• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan perancangan ulang terhadap elemen struktur yang lebih lengkap meliputi pelat dan fondasi.

2. Perlu dilakukan analisis ulang struktur menggunakan program lain seperti ETABS, sehingga terlihat tingkat keakuratan program.

3. Perencanaa struktur perlu mengacu pada peraturan-peraturan terbaru untuk menjamin kenyamanan, keamanan dan keekonomisan terutama di daerah rawan gempa.

4. Perlu dilakukan perancangan ulang gedung bertingkat tinggi dan daerah jenis tanah lainnya untuk menjadi referensi perencanaan bangunan daerah sekitar.

Koferensi Nasional Teknik Sipil 7 Universitas Sebelas Surakarta : S-306. Azmi, (2013). Perbandingan Perilaku Struktur Terhadap Beban Gempa

Berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201x. Universitas Almuslim Matangglumpangdua, Bireuen – Aceh.

Dipohusodo, Istimawan, (1993). Struktur Beton Bertulang. Badan Penelitian dan Pengembangan PU. Jakarta.

Edy, Sujatiyo, (2015). Perbandingan Perancangan Struktur Gedung Berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002 dengan SNI 1726:2012 dan SNI 2847:2013. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Faizah dan Widodo, (2013). Analisis Gaya Gempa Rencana pada Struktur Bertingkat Banyak dengan Metode Dinamika Respon Spektra. Koferensi Nasional Teknik Sipil 7 Universitas Sebelas Surakarta : S-208.

Jaya, Aris Mukti Tirta, (2014). Laporan Praktikum Perancangan Struktur.

Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta.

Lailasari dkk., (2014). Studi Komparasi Perencanaan Gedung Tahan Gempa dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012.

Universitas Brawijaya, Malang.

PPIUG, (1983). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

Pramugama, P, (2015). Perencanaan Ulang Portal (Balok-Kolom) Struktur Gedung Stikes Aisyiyah Yogyakarta Tahap 2 Menggunakan Beban Gempa Statik Ekuivalen SNI 1726:2012. UMY, Yogyakarta.

Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

SNI 1727:2013, (2013). Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

SNI 03-2847-2002, (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Widodo, (2001). Respon Dinamik Struktur Elastik. UII Press, Yogyakarta. .

8 1,934 < 30 mm 7 1,779 < 30 mm 6 1,6 < 30 mm 5 1,405 < 30 mm 4 1,192 < 30 mm 3 0,934 < 30 mm 2 0,468 < 30 mm 1 0,055 < 30 mm

Nilai U adalah jarak terbesar akibat gaya gempa desain yang bekerja pada sumbu X, didapat dari hasil analisis program SAP2000.

2. Tabel 1. Penentuan simpangan antar lantai dengan acuan SNI 1726:2012 (statis).

en adalah jarak terbesar akibat gaya gempa desain yang bekerja

pada sumbu X, didapat dari hasil analisis program SAP2000.Langkah pehitungannya bisa dilihat pada III. H.

Lantai en (mm) Cd (Tabel 9) n I koef. h gedung (mm) (koef.h), (mm) 8 1,946 4,5 8,757 1,629 1 0,25 2000 500 7 1,584 4,5 7,128 0,1125 1 0,25 3100 775 6 1,609 4,5 7,2405 0,8775 1 0,25 3100 775 5 1,414 4,5 6,363 0,9585 1 0,25 3100 775 4 1,201 4,5 5,4045 1,1655 1 0,25 3100 775 3 0,942 4,5 4,239 2,106 1 0,25 4000 1000 2 0,474 4,5 2,133 1,8855 1 0,25 3300 825 1 0,055 4,5 0,2475 0,2475 1 0,25 1500 375

Lantai en (mm) Cd (Tabel 9) n I koef. h gedung (mm) (koef.h), (mm) 8 35,096 4,5 157,932 9,0855 1 0,25 2000 500 7 33,077 4,5 148,8465 13,734 1 0,25 3100 775 6 30,025 4,5 135,1125 18,18 1 0,25 3100 775 5 25,985 4,5 116,9325 22,0905 1 0,25 3100 775 4 21,076 4,5 94,842 67,6665 1 0,25 3100 775 3 6,039 4,5 27,1755 17,928 1 0,25 4000 1000 2 2,055 4,5 9,2475 6,84 1 0,25 3300 825 1 0,535 4,5 2,4075 2,4075 1 0,25 1500 375

en adalah jarak terbesar akibat gaya gempa desain yang bekerja

pada sumbu X, didapat dari hasil analisis program SAP2000.Langkah pehitungannya bisa dilihat pada III. H.

2. Klik kanan pada SAP2000 – edit grid data – klik modify/ show system – masukkan data grid sesuai jarak koordinat struktur yang akan dibuat – klik ok.

3. Pilih menu define – materials – klik add new material – ketik nama material – pilih tipe material (apabila beton maka pilih concrete, apabila tulangan maka pilih rebar) – masukkan data material yang akan digunakan (jika beton maka

4. Pilih menu define – section properties – frame section – add new properties – pilih concrete – klik rectangular – kemudian ketik nama balok/ kolom yang

mendesain kolom masukkan data tebal selimut beton, jumlah tulangan pokok, diameter tulangan pokok dan tulangan sengkang – klik ok.

thickness – klik modify/ show shell design parameters – pada rebar material pilih tulangan yang akan digunakan – pada rebar layout options pilih two layer – masukkan jarak dari sisi luar selimut beton ke pusat tulangan – klik ok.

6. Klik toolbar draw frame/ cable element untuk menggambar frame – gambar sesuai dengan data grid yang telah dibuat.

7. Klik toolbar draw poly area untuk menggambar area (pelat lantai, pelat tangga, dan pelat bordes) – gambar sesuai dengan data yang ada.

8. Pilih joint yang akan diberi tumpuan – pilih menu assign – join – restraints – klik pada tumpuan jepit – klik ok.

9. Pilih menu define – load patterns – masukkan beban apa saja yang akan diinput (beban mati, hidup, angin, gempa) – klik ok.

10. Pilih joint yang akan diberi beban angin – klik menu assign – joint loads – forces – masukkan data beban angin searah sumbu x – klik ok.

13. Pilih area (pelat) yang akan diberi beban hidup – klik menu assign – area loads – uniform (shell) – masukkan data beban hidup pada uniform load – klik ok.

18. Pilih menu define – load cases – add new load case – masukkan data gempa statik dan respon spektrum – klik ok.

23. Pilih menu display – show table – beri tanda pada bagian yang akan dimunculkan tabelnya – klik ok.

1 (Studi Kasus : Gedung Yellow Star Hotel, Jl. Adisucipto , Sleman, DIY)

Aris Mukti Tirta Jaya 2

ABSTRAK

Dalam dunia konstruksi di Indonesia ada peraturan standar tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung, yaitu SNI 03-1726:2002. Setelah terjadinya banyak gempa besar di wilayah Indonesia, peraturan tersebut tidak sesuai lagi diaplikasikan sehingga dilakukan revisi menjadi tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, yaitu SNI 1726:2012 oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).Pada SNI 1726:2012 perubahan mendasar dari SNI Gempa 2002 adalah ruang lingkup yang diatur diperluas dan penggunaan peta-peta gempa yang baru. Jika pada SNI Gempa 2002 peta gempa dibagi menjadi beberapa zona, di SNI 1726:2012 zona sebelumnya dibagi lagi menjadi sub zona karena setiap lokasi dengan koordinat lintang dan bujurnya memiiki respons spektra yang berbeda.

Pada penelitian ini dilakukan perencanaan ulang struktur gedung (studi kasus gedung Yellow Star Hotel Yogyakarta) berdasarkan peraturan baru, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan perencanaan struktur gedung berdasarkan peraturan lama dan peraturan baru. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu gambar perencanaan awal gedung dan laporan penyelidikan tanah. Analisis struktur menggunakan program SAP2000 v.14. 0. 0 dengan permodelan portal 3D, kemudian dihitung kebutuhan tulangan lentur dan geser balok-kolom menggunakan peraturan SNI 03-2847:2002.

Hasil penelitian menunjukan bahwa simpangan antar lantai, tipe keruntuhan gedung dan penulangan lentur dan geser pada balok-kolom memiliki perbedaan dasir perencanaan awal dengan perencanaan ulang yang disebabkan karena perbedaan asumsi pembebanan dan metode analisis perhitungan dalam perencanaan.

Kata Kunci : Gempa, SNI 1726:2002, SNI 1726:2012

1

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir, Agustus 2016 2

2

Secara tektonik dan vulkanik,

Yogyakarta merupakan kawasan dengan tingkat aktivitas kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena daerahnya yang berdekatan dengan zona tumbukan lempeng di Samudera Hindia dan Gunung Merapi yang masih aktif. Kerusakan bangunan akibat gempa karena kondisi geologis dan fisik bangunan itu sendiri. Dalam dunia konstruksi di Indonesia ada peraturan standar tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung, yaitu SNI 03-1726:2002. Setelah terjadinya banyak gempa besar di wilayah Indonesia, peraturan tersebut tidak sesuai lagi diaplikasikan sehingga dilakukan revisi menjadi tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, yaitu SNI

1726:2012 oleh Badan Standardisasi

Nasional (BSN). SNI 1726:2012 yang telah diberlakukan untuk menggantikan SNI

1726:2002, terdapat perubahan yang

mendasar dalam menentukan parameter pembebanan gempa.

Pada penelitian ini dilakukan

perencanaan ulang struktur gedung (studi kasus gedung Yellow Star Hotel Yogyakarta) berdasarkan peraturan baru, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan perencanaan struktur gedung berdasarkan peraturan lama dan peraturan baru.

b. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan perencanaan struktur gedung sesuai hasil analisis hitungan

berdasarkan SNI 1726:2002 dan SNI

1726:2012

c. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

2. Mengetahui penggunaan program

SAP2000 Versi 14.0.0 dalam

perencanaan dan analisis konstruksi gedung bertingkat.

3. Memberikan informasi mengenai

perbedaan perencanaan struktur gedung berdasarkan peraturan gempa lama dan peraturan gempa baru.

d. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat lebih terarah, batasan penelitian antara lain sebagai berikut: 1. Permodelan dan analisis struktur gedung

dilakukan dengan menggunakan program SAP2000 Versi 14.0.0.

2. Gedung yang dimodelkan adalah gedung Yellow Star Hotel Yogyakarta yang terdiri dari 6 lantai.

3. Mengacu pada peraturan :

a. SNI 1727:2013 tentang Beban

Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain. b. SNI 2847-2002 tentang Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

c. SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Komparasi gaya gempa pada SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2002 pernah diteliti oleh (Faizah dan Widodo, 2013), pada penelitian tersebut setiap lokasi memiliki respon spectra design yang berbeda-beda sesuai karakteristik situs.

Perbandingan gaya gempa pada SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2002 juga pernah diteliti oleh (Arfiandi dan Satyarno, 2013). Dalam penelitiannya spektra desain yang ada dalam SNI 1726:2012 dibandingkan dengan spektra desain

3

Aceh, Padang, Makassar, Palu, Manado,

Palembang, dan Jayapura.

Perencanaan ulang struktur menggunakan

beban gempa 1726:2012 pernah diteliti

(Pramugama Putra, 2015), pada penelitian tersebut didapat hasil jumlah tulangan lentur dan geser pada elemen balok dan kolom yang menggunakan peraturan SNI 1726:2012 yang kemudian dibandingkan dengan perencanaan

awal lapangan yang menggunakan SNI

1726:2002.

C. LANDASAN TEORI

a. Analisis Beban Gempa

i. Klasifikasi situs

Pada pasal 5. 1 SNI 1726:2012, dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklarifikasikan.

ii. Wilayah Gempa dan Spektrum

Respons

Pada SNI 1726:2012 pasal 6. 2, penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik.

Gambar 1. Nilai SS pada tiap daerah di Indonesia (Sumber : SNI 1726:2012)

Gambar 2. Nilai S1 pada tiap daerah di Indonesia (Sumber : SNI 1726:2012)

Perbedaan mendasar dari SNI 1726:2002 dengan SNI 1726:2012 dapat dilihat pada lampiran 1. iii. Gaya lateral

Menurut SNI 1726:2012,

setiap struktur harus dianalisis untuk pengaruh gaya lateral statik yang diaplikasikan secara independen di kedua arah ortogonal.

iv. Distribusi gaya gempa

Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan besarannya.

4

harus direncanakan hingga semua

penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan SNI 2847:2002.

c. Kuat Rencana

Untuk menentukan kuat rencana suatu komponen struktur, maka dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi yang tertera pada SNI – 03 – 2847 – 2002 pasal 11.2 (3)

D. METODE PENELITIAN

a. Tahapan Penelitian

Penulisan tugas akhir ini

dilaksanakan dengan tahapan pada bagan alir dibawah ini.

Gambar 3. Bagan alir pelaksanaan penelitian

b. Peraturan-Peraturan

Pedoman yang digunakan dalam perancangan struktur gedung ini adalah sebagai berikut:

1. SNI 1727:2013 tentang Beban

Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain,

2. SNI 1726:2012 tentang Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung

3. SNI 2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

Mulai

Permasalahan

Penentuan Topik

Pengumpulan data sekunder :

1. Gambar Rencana

2. Laporan Penyelidikan Tanah

3. Mutu Beton dan Baja

Pembebanan Portal Analisis Struktur (SAP2000 V. 14.0.0) �� > ��/∅ Cek ∆ < ∆ � ; ∅�� > �� ; A Selesai Tidak Ya

5 sebagai acuan dalam penelitian ini

merupakan data – data sekunder yang diperlukan, yaitu:

1. Mutu Beton

Perancangan ulang ini

menggunakan mutu beton yang sama dengan perancangan di lapangan, yaitu:

a. Mutu beton untuk fondasi, kolom, balok dan plat lantai

menggunakan kuat desak ( fc’)

= 30 Mpa

b. Kuat tarik baja tulangan (fy) Tulangan deform (BJTD 40) fy = 400 Mpa

Tulangan polos (BJTP 24) fy = 240 Mpa

c. Modulus elastisitas beton (Ec) = 4700√

Ec = 4700 √ = 25743 Mpa

d. Modulus elastis baja (Ey) = 200000 Mpa

2. Gambar Perencanaan Struktur Gambar perencanaan awal diperlukan dalam penelitian tugas akhir ini terdapat pada Lampiran 2, gambar rencana diperoleh dari

Laporan Kerja Praktek Farid

Kurniawan 2015 pada Proyek

Pembangunan Gedung Hotel Yellow Star Yogyakarta.

diperoleh dari Laporan Kerja Praktek Farid Kurniawan 2015 pada Proyek Pembangunan Gedung Hotel Yellow Star Yogyakarta.

d. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan

untuk pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. menggambar Portal 3D menggunakan program SAP2000 v.14.0.0 sebagai langkah awal untuk memasukan data yang akan dianalisis oleh program tersebut,

2. menghitung manual jumlah beban mati, beban hidup, beban terpusat yang membebani gedung tersebut,

3. memasukkan semua beban yang

bekerja kedalam program,

4. menghitung beban gempa statik

ekuivalen atau beban gempa tiap lantai dengan perhitungan manual,

5. memasukan data beban gempa kedalam

program untuk dianalisis,

6. memasukan kombinasi beban ke dalam

program,

7. menganalisis data dengan program tersebut, kemudian dengan mengecek keamanan struktur dan membaca hasil analisis.

6 Perbandingan simpangan antar

lantai tingkat desain (∆) yang didapat

dari hasil analisis menggunakan

program SAP2000 v. 14. 0. 0,

ditunjukkan pada grafik berikut:

Gambar 4. Grafik perbandingan Simpangan Antar Lantai SNI 1726:2002 dengan SNI 1726:2012

Simpangan terbesar terjadi pada

lantai 4 sebesar 67,6665 mm.

Simpangan antar lantai yang

menggunakan peraturan SNI 1726:2012 (Respon Spektrum) sebagai pedoman perencanaan ulangnya tidak melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin (∆ ) seperti pada pasal 7. 12. 1 tabel 16 SNI 1726:2012.

b. Keruntuhan (mode), Periode dan

Frekuensi

Perbandingan model keruntuhan (mode) diatas, dapat diketahui setiap masing-masing arah keruntuhan (arah

X, Y dan Z) mempunyai tipe keruntuhan yang berbeda pada SNI 1726:2002 dan SNI 1726:2012

Perbandingan grafik periode getar

alami terhadap beberapa model

keruntuhan (mode), dapat diketahui

perencanaan ulang menurut SNI

Perbandingan frekuensi struktur terhadap beberapa model keruntuhan juga dapat diketahui perencanaan ulang menurut SNI 1726:2012 mempunyai hasil frekuensi yang sama dengan SNI 1726:2002.

c. Balok

i. Tulangan Lentur

Perbandingan kebutuhan

tulangan lentur pada tiap batang balok

dari perencanaan awal dan

perencanaan ulang ditunjukkan dalam diagram batang berikut:

Gambar 5. Diagram batang tulangan lentur balok di posisi tumpuan

Batang balok B2, B3, B4, dan B5 pada posisi tumpuan mengalami penambahan tulangan khususnya pada balok B3, B4, dan B5 yang mengalami penambahan tulangan yang cukup

besar, sedangkan untuk B1, dan B3’

jumlah tulangan lebih kecil dari perhitungan awal.

7 Gambar 6. Diagram batang jumlah lentur balok

di posisi lapangan

Batang balok pada posisi

lapangan rata – rata semua batang balok mengalami penambahan yang cukup besar, kecuali pada balok B3

dan B3’ yang jumlah tulangan lentur

nya sama dengan perhitungan awal. ii. Tulangan Geser

Pada tulangan geser balok yang membedakan antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah jarak dari tulangan geser balok, sedangkan diameternya adalah sama. Hasil perbandingan jarak tulangan geser perencanaan awal dan perencanaan ulang dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 7. Diagram batang jarak tulangan geser posisi tumpuan

Batang balok B1, B2, B3, B4, dan B5 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser dari perencanaan awal. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi tumpuan untuk batang

balok B3’ adalah sama.

Gambar 8. Diagram batang jarak tulangan geser posisi lapangan

Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi lapangan untuk semua tipe batang balok adalah sama.

8 mempunyai diameter dan jumlah

tulangan tiap tipe kolom antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah sama.

ii. Tulangan Geser

Pada tulangan geser kolom yang membedakan antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah jarak dari tulangan geser kolom, sedangkan diameternya adalah sama. Hasil perbandingan jarak tulangan geser perencanaan awal dan perencanaan ulang dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 9. Diagram batang jarak tulangan geser posisi tumpuan

Kolom tipe K1.1, K1.2 – K1.3,

K2.1, K2.2 – 2.3 mengalami

pengecilan jarak antar tulangan geser. Pada kolom tipe K1.4 – 1.5 dan K1.6

– K1.7 mempunyai jarak antar tulangan geser yang sama antara hasil perencanaan awal dan perencanaan ulang, sedangkan untuk kolom K2.4 –

K2.5 dan kolom K2.6 – K2.7

mengalami pembesaran jarak antar tulangan geser.

Gambar 10. Diagram batang jarak tulangan geser posisi lapangan

Kolom tipe K1.1 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi lapangan untuk tipe lainnya batang kolom mengalami pembesaran.

F. PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan struktur portal balok dan

kolom yang telah dilakukan

menggunakan beban gempa SNI 1726:2012, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Simpangan antar lantai yang menggunakan peraturan SNI 1726:2012 (Respon Spektrum) terlihat lebih besar dari yang lain.

2. Mode untuk masing-masing

arah keruntuhan (arah X, Y dan

Z) mempunyai tipe keruntuhan

yang berbeda pada SNI

1726:2002 dan SNI 1726:2012. 3. Perbandingan periode getar

alami terhadap beberapa model

keruntuhan pada, dapat

diketahui perencanaan ulang menurut SNI 1726:2002 dan

9 4. Perbandingan frekuensi struktur

terhadap beberapa model

keruntuhan pada gambar diatas, dapat diketahui perencanaan ulang menurut SNI 1726:2002 dan SNI 1726:2012 mempunyai hasil frekuensi yang sama. 5. Berdasarkan hasil perencanaan

ulang didapat jumlah tulang lentur Batang balok B2, B3, B4, dan B5 pada posisi tumpuan

mengalami penambahan

tulangan, sedangkan untuk B1,

dan B3’ jumlah tulangan lebih

kecil dari perhitungan awal. Batang balok pada posisi lapangan rata – rata semua

batang balok mengalami

penambahan yang cukup besar,

kecuali pada balok B3 dan B3’

yang jumlah tulangan lentur nya sama dengan perhitungan awal. 6. Pada tulangan geser balok yang

membedakan antara

perencanaan awal dan

perencanaan ulang adalah jarak dari tulangan geser balok, sedangkan diameternya adalah sama. Batang balok B1, B2, B3, B4, dan B5 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser dari perencanaan awal. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan

perencanaan ulang posisi

tumpuan untuk batang balok

B3’ adalah sama. Pada jarak

antar tulangan geser antara

perencanaan awal dan

perencanaan ulang posisi

mempunyai diameter dan

jumlah tulangan tiap tipe kolom antara perencanaan awal dan perencanaan ulang adalah sama. 8. Pada tulangan geser kolom yang

membedakan antara

perencanaan awal dan

perencanaan ulang adalah jarak dari tulangan geser kolom, sedangkan diameternya adalah sama. Pada tulangan geser kolom tipe K1.1, K1.2 – K1.3, K2.1, K2.2 – 2.3 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser. Pada kolom tipe K1.4 –

1.5 dan K1.6 – K1.7

mempunyai jarak antar tulangan geser yang sama antara hasil

perencanaan awal dan

perencanaan ulang, sedangkan untuk kolom K2.4 – K2.5 dan kolom K2.6 – K2.7 mengalami pembesaran jarak antar tulangan geser. Pada tulangan lapangan, kolom tipe K1.1 mengalami pengecilan jarak antar tulangan geser. Jarak antar tulangan geser antara perencanaan awal dan perencanaan ulang posisi lapangan untuk tipe lainnya

batang kolom mengalami

pembesaran.

b. Saran

Berdasarkan hasil yang

didapat dalam penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan perancangan ulang terhadap elemen struktur

10 struktur menggunakan program

lain seperti ETABS, sehingga terlihat tingkat keakuratan program.

3. Perencanaa struktur perlu

mengacu pada peraturan-

peraturan terbaru untuk

menjamin kenyamanan,

keamanan dan keekonomisan terutama di daerah rawan gempa.

4. Perlu dilakukan perancangan ulang gedung bertingkat tinggi dan daerah jenis tanah lainnya

untuk menjadi referensi

perencanaan bangunan daerah sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Arfiandi dan Satyarno, (2013). Perbandingan Spektra Desain Beberapa Kota Besar Di Indonesia Dalam SNI Gempa 2012 dan SNI Gempa 2002. Koferensi Nasional Teknik Sipil 7 Universitas Sebelas Surakarta : S-306.

Edy, Sujatiyo, (2015). Perbandingan

Perancangan Struktur Gedung Berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002 dengan SNI 1726:2012 dan SNI 2847:2013. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Faizah dan Widodo, (2013). Analisis Gaya Gempa Rencana pada Struktur Bertingkat Banyak dengan Metode Dinamika Respon Spektra. Koferensi Nasional Teknik Sipil 7 Universitas Sebelas Surakarta : S-208.

Jaya, Aris Mukti Tirta, (2014). Laporan Praktikum Perancangan Struktur.

Lailasari dkk., (2014). Studi Komparasi Perencanaan Gedung Tahan Gempa dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012. Universitas Brawijaya, Malang.

PPIUG, (1983). Peraturan Pembebanan

Indonesia untuk Gedung 1983. Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah

Bangunan.

Pramugama, P, (2015). Perencanaan Ulang Portal (Balok-Kolom) Struktur Gedung Stikes Aisyiyah Yogyakarta Tahap 2 Menggunakan Beban Gempa Statik Ekuivalen SNI 1726:2012. UMY, Yogyakarta.

SNI 03-1726-2002, (2002). Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

SNI 1726:2012, (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.

Badan Standarisasi Nasional (BSN).

SNI 03-2847-2002, (2002). Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

SNI 1727:2013, (2013). Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Widodo, (2001). Respon Dinamik Struktur Elastik. UII Press, Yogyakarta.

Dokumen terkait