• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 49-79)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

a. Sistem pelayanan obat secara online dapat menjadi pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan apotek kepada pelanggan, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan keuntungan apotek.

b. Perlu dikembangkan suatu software yang dapat secara otomatis mengetahui jumlah stok yang perlu dialokasikan ke setiap outlet.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1998). Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada Univrsity Press. Depkes RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.

Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. (2008). Modul II. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan

Ketrampilan Memilih Obat Bagi Kader. Jakarta: Direktorat Jenderal

Binfar dan Alkes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 8 – 9, dan 18. Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006) Standar

Pelayanan Kefarmaasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Kalbe Farma. (2009). Laporan tahunan 2008 annual report: Bersama

Memacu Prestasi. Jakarta: PT. Kalbe Farma Tbk.

Kalbe Farma. (n.d.). Retrieved May 25, 2013, from http://www.kalbe.co.id.

Kementerian Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan No.

919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Presiden RI. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden RI. (2009b). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan. Jakarta.

EVALUASI PEMAJANGAN PRODUK

DI APOTEK MITRASANA PESONA KHAYANGAN DEPOK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PURWA INDAH SEPTI MAHANANI, S.Farm.

1206313513

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

EVALUASI PEMAJANGAN PRODUK

DI APOTEK MITRASANA PESONA KHAYANGAN DEPOK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PURWA INDAH SEPTI MAHANANI, S.Farm.

1206313513

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

EVALUASI PEMAJANGAN PRODUK

DI APOTEK MITRASANA PESONA KHAYANGAN DEPOK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PURWA INDAH SEPTI MAHANANI, S.Farm.

1206313513

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ... 3

2.1. Pemajangan (displai) produk dan tujuannya ... 3 2.2. Tipe – tipe displai ... 5 2.3. Penempatan produk ... 5

BAB 3. METODE PENGKAJIAN ... 13

3.1. Lokasi dan Waktu ... 13 3.2. Metode Penelitian... 13

BAB 4. PEMBAHASAN ... 14 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1. Kesimpulan ... 19 5.2. Saran ... 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Bisnis apotek merupakan suatu jenis bisnis retail yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutup beban biaya operasional dan menjaga kelangsungannya hidupnya. Namun, bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya dalam mendistribusikan perbekalan farmasi (khususnya obat) kepada masyarakat sehingga keberadaan apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat. (Umar, 2011)

Lokasi apotek, manajemen, dan modal yang cukup merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap keberhasilan suatu apotek. Faktor utama lain yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan apotek adalah penampilan umum, termasuk desain tata letak produk yang disajikan. Sebagian besar keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen pada saat di apotek tidak direncanakan terlebih dahulu sehingga apoteker pengelola apotek menggunakan disain apotek yang menarik, layout yang ditata apik, dan merchandising untuk meningkatkan daya beli konsumen (Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009).

Salah satu aktivitas terpenting dalam keseharian operasional pengelolaan sebuah apotek adalah pemajangan (displai) produk. Displai pada dasarnya merupakan bagian dari promosi yang sering disebut sebagai ”the silent salesman” karena hanya dengan memajangkan produk dagangan, namun dapat mempengaruhi calon konsumen secara langsung maupun tak langsung terhadap barang yang akan dijual (Puspitasari, D., 2007). Output yang dihasilkan dari aktivitas ini berpengaruh langsung pada tingkat keberhasilan penjualan di apotek, terutama bagi Apotek Mitrasana yang memiliki format layanan mandiri (swalayan), yaitu healthmart.

Dalam upaya untuk memajukan Apotek Mitrasana yang bertempat di Pesona Khayangan Depok, maka dilakukan evaluasi terhadap pemajangan produknya guna menciptakan suasana apotek yang trendi, nyaman dan terorganisir secara teratur

sehingga diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan debit customer di Apotek Mitrasana Pesona Khayangan Depok.

1.2. Tujuan

Evaluasi penataan produk di Apotek Mitrasana Pesona Khayangan Depok bertujuan agar produk yang dipajang terorganisir teratur, terlihat trendi, dan nyaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan debit customer.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemajangan (displai) produk dan tujuannya

Pemajangan (displai) produk adalah penyusunan produk di tempat tertentu dengan tujuan menarik minat konsumen untuk melihat dan akhirnya membeli produk

yang ditawarkan. Displai produk merupakan salah satu hal yang tidak kalah

pentingnya karena dapat menimbulkan kesan pertama bagi pengunjung. Oleh karena itu, produk yang dipajang harus ditata sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi, serasi dan menarik bagi setiap orang terutama calon pembeli. (Puspitasari, D., 2007)

Setiap apotek mempunyai program perdagangan yang mengkombinasikan teknik untuk penempatan, pengaturan dan mempromosikan produk didalam apotek sehingga konsumen termotivasi untuk membeli produk saat berkunjung. Apabila produk yang diperdagangkan tidak tepat maka tidak akan terjadi penjualan yang potensial karena terdapat beberapa fakta yang dapat digambarkan seperti : (Slater, R., 1986; Portner, T.S., 1996)

a. Apotek umumnya menyimpan antara ribuan persediaan obat dan barang dagangan lainnya yang semuanya saling bersaing untuk mendapatkan perhatian konsumen. b. Sebanyak 90% dari produk OTC terjual dari rak tanpa memerlukan nasehat

apoteker dalam pemilihannya.

c. Konsumen berada di apotek hanya selama beberapa menit dan rata-rata waktu kontak mata per barang hanya sepersepuluh detik.

d. Sebanyak 40% keputusan pembelian dilakukan pada saat di apotek.

e. Sebanyak 28% pembelian produk untuk pertama kalinya karena melihat pajangan (displai) produk.

Fakta-fakta tersebut semakin memperjelas bahwa penyajian barang secara visual merupakan bagian penting dari manajemen apotek yang sukses, termasuk penempatan departemen dan barang-barang yang didesain dengan tepat dan

Adapun tujuan dilakukannya displai produk, diantaranya: (Puspitasari, D., 2007)

a. Attention dan interest customer, untuk menarik perhatian pembeli dilakukan dengan cara menggunakan warna-warna atau lampu-lampu.

b. Desire dan action customer, untuk menimbulkan keinginan memiliki barang – barang yang dipamerkan di toko tersebut, setelah masuk ke toko, kemudian melakukan pembelian.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan displai produk di apotek, yaitu : (Puspitasari, D., 2007)

a. Kesesuaian produk. Konsumen seringkali berbelanja lebih dari satu macam barang sehingga barang yang saling berhubungan sebaiknya diletakkan dekat satu sama lain, contohnya displai produk toiletries sepeti produk-produk pasta gigi sebaiknya ditempatkan pada gondola yang sama dengan produk sabun mandi, kesehatan kewanitaan, dan produk perawatan rambut atau sampo. Hal ini dilakukan untuk mendorong transaksi yang lebih besar dan membuat konsumen lebih nyaman dalam melengkapi diri mereka dengan berbagai kebutuhan.

b. Displai harus mampu membuat barang-barang yang dipajang menjadi mudah dilihat, mudah dicari dan mudah dijangkau.

c. Displai harus memerhatikan aspek keamanan, baik keamanan bagi pengelola apotek dari potensi-potensi kehilangan, maupun keamanan bagi pengunjung (konsumen) yang berada di dalam toko. Berkaitan dengan aspek keamanan ini, barang-barang yang mahal, terutama yang ukuran fisiknya kecil biasanya di pajang di etalase. Barang-barang kemasan kaleng yang cukup berat juga biasanya ditempatkan pada shelve paling bawah untuk menghindari resiko timbulnya cedera bagi pengunjung (terutama anak-anak) jika barang tersebut terjatuh.

d. Displai yang dilakukan harus informatif dan komunikatif dengan memanfaatkan alat alat bantu seperti shelf talker, standing poster, dan jenis-jenis point of

2.2. Tipe – tipe displai

Ada beberapa tipe displai dengan tujuan sekunder yang berbeda, namun memiliki tujuan utama yang sama untuk meningkatkan impuls sales, diantaranya: (Smith, H., 1975)

a. Window displays, adalah pemajangan barang dagangan di etalase atau jendela kegiatan usaha. Tujuannya untuk menarik minat konsumen sekaligus menjaga keamanan barang dagangan. Window displays hanya memperlihatkan barang dagangan yang ditawarkan saja tanpa dapat disentuh oleh konsumen sehingga

pengamanan menjadi lebih mudah. Ini sangat direkomendasikan untuk

menampilkan full view dari interior apotek. (Puspitasari, D., 2007; Smith, H., 1975)

b. Shadow-box displays, adalah window displays kecil, biasanya berukuran 3 – 4 feet, yang terletak di sisi apotek. Shadow-box displays biasanya digunakan untuk mendisplai kosmetik atau special line.

c. Showcase displays, adalah menggunakan lemari kaca untuk mendisplai kosmetik dan item produk yang mahal.

d. Hot-spot atau high-traffic displays, berupa floor display yang ditempatkan di area yang selalu dilalui konsumen. Displai ini dibuat oleh pembuat produk (manufacturers) untuk mendisplai produk seasonal atau produk barunya. Selain itu, tipe displai ini juga digunakan untuk promosi spesial merchandise, barang yang dibeli dalam jumlah besar dengan harga yang lebih murah.

e. Mass displays, adalah displai tambahan berupa rak atau gondola yang ditempatkan pada lokasi yang ramai lalu lintas pengunjung.

2.3. Penempatan produk

Pada tempat penjualan obat bebas disediakan lemari etalase baik yang di depan maupun yang melekat pada dinding. Bentuknya disesuaikan dengan keadaan besar kecilnya ruangan tersebut, digunakan untuk memajang produk. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam memajang produk adalah :

a. Estetika, yaitu keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas dan obat bebas terbatas agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.

b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

c. Tanda berupa tulisan sebagai petunjuk, mengenai tempat-tempat golongan fungsi obat yang ditempel di setiap lemari/rak obat.

Gambar 2.8. Contoh Lay Out di Ethical dan OTC Counter

(Sumber : Umar, 2011)

Gambar 2.7. Contoh Tanda (Petunjuk) pada Rak Obat

(Sumber : Umar, 2011)

a. Estetika, yaitu keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas dan obat bebas terbatas agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.

b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

c. Tanda berupa tulisan sebagai petunjuk, mengenai tempat-tempat golongan fungsi obat yang ditempel di setiap lemari/rak obat.

Gambar 2.8. Contoh Lay Out di Ethical dan OTC Counter

(Sumber : Umar, 2011)

Gambar 2.7. Contoh Tanda (Petunjuk) pada Rak Obat

(Sumber : Umar, 2011)

a. Estetika, yaitu keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas dan obat bebas terbatas agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.

b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

c. Tanda berupa tulisan sebagai petunjuk, mengenai tempat-tempat golongan fungsi obat yang ditempel di setiap lemari/rak obat.

Gambar 2.8. Contoh Lay Out di Ethical dan OTC Counter

(Sumber : Umar, 2011)

Gambar 2.7. Contoh Tanda (Petunjuk) pada Rak Obat

Farmasis dapat memajangkan produk dengan dua cara, yaitu :

2.3.1. Pemajangan produk dalam satu departemen

Pemajangan produk dalam satu departemen, yaitu berisi produk yang sama atau produk yang saling berkaitaan dalam satu gondola atau rak (departemen). Dalam penempatan beberapa produk dalam satu departemen displai, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan suatu kotak kemasan pada rak

Penempatan barang-barang dagangan tidak dilakukan begitu saja pada barisan rak farmasi. Kotak kemasan produk OTC mempunyai enam sisi yang memungkinkan untuk diperlihatkan kepada pelanggan sehingga terdapat 24 cara yang memungkinkan suatu produk ditampilkan pada rak. Setiap kotak kemasan didesain oleh pabrik dengan tampilan yang semenarik mungkin, yang biasanya mempunyai bagian depan dan atas yang dapat terlihat jelas oleh pelanggan.

b. Penempatan barang dagangan yang tidak efektif

Ada banyak hal yang membuat produk atau barang menjadi tidak efektif, antara lain adalah lemari yang tidak teratur atau berisi terlalu banyak produk yang tidak menarik pelanggan, dan pengaturan yang berantakan. Oleh karena hal-hal tersebut, maka produk bisa tidak diperhatikan dan pelanggan dapat menilai negatif mengenai obat-obatan atau pemilihan produk OTC sehingga diperlukan suatu pengetahuan tentang pelanggan untuk membuat produk-produk OTC yang ditampilkan dapat menghasilkan penjualan yang maksimal.

c. Produk di muka (Product Facing)

Product Facing merupakan penyusunan suatu rak produk secara melebar di

depan. Dan empat pak disusun di belakangnya, maka penyusunan ini dinamakan ”

One Facing. Four Deep”. Jika disusun tiga pak bebaris didepan, dan enam pak

disusun di belakangnya, maka penyusunan ini dinamakan ”Three Facing,

Six Deep”. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penjualan akan

mengalami peningkatan sebanyak 36% ketika penempatan di muka ditingkatkan dari dua menjadi empat. Dan terjadi penurunan penjualan sebanyak 50% ketika

d. Hot-spot Cross

Posisi terbaik suatu produk dalam satu departemen adalah pada bagian tengah, tempat level tertinggi pandangan pembeli tertuju. Oleh karena itu pada posisi tersebut diletakkan produk fast moving. Alasannya adalah karena sudah merupakan kebiasaan kita untuk berdiri ditengah-tengah suatu bagian ketika sedang memilih, dan karena wanita adalah orang yang paling sering belanja. Dengan posisi ini, suatu produk akan mudah terlihat menurut ahli

merchandisisng.

Cara – cara penempatan produk pada displai dalam satu departemen, antara lain:

a. Penampatan baris secara vertikal

Secara vertikal, produk-produk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Dengan

fast moving, dekat dengan bagian tengah. Format baris secara vertikal akan

efektif apabila pelanggan mengarahkan pandangan dari kiri ke kanan sehingga melihat display produk tanpa memperdulikan bagaimana level pandangannya. Tetapi, cara ini akan memakan lebih banyak tempat sehingga akan membutuhkan biaya yang lebih besar dari tiap incinya.

b. Penempatan baris secara horizontal

Secara horizontal, produk-produk yang sama dengan ukuran yang berbeda ditempatkan pada rak yang sama dimana dietakkan bersebelahan. Cara ini membutuhkan ruangan yang lebih sedikit, membuatnya lebih mudah dalam penjagaan dan lebih konsisten. Kekurangan cara ini adalah produk-produk mungkin kurang mendapat perhatian dari pelanggan daripada jika menggunakan secara vertikal.

c. Penyusunan berdasarkan ukuran

Cara penempatan ini dilakukan dengan cara menyusun ukuran produk ke arah kanan semakin besar (kecil, medium, besar). Alasan penempatan dengan cara ini karena kecenderungan pikiran manusia tertahan dengan apa yang dilihatnya terakhir, dan karena kebanyakan manusia menggunakan tangan kanannya untuk

mengambil suatu produk yang letakknya paling dekat dengan tangan kanan mereka.

2.3.2. Pemajangan produk di luar departemen

Pemajangan produk di luar departemen. Produk – produk fast-moving dan item dengan profit yang tinggi sebaiknya dipajang pada departemen khusus untuk produk tersebut. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan. Terkadang konsumen melakukan pembelian tanpa perencanaan terlebih dahulu. Pembelian tersebut terjadi karena konsumen tertarik pada pajangan di lantai atau dekat dengan pintu keluar. (Portner, T.S., 1996)

Berikut ini cara pemajangan produk di luar departemen, diantaranya : (Portner, T.S., 1996; Slater, R., 1986)

a. Displai karton

Suatu boks yang dirancang untuk dipasang pada rak yang berisi produk tanpa memindahkan kemasan produk yang sudah ada. Hal ini akan membawa pengaruh yang kuat secara visual dan membutuhkan tempat sedikit lebih banyak untuk menarik perhatian pembeli, untuk memberikan informasi, dan u ntuk menjual nilai produk tersebut kepada pelanggan.

Gambar 2.9. Rak displai karton

(Sumber : Slater, R., 1986)

mengambil suatu produk yang letakknya paling dekat dengan tangan kanan mereka.

2.3.2. Pemajangan produk di luar departemen

Pemajangan produk di luar departemen. Produk – produk fast-moving dan item dengan profit yang tinggi sebaiknya dipajang pada departemen khusus untuk produk tersebut. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan. Terkadang konsumen melakukan pembelian tanpa perencanaan terlebih dahulu. Pembelian tersebut terjadi karena konsumen tertarik pada pajangan di lantai atau dekat dengan pintu keluar. (Portner, T.S., 1996)

Berikut ini cara pemajangan produk di luar departemen, diantaranya : (Portner, T.S., 1996; Slater, R., 1986)

a. Displai karton

Suatu boks yang dirancang untuk dipasang pada rak yang berisi produk tanpa memindahkan kemasan produk yang sudah ada. Hal ini akan membawa pengaruh yang kuat secara visual dan membutuhkan tempat sedikit lebih banyak untuk menarik perhatian pembeli, untuk memberikan informasi, dan u ntuk menjual nilai produk tersebut kepada pelanggan.

Gambar 2.9. Rak displai karton

(Sumber : Slater, R., 1986)

mengambil suatu produk yang letakknya paling dekat dengan tangan kanan mereka.

2.3.2. Pemajangan produk di luar departemen

Pemajangan produk di luar departemen. Produk – produk fast-moving dan item dengan profit yang tinggi sebaiknya dipajang pada departemen khusus untuk produk tersebut. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan. Terkadang konsumen melakukan pembelian tanpa perencanaan terlebih dahulu. Pembelian tersebut terjadi karena konsumen tertarik pada pajangan di lantai atau dekat dengan pintu keluar. (Portner, T.S., 1996)

Berikut ini cara pemajangan produk di luar departemen, diantaranya : (Portner, T.S., 1996; Slater, R., 1986)

a. Displai karton

Suatu boks yang dirancang untuk dipasang pada rak yang berisi produk tanpa memindahkan kemasan produk yang sudah ada. Hal ini akan membawa pengaruh yang kuat secara visual dan membutuhkan tempat sedikit lebih banyak untuk menarik perhatian pembeli, untuk memberikan informasi, dan u ntuk menjual nilai produk tersebut kepada pelanggan.

Gambar 2.9. Rak displai karton

b. End-cap display

Desain ini cocok untuk produk-produk baru dan produk berukuran besar dan barang-barang harga khusus. Caranya dengan menempatkan produk pada akhir rak. Hal ini akan tampak sia-sia jika digunakan untuk menempatkan barang-barang

keperluan rutin dan produk-produk OTC.

Gambar 2.10. End-cap display

(Sumber : Slater, R., 1986 (kiri), Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009 (kanan))

c. Floor-stand display

Desain ini cocok untuk meletakkan produk secara efektif dalam jumlah besar agar terlihat mudah. Produk diletakkan pada rak dorong yang tidak terlalu tinggi dan mudah diraih, dilengkapi dengan brosur yang berisikan keterangan-keterangan mengenai produk sehingga dapat membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli produk-produk tersebut.

d. Dump display

Desain ini sama dengan floor stand display, hanya produk-produk yang dipajang tidak diatur secara khusus melainkan disusun secara acak.

b. End-cap display

Desain ini cocok untuk produk-produk baru dan produk berukuran besar dan barang-barang harga khusus. Caranya dengan menempatkan produk pada akhir rak. Hal ini akan tampak sia-sia jika digunakan untuk menempatkan barang-barang

keperluan rutin dan produk-produk OTC.

Gambar 2.10. End-cap display

(Sumber : Slater, R., 1986 (kiri), Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009 (kanan))

c. Floor-stand display

Desain ini cocok untuk meletakkan produk secara efektif dalam jumlah besar agar terlihat mudah. Produk diletakkan pada rak dorong yang tidak terlalu tinggi dan mudah diraih, dilengkapi dengan brosur yang berisikan keterangan-keterangan mengenai produk sehingga dapat membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli produk-produk tersebut.

d. Dump display

Desain ini sama dengan floor stand display, hanya produk-produk yang dipajang tidak diatur secara khusus melainkan disusun secara acak.

b. End-cap display

Desain ini cocok untuk produk-produk baru dan produk berukuran besar dan barang-barang harga khusus. Caranya dengan menempatkan produk pada akhir rak. Hal ini akan tampak sia-sia jika digunakan untuk menempatkan barang-barang

keperluan rutin dan produk-produk OTC.

Gambar 2.10. End-cap display

(Sumber : Slater, R., 1986 (kiri), Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009 (kanan))

c. Floor-stand display

Desain ini cocok untuk meletakkan produk secara efektif dalam jumlah besar agar terlihat mudah. Produk diletakkan pada rak dorong yang tidak terlalu tinggi dan mudah diraih, dilengkapi dengan brosur yang berisikan keterangan-keterangan mengenai produk sehingga dapat membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli produk-produk tersebut.

d. Dump display

Desain ini sama dengan floor stand display, hanya produk-produk yang dipajang tidak diatur secara khusus melainkan disusun secara acak.

Gambar 2.10. Floor-stand display

(Sumber : Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009)

Gambar 2.10. Dump display

(Sumber : Slater, R., 1986)

Gambar 2.10. Floor-stand display

(Sumber : Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009)

Gambar 2.10. Dump display

(Sumber : Slater, R., 1986)

Gambar 2.10. Floor-stand display

(Sumber : Desselle, S., & Zgarrick, D., 2009)

Gambar 2.10. Dump display

e. Floor Stack display

Displai ini paling sederhana dan mudah. Pemajangan dilakukan dengan menumpuk kotak yang berisi produk yang sama di lantai pada area dengan lalu lintas konsumen yang tinggi, kemudian kotak bagian paling atas tumpukan dibuka untuk memperlihatkan produknya. Selain itu, banyak juga pabrik farmasi yang menyertakan

header card yang berisikan informasi produk sehingga membantu apotek untuk

menyampaikan informasi.

Gambar 2.10. Floor-stack display

(Sumber : Eurofoods, 2008) e. Floor Stack display

Displai ini paling sederhana dan mudah. Pemajangan dilakukan dengan menumpuk kotak yang berisi produk yang sama di lantai pada area dengan lalu lintas

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 49-79)

Dokumen terkait