• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Bagi guru :

1. Guru sebaiknya membiarkan siswa menyelesaikan permasalahan yang

ada dengan caranya masing-masing.

2. Guru sebaiknya dapat berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berpusat pada siswa.

3. Dalam pembelajaran guru sebaiknya mendorong, memberikan

kesempatan, dan memotivasi siswa untuk mengemukakan gagasannya.

4. Guru sebaiknya dapat mengelola kelas dengan baik, sehingga selama

pembelajaran berlangsung tercipta suasana yang kondusif. Tidak ada

siswa yang sibuk sendiri atau bahkan menganggu teman yang lain.

Bagi sekolah :

Sekolah sebaiknya mendukung penerapan PMRI dalam kegiatan

pembelajaran dengan memberikan sarana dan prasarana yang memadai

sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

PMRI.

Bagi peneliti selanjutnya :

Diharapkan dapat melakukan pengamatan terhadap implementasi PMRI di

DAFTAR PUSTAKA

Hudojo, Herman. 1981. Teori Belajar untuk Pengajaran Matematika.

Jakarta. Dalam Penataran Lokakarya Tahap Kedua Proyek

Pengembangan Pendidikan Guru Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Marpaung, Y. 2001. Makalah : Implementasi Pendidikan Matematika

Realistik di Indonesia. Disampaikan pada seminar di MAN II

Medan.

Marpaung, Y. 2011. Makalah : Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis

Teknologi untuk Mempersiapkan Siswa menjadi Generasi Kompetitif/Comparatif. Disampaikan pada seminar di Universitas

Wijaya Kusuma, Surabaya.

Marpaung, Y. 2002. Makalah : Interaksi, Negosiasi dan Refleksi Dalam

Pembelajaran Matematika. Disampaikan dalam seminar rumpun

MIPA, USD, Yogyakarta.

Marpaung, Y. 2010. Makalah : Pembelajaran MAtematika dengan

Pendekatan PMRI di SMP/MTs. Yogyakarta : Universitas Sanata

Dharma.

Marpaung, Y. 2001. Makalah : Pendekatan SANI dan Pendekatan

Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika di Indonesia.

Disampaikan pada penataran supervise pembelajaran matematika di

Marpaung, Y. 2002. Makalah : Perlunya Reformasi Pembelajaran

Matematika dan Evaluasinya. Yogyakarta : Universitas Sanata

Dharma.

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Ed.rev). Bandung :

Remadja Karya.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.

Yogyakarta : Kanisius.

Suwarsono, St. 2003. Makalah : Hambatan dalam Implementasi Paradigma

Baru Pembelajaran Matematika, dan Upaya untuk Mengatasinya.

Disampaikan pada seminar nasional pendidikan matematika,

Universitas Sanata Dharma.

Suwarsono, St. 2002. Makalah : Pembelajaran Matematika secara

Kontekstual. Disampaikan pada seminar yang diselenggarakan oleh

HMJ PMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Wijaya, Aryadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran cet.4. Jakarta : Gramedia.

Ariyadi Wijaya. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://repository.usd.ac.id/bitstream/123456789/93/1/StandarPMRI.pdf diakses pada tanggal 2 Agustus 2012

Transkripsi Video Proses Pembelajaran Matematiaka

G : Guru; S : Siswa; SS : Semua siswa; Sbs : Sebagian siswa An : Pertemuan pertama pada percakapan ke-n

Bn : Pertemuan kedua pada percakapan ke-n Cn : Pertemuan ketiga pada percakapan ke-n Dn : Pertemuan keempat pada percakapan ke-n En : Pertemuan kelima pada percakapan ke-n

1. Transkrip Proses Pembelajaran Matematika Pada Pertemuan Pertama

(Guru masuk ke dalam kelas, suasana kelas gaduh, guru mempersiapkan media pembelajaran yaitu laptop dan LCD projector)

A1. G : “Ya, sudah? Bisa dimulai ya?”

A2. G : “Sedikit mengulas untuk ulangan mid semester kemarin. Ada satu ulangan yang belum dibagikan ya, nanti akan dibagikan bersamaan dengan ulangan mid semester kemarin. Memang kalau matematika berbeda ngoreksinya dengan mata pelajaran lain, karena banyak yang di atas salah tiba-tiba di bawah betul. Nah itu yang sering kali harus dicek satu-satu ya, dari mana ini tiba-tiba kok di bawah terus

betul.”

(Guru berdiri di depan kelas dan memberikan sedikit penjelasan tentang penilaian mid semester)

A3. G : “Kemudian yang Bu Ajeng ini lagi salah satu dari kamu

nulis “q”nya gini (sambil menulis huruf q yang dimaksud di

papan tulis). Nah ini q atau 4 atau a, Bu Ajeng salahkan, Bu

Ajeng ndak mau. Itu bisa saja ya sambil nyusun kamu tulis seperti ini p, q, s (sambil menuliskan di papan tulis). Nah itu siapa yang bisa baca gini. Cepet-cepetan nulis. Nah Bu Ajeng ndak mau itu. Tulisan harus jelas sehingga kamu,”

A4. G : “Kalau kamu kemarin belajar ini (sambil menunjukkan

kertas soal) ya, mestinya kamu bisa lho. Itu tidak jauh

berbeda dengan soal-soal yang ini to? Tiga kelas yang dapat 100 ada satu, di VIII B. Ya, disini tertinggi sembilan puluh

berapa,”

A5. SbS : “Ester, Ester” (menyebut nama salah seorang siswi yang

pandai di kelas tersebut).

A6. G : “Saya lupa ada beberapa kira-kira sudah Sembilan puluh sekian itu ada. Jadi kalau yang 100 satu, VIII B kali ini, Zadon.” (Nama anak yang mendapatkan nilai 100).

A7. Sbs : “Wah tim suksesnya itu.”

A8. G : “Tapi disini juga sembilan puluh sekian juga ada beberapa anak.”

A10. G : “Nanti supaya kamu lebih fokus kesini dulu jangan mikir itu terus ya.”

A11. G : “Nah, Bu Ajeng ingin sedikit mengulang. Mengulang kemarin sedikit.”

(Bu guru menggambar bidang cartesius di papan tulis, beberapa siswa sibuk dengan teman yang lain).

A12. G : “Tolong ya, ayo. Coba perhatikan cara melukisnya, cara mengambarkan. Coba perhatikan, kira-kira Bu Ajeng mau menggambar apa ini?”

A13. SbS : “Diagram kartesius.”

A14. G : “Diagram kartesius, iya. Nah inilah yang dinamakan kemarin itu adalah bidang kartesius, dimana di bidang kartesius itu kamu akan melukiskan, eh menggambarkan diagram kartesius dengan meletakkan titik-titik ya. Dimana tititk-tititk itu nanti diberikan suatu koordinat yang namanya koordinat kartesius yang terdiri dari absis dan ordinat.”

A15. G : “Nah kira-kira di tengah ini apa ini? Bilangan apa?” (sambil

menunjuk titik O sebagai titik pangkal koordinat).

A16. SbS : “Nol. Nol.”

A17. G : “Nah, nolnya itu satu saja, tidak usah nol ini ada, disini ada, ini ada, ini ada, (sambil menunjuk pada keempat kuadran) empat, tidak perlu, cukup satu.”

A18. G : “Jadi untuk menggambarkan diagram kartesius, itu pasti ada horizontal dan vertikal dimana titik pusat ini adalah nol

(sambil menunjukkan titik pusat).disini berapa ini? (Bu

guru menunjuk ke arah horizontal bergerak ke arah kanan dari titik pusat).

A19. SbS : “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh.”

(Bu guru menunjuk kea rah vertikal bergerak ke atas dari titik pusat).

A20. SbS : “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam.”

A21. G : “Ya, nah sekali lagi, kalau kamu misalnya membutuhkan nanti ada sampai enam, bilangan enam. Jangan kok enam disini (Sambil menunjuk pada sumbu y dari bilangan satu

menuju ke atas), enam, lima, empat, tiga, dua, satu. Ada lho

beberapa, dua, tiga anak ada yang menuliskan seperti itu. semakin ke kanan semakin besar, semakin ke atas semakin besar. Kalau ke bawah? Ini?” (Guru menunjuk pada sumbu

Y yang berada di bawah titik pusat).

A22. SS : “Negatif satu.”

A23. G : “Negatif satu.”

A24. SS : “Negatif dua, negatif tiga, negatif empat, negatif lima.” (guru menunjuk pada sumbu x yang berada di kiri titikk pusat, kemudian menuliskan bilangannya).

A25. SS : “Negatif dua, negatif tiga, negatif empat, negatif lima, negatif enam.”

A26. G : “Nah, jangan kebalik. Ya.. semakin ke bawah semakin kecil, semakin ke kiri juga semakin kecil. Ke kanan semakin besar, semakin ke atas semakin besar. Perhatikan baik-baik, Vieri. Kamu maju, duduk di depan sini, kosong.” (Guru

memanggil nama siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, dan menyuruh siswa tersebut untuk pindah duduk di depan).

A27. G : “Ya, masih kurang lengkap ya ini. Nah yang horizontal, itu adalah tempat absis, biasanya ini x besar (Guru menuliskan

sumbu X pada bidang kartesius). Disini y besar (Guru menuliskan sumbu Y pada bidang kartesius). Ya, kelas satu

dan kemarin sudah. Bu kalau misalnya itu tidak x dan y, misalnya itu dengan disini banyaknya pensil (Guru

menunjuk sumbu x), disini harga (Guru menunjuk sumbu y),

ya silahkan digantikan. Ini secara umum kalau yang horizontal adalah X, yang vertical adalah Y. sehingga kalau kamu menuliskan koordinat kartesius, ini mengingatkan saja supaya kamu masuk.”

A28. G : “Menuliskan koordinat kartesius (guru menuliskan kurung

buka dan kurung tutup), kalau disini disimbolkan dengan X (guru menunjuk sumbu X), disini yang vertical adalah Y (sambil menunjuk sumbu Y), maka disini,” (sambil

mengisikan di dalam tanda kurung buka dan kurung tutup)

A29. S : “X Y”

A30. G : “X Y, betul. Absis dan ordinat. Tidak usah dicatat sudah kok ya kelas VII, dibukumu juga ada, tidak perlu. Lihat sini saja, perhatikan baik-baik ya. Sekarang kita mengingat lagi ya, kemarin soalnya ada beberapa yang mungkin tidak memperhatikan atau lupa, Bu Ajeng tidak tahu.” (guru

menuliskan beberapa titik koordinat).

A31. G : “Kalau kamu akan melihat koordinat dari A, B, C, D, E, kamu supaya mudah bagaimana?”

A32. S : “Digaris”

A33. G : “Ya, dibuat garis bantu, betul. Sehingga kamu mudah untuk melihat, kecuali kamu pakai buku kotak-kotak atau millimeter. Banyak kemarin yang menggambar koordinat kartesius tidak pakai penggaris.” (sambil membuat garis

bantu pada titik-titik koordinat).

A34. G : “Ya ini hanya mengulang sehingga Bu Ajeng supaya kamu tahu caranya untuk menggambarkan, sehingga tidak hanya melihat gambar yang sudah jadi, tetapi kamu bisa menggambarkan. Perhatikan, vieri (memenggil nama salah

satu siswa), koordinat A?

A35. S : “Dua koma satu.”

A37. G : “Rahma (memanggil salah satu siswa), koordinat D? D,Delta. Temannya diam dulu.”

A38. S : “Tiga negative dua.”

A39. G : “Tiga koma negative dua, ya betul. Ya, Yosua (memanggil

nama salah satu murid) koordinat B, Beta. Biar temannya

juga pinter ya, jangan dikasih tahu, supaya bisa semua.

Koordinat B.”

A40. G : “Tadi katanya koordinat kartesius itu X, Y. X nya melihat dimana itu ditarik dari sumbu X. jadi B nya ini koordinat kartesiusnya?” (sambil menunjuk koordinat B)

A41. S : “Negative tiga koma empat.”

A42. G : “Dengar nggak? (bertanya kepada siswa yang duduk di

depan) nggak denger kok Hilda. (sambil bertanya kepada

siswa yang duduk di ujung depan)

A43. S : “Negative tiga koma empat.”

A44. G : “Negative tiga koma empat. Bisa ya Yos nanti kalau nuliskan lagi. Jangan kosong.”

A45. G : “Reza C (memanggil nama salah satu murid), nggak usah pake kode (sambil memperingatkan teman yang member

kode kepada siswa yang ditunjuk), kasihan nanti temannya

kalau tidak bisa. C, Charlie. Nggak kelihatan? Coba maju sik.”

A46. S : “Empat sama lima.”

A47. G : “Hah? empatnya yang mana, yang dimana empatnya?”

A48. S : “Lima sama empat ding.”

A49. G : ”Lima sama empat. Kalau Bu Ajeng menuliskan begini

(menuliskan tanda kurung buka dan kurung tutup, kemudian memberikan tanda koma di dalam kurung) yang depan ini

berapa?”

A50. S : “Lima.”

A51. G : “Lima. Yang belakang ini?”

A52. S : “Empat.”

A53. G : “Teman-teman, bener nggak ini?”

A54. SS : “Ya.”

A55. G : “Ya, oke. Itu yang E silahkan dicari sendiri. Nah tolong semuanya sekarang supaya kamu ingat lagi semuanya, gambarlah titik-titik berikut P, Q, R, S (guru menuliskan

titik P, Q, R, S di papan tulis) di bidang koordinat kartesius.

Semuanya melukis, menggambar, supaya masuk ke persamaan garis lurus kamu sudah lancar ini.”

A56. G : “Yang perlu diingatkan Bu Ajeng adalah skala harus sama, nggak boleh X nya, sumbu X nya satu sentimeter, yang sumbu Y nya setengah sentimeter. Skalanya sama, kalau satu sentimeter, satu sentimeter semua.”

(guru menuliskan titik koordinat P (-3,5), Q (3,4), R (-2,-4), S (-3,2). siswa

diberi waktu untuk mengerjakan atau menggambarkan titik koordinat P, Q, R, S, guru mengawasi siswa dari belakang)

(Ada siswa yang menunjukkan jari dan bertanya kepada guru, lalu guru datang menghampiri siswa yang bertanya).

A57. S : “Bu Ajeng.”

A58. G : “Ya.”

A59. S : “Kan gini Bu, ini negative tiga koma lima to, negatif tiga berarti bisa ke kiri apa ke bawah to?”

A60. G : “Negative tiga, x nya negative tiga, absisnya negative tiga, kemudian y nya lima. Iya to?”

A61. S : “Oh iya Bu.”

A62. G : “Iya, selalu melihat x koma y, x koma y, itu terus. Sumbu x adalah tempatnya titik-titik x ini (sambil menunjuk titik-titik

x pada koordinat P, Q, R, S). Sumbu y adalah titik-titik yang

y, ordinat. Absis koma ordinat, x koma y, absis, x itu absis. Bu Ajeng mau tanya, ordinat dari titik Q berapa?”

A63. SbS : “Tiga. Tiga. Tiga.”

A64. G : “Ordinat dari titik Q?”

A65. SbS : “Negative tiga koma lima. Empat.”

A66. G : “Ordinat bukan koordinat.”

A67. SbS : “Empat.”

A68. G : “Empat. Pertanyaan lagi, absis dari S berapa?”

A69. SbS : “Dua, tiga, negative tiga, dua.”

A70. G : “Dua atau negative tiga?”

A71. SS : “Negative tiga.”

A72. G : “Negatif tiga. Koordinat dari R?”

A73. S : “R Bu?”

A74. G : “Koordinat dari R?”

A75. SbS : “Negative dua koma negative empat.”

A76. G : “Negative dua koma negative empat. Sekarang ordinat P.”

A77. S : “Lima.”

A78. G : “Lima. Absisnya R.”

A79. S : “Negative dua.”

A80. G : “Ya, jangan sampai itu tidak tahu ya. Absis ordinat. x koma y.”

A81. G : “Ya Vieri, kamu sudah selesai?” (guru bertanya kepada

salah satu siswa yang bernama Vieri)

A82. S : “Belum.”

A83. G : “Mau belajar ndak?”

A84. S : “Mau Bu.”

A85. G : “Ya nek mau, menggambar. Ayo. Kalau kamu ndak berlatih, kamu ndak bisa lho Vieri.”

(guru memberi waktu kepada siswa untuk menggambarkan titik-titik koordinat tersebut)

A87. SbS : “Belum. Belum.”

(Guru menghapus papan tulis, supaya nantinya dapat digunakan untuk menggambarkan titik koordinat)

A88. G : “Yuk Purwanto, letakkan titik P. Pakai penggaris supaya tepat.” (guru memanggil nama salah seorang siswa untuk mengerjakan di depan)

A89. G : “P nya Purwanto, R nya Vieri, Q nya Aditya, S nya Yoshua.” (guru memanggil beberapa nama siswa untuk

maju menggambarkan).

A90. G : “Yuk Purwanto. Yuk Dit, pakai penggaris supaya ini,”

(sementara ada siswa yang mengerjakan di depan, siswa yang lain mengerjakan masing-masing di buku mereka. Guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa).

A91. G : “Yoshua sudah? Kalau sudah tuliskan.”

A92. G : “Ayo Vieri. Purwanto sudah? Ayo to, di depan saja. Kamu apa? Titik apa?”

A93. S : “P.”

A94. G : “P. Ayo gambarkan titik P.” (Guru berjalan ke depan kelas)

A95. G : “Tiga koma empat. Betul Q nya.” (guru mengoreksi hasil

pekerjaan siswa di papan tulis).

A96. G : “Nah, x koma y. Ayo Rizal. Yoshua.” A97. S : “Aku yang mana Bu?”

A98. G : “Oh Rizal tadi nggak ya? Yoshua sama Purwanto ya? Nggak nggak, kamu nggak.”

A99. G : “Yuk Purwanto, Yoshua.”

(Ketika ada siswa yang mengerjakan di depan kelas, ada beberapa siswa yang jalan-jalan ke bangku teman yang lain untuk berdiskusi)

A100. S : “Maju Pur. Yos maju. Kowe disik Pur.”

A101. G : “Ayo Pur. Ya nggak papa bareng.”

A102. G : “Kalau sudah, duduk, nanti dilihat Bu Ajeng.”

A103. G : “Ayo Yoshua.”

A104. G : “Ssstt…yang lainnya ayo.”

(Guru mengoreksi pekerjaan siswa di papan tulis)

A105. G : “Ya, P, Q, R sudah betul. P, Q, R sudah betul, tinggal S.” (Guru berjalan keliling kelas dan menghampiri siswa yang tidak memperhatikan)

A106. G : “Ya, coba perhatikan yang S. lihat, S bener nggak ini?” (siswa menggambarkan koordinat titik S (-3,2) pada koordinat (2,-3)

A107. SS : “Salah.”

A108. G : “Salahnya dimana?”

A109. S : “X nya.”

A110. G : “Nah, x koma y. x itu ya di sumbu x nya, negative tiga. Ini berapa ini?” (guru bertanya kepada siswa yang mengerjakannya)

A112. G : “Dua. Lha negative tiganya mana? Negative tiganya mana?”

A113. S : “Ini Bu.” (sambil menunjukkan bilangan negative tiga pada

sumbu x)

A114. G : “Ini. Duanya nanti dimana?”

(siswa menunjukkan bilangan dua pada sumbu y, kemudian guru memberikan sepidol kepada siswa untuk membenarkan gambarnya).

A115. G : “Itu dihapus dulu.”

(Guru meminta tolong kepada salah seorang siswa untuk menyalakan LCD Projector).

(Guru mendampingi siswa yang sedang mengerjakan di papan tulis).

A116. G : “Ya, tulis S nya.”

A117. G : “Ssstttt…” (guru menenangkan suasana kelas yang mulai

gaduh).

A118. G : “Ya, sudah ya. Ada yang masih bingung gambar? Purwanto? Bisa ya sekarang? Yoshua bisa sekarang? Vieri? Rizal?”

A119. G : “Oke. Sekarang bisa nggak gambar titik di bidang koordinat kartesius? Bisa nggak sekarang? Bisa nggak kamu sekarang?”

A120. SbS : “Lumayan nggak bisa.”

A121. G : “Lumayan? Jadi mesti banyak latihan.”

A122. SbS : “Weee.” (mengolok-olok teman yang membuka screen di

depan kelas).

A123. G : “Sudah betul, sekarang semangat to?” (guru memberikan

apresiasi kepada siswa yang telah membantu tanpa dimintai tolong).

A124. G : “Ya coba diskusikan ini.”

(suasana kelas sedikit gaduh, namun masih dalam batas wajar)

A126. G : “Ayo Vieri nek pengen tambah pinter, cepet kerjakan.”

A127. G : “Titik-titik artinya dan seterusnya ya sampai seribu.”

A128. SS : “Ya bu. Ya.”

A129. G : “Kamu isikan harga foto copynya berapa.”

A130. SbS : “Seratus, dua ratus, tiga ratus, empat ratus, lima ratus.”

A131. G : “Ya nanti kamu bisa besok usaha foto copy itu. Nek ngitunge bener. Kalau ngitungmu salah ya jangan kok. Bangkrut kamu nek ngitunge rung bener.”

(guru menyelipkan lelucon yang masih berhubungan dengan soal yang diberikan. Siswa menanggapinya dengan senang).

A132. G : “Ayo semuanya, nanti ada pertanyaan di bawahnya. Kamu lengkapi ya harga foto copynya berapa. Ini kamu lengkapi

(sambil menunjuk pada kolom harga foto copy). Tapi ditulis

dulu, nanti di slide berikutnya ada pertanyaan lebih lanjut.” (siswa menulis soal yang ditampilkan di screen)

A133. G : “Doni bisa ya koordinat kartesius? (bertanya kepada salah

seorang siswa). Bisa ya?

A134. G : “Jangan sampai terbalik ya. Ini sebagai dasar dari nanti kamu masuk persamaan garis lurus, koordinat kartesius itu. Jadi kalau kamu tidak bisa, kamu nanti kesulitan.”

A135. G : “Micu, Micu, letakkan dulu. Letakkan di depan.” (guru

menegur siswa yang bermain penggaris kayu).

A136. G : “Sudah?”

A137. SbS : “Belum.”

A138. SbS : “Lah Bu, aku belum e Bu, lha kok dimatiin bu?” (suasana kelas terkesan sedikit gaduh karena guru menutup slide).

A139. S : “Bu, Bu, itu ditulis nggak?”

A140. G : “Iya.”

A141. G : “Menemukan ini.” (sambil menunjukkan tulisan

“menemykan” dan kemudian dibenarkan penulisannya). A142. G : “Itu belakang kalau dinyalakan nggak ganggu ya? Matanya

A143. SbS : “Panas Bu. Panas Bu.”

A144. G : “Tapi matanya sakit itu.”

A145. S : “Nggak. Nggak.”

A146. G : “Nggak, matanya sakit nanti.”

A147. G : “Yuk, nanti Bu Ajeng pengen beberapa anak setelah diskusi, tolong ini dijawab disampaikan.”

A148. G : “Micu, Micu.” (guru memanggil nama anak yang tidak

memperhatikan dan ribut dengan temannya, kemudian mendekatinya).

(ada beberapa siswa yang sibuk sendiri dengan temannya, ada juga yang memang mengerjakan dengan sungguh. Sementara siswa mengerjakan soal dan berdiskusi, guru berkeliling, kemudian mengawasi siswa dari belakang kelas sambil berdikusi dengan pengamat).

A149. G : “Sudah?”

A150. SbS : “Sudah. Belum Bu.”

A151. G : “Sudah dijawab?”

A152. SbS : “Belum Bu.”

A153. G : “Ya, dijawab dulu. Ini dimatikan Bu Ajeng dulu ya biar nggak panas.”

A154. G : “Sudah ya?”

A155. SbS : “Sudah Bu.” A156. Sbs : “Belum Bu.”

A157. G : “Terus diskusi kalau sudah. Ini yang dimatikan Bu Ajeng dulu.”

A158. S : “Bentar Bu, bentar.”

A159. G : “Micu boleh matikan Micu. (meminta tolong kepada salah

seorang siswa untuk mematikan LCD Projector). Matikan

Micu, panas.”

(ada salah seorang siswa yang tidak dimintai tolong oleh guru, hendak mematikan LCD Projector, namun tidak sampai karena kurang tinggi, dan sesaat siswa tersebut menjadi pusat perhatian seisi kelas).

A160. G : “Nanti malah jatuh, yang anu aja,”

(kemudian siswa yang ditunjuk mematikan LCD Projector).

A161. G : “Ya semuanya diskusi.”

A162. S : “Diskusi.”

A163. G : “Vieri.” (memberikan kode kepada siswa yang dipanggil

untuk menggulung screen).

A164. G : “Yuk.” (guru mulai berkeliling untuk mendampingi siswa

dalam berdiskusi dan mengerjakan tugas).

A165. G : “Ayo, sana berempat itu.” (sambil menunjuk ke arah kanan

belakang).

A166. G : “Kamu geser kesana.” (guru meminta siswa yang duduk di

paling belakang untuk bergeser ke kursi sebelah dan kemudian menyuruh pengamat untuk duduk).

(guru mengamati siswa dari belakang kelas, sambil berdiskusi dengan pengamat, kemudian dilanjutkan berkeliling kelas).

A167. G : “Ya, sudah belum?”

A168. SbS : “Belum.”

(para siswa asik berdiskusi dengan teman yang lain, namun ada juga siswa yang bercanda dan ribut dengan temannya).

A169. G : Bagas. Bagas. Dion. (guru memperingatkan siswa yang

ribut dengan temannya).

(guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan bersama dengan temannya, dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berjalan-jalan dan berpindah tempat untuk mencari teman yang cocok untuk diajak berdiskusi).

A170. G : “Ya stop. Semua di tempatnya, yuk.”

A171. G : “Ya, coba perhatikan, dari table itu setelah kamu mengisikan. Setelah kamu mengisikan, coba masih ada yang bersuara sendiri. Setelah kamu mengisikan table ya, coba dari kelompoknya Ester dulu yang di sana itu (sambil

menunjuk ke arah pojok kiri belakang) siapa yang akan

mewakili ya. Ee siapa yang akan mewakili?”

A172. G : “Dari table itu, hubungan apa yang terjadi dari banyaknya kertas dan harga foto copy? Di sana dulu, siapa yang akan

mewakili?” (menunjuk ke arah kiri belakang).

A173. S : “Korespondensi satu-satu.”

A174. G : “Korespondensi satu-satu. Hubungan dari banyaknya kertas dan harga foto copy. Jadi kalau korespondensi satu-satu itu sudah ke fungsi ya. Kita tinggalkan fungsi, dengan bukan gambarnya, bukan satu relasi apa, tapi kamu melihat di situ dari lembar kertas dan banyaknya. Ya memang dari fungsi korespondensi satu-satu itu, tidak salah. Hanya di sini yang diminta itu hubungan apa yang terjadi, lembar banyaknya kertas itu dengan harga foto copy dengan kata-kata.”

A175. S : “O bertambah.”

A176. G : “Di sini? (sambil menunjuk siswa yang duduk di bagian

tengah). Apa sana ada yang mau nambahkan? (menunjuk

bagian kiri belakang).

A177. G : “Jawabannya korespondensi satu-satu? Ya, itu yang dikehendaki jawabannya bukan relasi dalam arti kemarin, fungsi kemarin, tetapi dengan kalimatmu, apa yang kamu lihat antara banyaknya lembar kertas dengan harga foto copy itu.”

A178. S : “Dibagi seratus.”

A179. G : “Dibagi seratus. Di sini?” (sambil menunjuk siswa yang

duduk di bagian tengah).

A180. SbS : “Perkalian Bu. dikali Bu dikali.”

A181. G : “Sik sebentar, kalau sudah stop, lainnya.”

A182. S : “Perkalian, kali seratus.”

A183. G : “Perkalian, kali seratus. Yang dikalikan apa?”

A185. G : “Sini?” (menunjuk kelompok siswa yang duduk di kolom

tengah bagian belakang).

A186. S : “Perkalian Bu.”

A187. G : “Perkalian dari apa dengan apa? Perkalian harga foto copy dengan banyaknya kertas. Harga foto copy yang mana itu?” (bel istirahat berbunyi, siswa segera bergegas untuk keluar kelas)

2. Transkripsi Proses Pembelajaran Matematika Pada Pertemuan Kedua (guru masuk ke dalam kelas, suasana kelas lebih tenang)

B1. G : “Ya, kemarin kamu sampai ke nomor dua, yaitu hubungan antara banyaknya kertas dan harga. Nah kemudian bu Ajeng minta kamu gambar. Jadi nomor tiga itu pertanyaannya,”

B2. G : “Nomor empat menggambar ya, nomor tiga dulu, apakah masing-masing baris pada table, baris tau ya, garis yang ini ya

(sambil memeragakan garis horizontal dengan tangannya)

mendatar itu. Tapi kalau kolom yang ke kanan itu ya. Apakah masing-masing baris pada table yang kamu isikan kemarin nilai-nilainya, itu memenuhi persamaan y=100x?”

B3. SbS : “Iya.”

B4. G : “Iya. Mengapa? Kamu menjawab iya, pasti ada dasarnya ya, ada alasannya ya. Apa? Ternyata kalau kamu isikan bagaimana? Memang memenuhi ya? Kalau x nya itu, dia pemisalannya adalah banyaknya kertas, dan y itu adalah harga foto copynya. Ternyata kalau itu kamu masukkan satu per satu, dia akan memenuhi, persamaan itu akan benar ya? Benar nggak itu kalau kamu masukkan?”

B5. S : “Benar.”

B6. G : “Benar ya? Bu Ajeng harapkan kamu di rumah sudah mengerjakan itu. Nah sekarang nomor empat. Yang nomor tiga kamu lihat, persamaannya kan y=100x (guru menuliskan

persamaan di papan tulis). X nya ini, apa x nya disitu

pemisalannya? Apa?”

Dokumen terkait