitas

• Manajemen

• Transparansi

• Keseimbangan antar generasi (paragraf 22)

4.Peranan Laporan Keuangan

Pelaporan diperlukan untuk kepentingan :

• Akuntabilitas

• Manajemen

• Transparansi

• Keseimbangan antar generasi

• Evaluasi kinerja (paragraf 25)

9. Komponen Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pokok :

• LRA

• Neraca

• LAK

• CaLK (paragraf 25)

Laporan yang Bersifat Optional:

• Laporan Kinerja Keuangan

• Laporan Perubahan Ekuitas (paragraf 26)

5.Komponen Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pokok :

• LRA

• Laporan Perubahan SAL

• Neraca

• Laporan Operasional (LO)

• LAK

• Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

• CaLK (paragraf 28)

Kas Menuju Akrual Akrual 10. Basis Akuntansi

Basis Kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam LRA Basis Akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca (paragraf 39)

6.Basis Akuntansi

Basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas

(paragraf 42)

Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis

kas, maka LRA disusun

berdasarkan basis kas, bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.

(paragraf 44) 11. Unsur Laporan Keuangan

a) LRA • Pendapatan • Belanja • Transfer • Pembiayaan b) Neraca • Aset • Kewajiban

• Ekuitas Dana (ekuitas dana lancar, investasi, dan dana cadangan)

7.Unsur Laporan Keuangan 1.Laporan Pelaksanaan Anggaran

a) LRA

• Pendapatan – LRA

• Belanja

• Transfer

• Pembiayaan

b) Laporan Perubahan SAL

Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Kas Menuju Akrual Akrual c) Laporan Kinerja Keuangan

Laporan realisasi pendapatan (basis akrual) dan belanja (basis akrual) – bersifat OPSIONAL

d) Laporan Perubahan Ekuitas

Kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya – bersifat OPSIONAL e) Laporan Arus Kas

• Penerimaan Kas • Pengeluaran Kas f) CaLK (paragraf 57-77) a) Neraca • Aset • Kewajiban • Ekuitas

b) Laporan Operasional (LO)

• Pendapatan - LO

• Beban

• Transfer

• Pos Luar Biasa

c) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Menyajikan kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan sebelumnya

d) Laporan Arus Kas

• Penerimaan Kas

• Pengeluaran Kas g) CaLK

(paragraf 60-83) 8. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan pendapatan a) Menurut basis akrual

Diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi

b) Menurut basis kas

Diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum negara/daerah atau oleh entitas pelaporan (paragraf 88)

Pengakuan Belanja a) Menurut basis akrual

Diakui saat timbulnya kewajiban atau saat diperoleh manfaat

b) Menurut basis kas

Diakui saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum

8.Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan pendapatan

a) Pendapatan LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi.

b) Pendapatan LRA diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum negara/daerah atau oleh entitas pelaporan

Pengakuan Belanja dan Beban a) Beban diakui saat timbulnya

kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya

penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

Kas Menuju Akrual Akrual Negara/daerah atau entitas pelaporan

(paragraph 89)

b) Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum Negara/daerah atau entitas pelaporan (paragraph 96-97) 9. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal (Paragraf 90)

9.Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan (Paragraf 98)

Sumber : Tanjung (2012,22) : Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual Pendekatan Teknis Sesuai PP No.71/2010

Dokumen terkait