• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 63-124)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Kegiatan pelayanan informasi obat oleh apoteker perlu ditingkatkan kembali untuk meningkatkan peran apoteker dalam menjalankan keprofesiannya

b. Diperlukan suatu integrasi sistem administrasi dari sistem manual ke sistem yang telah terkomputerisasi, sehingga kegiatan pencatatan dapat berjalan secara efektif dan efisien terutama pada saat dilakukan pembukuan dan pencatatan.

c. Pelayanan swamedikasi sebaiknya lebih ditingkatkan kembali, sehingga dapat meningkatkan penjualan, dan meningkatkan pengobatan yang aman, tepat, dan rasional.

DAFTAR ACUAN

Kementerian Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.

919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.

922/Menkes/Per/X/1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas

Terbatas. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, the Selection, Procurement,

Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed Revised and Expanded.

Kumarian Pers.

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan Keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana.

Widiyanti, T. (2005). Penerapan Analisis Pareto dalam Manajemen Persediaan

di Suatu Perusahaan Farmasi Industri Sekunder. Yogyakarta: Program

Lampiran 8. Apotek Atrika tampak dari luar

Lampiran 9. Tata Ruang Etalase Depan Apotek

Lampiran 11. Lemari Penyimpanan Psikotropik

Lampiran 12. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Lampiran 13. Etiket Apotek Atrika

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker Pendamping Asisten

Lampiran 14. Kopi Resep Apotek Atrika

Lampiran 16. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 18. Surat Pesanan Psikotropika

REKAPITULASI DAN ANALISIS RESEP OBAT ANTIBIOTIK ORAL PADA DAFTAR E-CATALOGUE OBAT GENERIK YANG AKAN DITERAPKAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)

DI APOTEK ATRIKA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ALIFANA JASMINDRIYATI, S. Farm. 1206329341

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JANUARI 2014

Halaman

DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang... 1 1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ... 3 2.2 Sistem Pertahanan Tubuh ... 4 2.3 Infeksi... 5 2.4 Antibiotik ... 6

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ... 7

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ... 7

3.2 Metode Pengumpulan Data... 7

3.3 Metode Pengolahan Data ... 7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21 5.2 Saran ... 21 DAFTAR ACUAN...23

Tabel 2.1. Daftar obat generik e-Catalogue pada wilayah DKI Jakarta... 25 Tabel 4.3. Perbandingan Penjualan masing-masing obat antibiotika oral

generik periode Februari – September 2013... 27

Gambar 4.1. Perbandingan jumlah resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013 ... 9

Gambar 4.2. Perbandingan jumlah non-resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013 ... 13

Gambar 4.3. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Februari

2013... 30

Gambar 4.4. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Maret

2013... 30

Gambar 4.5. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan April 2013... 31 Gambar 4.6. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Mei

2013... 31

Gambar 4.7. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Juni 2013 ... 32 Gambar 4.8. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Juli 2013... 32 Gambar 4.9. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Agustus

2013... 33

Gambar 4.10. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan September

2013... 33

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi adalah keadaan dimana mikroba masuk ke dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit. Penyakit mempunyai kemampuan menular kepada orang lain yang sehat, sehingga populasi penderita dapat meluas. Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (WHO, 2011). Antibiotik sampai saat ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi. Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat. The Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan

(unnescecery prescribing) dari 150 juta peresepan setiap tahun (Akalin, 2002).

Banyak masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tepat.

E-Catalogue atau katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan tata cara pembelian yang diatur pemerintah yaitu menggunakan sistem e-Purchasing. Obat-obatan yang terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar merupakan obat generik yang telah melalui proses seleksi melalui sistem pelelangan harga.

Fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan UU Kesehatan No.36 tahun 2009, yaitu suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Menurut Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) No.40 tahun 2004 Pasal 23, salah satu Fasilitas Kesehatan yang disediakan dalam rangka SJSN termasuk apotek, dimana berperan dalam sistem pengadaan obat harus telah memiliki izin dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab dan membuat perjanjian kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat secara optimal, maka usaha-usaha di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan secara terus menerus. Tercapainya derajat kesehatan yang optimal harus ditunjang oleh adanya jaminan kesehatan. Pelayanan kesehatan dibidang kefarmasian merupakan salah satu bentuk interaksi yang langsung dengan masyarakat dan merupakan tanggung jawab profesi apoteker khususnya dalam mengoptimalkan terapi dan masalah terkait obat. Dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, dilakukan rekapitulasi dan analisa resep yang mengandung obat antibiotik oral generik yang dikaitkan dengan daftar e-catalogue di Apotek Atrika selama periode Februari sampai September 2013. Dari hasil pengkajian resep tersebut, diharapkan dapat diketahui obat antibiotik yang sering diresepkan maupun dalam pembelian non-resep dan mampu menganalisis kerasionalan resep yang diberikan oleh dokter.

1.2 Tujuan

Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui obat generik khususnya golongan antibiotik oral yang akan disediakan oleh Apotek Atrika pada saat Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diberlakukan.

b. Mengetahui jenis antibiotik oral yang paling banyak diresepkan oleh dokter kepada pasien berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika dan pembelian antibiotik oral tanpa resep selama periode Februari hingga September 2013.

c. Mengkaji peresepan obat antibiotik oral yang diterima Apotek Atrika selama periode Februari hingga September 2013 dari sisi kerasional resep, interaksi obat, dan pemberian informasi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 2.1.1 Definisi dan Tujuan SJSN

Berdasarkan UU RI No 40 tahun 2004 Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

2.1.2 Konvensi ILO 102 tahun 1952

Standar minimal Jaminan Sosial (Tunjangan kesehatan, tunjangan sakit, tunjangan pengangguran, tunjangan hari tua, tunjangan kecelakaan kerja, tunjangan keluarga, tunjangan persalinan, tunjangan kecacatan, tunjangan ahli waris

2.1.3 E-Catalogue

E-Catalogue atau katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan tata cara pembelian yang diatur pemerintah yaitu menggunakan system e-Purchasing.

E-Purchasing merupakan suatu tata cara pembelian Barang/Jasa

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Perubahannya. E-Purchasing dapat dilaksanakan setelah spesifikasi data Barang/Jasa yang akan dibeli terlebih dahulu dimasukkan dalam

e-Catalogue. Dengan adanya sistem e-Purchasing tersebut diharapkan dapat

memberikan kemudahan kepada K/L/D/I dalam melaksanakan pengadaan Barang/Jasa untuk kebutuhan instansinya.

Untuk pengadaan obat, saat ini terdapat total 11.052 item obat dalam berbagai kekuatan, bentuk kemasan, dan dari berbagai produsen yang terdaftar dalam e-Catalogue yang akan dialokasikan ke 33 provinsi di Indonesia dimana tercantum pada Tabel 2.1.

Tampilan katalog obat akan menampilkan sebuah tabel yang memuat data-data mengenai nama-nama obat yang tersedia untuk dialokasikan ke provinsi-provinsi beserta dengan nama penyedia obat-obat tersebut, bentuk kemasan, harga obat dalam satuan terkecil, serta nama distributor dan perjanjian Kontrak Payung. Yang dimaksud dengan Kontrak Payung adalah surat perjanjian kerjasama antara LKPP dengan penyedia Barang/Jasa, yang dalam hal ini adalah perusahaan farmasi dan distributor.

Obat-obatan yang terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar merupakan obat generik yang telah melalui proses seleksi melalui sistem pelelangan harga. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, untuk tahun 2013 penetapan harga melalui lelang harga satuan dilakukan dengan harapan agar pengadaan obat dapat mengikuti aturan, lebih mudah, dan efisien dengan tetap menjamin ketersediaan obat. Lelang harga obat melalui e-Catalogue merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan LKPP.

2.2 Sistem Pertahanan Tubuh

Manusia secara terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang mungkin dapat membahayakan apabila agen tersebut masuk kedalam tubuh, yang paling serius adalah mikroorganisme penyebab penyakit. Mikroorganisme yang mampu berkontak dapat masuk ke tubuh seperti saluran pencernaan, saluran pernapasan, saluran genital. Apabila bakteri atau virus masuk kedalam tubuh,

tubuh memiliki sistem pertahanan yang kompleks dan berlapis-lapis, sistem imun yang memberikan proteksi terhadap invasi oleh agen-agen asing dengan berbagai mekanisme baik fisika, kimia maupun fisiologis. Permukaan tubuh yang terpajan ke lingkungan eskternal, misalnya kulit, berfungsi sebagai lini pertama sistem pertahanan untuk menahan penetrasi mikroorganisme asing. Imunitas mengacu pada kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi benda asing atau sel abnormal yang potensi berbahaya.

Dari segi barier anatomi tubuh, sistem pertahanan tubuh dapat dibagi menjadi dalam dua bagian:

a. Pertahanan Permukaan, yaitu pertahanan yang diselenggarakan oleh kulit dan selaput mukosa beserta sekret yang dihasilkan oleh kelenjar, misalnya keasaman (pH), sifat bakterisidal dari air mata, lisosim, dan sebagainya. b. Pertahanan Jaringan, yaitu pertahanan tubuh yang berperan setelah terjadi

penetrasi infektor melalui pertahanan permukaan. Pertahanan jaringan non spesifik dapat muncul secara spontan seperti adanya proses fagositosis sel terhadap infektor. Kemampuan pertahanan non spesifik ini diberikan oleh sel darah putih, leukosit, monosit, dan makrofag. Sementara pertahanan jaringan spesifik yang sebenarnya merupakan respon sistem imun tubuh terhadap infektor yang masuk (Wattimena et. al, 1991)

2.3 Infeksi

Infeksi adalah keadaan dimana mikroba masuk ke dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit. Faktor penentu dalam timbulnya penyakit infeksi sebenarnya adalah daya berjangkitnya dan daya penjalaran penyakit dalam populasi manusia yakni epidemiloginya. Pada dasarnya dapat dibedakan dua tipe mikroorganisme, yaitu bakteri yang bersifat patogen dan non patogen. Timbul atau tidaknya penyakit infeksi pada seseorang yag terinfeksi penyebab penyakit sering ditentukan oleh keadaan tubuh yang bersangkutan. Keadaan nutrisi seseorang yang buruk dapat mempengaruhi sistem pertahanan tubuhnya atau dapat menyebabkan defisiensi dalam sistem imun, akibatnya respon pertahanan terhadap infeksi berkurang dan mudah terjangkit penyakit infeksi. Selain cara

penyembuhan (kuratif), merupakan faktor terpenting lain dalam penyakit infeksi adalah kontrol epidemi penyakit tersebut (Edberg, 1986).

2.4 Antibiotik

Antibiotika oral adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain yang dikonsumsi secara per oral. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi menjadi empat golongan yang berbeda, yakni: (Katzung, 1995)

Mekanisme kerja Efek Obat

a. Penghambatan sintesis

dinding sel. a. Pemecahan enzim dinding sel.Efek bakterisidal. b. Penghambatan enzim dalam

sintesis dinding sel.

Penisilin Sefalosporin

b. Pengubahan

permeabilitas membran sel atau transpor melalui membran sel.

Efek bakteriostatik atau

bakterisidal. Meningkatkan

permeabilitas membran.

Hilangnya substansi seluler yang menyebabkan sel menjadi lisis.

Amfoterisin B Nistain

Polimiksin

c. Penghambatan sintesis

protein Efek bakterisidal. Mengganggu sintesisbakteriostatik atau protein tanpa mempengaruhi sel normal. Menghambat tahap-tahap sintesis protein. Aminoglikosid Tetrasiklin Eritromisin Linkomisin d. Penghambatan sintesis

asam nukleat Efek bakteriostatik. Mengganggutahap-tahap metabolisme di didalam sel. Sulfonamid Trimetoprim Isoniazid Asam Nalidiksat Ofloksasin

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada di Apotek Atrika Jalan Kartini Raya No: 34 Jakarta Pusat pada pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 2 Oktober - 6 November.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan mengumpulkan resep yang diterima dan dilayani oleh Apotik Atrika selama bulan Februari hingga September 2013, kemudian dilakukan pencatatan terhadap resep-resep yang mengandung obat antibiotik oral selama periode tersebut.

3.3 Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dicatat kemudian dihitung frekuensi peresepannya dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel serta dilakukan analisis data yang disesuaikan dengan literatur.

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Rekapitulasi Resep

Selama pelaksanaan PKPA di Apotek Atrika, dilakukan penelusuran dan pengkajian terhadap resep yang mengandung obat antibiotik oral yang terdapat dalam daftar e-catalogue. Obat antibiotik oral yang terdapat dalam e-catalogue ada tujuh belas macam, yaitu amoksisiklin, doksisiklin, eritromisin, klindamisin, kloramfenikol, levofloksasin, linkomisin, ofloxacin, sefadroksil, sefaleksin, sefiksim, siprofloksasin, spiramisin, tetrasiklin, dan tiamfenikol.

Tabel 4.1. Jenis Antibiotik oral yang terdapat dalam e-catalog yang akan diterapkan dalam

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

No. Nama Generik Formulasi

1 Amoksisilin + As.Klavulanat 625 mg tablet

2 Amoksisilin kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg; sirup kering 125 mg/5 ml

3 Doksisiklin kapsul/kaplet 100 mg

4 Eritromisin kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg; sirup 200 mg/ 5 ml

5 Klindamisin kapsul/kaplet 150 mg; 300 mg

6 Kloramfenikol kapsul/kaplet 250 mg; suspensi 125 mg/ 5 ml

7 Levofloksasin tablet 500 mg

8 Linkomisin kapsul/kaplet 500 mg

9 Ofloxacin tablet 200 mg; 400 mg

10 Sefadroksil sirup kering 125 mg/5ml; kapsul/kaplet 500 mg

11 Sefaleksin kapsul/kaplet 500 mg

12 Sefiksim 400 mg +Azitromisin 1000 mg

13 Sefiksim kapsul/kaplet 100 mg; sirup kering 100 mg/ 5 ml

14 Siprofloksasin (sebagaiHCl) tablet 250 mg; 500 mg

15 Spiramisin tablet 500 mg

16 Tetrasiklin kapsul/kaplet 250 mg; 500 mg

17 Tiamfenikol kapsul/kaplet 500 mg

Ketujuh belas jenis obat tersebut diamati penggunaanya dalam resep yang diterima Apotek Arika selama periode Februari sampai September 2013. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil peresepan obat terutama untuk obat yang paling banyak diresepkan dan yang paling banyak terjual di Apotek Atrika berdasarkan dari resep dan non-resep yang mengandung obat antibiotika oral generik.

Berdasarkan hasil penelusuran resep yang di terima Apotek Atrika, diketahui bahwa antibiotik yang digunakan dalam resep adalah Amoksisilin, Spiramycin, Doxycillin, Ofloxacin, Cefadroxil, Cefixime, Linkomisin, Ampisilin, Azithromycin, Thiamycin, Levofloxacin, Kloramfenikol, Teramycin, Cefalexin, Ciprofloxacin, dan Clindamycin. Jumlah total resep yang diterima atau dilayani selama bulan Februari sampai September 2013 adalah 1597 lembar resep. Sedangkan jumlah resep yang menggunakan obat antibiotik oral generik terdapat 77 lembar resep atau 4,8% dari jumlah keseluruhan resep yang diterima selama periode tersebut. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah resep yang mengandung obat antibiotik oral generik selama periode Februari hingga September 2013, dimana pada bulan Februari sebanyak 133 items, bulan Maret sebanyak 80 items, bulan April 72 items, bulan Mei 105 items, bulan Juni sebanyak 261 items, bulan Juli sebanyak 82 items, bulan Agustus 31 items, dan pada bulan September sebanyak 46 items.

Gambar 4.1. Perbandingan jumlah resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013

Pada grafik tersebut terlihat bahwa peresepan antibiotik oral generik di Apotek Atrika terbanyak terdapat di bulan Juni, dimana selama periode tersebut antibiotik oral yang banyak di resepkan adalah amoksisilin tablet. Hal ini mungkin disebabkan karena amoksisilin memiliki spektrum luas untuk bakteri, lebih cepat di absorpsi di dalam usus efektif untuk berbagai jenis infeksi, dan memiliki efek samping yang lebih minimal dibandingkan jenis antibiotik oral lainnya. Namun secara total peresepan dari periode Februari hingga September, antibiotik oral yang paling banyak diresepkan adalah Sefadroksil. Berikut

0 50 100 150 200 250 300 JU M LA H RE SE P BULAN

merupakan daftar untuk jenis Obat Antibiotika Oral yang diresepkan selama bulan Februari hingga September 2013

Tabel 4.2. Daftar untuk jenis Obat Antibiotika Oral yang diresepkan selama bulan Februari

hingga September 2013

Nama Obat Generik (Zat Aktif)

Sediaan Indikasi

Amoksisilin Tablet (250 mg; 500 mg) Infeksi saluran napas atas, otitis media,

bronkitis akut& kronik, pneumonia, sistitis, infeksi kulit dan jaringan, salura urogenital, pasca operasi.

Ampisilin Tablet (250 mg; 500 mg) Infeksi bakteri Gram (+) / (-), saluran

napas atas, infeksi saluran kemih, infeksi gastroinstestinal, otitis media bakterial.

Spiramycin Tablet (500 mg) Infeksi saluran napas, faringitis, otitis

media, ruam kulit dan infeksi lain, profilaksis toksoplasmosis kongenital.

Siprofloksasin Tablet (250 mg; 500 mg) Infeksi saluran napas, saluran

gastrointestinal, infeksi kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi, infeksi GI

termasuk demam tifoid, untuk

dekontaminasi selektif pada usus, dan infeksi berat pada pasien yang dirawat di rumah sakit.

Ofloksasin Tablet (200 mg; 400 mg) Infeksi saluran kemih atas dan bawah,

infeksi saluran napas bawah, infeksi ginekologi, dan kulit dan jaringan lunak.

Levofloksasin Tablet 500 mg Terapi sinusitis maksilaris akut, bronkitis

kronis, eksaserbasi akut, pneumonia yang didapat dari lingkungan, infeksi saluran kemih, infeksi jaringan lunak.

yang riketsia, klamidia, mikoplasma pneumonia, infeksi Gram (+) / (-), infeksi saluran napas, saluran kemih dan jaringan.

Doksisiklin Kapsul (100 mg) Infeksi karena mikroorganisme yang

sensitif, misalnya rickettsiosis, kolera,

sinusitis,otitis media purulenta,

pneumonia, infeksi kulit akne vulgaris. Terapi antibiotik alternatif yang alergi terhadap penisilin.

Klindamisin Kapsul (150 mg) Infeksi serius Gram (+) / (-) terutama

Streptococcus, pneumokokus, dan

Staphylococcus. Termasuk bakteri

anaerob. Infeksi saluran napas atas dan bawah, kulit dan jaringan serta infeksi serius lainnya.

Linkomisin Kapsul (250 mg; 500 mg) Infeksi berat karena Streptococcus,

pneumokokus, Klostridium, dan

Staphylococcus. Infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran napas, infeksi salurah kemih.

Kloramfenikol Kapsul (250 mg) Tifoid dan paratifoid. Infeksi berat karena

Salmonella sp, H. influenza (terutama

meningitis), rickettsia, limfogranuloma, psitakosis, meningitis karena bakteri Gram (-).

Tiamfenikol Kapsul (500 mg) Tifoid dan paratifoid. Infeksi berat karena

Salmonella sp, H. influenza (terutama

meningitis), rickettsia, limfogranuloma, psitakosis, meningitis karena bakteri Gram (-).

Sefadroksil Kapsul (500 mg) Infeksi karena Gram (+) / (-) seperti

infeksi saluran napas, infeksi kulit dan jaringan, infeksi saluran kemih dan

kelamin, abses, osteomielitis, septikemia, peritonitis.

Sefaleksin Infeksi yang disebabkan karena Gram (+)

/ (-), seperti infeksi saluran napas, otitis media yang disebabkan Salmonella sp, H.

Influenza. Infeksi saluran kemih

Sefiksime Kapsul (100 mg) Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi,

otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis kronis eksaserbasi akut

Sementara untuk jumlah total pembelian tanpa resep (obat bebas dalam) yang diterima atau dilayani selama bulan Februari sampai September 2013 adalah sebanyak 3036 pembelian obat non resep (tanpa resep dokter). Sedangkan obat antibiotik oral yang dilayani dengan pembelian tanpa menggunakan resep (obat bebas dalam) adalah sebanyak 309 pembelian obat secara bebas (tanpa resep dokter) atau sebesar 10,18% dari jumlah keseluruhan pembelian obat tanpa resep selama periode tersebut. Berdasarkan data tersebut, ternyata penggunaan antibiotik oral generik tanpa resep penggunaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan antibiotik oral dengan menggunakan resep. Hal ini disebabkan penjualan antibiotik oral yang tidak diawasi dan dibatasi penggunaannya. Mengingat penggunaan antibiotik oral tanpa resep yang cukup besar, maka sebaiknya kita sebagai apoteker memiliki peranan untuk dapat memberikan informasi kepada pasien mengenai cara penggunaan, dosis yang diberikan, dan agar dilakukan pencatatan sehingga kepatuhan pasien terhadap pengobatan dapat tercapai dan efek resistensi dapat diminimalisir. Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa jumlah pembelian obat tanpa resep yang mengandung obat antibiotik oral generik selama periode Februari hingga September 2013, dimana penjualan pada bulan Februari sebanyak 812 items, bulan Maret sebanyak 727 items, bulan April 561 items, bulan Mei 528 items, bulan Juni sebanyak 509 items, bulan Juli sebanyak 658 items, bulan Agustus

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 63-124)

Dokumen terkait