• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan pengambilan sampel pada musim kemarau agar mendapatkan hasil yang lebih representatif.

2. Perlu dilakukan penilaian kualitas lingkungan perairan dengan menggunakan metode indeks biotik yang lain agar mendapatkan perbandingan hasil penilaian tingkat kualitas perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. Tanpa tahun. The Aquatic Invertebrates Of Alberta Textbook-2 :

‘Arthropoda’. Department of Biological Sciences University of Alberta.

Anonimus. Tanpa tahun. The Aquatic Invertebrates Of Alberta Textbook-2B :

‘Arthropoda’. Department of Biological Sciences University of Alberta.

Anonimus. 1988. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : Kep-02/MenKLH/I/1988. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Aswari Pudji. 2001. Keragaman Serangga Air di Taman Nasional Gunung Halimun. Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. Berita Biologi, 5(5).

Borror, Donald J., Triplehorn, Charles A., dan Norman F. Jhonson. 1992.

Pengenalan Pelajaran Serangga. UGM Press. Yogyakarta.

Brower, J. E., Jerrold, H. Z., Car I. N. V. E. 1998. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Fourth Edition. The MacGraw-Hill companies, USA. New York.

Cummins, K.W. 1975. Macroinvertebrates. Hal. 170. In Whitton, B.A (Ed).

River Ecology. Blackwell Scientific Publication. Oxford

Google Maps. 2007. http://maps.google.com. Diakses pada tanggal 7 Desember 2011

Lee, C. D. Wang and C. L. Kuo. 1978. Benthic Macro Invertebrates and Fish Biological Indicators of Water Quality with Reference to Community Diversity Index. Asian Institute Tecnology. Bangkok.

Mahajoeno, E., Efendi, M., dan Ardiansyah. 2001. Keanekaragaman Larva Insekta pada Sungai-sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta. Biodiversitas, 2(2).

Natawigena, H. 1989. Entomologi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.

Ningsih, P. A. 2004. Indeks Biotik BMWP-aspt Dan TBI Pada Mintakat Riparian Sebagai Penduga Kualitas Perairan Anak Sungai Hulu Kali Janjing, Mojokerto. Skripsi. FMIPA Unair, Surabaya.

Novitasari L., Reni D., Bachtiar. 2009. Makalah Biologi Keanekaragaman Hayati dan Klasifikasi Makhluk Hidup. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta

Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi, edisi ketiga. (terjemahan Tjahjono Samingan). Gajah mada University Press. Yogyakarta.

Putra, Nugroho, S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.

Rahayu, S., R.H. Widodo, M. Van Nordwijk, I. Suryadi, B. Verbist. 2009.

Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre. Bogor.

Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Sastrawijaya, A. T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Soegianto, A. 2004. Metoda Pendugaan Pencemaran Dengan Indikator

Biologis. Airlangga University Press. Surabaya.

Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar. Airlangga University Press. Surabaya.

Subyanto, Sulthoni, A., Sri Suharni S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.

Sudaryanti, S., Soehardjan, M., dan Wardojo, S. 2001. Status Pengetahuan Tentang Potensi Serangga Akuatik dan Pengembangannya sebagai Indikator Cemaran Air. Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. PEI & Yayasan Kehati.

Sutapa, I., S. Unon Purwati. 1991. Menilai Kesehatan Sungai Berdasarkan Indikator Biologis : Studi Kasus Sungai Babon. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan; Tahun I/1999, No. 3

Trihadiningrum, Y. 1995. Strategy Toward Water Quality Management Blawi River System in East Java Indonesia. Thesis. Universiteit Antwerpen UniversitaireInstelling Antwerpen department Biologie. Wilrijk.

Wardhana, W. 1999. Perubahan Lingkungan Perairan dan Pengaruhnya Terhadap Biota Akuatik. Jurusan Biologi FMIPA UI. Jakarta.

Wardhana, W. 2006. Metoda Prakiraan Dampak dan Pengelolaannya Pada Komponen Biota Akuatik. Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan. Universitas Indonesia. Jakarta .

Ward, J. V. 1992. Aquatic Insect Ecology, Biology and Habitat. New York: John Wiley and Sons.

Welch, E.B. 1992. Ecological Effect of Wastewater. 2nd edition. Cambridge University Press. London.

Yeanny, Mayang, S. 2007. Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Muara Sungai Belawan. Jurnal Biologi Sumatera. Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Medan

Lampiran 1. Ringkasan

KEANEKARAGAMAN SERANGGA AIR SEBAGAI PENDUGA KUALITAS PERAIRAN PADA SUNGAI MARON DAN SUNGAI

SEMPUR, SELOLIMAN, TRAWAS, MOJOKERTO

Hendika Yudyanugraha Ferianto, Noer Moehammadi, dan Sucipto Hariyanto Program Studi S1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRACT

This research aims to determine the diversity of aquatic insects and to determine the categories of water quality in Sempur and Maron rivers, Seloliman, Trawas, Mojokerto. The study was conducted at six stations with 3 times of sampling at each station. Each of the two stations represent both of the river and after the two rivers converge. Sampling was used a kick net with a 10-meter plot at each station. The samples were preserved in formalin,and then sorted, and

identified. From 6 stations found 7 ordersconsisting of 15 families, and a total of

individuals is 1627. From calculating of diversity index showed the range of diversity is moderate, because it is on interval 1-3. Categories of aquatic environmental quality in Maron and Sempur rivers based on diversity index of

aquatic insects and biotic index,suggest that the condition is not being polluted to

moderate polluted.

Pendahuluan

Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang mempunyai tingkat keanekaragaman tinggi. Lebih dari 72% anggota kerajaan hewan termasuk dalam kelompok serangga. Dari sekitar 72% total kelompok serangga tersebut, kurang lebih 10% menempati habitat perairan yang terbagi ke dalam 10 ordo yaitu Ephemeroptera, Odonata, Plecoptera, Trichoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Hemiptera, Diptera, Megaloptera, dan Neuroptera. Mereka hidup sebagai herbivor, karnivor, dan detretivor. Serangga akuatik dan komponen biota akuatik lainnya dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat cemaran (Sudaryanti, dkk, 2001).

Penelitian biota air dengan makroinvertebrata, misalnya larva insekta, memiliki banyak manfaat, antara lain untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (antropogenik). Makroinvertebrata merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan akuatik paling sempurna. Hewan ini hidup di dalam sedimen atau substrat dasar sungai, dengan pola migrasi terbatas dan cenderung menetap (Mahajoeno, dkk, 2001).

Baik buruknya kondisi perairan dipengaruhi oleh kegiatan di sekitarnya. Seringkali kegiatan yang ada dapat menurunkan kualitas air yang pada akhirnya akan mengganggu kehidupan biota air. Banyak cara yang digunakan untuk memantau kualitas air, baik secara kimia, fisika, atau biologis (Wardhana, 1999).

Hasil pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika bersifat terbatas dan kurang memungkinkan untuk memantau seluruh perubahan variabel yang berkaitan dengan kehidupan akuatik dan kondisi ekologi. Selain itu cara tersebut memerlukan banyak bahan kimia dan peralatan serta tenaga yang sangat terlatih sehingga penerapannya menjadi tidak praktis dan mahal, apalagi hasil yang didapat sering berbeda jika metode yang digunakan juga berbeda (Wardhana, 1999).

Untuk mengatasi ketidak praktisan pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika, dapat digunakan biota air sebagai penentu kualitas air. Cara biologis penentuan kualitas air dalam bentuk indeks telah dikembangkan dan banyak digunakan di berbagai negara maju. Selain praktis, penentuan kualitas air dengan metode indeks biotik mudah dikerjakan dan tidak memerlukan tingkat keterampilan yang tinggi (Wardhana, 1999).

Sungai Maron dan sungai Sempur merupakan sungai yang terdapat di desa Seloliman, kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Daerah aliran sungai ini melewati area persawahan dan juga pemukiman. Sungai Sempur cenderung digunakan untuk mengairi area persawahan yang berada di sekitarnya, sedangkan untuk sungai Maron memiliki fungsi sebagai sumber tenaga bagi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Seloliman. Kedua sungai tersebut memiliki sumber yang berbeda.

Adanya aktivitas langsung manusia di sungai Maron dan Sempur, serta adanya buangaan limbah dari pemukiman dan area persawahan dapat menyebabkan tergangunya keanekaragaman serangga air pada kedua sungai tersebut. Selain itu limbah dari pemukiman dan area persawahan juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan di sungai Maron dan Sempur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serangga air di sungai Maron dan Sempur, dan untuk mengetahui kategori kualitas perairan sungai Maron dan sempur.

Metode Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali pada 6 stasiun berbeda. Stasiun I dan II mewakili sungai Sempur, Stasiun III dan IV mewakili sungai Maron, sedangkan stasiun V dan VI setelah sungai Maro dan Sempur menyatu. Pengambilan sampel pada stasiun yang sama dilakukan pada hari yang berbeda. Alat yang digunakan untuk menangkap serangga air yang berada pada substrat adalah kick net, sedangkan yang menempel pada bebatuan alat yang digunakan adalah sikat gigi bekas dan sprayer. Sampel yang diambil pada substrat di seluruh bagian sungai yang masuk pada plot (pinggir dan tengah sungai). Semua sampel serangga air yang berada dalam substrat dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi formalin 4% untuk mengawetkan, dan setiap kantong di beri label yang bertuliskan nama stasiun, dan tanggal pengambilan. Kemudian semua sampel tersebut di bawa ke Laboratorium Ekologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Airlangga untuk dilakukan penyortiran, identifikasi, dan analisis data. Untuk mengetahui kualitas perairan sungai Maron dan sungai Sempur, digunakan indeks biotik dengan metode BMWP-ASPT. Faktor fisik kimia yang diamati antara lain suhu, kecepatan arus, pH, lebar dan kedalaman sungai.

Hasil dan Pembahasan

Dari 3 kali pengambilan sampel pada 6 stasiun penelitian, dilakukan penyortiran, dan identifikasi, didapatkan berhasil diidentifikasi sebanyak 7 ordo yang terdiri atas 15 famili. Masing-masing ordo tersebut yaitu, Ephemeroptera (2 famili), Coleoptera (4 famili), Plecoptera (1 famili), Trichoptera ( 4 famili), Neuroptera (1 famili), Odonata (3 famili). Ada 1 famili yang belum dapat teridentifikasi berasal dari ordo Lepidoptera. Dilihat dari jumlah total individu pada keseluruhan stasiun yang didapatkan dari 3 kali pengambilan, maka famili yang memiliki jumlah terbanyak adalah Hydrophilidae berjumlah 581 individu. Sedangkan yang memiliki jumlah total individunya paling sedikit adalah famili Sisyridae) yaitu 1 individu. Apabila dilihat jumlah total individu pada tiap stasiun, maka yang memiliki jumlah terbanyak adalah stasiun III yaitu 771, dan yang memiliki jumlah paling sedikit adalah stasiun II yaitu 61. Dilihat dari tipe makannya famili yang ditemukan pada penelitian ini memiliki berbagai macam tipe (berdasarkan Cummins, 1975) antara lain karnivora (predator) yaitu famili Perlidae dan Gomphidae. Yang termasuk kelompok Collector (filter feeder dan

deposit feeder) pada substrat halus dan juga penyaring makanan yang terlarut

dalam air, yaitu famili Heptageniidae dan Hydropscychidae. Kelompok filter

feeder adalah collector yang mengambil makanan dengan cara menyaring materi

yang terlarut di dalam air. Kelompok deposit feeder adalah collector yang mengambil makanan yang ada di permukaan dasar perairan. Peranan Collectors akan bertambah penting dan akan mendominasi seiring dengan bertambahnya lebar sungai (Soegianto, 2010). Kelompok selanjutnya yaitu herbivora (Grazer),

yaitu famili Elmidae, Glossomatidae. Kelompok detritivor (Shredder), yaitu famili Limnephilidae. Famili yang ditemukan pada penelitian ini merupakan kelompok serangga air yang biasanya terdapat pada sungai-sungai kecil (Mahajoeno, 2001). Daftar Organisme Yang Ditemukan Pada Sungai Maron dan Sempur dapat dilihat pad tabel 1.

Tabel 1.Daftar Organisme Yang Ditemukan Pada Sungai Maron dan Sempur

No

Kelompok Organisme Jumlah Individu Pada

Total Ordo Famili Sungai Sempur Sungai Maron

Sungai Maron dan Sempur Setelah Menyatu Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Stasiun V Stasiun VI 1 Lepidoptera - 2 - - - 2 2 Ephemeroptera Heptageniidae 80 - 113 180 93 58 524 Leptophlebiidae 3 - - - 3 3 Coleoptera Gyrinidae 3 - - - 3 Hydrophilidae 13 - 353 201 14 - 581 Dytiscidae - - - 3 2 - 5 Elmidae - - - 4 7 3 14 4 Plecoptera Perlidae 33 15 37 5 21 6 117 5 Trichoptera Limnephilidae - 14 - - - - 14 Glossomatidae - 13 - - - - 13 Rhyacophilidae - - - 3 2 - 5 Hydropscychidae - - 228 29 7 15 279 6 Neuroptera Sisyridae - 1 - - - - 1 7 Odonata Coenagrionidae - - 40 2 2 2 46 Lestidae - 18 - - - - 18 Gomphidae - - - 2 2 Total 134 61 771 427 148 86 1627

Dari keseluruhan jumlah individu yang ditemukan dapat dihitung indeks keanekaragaman menggunakan indeks Shannon Wiener. Penghitungan indeks keanekaragaman dilakukan pada masing-masing sungai (antar 2 stasiun). Hasil penghitungan indeks Shannon Wiener dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Penghitungan Indeks Keanekaragaman (Indeks Shannon Wiener) No Kelompok Organisme

Sungai Sempur Sungai Maron

Sungai Maron dan Sempur Setelah Menyatu Ordo Famili 1 Lepidoptera - 0,047 0 0 2 Ephemeroptera Heptageniidae 0,366 0,344 0,283 Leptophlebiidae 0,064 0 0 3 Coleoptera Gyrinidae 0,064 0 0 Hydrophilidae 0,181 0,357 0,168 Dytiscidae 0 0,015 0,041 Elmidae 0 0,019 0,135 4 Plecoptera Perlidae 0,345 0,117 0,249 5 Trichoptera Limnephilidae 0,189 0 0 Glossomatidae 0,181 0 0 Rhyacophilidae 0 0,015 0,041 Hydropscychidae 0 0,330 0,222 6 Neuroptera Sisyridae 0,027 0 0 7 Odonata Coenagrionidae 0 0,117 0,070 Lestidae 0,219 0 0 Gomphidae 0 0 0,041 Total 1,683 1,315 1,249

Dari hasil penghitungan indeks keanekaragaman (tabel 2) menggunakan indeks keanekaragaman Shannon Wiener menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman yang terdapat pada sungai Maron, sungai Sempur, dan setelah sungai Maron dan Sempur menyatu adalah 1,683 untuk sungai Sempur, 1,315 untuk sungai Maron, dan 1,249 setelah sungai Maron dan Sempur menyatu. Dari hasil tersebut diketahui bahwa keanekaragaman pada sungai Sempur, sungai Maron dan setelah sungai Maron dan Sempur menyatu termasuk dalam kategori sedang karena berada pada kisaran 1-3. Dari hasil penghitungan tersebut dapat diketahui pula bahwa tingkat pencemaran berdasarkan kriteria Lee, et al., (1978) berada pada kondisi tercemar ringan sampai sedang, yaitu berkisar antara 1-2.

Tingkat keanekaragaman pada sungai Sempur lebih tinggi dibandingkan sungai Maron dan setelah sungai Maron dan Sempur menyatu yaitu sebesar 1,683. Hal ini dapat disebabkan pada sungai Sempur (stasiun I dan II) kecepatan arusnya tidak deras (0,74 dan 0,58 m/s) jika dibandingkan dengan stasiun lainnya. Kecepatan arus ini merupakan salah satu faktor pembatas dan berpengaruh dalam penyebaran jasad hidup/organisme air. Sebagaimana menurut Soegianto, (2010) bahwa arus merupakan faktor pembatas penting, karena berperan dalam penyebaran gas-gas vital, garam-garam dan jasad-jasad hidup. Karena arusnya lambat sehingga serangga air yang ada pada sungai ini tidak mengalami migrasi dengan cepat. Berbeda dengan sungai Sempur, sungai Maron memiliki indeks keanekaragaman yang lebih rendah, yaitu 1,315. Pada sungai Maron (stasiun III dan IV) arusnya deras (1,16 dan 1,10 m/s). Hal inilah yang menyebabkan

serangga air yang ada pada sungai ini mengalami migrasi dengan cepat. Pada stasiun V dan VI (setelah sungai Maron dan Sempur menyatu) indeks keanekaragamannya paling rendah jika dibandingkan dengan sungai Sempur dan Maron, yaitu 1,249. Nilai indeks keanekaragaman ini paling rendah dibandingkan dengan nilai indeks keanekaragaman pada sungai Maron dan Sempur. Kecepatan arusnya termasuk deras pada stasiun V dan VI yaitu sebesar 1,26 dan 0,96. Kecepatan arus ini menyebabkan serangga air bermigrasi dengan cepat.

Dari daftar famili yang di dapatkan, dapat dikelompokkan berdasarkan nilai skoring dan juga kehadiran tiap famili sebagai kelompok indikator tingkat pencemaran lingkungan perairan dengan menggunakan metode BMWP-ASPT. Dari keseluruhan famili yang ditemukan tidak semuanya dapat dijadikan indikator, hanya famili Heptageniidae, famili Leptophlebiidae, famili Perlidae, famili Gomphidae, famili Lestidae, famili Limnephilidae, famili Rhyacophilidae, famili Dytiscidae, famili Gyrinidae, famili Hydrophilidae, dan famili Hydropscychidae. Daftar pengelompokan berdasarkan nilai skoring dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan pengelompokan organisme berdasarkan kehadirannya sebagai indikator tingkat pencemaran perairan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Nilai Skoring Indeks Biotik Dengan Metode BMWP-ASPT No

Kelompok Organisme

Skor Sungai Sempur Sungai Maron Sungai Maron dan Sempur

Setelah Menyatu 1 - Ephemeroptera (Heptageniidae, Leptophlebiidae) - Plecoptera (Perlidae) - Ephemeroptera (Heptageniidae) - Plecoptera (Perlidae) - Ephemeroptera (Heptageniidae) - Plecoptera (Perlidae) 10

2 - Odonata (Lestidae) - Odonata (Gomphidae) 8

3 - Trichoptera (Limnephilidae) - Trichoptera (Rhyacophilidae) - Trichoptera (Rhyacophilidae) 7 4 - Coleoptera (Gyrinidae, Hydrophilidae) - Coleoptera (Dytiscidae, Hydrophilidae) - Trichoptera (Hydropscychidae) - Coleoptera (Dytiscidae, Hydrophilidae) - Trichoptera (Hydropscychidae) 5

Tabel 4.Kelompok Organisme Untuk Menilai Kualitas Air Tingkat

Cemaran

Kelompok Organisme

Sungai Sempur Sungai Maron Sungai Maron dan Sempur Setelah Menyatu Tidak Tercemar - Ephemeroptera (Heptageniidae, Leptophlebiidae) - Plecoptera (Perlidae) - Ephemeroptera (Heptageniidae) - Plecoptera (Perlidae) - Ephemeroptera (Heptageniidae) - Plecoptera (Perlidae) Tercemar Ringan - Odonata (Lestidae) - Trichoptera (Limnephilidae) - Trichoptera (Rhyacophilidae) - Odonata (Gomphidae) - Trichoptera (Rhyacophilidae) Tercemar Sedang - Coleoptera (Gyrinidae, Hydrophilidae) - Coleoptera (Dytiscidae, Hydrophilidae) - Trichoptera (Hydropscychidae) - Coleoptera (Dytiscidae, Hydrophilidae) - Trichoptera (Hydropscychidae)

Dari nilai skoring setiap famili yang ditemukan berdasarkan Tabel 3. dapat dihitung nilai indeks biotiknya. Hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Penghitungan Nilai Indeks Biotik BMWP-ASPT

Pengambilan Sungai Sempur Sungai Maron Setelah Menyatu

Rata-rata 6,62 5,08 5,11

Dari hasil pengelompokan organisme berdasarkan nilai skoring indeks biotik (tabel 3), pengelompokan organisme untuk menilai kualitas air (tabel 4) dan dari hasil rata-rata penghitungan nilai indeks biotik dari 3 kali pengambilan (tabel 5) menunjukkan bahwa kondisi perairan pada sungai Maron, sungai Sempur, dan setelah sungai Maron dan Sempur menyatu berada dalam kategori tidak tercemar sampai tercemar sedang. Adanya organisme kelompok indikator perairan tidak tercemar pada nilai skoring indeks biotik (tabel 3) dan pada kelompok organisme untuk menilai kualitas air (tabel 4), hal ini sesuai dengan ketentuan kualitas air sungai menurut Trihadiningrum & Tjondronegoro, (1998) dalam Wardhana (1999), yaitu : air sungai tergolong tercemar ringan, tercemar, tercemar agak

berat, dan sangat tercemar, bila terdapat salah satu atau campuran jenis makroinvertebrata indikator yang terdapat dalam kelompok kelas masing-masing. Oleh karena tabel 3 dan tabel 4 menunjukkan kehadiran organisme indikator tidak tercemar sampai tercemar sedang dan dari hasil penghitungan nilai indeks biotik (tabel 5) menunjukkan kisaran 5-7, maka diduga kualitas perairan pada sungai Maron dan sungai Sempur dalam kondisi tidak tercemar sampai tercemar sedang. Selain itu menurut kriteria Lee, et al., (1978) berdasarkan indeks keanekaragaman (tabel 2) kondisi perairan pada sungai Maron, sungai Sempur, dan setelah suungai Maron dan Sempur menyatu adalah tercemar ringan sampai sedang (antara 1-2).

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di sungai Maron dan Sungai Sempur, dapat ditarik kesimpulan bahwa Nilai indeks Keanekaragaman serangga air pada sungai Maron dan sungai Sempur, yaitu 1,683 untuk sungai Sempur, 1,315 untuk sungai Maron, dan 1,249 setelah sungai Maron dan Sempur menyatu. Indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori sedang. Kategori kualitas lingkungan perairan di sungai Maron dan sungai Sempur berdasarkan indeks keanekaragaman serangga air dan indeks biotik, diduga dalam kondisi tidak tercemar sampai tercemar sedang.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif perlu dilakukan pengambilan sampel pada musim kemarau. Selain itu perlu dilakukan penilaian kualitas lingkungan perairan dengan menggunakan metode indeks biotik yang lain agar mendapatkan perbandingan hasil penilaian tingkat kualitas perairan.

Daftar Pustaka

Cummins, K.W. 1975. Macroinvertebrates. Hal. 170. In Whitton, B.A (Ed).

River Ecology. Blackwell Scientific Publication. Oxford

Lee, C. D. Wang and C. L. Kuo. 1978. Benthic Macro Invertebrates and Fish Biological Indicators of Water Quality with Reference to Community Diversity Index. Asian Institute Tecnology. Bangkok.

Mahajoeno, E., Efendi, M., dan Ardiansyah. 2001. Keanekaragaman Larva Insekta pada Sungai-sungai Kecil di Hutan Jobolarangan. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta. Biodiversitas, 2(2).

Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar. Airlangga University Press. Surabaya.

Sudaryanti, S., Soehardjan, M., dan Wardojo, S. 2001. Status Pengetahuan Tentang Potensi Serangga Akuatik dan Pengembangannya sebagai Indikator Cemaran Air. Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. PEI & Yayasan Kehati.

Sutapa, I., S. Unon Purwati. 1991. Menilai Kesehatan Sungai Berdasarkan Indikator Biologis : Studi Kasus Sungai Babon. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan; Tahun I/1999, No. 3

Wardhana, W. 1999. Perubahan Lingkungan Perairan dan Pengaruhnya Terhadap Biota Akuatik. Jurusan Biologi FMIPA UI. Jakarta.

Lampiran 2. Gambar alat dan bahan yang digunakan

Formalin Pinset Sikat gigi

Sprayer Cawan petri Nampan

Kamera digital Kick net Kaca pembesar

GPS Termometer Indikator pH

Lampiran 3. Foto lokasi pengambilan sampel

Stasiun

Foto badan sungai Deskripsi lokasi

I

Sungai berukuran kecil, memiliki lebar sungai sekitar 1,75 meter dengan kecepatan arus 0,74 m/s. Sisi kiri dan kanan sungai banyak ditumbuhi tanaman. Naungan pada bagian atas sungai lumayan rindang, sehingga kondisi udara di stasiun ini lumayan sejuk ddan cahaya matahari tidak langsung mengenai permukaan air sungai.

II

Sungai berukuran kecil, memiliki lebar sungai sekitar 1 meter dengan kecepatan arus 0,58 m/s. Sisi kiri dan kanan sungai banyak ditumbuhi tanaman. Tidak terdapat naungan pada bagian atas sungai, sehingga kondisi udara di stasiun ini cukup panas dan cahaya matahari dapat langsung mengenai permukaan air sungai. Pada sisi kiri dan kanan sungai terdapat sawah yang letaknya lebih tinggi dari permukaan air sungai.

III

Sungai berukuran lebar, memiliki lebar sungai sekitar 3,90 meter dengan kecepatan arus 1,16 m/s. Sisi kanan sungai banyak ditumbuhi tanaman, sedangkan sisi kiri berupa plengsengan. Terdapat sedikit naungan pada bagian atas sungai, sehingga kondisi udara di stasiun ini cukup panas dan cahaya matahari dapat langsung mengenai permukaan air sungai.

IV

Sungai berukuran lebar, memiliki lebar sungai sekitar 3,90 meter dengan kecepatan arus 1,10 m/s. Sisi kiri dan kanan sungai banyak ditumbuhi tanaman. Tidak terdapat naungan pada bagian atas sungai, sehingga kondisi udara di stasiun ini cukup panas dan cahaya matahari dapat langsung mengenai permukaan air sungai. Pada sisi kiri sungai terdapat sawah yang letaknya sama dengan dari permukaan air sungai, namun pada sebelah kiri sungai terdapat parit kecil yang berfungsi mengalirkan air ke sawah.

V

Stasiun ini berada setelah PLTM Seloliman. Sungai berukuran lebar, memiliki lebar sungai sekitar 4,50 meter dengan kecepatan arus 1,26 m/s. Sisi kiri dan kanan sungai banyak ditumbuhi tanaman. Terdapat naungan pada bagian atas sungai, namun tidak terlalu rimbun sehingga kondisi udara di stasiun ini tidak terlalu panas dan cahaya matahari tidak

langsung mengenai

permukaan air sungai. Pada sisi kiri sungai terdapat sawah yang letaknya lebih tinggi daripada permukaan air sungai, pada sebelah kanan sungai terdapat sawah yang letaknya hampir sama dengan permukaan air sungai.

VI

Stasiun ini berada setelah PLTM Seloliman. Sungai berukuran kecil, memiliki lebar sungai sekitar 1,65 meter dengan kecepatan arus 0,96 m/s. Sisi kanan sungai banyak ditumbuhi tanaman, sedangkan sisi kiri tiak begitu banyak ditumbuhi tanaman. Terdapat naungan pada bagian atas sungai, namun tidak terlalu rimbun sehingga kondisi udara di stasiun ini tidak terlalu panas dan cahaya matahari tidak langsung mengenai permukaan air sungai. Pada sisi kiri sungai terdapat sawah yang letaknya lebih tinggi daripada permukaan air sungai.

Lampiran 4. Gambar contoh hewan seperti yang ditemukan pada sungai Maron dan Sempur, Seloliman, Trawas, Mojokerto

Famili

Leptophlebiidaeidae Famili Gyrinidae Famili Dytiscidae

Famili Limnephilidae Famili Elmidae Famili Hydrophilidae

Famili Glossomatidae Famili Lestidae Famili Heptageniidae

Famili Rhyacophilidae Famili Perlidae Famili Hydropsychidae

Lampiran 5. Hasil penghitungan nilai indeks biotik BMWP-ASPT

Dokumen terkait