• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan unutk menggunakan motor jenis rotor sangkar.

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan beban yang dipikul motor tidak konstan atau dibuat berubah-ubah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum

Pada umumnya motor induksi tiga fasa merupakan motor bolak-balik yang paling luas digunakan dan berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis berupa tenaga putar. Dari konstruksinya, motor ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang diam dan bergerak. Bagian yang diam disebut juga stator, terdiri dari inti-inti besi yang dipisah oleh celah udara dan membentuk rangkaian magnetik yang menghasilkan fluksi magnet putar, akibat kumparan stator dihubungkan ke sumber tegangan tiga fasa, sedangkan bagian bergerak yang disebut juga rotor, terdiri dari pada kondukor yang dialiri arus, sehingga pada konduktor ini berinteraksi dengan fluksi yang dihasilkan stator yang akan menyebabkan timbulnya gaya. Setiap bagian stator dan rotor masing-masing memiliki terminal masukan. Inputan dari motor induksi ini sendiri adalah tegangan AC yang dihubungkan lewat terminal stator.

Ada dua tipe motor induksi berdasarkan jenis rotornya, yaitu motor induksi tipe rotor sangkar dan tipe rotor belitan. Rotor belitan terdiri atas beberapa lilitan kumparan yang terbuat dari tembaga. Pemilihan pemakaian motor sendiri, ditentukan dari daya mekanis yang dihasilkan oleh motor. Prinsip kerja dari motor ini bersifat induksi, yang mana arus pada rotor tidak didapatkan dari sumber tertentu, melainkan arus yang terinduksi akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dan medan putar yang dihasilkan stator [2].

2.2. Kontruksi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

Konstruksi dari motor induksi tiga fasa rotor belitan dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kontruksi Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan [5]. Pada Motor induksi tiga fasa rotor belitan, terdapat bagian yang memiliki peran penting dalam cara kerja motor induksi. Kedua bagian tersebut adalah stator dan rotor. Berikut sedikit penjelasan mengenai stator dan rotor.

a. Stator

Stator merupakan bagian yang diam dari sutau motor induksi, dan merupakan input dari motor induksi karena pada motor, bagian inilah yang dihubungkan ke sumber tegangan AC. Pada bagian stator terdapat beberapa slot yang merupakan tempat kawat (konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang disebut kumparan stator, yang masing-masing kumparan akan mendapat suplai arus tiga fasa [6]. Saat kumparan stator mendapat suplai tiga fasa, maka akan timbul fluksi magnet pada kumparan tersebut. Yang mengakibatkan rotor berputar karena ada induksi magnet. Tiap kumparan pada motor induksi tiga fasa tersebar dalam jalur-jalur

yang disebut belitan fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120º. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan dan belitan stator dalam cangkang silindris.

Gambar 2.2. Komponen Stator Motor Induksi Tiga fasa

(a) Lempengan inti, (b) Tumpukan inti dengan kertas isolasi padabeberapa alurnya, (c) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

b. Rotor

Rotor merupakan bagian yang bergerak atau berputar pada motor induksi. Rotor belitan terdiri dari kumparan-kumparan lilitan kumparan tembaga. Terminal lilitan rotor dihubungkan dengan cincin slip yang terisolasi dan dipasang pada poros rotor. Rotor tidak dihubungkan secara listrik ke pencatu tetapi mempunyai arus yang dinduksikan ke dalamnya oleh kerja transformator dari stator [7]. Konstruksi rotor belitan ditunjukan pada Gambar 2.3. Pada rotor belitan, cincin slip terhubung ke sebuah tahanan luar (rheostat) yang dapat mengurangi arus start (pengasutan). Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi pengasatun yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibandingkan dengan rotor sangkar.

Gambar 2.3 Konstruksi Rotor Belitan [2].

2.3 Prinsip Kerja Medan Putar [2]

Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang ataupun delta.

Disini akan dijelaskan bagaimana terjadinya medan putar itu, perhatikan gambar 2.4.

Gambar 2.4 Proses terjadinya medan putar [2].

Misalkan kumparan a-a, b-b, c-c dihubungkan tiga phasa, dengan beda phasa masing – masing 120° (gambar 2.4) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi , , sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 2.4. Pada keadaan , , dan fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing masing adalah seperti gambar 2.4 c, d, e dan f. Pada fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk , fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilhan pada saat .

Analisis secara vektor didapat atas dasar:

1) Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar sesuai dengan perputaran sekrup (gambar 2.5.a ).

2) Kebesaran fluks yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang mengalir.

Gambar 2.5 Arah gaya (F) yang ditimbulkan fluks [2].

Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang mengalir pada kumparan a – a, b – b, dan c – c pada Gambar 2.5 yaitu: harga positif, apabila tanda silang (x) terletak pada pangkal konduktor tersebut ( titik a,

b, c ), sedangkan negatif apabila tanda titik ( . ) terletak pada pangkal konduktor tersebut. Maka diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4, dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Vektor resultan F pada keadaan t [2].

2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa [2]

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, Ada beberapa prinsip kerja motor induksi tiga phasa:

1. Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan stator,timbullah medan putar dengan kecepatan ...(2.1)

2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. 3. Akibatnya pada kumparan rotor timbul induksi (ggl) sebesar:

...(2.2)

adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar.

4. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan menghasilkan arus.

5. Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbiulkan gaya (F) pada rotor. 6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F ) pada rotor cukup besar untuk

memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator. 7. Seperti yang telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena

terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi, diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).

8. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (S) dan dinyatakan dengan

) 3 . 2 ...( ... ... ... %... 100 s r s    n n n S

9. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.

10.Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau asinkron.

2.5Rangkaian Ekivalen Motor Induksi 3 Fasa

Operasi dari motor induksi tergantung pada induksi arus dan tegangan di dalam rangkaian rotor yang berasal dari rangkaian stator karena adanya aksi transformator. Karena induksi arus dan tegangan pada motor induksi pada dasarnya sama dengan operasi transformator, maka rangkaian ekivalen motor induksi akan sangat menyerupai rangkaian ekivalen dari transformator. Motor induksi disebut juga sebagai singly excited machine, sebab daya hanya disuplai dari rangkaian stator.

Karena motor induksi tidak memiliki rangkaian medan, maka pada modelnya tidak akan terdapat sumber tegangan internal EA sebagaimana dijumpai pada mesin sinkron.

Rangkaian ekivalen per phasa dari transformator dapat menggantikan operasi dari motor induksi. Sebagaimana halnya pada transformator, maka akan terdapat tahanan (R1) dan induktansi sendiri (X1) pada belitan stator yang direpresentasikan dalam rangkaian ekivalen mesin.

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen motor induksi sebagai model transformator

Tegangan stator E1 dikopel terhadap sisi sekunder ER sebagaimana halnya transformator ideal dengan rasio belitan effektif aeff. Rasio belitan ini dengan

mudah dapat ditentukan pada motor induksi rotor belitan, yang mana pada dasarnya rasio ini merupakan banyaknya konduktor per phasa pada stator terhadap jumlah konduktor per phasa pada rotor. Akan tetapi tidak demikian halnya pada motor induksi sangkar tupai, karena tidak terdapatnya belitan pada rotor motor tersebut. Tegangan ER pada rotor akan menghasilkan arus, karena rangkaian rotornya terhubung singkat.

Impedansi rangkaian primer dan arus magnitisasi dari motor induksi sama halnya dengan komponen - komponen yang dijumpai pada transformator. Hal yang membedakan rangkaian ekivalen tersebut pada motor induksi dikarenakan terdapatnya variasi frekuensi pada tegangan rotor (ER), impedansi rotor RR dan jXR.

Ketika tegangan diberikan pada belitan stator, maka tegangan akan diinduksikan pada belitan rotornya. Pada umumnya, gerak relatif yang lebih besar di antara rotor dan medan putar stator, akan menghasilkan tegangan dan frekuensi rotor yang lebih besar juga. Gerak relatif yang terbesar terjadi saat rotor dalam keadaaan diam atau disebut juga dalam keadaan blocked rotor. Sebaliknya, frekuensi dan tegangan terendah timbul saat rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan kecepatan sinkron, sehingga tidak terdapat pergerakan relatif. Magnitud dan frekuensi tegangan induksi rotor pada saat berputar sebanding dengan slip dari rotornya. Sehingga, besarnya tegangan induksi rotor dalam kondisi rotor terkunci disebut ERO, sedangkan untuk slip pada suatu putaran tertentu dirumuskan dengan :

... (2.4)

...(2.5)

Tahanan dari rotor RR bernilai konstan/ tidak tergantung pada slip, sementara itu pada reaktansi rotor besarnya akan dipengaruhi oleh slip.

Reaktansi dari rotor tergangtung pada induktansi rotor, frekuensi tegangan rotor dan arus pada rotor. Bila induktansi rotor LR, maka reaktansi rotor adalah : XR = ωr LR = 2 π fr LR : fr = sfe Sehingga: XR = 2 π sfe LR = s(2 π sfe LR) ...(2.6) LR = induktansi rotor XRO = reaktansi blok rotor.

Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen rotor motor induksi

Dari gambar 2.7 arus pada rotor dapat ditentukan sebagai :

...(2.7)

...(2.8)

...(2.9)

IR = arus rotor ( A )

ER = tegangan induksi pada rotor ( V ) RR = tahanan rotor ( Ώ )

XR = reaktansi rotor ( Ώ )

Dalam teori transformator, analisa rangkaian ekivalen sering disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang magnetisasi atau dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus magnetisasi yang sangat besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh). Untuk itu dalam rangkaian ekivalen RC dapat diabaikan. Rangkaian ekivalennya adalah seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen motor induksi jika rugi-rugi inti diabaikan

2.6Desain Motor Induksi Tiga Fasa

Standard NEMA pada dasarnya mengkategorikan motor induksi ke dalam empat kelas yakni disain A,B,C, dan D. Karakteristik torsi – kecepatannya dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Karakteristik torsi kecepatan motor induksi pada berbagai desain.

 Kelas A : disain ini memiliki torsi start normal (150 – 170%) dari nilai ratingnya) dan arus start relatif tinggi. Torsi break down nya merupakan yang paling tinggi dari semua disain NEMA. Motor ini mampu menangani beban lebih dalam jumlah besar selama waktu yang singkat. Slip < = 5%

 Kelas B : merupakan disain yang paling sering dijumpai di pasaran. Motor ini memiliki torsi start yang normal seperti halnya disain kelas A, akan tetapi motor ini memberikan arus start yang rendah. Torsi locked rotor cukup baik untuk menstart berbagai beban yang dijumpai dalam aplikasi industri. Slip motor ini < =5 %. Effisiensi dan faktor dayanya pada saat berbeban penuh tinggi sehingga disain ini merupakan yang paling populer. Aplikasinya dapat dijumpai pada pompa, kipas angin/ fan, dan peralatan – peralatan mesin.

 Kelas C : memiliki torsi start lebih tinggi (200 % dari nilai ratingnya) dari dua disain yang sebelumnya. Aplikasinya dijumpai pada beban – beban seperti Universitas Sumatera Utara

 konveyor, mesin penghancur (crusher), komperessor,dll. Operasi dari motor ini mendekati kecepatan penuh tanpa overload dalam jumlah besar. Arus startnya rendah, slipnya < = 5 %

 Kelas D : memiliki torsi start yang paling tinggi. Arus start dan kecepatan beban penuhnya rendah. Memiliki nilai slip yang tinggi ( 5-13 % ), sehingga motor ini cocok untuk aplikasi dengan perubahan beban dan perubahan kecepatan secara mendadak pada motor. Contoh aplikasinya : elevator, crane, dan ekstraktor.

2.7 Torsi dan Putaran Motor Induksi

Sumber tegangan yang disuplai ke motor tidak langsung terhubung ke rotor, melainkan terhubung ke stator dahulu, setelah itu terjadi proses induksi dari stator ke rotor akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar yang dihasilkan oleh arus stator [2]. Sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang masuk ke rotor. Adapun rumusan persamaan dari total daya pada kumparan stator (Pin) adalah sebagai berikut :

cos 3V I1

Pint ... (2.10)

Dimana :

Pin : daya input pada stator (watt) Vt : tegangan sumber (Volt) I1 : arus masukan(Ampere)

θ : perbedaan sudut fasa antara arus masukan dengan tegangan sumber

Pada pengoperasiannya, motor induksi sering mengalami rugi-rugi seperti rugi-rugi inti stator (PC) dan rugi-rugi tembaga stator (PSCL). Dan kedua rugi-rugi ini timbul sebelum daya ditransfer lewat celah udara. Daya yang ditransfer melalui celah udara (PAG) adalah penjumlahan dari rugi-rugi tembaga rotor (PRCL) dan daya yang dikonversi (PCONV). Daya yang melewati celah udara ini disebut daya input rotor [8].

Pag = P SCL + PCONV (Watt)...(2.11)

Pag=

 

 

 

s s R I R I s R I 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 (Watt)...(2.12)

Berikut gambar 2.12 yang menunjukkan Diagram aliran daya motor induksi :

Gambar 2.12 Diagram Aliran Daya [8]. Dimana :

- PC = rugi – rugi inti pada stator (Watt)

- PAG = daya yang ditransfer melalui celah udara (Watt) - PRCL = rugi – rugi tembaga pada belitan rotor (Watt) - PA-G = rugi – rugi gesek + angin (Watt)

- PSLL = stray losses (Watt)

- PCONV = daya mekanis keluaran (output) (Watt)

Berdasarkan rangkaian ekivalen dan diagram aliran daya motor induksi tiga fasa, dapat diturunkan suatu rumusan umum untuk torsi induksi sebagai fungsi dari kecepatan. Berikut persamaan Torsi motor induksi :

m conv ind p T   ...(2.13) atau sync AG ind P T   ...(2.14)

Adapun cara kerja dari timbulnya putaran pada motor induksi sebagai berikut, ketika sumber tegangan dicatu pada stator , maka timbul medan magnet (medan putar). Medan magnet ini berputar dengan kecepatan sinkron disekitar rotor dan memotong konduktor rotor. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, timbullah arus rotor yang menghasilkan medan magnet, yang berusaha untuk melawan medan magnet stator, adanya arus di dalam medan magnet menimbulkan gaya pada rotor yang membuat rotor berputar [2].

Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya “slip/geseran” yang meningkat dengan meningkatnya beban. Umumnya Slip

terjadi pada motor induksi. Pada motor induksi biasanya dipasang cincin/slip ring untuk menghindari slip dan motor tersebut dinamakan “motor cincin geser/slip ring motor”. Berikut adalah persamaan untuk menghitung persentase slip/geseran.

% 100    s r s n n n s dimana

s

n nrs 1 ... (2.15)

2.8 Penentuan Parameter Motor Induksi [8]

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan, dan pengukuran tahanan dc lilitan stator.

2.8.1 Pengujian Tanpa Beban

Pengujian ini untuk mengukur rugi-rugi putaran dan arus magnetisasi. Pada keadaan tanpa beban (beban nol), beban yang dipikul hanyalah rugi-rugi angin dan gesekan. Adapun rangkaian pengujian tanpa beban adalah sebagai berikut:

Gambar 2.13 Rangkaian pengujian tanpa beban motor induksi [8].

Rugi rotor ini dianggap sebagai rugi angin dan gesekan, sedangkan rugi tembaga stator dapat dicari sebagai:

Dimana I1 disini sama dengan Ibn (fasa) dan R1 dicari lewat pengujian tahanan stator arus searah.

Persamaan daya:

Pin (bn) = Pts + Prot ... (2.17) Prot = P1 + Pa&g + rugi rugi lain ... .(2.18) Dimana:

Prot = daya yang hilang akibat adanya putaran (Watt) Pi = rugi inti (Watt)

Pa&g = rugi angin dan gesekan (Watt)

2.8.2 Pengujian Tahanan Stator Arus Searah

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui nilai parameter resistansi stator (primer) R1. Pada pengujian ini kumparan stator dialiri arus searah, sehingga suhunya mencapai suatu nilai yang sama jika motor induksi beroperasi pada kondisi operasi normal (resistansi kumparan merupakan fungsi suhu).

Gambar 2.14. Rangkaian Uji Tahanan Stator Arus Searah Motor Induksi [8]. Pada percobaan ini, jika kumparan stator terhubung bintang (gambar 2.13a), maka arus akan mengalir melewati dua kumparan dengan resistansi

sebesar 2R1, sehingga:

R1

=

... (2.19)

Sedangkan jika terhubung segitiga (gambar 2.14b), maka arus akan mengalir melewati ketiga kumparan tersebut yang besarnya secara ekivalen terlukis pada gambar berikut, dengan resistansi total:

Gambar 2.15 Pengukuran Untuk DC Test [8]. Sehingga:|

atau

R1 =

... (2.20)

Nilai R1 yang didapat hanya merupakan nilai pendekatan, karena padakondisi operasi normal, motor induksi diberikan pasokan tegangan arus bolakbalikyang dapat menimbulkan efek kulit (skin effect) yang mempengaruhi besarnya nilai R1. 2.8.3 Pengujian Rotor tertahan

Pada pengukuran ini rotor dipaksa tidak berputar (nr = 0 sehingga s = 1) dan kumparan stator dihubungkan dengan tegangan seimbang karena slip s = 1 maka harga = R2 karena

|

R2‟ + jX2

|

<<

|

Rc| jXm| maka arus yang melewati

|

Rc

||

jXm|dapat diabaikan sehingga rangkaian ekivalen motor induksi dalam keadaan rotor tertahan atau hubung singkat seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16

Gambar 2.16 Rangkaian rotor ditahan motor induksi [8].

Impedansi perphasa pada saat rotor tertahan (ZBR) dapat dirumuskan sebagai berikut:

ZBR = R1 + R2 + j(X1 + X2) = RBR + jXBR (Ohm) ...(2.21) Pengukuran ini dilakukan pada arus mendekati arus rating motor. Data hasil pengukuran ini meliputi: arus input (I1=IBR), tegangan input (V1=VBR) dan daya input per phasa (PBR=Pin). Karena adanya distribusi arus yang tidak merata pada batang rotor akibat efek kulit harga R2 menjadi tergantung frekuensi. Maka umumnya dalam praktek pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan mengurangi frekuensi eksitasi menjadi fBR untuk mendapatkan harga R2‟ yang sesuai dengan frekuensi rotor pada saat slip ring. Data data tersebut, harga RBR dan XBR dapat dihitung:

RBR =

...(2.22)

2.9 Rating Temperatur dan Metode Pengukuran Temperatur Motor Induksi

Menurut National Electrical Manufacturing Association (NEMA) , temperature rise merupakan naiknya temperatur melebihi temperature ambient. Sementara Temperature ambient itu sendiri adalah temperatur udara yang berada disekeliling motor atau yang sering disebut sebgai suhu ruangan. Total Panas dari motor itulah merupakan jumlah dari temperatur rise dan temperatur ambient. Kelas isolasi temperature pada motor induksi dijelaskan oleh tabel berikut (temperature ambient tidak lebih dari 40 oC) :

Tabel 2.1 Temperature rise for large motors with 1.0 sevice factor

Faktor penyebab rusaknya isolasi winding adalah panas yang berlebih pada motor. Panas berlebih yang berlangsung lama pada lilitan akan menyebabkan stress pada lilitan dan isolasi kawat menjadi rapuh. Jika dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan isolasi pada lilitan akan retak. Jika gejala ini disertai dengan munculnya partial discharge maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat. Berdasarkan penelitian NEMA usia dari isolasi winding akan berkurang setengahnya setiap kenaikan 10 oC dari kondisi normal kerja motor. Akan tetapi jika motor harus beroperasi 40 oC di atas temperature normal maka umur isolasinya menjadi 1/16 dari umur normal yang diperkirakan. Oleh sebab itu motor- motor listrik yang digunakan pada dunia industri menggunakan alat proteksi untuk mengatasi panas lebih pada motor seperti thermal overload relay. Sehingga apabila terjadi overheating pada motor relai akan segera bekerja sehingga dapat meminimalkan kerusakan pada isolasi motor.

Ada beberapa metode dalam menentukan temperature dari motor induksi. Berikut adalah beberapa metodenya [4] :

a. Menggunakan thermometer infrared

Metode ini adalah penentuan suhu dengan sensor suhu, atau dengan thermometer infrared, dengan metode ini instrumen diterapkan pada bagian terpanas dari mesin yang dapat diakses.

b. Mengunakan Embedded Detector

Motor yang menggunakan embedded detector pada lilitannya dapat dimonitor langsung output yang dideteksi pada peralatan. Output temperature yang ditunjukkan adalah temperature terpanas dimana lokasi sensor diletakkan. Perbedaan antara embedded detector dengan thermometer infrared yaitu embedded detector tertanam di lilitan stator motor sedangkan thermometer infrared dapat diletakkan dimana saja bagian motor yang paling panas yang mudah diakses.

c. Mengukur Tahanan Lilitan motor

Metode digunakan untuk motor yang tidak memiliki embedded detector seperti thermocouple atau resistance temperature detectors (RTDs). Kelebihan metode ini yaitu dapat dilakukan tanpa harus membongkar kerangka motor

Penentuan temperature dengan metode ini yaitu dengan membandingkan tahanan lilitan motor pada temperature yang ingin ditentukan (pada saat motor panas) dengan tahanan yang sudah diketahui temperaturnya (temperatureambient). Temperature tahanan yang ingin ditentukan dapat dihitung dengan persamaaan :

Dimana : Tt : Temperatur total lilitan (oC)

Tb : Temperatur pada saat motor dingin (oC)

Rt : Tahanan pada saat motor panas (ohm)

Rb : Tahanan pada saat motor dingin (ohm)

K : 234.5 ( konstanta untuk bahan tembaga ) (oC)

225 ( konstanta untuk bahan aluminium ) (oC)

2.10 Tegangan Kerja

Tegangan kerja (Tegangan Pelayanan) adalah tegangan pada terminal suplai, yaitu yang diukur pada alat pembatas dan pengukur (APP) milik PLN pada pelanggan. Tegangan inilah yang disalurkan ke pelanggan untuk menyuplai perlatan-peralatan sistem tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan. Tegangan kerja (Tegangan pelayanan) ini bervariasi, bisa kurang dari tegangan nominalnya dan juga bisa lebih dari tegangan nominalnya. Menurut SPLN 1 tahun 1995 variasi tegangan yang diizinkan maksimum + 5%, dan minimum -10% dari tegangan nominal [1].

Faktor – faktor yang menyebabkan gangguan pada motor listrik antara lain :

a. Berasal dari alat yang digerakkan b. Dari jaringan suplai

Suplai tegangan yang kurang/rendah dapat menyebabkan kenaikan arus pada beban yang sama, sehingga belitan motor akan mengalami pemanasan lebih. Sementara tegangan yang lebih dapat menyebabkan umur isolasi menurun, bahkan tembusnya kekuatan isolasi. Tegangan turun disebabkan oleh:

a. Overload pada jaringan.

b. Kesalahan operasi pada tap-changer transformator c. Hubung pendek

2.11 Tegangan nominal suatu sistem

Tegangan nominal suatu sistem adalah nilai tegangan yang disandang suatu sistem atau perlengkapan dan kepadanva karakteristik kerja tertentu dari sistem dan perlengkapan itu dirujuk. Biasanya tegangan ini tertera pada nameplate body peralatan yang sudah sesuai spesifikasi pabrik [1].

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam penyaluran tenaga listrik, kualitas tegangan sangatlah penting.

Dokumen terkait