• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melepaskan P yang terakumulasi dalam bentuk sukar ataupun tidak tersedia menjadi bentuk yang

36 tersedia bagi tanaman, baik pada tanah sawah maupun tanah pertanian lahan kering di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

37 DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman A, dan S Sutono. 2005. Teknologi pengendalian erosi lahan berlereng dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Adiningsih S. 2004. Dinamika hara dalam tanah dan mekanisme serapan hara dalam kaitannya dengan sifat-sifat tanah dan aplikasi pupuk. LPI dan APPI, Jakarta.

Adiningsih JS. 1992. Peranan efisiensi penggunaan pupuk untuk melestarikan swasembada pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (Tidak dipublikasikan).

Adiningsih JS, Moersidi, M Sudjadi, dan AM Fagi. 1989. Evaluasi keperluan fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Hal. 63-89 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efesiensi Penggunaan Pupuk. Cipayung, 21 November 1988.

Ardjasa WS, et al. 2000. Peranan mikroba penambat N dan pelarut P dari pupuk hayati E-2001 dalam meningkatkan efektivitas pupuk dan produktivitas padi sawah sistem Tabela dan TOT pada sawah irigasi. Makalah Seminar Nasional Pemanfaatan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Ekoregional Sumatera-Jawa. Bandar Lampung, 22-23 Maret 2000.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Black CA. 1976. Soil Plant Relationships. John Wiley and Sons., Inc., New York.

Biro Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Buckman HO, and NC Brady. 1964. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company. New York.

De Datta SK. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley-Interscience Publication. Jhon Willey & Sons. New York. 618 hlm.

Dobermann A, and T Fairhust. 2000. Rice; Nutrient Disorders and Nutrient

Management. IRRI. Makati City, The Fhilipines. P 191.

Dudal R. 1965. The Problem on The Genesis and Classification of Rice (Paddy)

38 [FAO]. 1998. Word reference base for soil resourch. World Soil Resources

Report 84. Rome: FAO.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. CV Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno S, H Subagyo, ML Rayes. 2004. Morfologi dan klasiikasi tanah sawah. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Hartono A. 2008b. The Effect of Calcium Silicate on The Phosphorus Sorption

Characteristics of Andisols Lembang: Jurnal Tanah dan Lingkungan, 10:

14-19.

Hartono A. 2007. The Effect of Calcium Silicate on The Selected Chemical

Properties and Transformation of Inorganic and Organic Phosphorus in Andisols Lembang. Gakuryo., 13: 87-94.

Hartono A, S Funakawa, dan T Kosaki. 2006. Transformation of Added

Phosphorus to Acid Upland Soil with Different Soil Properties in Indonesia. Soil Sci. Plant Nutr., 52: 734-744.

Hartono A, S Funakawa, dan T Kosaki. 2005. Phosphorus Sorption-desorption

Characteristics of Selected Acid Soils in Indonesia. Soil Sci. plant Nutr.,

51: 787-799.

Havlin JL, JD Beaton, SL Tisdale, and WL Nelson. 2005. Soil and Fertilizers. An

Introduction to Nutrient Management. Seventh Edition. Pearson Education

Inc. Upper Saddle River, New Jersey. P 499.

Hidayat dan Mulyani. 2002. Lahan Kering untuk pertanian dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Kanno I. 1978. Genesis of Rice Soils with Special Reference to Profil

Development. in: Soils and Rice. The International Rice Resarch Institute.

Los Banos, Laguna, Philippines. P.237-254.

Las I, AK Makarim, A Hidayat, AK Karam, dan I Marwan. 1991. Peta agroekologi utama tanaman pangan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Leiwakabessy FM, UM Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Leiwakabessy FM, dan Atang S. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Lindsay WL. 1971. Chemical Equilibria in Soils. John Wiley and Sons, New York.

39 [LPT] Lembaga Penelitian Tanah. 1997. Peta status kadar K tanah sawah Jawa

Madura Skala 1 : 1.000.000. Soil Sci 149: 44-51.

Manuwoto. 1991. Peranan Pertanian Lahan Kering di dalam Pembangunan

Daerah. Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Sistem

Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan. Malang 29-31 Agustus 1991.

Moersidi S, D Santoso, M Soepartini, M Al-Jabri, JS Adiningsih, dan M Sudjadi. 1989. Peta keperluan fosfat tanah sawah Jawa dan Madura. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 6: 24-25.

Mulyani A. 2006. Perkembangan potensi lahan kering masam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Sinar Tani Edisi 24-30 Mei 2006.

Notohadiparwiro T. 1989. Pertanian Lahan Kering di Indonesia: Potensi,

Prospek, Kendala dan Pengembangannya. Lokakarya Evaluasi

Pelaksanaan Proyek Pengembangan Palawija. USAID. Bogor.

Nurjaya, D Nursyamsi, dan A Kasno. 1995. Status hara fosfor dan kalium tanah sawah di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Nursyamsi D, dan Heryadi. 1994. Penggunaan kapur dan pupuk P untuk memperbaiki sifat-sifat tanah Podsolik (Ultisols) pada lahan alang-alang (imperata cylindrica). Makalah dipresentasikan pada Forum Komunikasi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor, 25 November 1994.

Nurwadjedi. 2011. Indeks keberlanjutan lahan sawah untuk mendukung penataan ruang: studi kasus di Pulau Jawa [disertasi]. Bogor; Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Oldeman LR, I Las, and Muladi. 1980. The agroclimatic maps of Kalimantan,

Maluku, Irian Jaya and Bali, West and East Nusa Tenggara. Contributions

No 60, Central Research Institute for Agriculture, Bogor, 32 p.

Olsen SR, and M Fried. 1957. Soil Phosphorus and Fertility, p. 94-100. In Alfred Stefferud (ed) Soil. The Yearbook of Agriculture. USDA.

Purnomo J, Mulyadi, IGP Wigena. 1994. Pengaruh residu pupuk sumber P dan pengelolaan banah orgnik terhadap sifat kimia tanah serta hasil padi dan jagung. Makalah dipresentasikan pada Forum Komunikasi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor, 25 Juni 1994.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Klasifikasi kesesuaian lahan.

Rachim AD, dan Suwardi. 1999. Morfologi dan klasifikasi tanah. Bogor: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

40 Radjagukguk B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Masam di Indonesia dalam Prosiding Seminar Alternatif-alternatif Pelaksanaan Program Pengapuran Tanah-Tanah Mineral Masam di Indonesia. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Bull. 18: 15-43.

.

Rochayati S, JS Adiningsih. 2002. Pembinaan dan pengembangan program uji tanah untuk hara P dan K pada lahan sawah. Hlm. 15 dalam Pengelolaan Hara P dan K pada Padi Sawah. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Rochayati S, Mulyadi, dan JS Adiningsih. 1990. Penelitian efisiensi penggunaan pupuk di lahan sawah. Hal. 107-143 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua, 12-13 November 1990.

Rukmana R. 1995. Teknik pengelolaan lahan berbukit dan kritis. kanisius. Jakarta.

Sanchez PA. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 1. ITB. Bandung.

Satari G, Sadjad S, dan Sastrosoedardjo. 1977. Pendayagunaan tanah kering

untuk budidaya tanaman pangan menjawab tantangan tahun 2000.

Kongres Agronomi, Perhimpunan Agronomi Indonesia. Jakarta.

Satari G. 1987. Peranan fosfor dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Hal. 13-20 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Situmorang R dan U Sudadi. 2001. Bahan Kuliah Tanah Sawah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tan KH. 1968. The genesis and characteristics of paddy soil in Indonesia. Soil sci. plant Nutr. 14(3): 117-121.

Tisdale SL, JL Havlin, JD Beaton, and WL Nelson. 1999. Soil Fertility and

Fertilizer 6th Ed. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Tisdale SL, and WL Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Collier Mc Millan Publ. London.

Utomo M. 2002. Pengelolaan Lahan Kering untuk Pertanian Berkelanjutan. Makalah utama pada Seminar Nasional IV pengembangan wilayah lahan kering dan pertemuan ilmiah tahunan himpunan ilmu tanah Indonesia di Mataram, 27-28 Mei 2002.

[USDA] United States Departement of Agriculture. 2010. Keys to Soil Taxonomy. 10th ed. Natural Resources Conservation Service.

41

42 Tabel Lampiran 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai

Penelitian Tanah (2009)

Parameter Tanah

Nilai sangat

rendah rendah sedang tinggi

sangat tinggi C-total (%) < 1 1-2 2-3 3-5 > 5 N-total (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75 Nisbah CN < 5 5-10 11-15 16-25 > 25 KTK (me/100g) < 5 5-16 17-24 25-40 > 40 Cadd (cmol kg-1) < 2 2-5 6-10 11-20 > 20 Mgdd (cmol kg-1) < 0,4 0,4-1 1,1-2,0 2,1-8,0 > 8 Nadd (cmol kg-1) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 > 1,0 KB (%) < 20 20-40 41-60 61-80 > 80 sangat masam masam agak masam netral agak alkalin Alkalin pH (H2O) < 4,5 4,5-5,5 5,5-6,5 6,5-7,5 7,6-8,5 > 8,5

43 Tabel Lampiran 2. Titik koordinat Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Sawah di

Pulau Jawa

Nama Lokasi Lokasi Elevasi

(m) S E Karawang 06°16' 25.0" 107°17' 08.7" 31 Jatisari 06°21' 26.4" 107°32' 36.9" 45 Pamanukan 06°16' 43.4" 107°50' 39.2" 22 Indramayu 06°24' 57.7" 108°16' 33.2" 23 Palimanan 06°40' 52.3" 108°25' 32.6" 28 Cicalengka 07°06' 07.3" 108°06' 09.6" 785 Cikarawang 06°33' 05.1" 106°44' 22.4" 195 Brebes 06°52' 32.5" 109°03' 46.6" 19 Suradadi 06°52' 24.2" 109°15' 02.0" 23 Batang 06°58' 39.3" 109°53' 39.1" 178 Kendal 06°56' 29.5" 110°14' 36.1" 19 Demak 06°55' 46.7" 110°32' 38.7" 16 Jekulo 06°48' 07.8" 110°56' 02.7" 29 Jogjakarta 07°49' 49.3" 110°27' 21.4" 103 Borobudur 07°34' 39.0" 110°15' 01.8" 318 Kutoarjo 07°43' 26.4" 109°52' 20.5" 23 Karanganyar 07°37' 36.1" 109°33' 55.4" 22 Buntu 07°35' 24.2" 109°15' 07.3" 18 Bojonegoro 07°08' 14.3" 111°48' 47.9" 40 Tambak Rejo 07°15' 54.7" 111°35' 10.9" 79 Nganjuk 07°33' 56.7" 111°50' 34.3" 74 Jombang 07°31' 48.1" 112°15' 24.8" 39 Ponorogo 07°51' 53.2" 111°27' 17.3" 112

44 Tabel Lampiran 3. Titik koordinat Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Pertanian

Lahan Kering di Pulau Jawa

Nama Lokasi Lokasi Elevasi

S E (m) Ciamis 07°18' 44.2" 108°17' 01.9" 326 Malangbong 07°07' 00.3" 108°07' 18.9" 662 Lembang 06°48' 11.5" 107°38' 53.5" 1239 Lembang 06°48' 20.0" 107°39' 22.4" 1214 Segalaherang 06°40' 34.2" 107°40' 39.2" 577 Darangdan 06°40' 22.4" 107°25' 31.7" 502 Bantar Kambing 06°30' 52.6" 106°41' 50.0" 140 Batang 06°56' 51.2" 109°47' 11.7" 91 Kudus 06°43' 17.5" 110°52' 36.7" 213 Wonogiri 07°49' 48.3" 111°05' 14.8" 351 Wonosari 07°55' 32.9" 110°33' 50.2" 217 Borobudur 07°34' 48.5" 110°14' 52.2" 301 Lumbir 07°28' 25.9" 108°58' 58.5" 67 Bancar 06°46' 24.6" 111°44' 08.1" 19 Tuban 06°54' 24.4" 112°12' 14.0" 40 Paciran 06°52' 39.7" 112°24' 47.7" 28 Tambak Rejo 07°15' 54.7" 111°35' 10.9" 79

Brawijaya Farm - Batu 07°44' 24.7" 112°32' 15.0" 1664

Ngantang 07°53' 18.8" 112°21' 41.0" 693

45 Gambar Lampiran 1. Peta Tanah Pulau Jawa Skala 1:1.000.000 (Sumber: BSDLP, Departemen Pertanian, Indonesia)

Gambar Lampiran 2. Sebaran Status Hara P-tersedia pada Tanah Sawah di Pulau Jawa (PPT 1983) Gambar Lampiran 3. Sebaran Status Hara P-potensial pada Tanah Sawah di Pulau Jawa (PPT 1983) Gambar Lampiran 4. Sebaran Status Hara P-tersedia pada Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa (PPT 1983) Gambar Lampiran 5. Sebaran Status Hara P-potensial pada Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa (PPT 1983)

46 Gambar Lampiran 2. Sebaran Status Hara P-tersedia pada Tanah Sawah di Pulau Jawa (PPT 1983)

47 Gambar Lampiran 3. Sebaran Status Hara P-potensial pada Tanah Sawah di Pulau Jawa (PPT 1983)

rendah

tinggi

rendah

48 Gambar Lampiran 4. Sebaran Status Hara P-tersedia pada Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa (PPT 1983)

49 Gambar Lampiran 5. Sebaran Status Hara P-potensial pada Pertanian Lahan Kering di Pulau Jawa (PPT 1983)

tinggi tinggi

Dokumen terkait