• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.2. Hasil Pengujian Engine Test Bed TD - 115

4.3.9. Persentase Heat Loss

Panas yang masuk ke mesin diberikan oleh persamaan (2.16). Q = 0.1748571 x 56171.9168

= 9822.058473

Maka besarnya persentase panas yang terbuang dari mesin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.17).

Dengan memasukkan nilai Te dan LHV untuk Pertadex pada putaran 1800 rpm, pembebanan 3.5 kg maka didapat % Heat Loss sebagai berikut:

% ������������ℎ���� =(13.18148766 + 0.174857143 )x 140 –30 x 1.005

0.174857143 � 56171 .9168 �100%

= 9.246852137 %

Dengan menggunakan perhitungan yang sama pada variasi nilai LHV untuk setiap persetase campuran polipropilena cair, dan putaran maka didapat nilai persentase heat loss seperti ditunjukkan pada Tabel 4.27 dan 4.28 dibawah ini:

Tabel 4.27 Persentase Heat Loss pada beban 3,5 Kg Putaran Persentase Heat Loss (%) pada beban 3.5 Kg

Pertadex PP 5% PP 10% PP 15% PP 20% PP 25% 1800 9.2468521 7.8075497 9.7017438 10.1424281 10.15121391 10.30563883 2000 11.36072 9.3686749 10.6138935 11.0812057 11.13841495 11.83642031 2200 13.004338 10.689147 12.3378444 12.3839065 12.36922731 12.86967431 2400 14.454052 12.390832 13.1619875 13.2975664 13.37243141 14.46308217 2600 16.116406 13.292642 14.3736444 14.1895145 14.21825322 15.44633922 2800 18.071295 14.163628 15.4526064 16.0389226 15.75416329 17.4297885

Tabel 4.28 Persentase Heat Loss pada beban 4,5 Kg

Putaran

Persentase Heat Loss (%) pada beban 4.5 Kg

Pertadex PP 5% PP 10% PP 15% PP 20% PP 25% 1800 10.067389 8.6227401 11.0907344 10.6416962 9.811322277 11.24192947 2000 11.4566 10.073551 11.9988558 11.3030253 11.91158933 12.74042227 2200 13.409526 10.660741 13.1669043 12.3645387 13.76093566 13.85660283 2400 14.128531 11.455573 14.2711273 13.3481109 14.665225 14.72304759 2600 15.728107 12.97138 15.2861166 14.7258015 16.14561774 16.15001186 2800 18.438361 13.588553 16.86309 16.3721318 17.42845751 17.66297085

• Pada pembebanan 3.5 kg persentase heat loss tertinggi terjadi pada penggunaan bahan bakar pertadex putaran mesin 2800 yaitu sebesar 18.07% sedangkan persentase Heat Loss terendah terjadi pada penggunaan campuran polipropilena cair 5% putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 7.80%.

• Pada pembebanan 4.5 kg persentase heat loss tertinggi terjadi pada penggunaan bahan bakar pertadex putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 18.43% sedangkan Persentase Heat Loss terendah terjadi pada penggunaan campuran polipropilena cair 5% putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 8.62%.

• Persentase Heat Loss dipengaruhi oleh nilai Heat Loss yang didapat dari hasil analisa serta laju aliran bahan bakar, nilai kalor bahan bakar juga berpengaruh pada nilai persentase heat loss pada analisa yang dilakukan. Grafik hasil dari persentase heat loss untuk masing-masing bahan bakar, pembebanan dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan 4.21 dibawah ini:

Gambar 4.20 Persentase Heat Loss vs Putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg

Gambar 4.21 Persentase Heat Loss vs Putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1800 2000 2200 2400 2600 2800 He at L oss (% ) Putaran (Rpm)

% Heat Loss pada Pembebanan 3,5 Kg

Pertadex PP 5% PP 10% PP 15% PP 20% PP 25% 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1800 2000 2200 2400 2600 2800 He at L oss (% ) Putaran (Rpm)

% Heat Loss pada Pembebanan 4,5 Kg

Pertadex PP 5% PP 10% PP 15% PP 20% PP 25%

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Semakin besar penambahan persentase campuran minyak polipropilena maka, Daya , Efisiensi volumetris, Rasio udara bahan bakar, Daya aktual dan Efisiensi thermal aktual cenderung menurun, sementara Laju aliran ahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik, Heat loss dan Persentase Heat loss Cenderung meningkat. Dari hasil pengujian berdasarkan jumlah campuran bahan bakar pertamina dex dan polipropilena cair yang digunakan diantaranya pertamina dex, PP5%, PP10%, PP15 %, PP20%, PP25% diperoleh bahwa :

Hasil yang mengalami kenaikan,yaitu:

Laju aliran bahan bakar (mf) meningkat pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat mf sebesar 0.19kg/jam, serta pada bahan bakar pertadex yang di dapat sebesar 0.17 kg/jam.

• Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) meningkat pada putaran 1800 rpm dibeban 3.5 kg, penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat SFC sebesar 170.95 gr/kWh, serta pada bahan bakar pertadex yang di dapat sebesar 114.58 gr/kWh.

• Heat Loss meningkat pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat SFC sebesar 1019.42W dan pada pertadex yang di dapat sebesar 908.23W.

• Persentase Heat Loss meningkat pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat sebesar 10.30% dan pada bahan bakar pertadex yang di dapat sebesar 9.24%.

Hasil yang mengalami penurunan, yaitu:

Daya menurun pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat daya sebesar 1.11 kW dan pada bahan bakar pertadex yang di dapat sebesar 1.52kW.

Efisiensi volumetris menurun pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaa campuran polipropilena cair 25% di dapat � sebesar 74.69% dan pada bahan bakar pertadex yang di dapat sebesar 91.40%.

Rasio udara bahan bakar menurun pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, pada penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat AFR sebesar 56.68, sedangkan pada bahan bakar pertadex sebesar 75.38. Daya aktual menurun pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaan

campuran polipropilena cair 25% di dapat daya aktual sebesar 0.28 kW dan pada bahan bakar pertadex yang di dapat sebesar 0.66 kW.

Efisiensi termal aktual menurun pada putaran 1800 rpm di beban 3.5 kg, penggunaan campuran polipropilena cair 25% di dapat � sebesar

10.38% dan pada pertadex yang di dapat sebesar 24.30%.

5.2 Saran

1. Mempertimbangkan perbandingan energi yang digunakan untuk megolah sampah plastik menjadi manjadi plastik baru dengan mengolah plastik menjadi bahan bakar.

2. Menperhitungkan kualitas minyak polipropilena unutk masa waktu penyimpan dalam waktu lama.

3. Adanya studi perancangan alat proses pirolisis, dikarenakan terdapat banyak kajian yang dapat di analisa seperti : bentuk tungku reaktor dan pendinginan minyak hasil pemanasan dalam tabung sepusat alat penukar kalor yang di gunakan agar mendapatkan hasil minyak yang lebih banyak. 4. Untuk peneliti kedepannya yang mengunakan supercharger agar

ditambahkan alat pendingin udara (intercooler) untuk meningkatkan effisiensi volumetrik. Hal ini dikarenakan jika udara yang masuk keruang bakar terlalu panas maka volume udara nyang bisa masuk keruang bakar jadi sedikik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Plastik

Sejak tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Plastik digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini. Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan.

Pada akhir abad ke-19 ketika kebutuhan akan bola biliar meningkat, banyak gajah dibunuh untuk diambil gadingnya sebagai bahan baku bola biliar. Pada tahun 1866, seorang Amerika bernama John Wesley Hyatt, menemukan bahwa seluloid bisa dibentuk menjadi bahan yang keras. Ia lalu membuat bola biliar dari bahan ini untuk menggantikan gading gajah. Tetapi, karena bahannya terlalu rapuh, bola biliar ini menjadi pecah ketika saling berbenturan.Bahan sintetis pertama buatan manusia ditemukan pada tahun 1907 ketika seorang ahli kimia dari New York bernama Leo Baekeland mengembangkan resin cair yang ia beri nama bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini terbentuk, tidak akan bisa berubah. Bakelite ini bisa ditambahkan ke berbagai material lainnya seperti kayu lunak.Tidak lama kemudian berbagai macam barang dibuat dari bakelite, termasuk senjata dan mesin-mesin ringan untuk keperluan perang. Bakelite juga

membuat isolasi listrik. Rayon, suatu modifikasi lain dari selulosa, pertama kali dikembangkan oleh Louis Marie Hilaire Bernigaut pada tahun 1891 di Paris. Ketika itu ia mencari suatu cara untuk membuat sutera buatan manusia dengan cara mengamati ulat sutera. Namun, ada masalah dengan rayon temuannya ini yaitu sangat mudah terbakar. Belakangan masalah ini bisa diatasi oleh Charles Topham.

Tahun 1920 ditandai dengan demam plastik. Wallace Hume Carothers, ahli kimia lulusan Universitas Harvard yang mengepalai DuPont Lab, mengembangkan nylon yang pada waktu itu disebut Fiber 66. Fiber ini menggantikan bulu binatang untuk membuat sikat gigi dan stoking sutera. Pada tahun 1940-an nylon, acrylic, polyethylene, dan polimer lainnya menggantikan bahan-bahan alami yang waktu itu semakin berkurang.

novasi penting lainnya dalam plastik yaitu penemuan polyvinyl chloride (PVC) atau vinyl. Ketika mencoba untuk melekatkan karet dan metal, Waldo Semon, seorang ahli kimia di perusahaan ban B.F. Goodrich menemukan PVC. Semon juga menemukan bahwa PVC ini adalah suatu bahan yang murah, tahan lama, tahan api dan mudah dibentuk.

Pada tahun 1933, Ralph Wiley, seorang pekerja lab di perusahaan kimia Dow, secara tidak sengaja menemukan plastik jenis lain yaitu polyvinylidene chloride atau populer dengan sebutan saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer, namun belakangan diketahui bahwa bahan ini cocok digunakan sebagai pembungkus makanan. Saran dapat melekat di hampir setiap perabotan seperti mangkok, piring, panci, dan bahkan di lapisan saran sendiri. Tidak heran jika saran digunakan untuk menyimpan makanan agar kesegaran makanan tersebut terjaga.

Pada tahun yang sama, dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory menemukan polyethylene. Temuan mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi dunia. Karena bahan ini ringan serta tipis, pada masa Perang Dunia II bahan ini digunakan sebagai pelapis untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar.Pada tahun 1940 penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat radar sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg.

Setelah perang berakhir, plastik ini menjadi semakin populer. Saat ini

polyethylene digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen, tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan makanan. Kemudian pada tahun 1938 seorang ahli kimia bernama Roy Plunkett menemukan teflon. Sekarang teflon banyak digunakan untuk melapisi peralatan memasak sebagai bahan antilengket. Selanjutnya, seorang insinyur Swiss bernama George de Maestral sangat terkesan dengan suatu jenis tumbuhan yang menggunakan ribuan kait kecil untuk menempelkan dirinya. Lalu pada tahun 1957 de Maestral meniru tumbuhan tersebut untuk membuat Velcro atau perekat dari bahan nylon.

2.1.1 Defenisi Plastik

Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tertentu, “ jika tidak banyak bercampur silang antar jenis satu sama lain. Plastik dapat dicetak (dan dicetak ulang) sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Plastik dapat didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri dan rumah tangga. Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum dengan melihat polimernya (vinyl chloride, polyethylene, acrylic, silicone, urethane, dll). Klasifikasi lainnya plastik adalah polimer; rantai panjang atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".

Perkembangan plastik berasal dari penggunaan material alami, seperti: permen karet, "shellac" sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia seperti karet alami, "nitrocellulose" dan akhirnya ke molekul buatan-manusia seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene. Material plastik pertama kali

dan dicetak. Akan tetapi, pada tahun 1990-an, plastik menjadi bahan atau bagian kebutuhan yang sangat diinginkan. Hal ini terbukti dari meningkatnya plastik yang dibuat dan dicetak pada masa itu.

Tiap tahun, kebutuhan akan plastik semakin bertambah. Pada tahun 2000 -an plastik dicetak sebanyak ratusan juta ton. Terbayang bukan, betapa banyaknya kebutuhan orang akan plastik sebab hampir semua bahan dan alat yang kita gunakan terbuat dari plastik, semisal botol, sandal, tas, keranjang, ember, dan gelas. Plastik menjadi primadona karena dianggap awet, kuat, dan ringan. Meski bersifat hampir sama dengan logam (awet dan kuat), tapi logam dianggap terlalu berat dan mahal. Akhirnya, hal itu yang membuat kebutuhan plastik di dunia semakin tinggi.

Dari jumlah plastik yang dikomomditi dengan yang diaur ulang tidaklah seimbang. Sebanyak miliaran botol plastik telah menjadi sampah percuma hampir setiap tahunnya, sedangkan yang didaur ulang hanya jutaan botol plastik saja. Ini yang menyebabkan permasalahan limbah plastik di dunia semakin meningkat tiap tahunnya.

2.1.2 Pembuatan Plastik

Plastik terbentuk dari unsur-unsur seperti karbon, oksigen, hydrogen, klorin, belerang dan nitrogen. Awalnya plastik dibuat dari bahan bahan natural seperti tanduk hewan, shellac (sekresi serangga kecil) dan getah perca.

Pada tahun 1869, plastic sintetis pertama dbuat dari sesulosa yang merupakan bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Wesley Hyatt, penemu asal Amerika menemukan bahwa sesulosa nitrat dapat dijadikana plastik dengan menambahkan kamper. Plastik sintetis pertama yang diakui secara komersial disebut seluloid. Plastik ini digunakan sebagai bahan pembuat sisi, gigi palsu, bingkai kacamata, dll.

Pengetahuan sifat termal dari berbagai jenis plastik sangat berguna untuk proses pembuatan serta daur ulang plastik. Sifat-sifat termal yang penting adalah titik lebur (Tm),temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur ketika plastik mengalami perengganan struktur

sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya.Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi termal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi padasuhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik.

Jenis Bahan Tm (°C) Tg (°C ) Temperatur

Dekomposisi (°C) PP 168 5 80 HDPE 134 -110 82 LDPE 330 -115 260 PA 260 50 100 PET 250 70 100 ABS - 110 85 PS - 90 70 PMMA - 100 85 PC - 150 246 PVC - 90 71

Wadah, kotak, dan tempat sampah plastik secara luas digunakan di seluruh dunia untuk menyimpan beragam jenis produk cair maupun padat. Penemuan revolusioner terjadi pada tahun 1951, dua kimiawan muda menemukan polipropilena dan polietilena. Penemuan ini membuka jalan bagi beragam produk-produk plastik yang kita kenal sekarang ini. Plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Plastik dapat dibuat dari beberapa sumber, antara lain:

Pembuatan Plastik dari Minyak Bumi

Pertama – tama, minyak mentah yang baru dipompakan keluar dari dalam tanah diangkut ke kilang minyak. Pada kilang minyak, minyak mentah harus melalui proses permurnian bersama degan gas alam. Etana, propana dan berbagai produk petrokimia lainnya dihasilkan oleh proses permurnian. Selanjutnya etana dan propane dipecah dengan menggunakan tungku bersuhu tinggi, etilena dan propilena terbentuk dari proses ini.

Dalam reaktor, etilena dan propilena yang terbentuk digabungkan dengan katalis untuk membentuk zat seperti tepung. Zat yang seperti tepung ini mirip dengan detergen bubuk, zat ini merupakan polimer plastik. Dalam pencampuran yang dilakukan secara terus menerus, beberapa aditif digambungkan dengan polimer, selanjutnya dilakuakn proses ekstruksi, dimana plastik berada dalam bentuk cair.

Plastik yang berada dalam bentuk cair ini dibiarkan mendingin dan kemudian pelletizer digunakan untuk membentuk polimer menjadi pellet-pellet kecil. Pellet-pellet-pellet plastik ini kemudian dikirim ke para pelanggan. Produsen sisir, botol plastik, gigi palsu dll, membeli pellet-pellet plastik ini untuk digunakan sebagai bahan pembuatan produk- produk mereka.

Membuat Plastik dengan Menambahkan Karbon Dioksida

Sangat luar biasa bahwa plastik dapat dibuat dengan menggunakan minyak bum. Akan tetapi dibutuhkan banyak minyak bumi untuk membuat plastic. Berbagai usaha dilakuakan untuk mencegah habisnya sumber daya alam yang penting ini. Pada Desember 2099, perusahan

Novomer mengumumkan dimulainya komersialisasi bahan polypropylene carbonate (PPC) dengan menggunakan gabungan dari karbon dioksida dan minyak bumi. Dengan menambahkan karbon dioksida, minyak bumi yang dibutuhkan untuk pembuatan plastik berkurang sampai setengahnya.

Pembuatan Plastik dari Jagung

Gula karbohidrat yang terdapat pada jagung dapat digunakan untuk membuat plastik yang bernama polylactide polymer. Penemuan plastik

yang terbuat dari jagung telah mengurangi ketergantungan kita terhadap minyak bumi yang tak terbaharui. Plastik yang terbuat dari jagung ini akan meleleh ketika dipanaskan lebih dari 114oC, karna itu plastik yang dibuat dari minyak bumi masih digunakan sampai saat ini

Selain jagung, plastik juga dapat dibuat dari jeruk. Para ilmuwan masih terus mencari senyawa yang dapat menggantikan minyak bumi dalam proses pembuatan plastik. Semoga saja dimasa depan akan ditemukan bahan baru pembuat plastik yang dpat diperbaharui sebagai pengganti miyak bumi yang tidak dapat diperbaharui.

2.1.3 Daur Ulang Plastik

Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas. Empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai.

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel. Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional.

Produksi plastik pada tahun 2012 tercatat sebanyak 57 juta ton di Eropa dan 288 juta ton diseluruh dunia. Di Indonesia, pemakaian plastik sudah meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2011, Indonesia telah memakai plastik 10 kg per kapita per tahun. Bagaimanapun pemakaian plastik dalam jumlah besar akan memicu permasalahan lingkungan karena sifat plastik yang tidak dapat terurai secara alami. Tabel 2.2 berikut menunjukkan penggunaan atau konsumsi plastik di beberapa negara di dunia.

Tabel 2.2 Pemakaian Plastik Perkapita Beberapa Negara di Dunia.

Negara Konsumsi Per kapita dalam kg

India (1998) 1,6 India (2000) 4,0 Vietnam 1,5 China 6,0 Indonesia 8,0 Mexico 13,0 Thailand 18,0 Malaysia 22,0 Eropa Barat 60,0 Jepang 70,0 Amerika Utara 78,0 2.1.4 Plastik Polipropilena

Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.adapun jenis plastik nomor 5 polipropilena (PP). Berikut merupakan Gambar 2.1 logo plastik jenis polipropilena.

Polipropilena atau polipropena (PP) adalah sebua

yang dibuat ole

Penggunaan polipropilen kebanyakan pada kemasan minuman, komponen otomotif, perlengkapan rumah tangga, dan mainan. Polipropilen dapat diekstrusi menjadi bentuk serat atau kawat untuk penggunaan pengikat pada karpet. Limbah plastik yang terbuat dari polipropilen (PP) mengandung 85% karbon dan sisanya adalah hidrogen, hal ini membuat material ini sangat cocok untuk didaur ulang menjadi produk hidrokarbon yang berguna seperti bahan bakar. Polipropilen (PP) membutuhkan energi aktivasi yang lebih rendah untuk memecah ikatan C – H daripada polietilen (PE) karna rantai karbon polimer PP terdiri dari atom karbon tersier yang kurang tahan terhadap degradasi. Polimer adisi yang terbuat dari polipropilena monomer, permukaannya tidak rata serta memiliki sifat resistan yang tidak biasa terhadap kebanyakan pelarut kimia, basa dan asam. Sifat umum

Dokumen terkait