• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang

berbeda seperti metode resistivitas tiga dimensi atau dengan metode –

metode lainnya yang hasilnya berupa pemodelan tiga dimensi.

2. Memilih objek lain yang berkaitan dengan bumi seperti penyebaran air,

penyebaran polutan dll.

3. Agar memperhatikan peralatan yang digunakan, jangan sampai mengalami

kerusakan pada alat.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 TANAH

Tanah merupakan akumulasi dari partikel mineral yang tidak mempunyai atau

lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk dikarenakan oleh pelapukan dari batuan.

Tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari butiran (agregat)

mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari

bahan-bahan organik yang telah melapuk (berpartikel padat) disertai dengan

adanya zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong diantara partikel-partikel pada

tanah. Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang diberi nama

pori-pori (void space) yang memiliki isi air dan udara didalamnya. Ikatan yang

sifatnya lemah diantara partikel-partikel tanah yang disebabkan oleh adanya

material organik. Secara umum tanah dapat dikelompokkan menjadi :

a) Tanah sisa (residual soil), yang berarti tanah hasil dari pelapukan yang

posisinya tetap berada di tempat semula.

b) Tanah bawaan (transportasi soil), yang berarti tanah hasil dari pelapukan

yang terangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa tempat yang

berlainan. Media pengangkutan tanah berupa gaya gravitasi, angin, air dan

gletsyer.

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara

fisis dan kimia. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan dari angin,

pengikisan oleh air dan juga gletsyer atau perpecahan yang diakibat pembentukan

dan pencairan es dalam batuan. Tanah yang terjadi akibat penghancuran tersebut

tetap mempunyai komposisi yang sama dengan batuan asalnya. Proses kimiawi

dapat menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu

dari penyebabnya adalah air yang mengandung asam atau alkali oksigen dan

karbondioksida.

2.2 MINERAL DAN BATUAN

2.2.1 Mineral

Mineral dapat didefenisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara

alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu

dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.

Mineral banyak dijumpai di sekeliling kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah,

atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa dari mineral tersebut

dapat memilki nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang sangat besar,

sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas, perak dll.

Pengetahuan tentang mineral merupakan salah satu syarat mutlak untuk

dapat mempelajari bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan.

Bagian luar yang padat dari bumi ini disebut litosfer, yang berarti selaput yang

terdiri dari batuan, yang berasal dari kata lithos dari bahasa latin yang berarti batu,

dan sphere yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita

ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan

unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari

satu jenis unsur saja yaitu karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri

dari senyawa dua unsur natrium dan chlorit dengan simbol NaCl. Setiap mineral

mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu.

2.2.2 Batuan

Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali

dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, berubah, kemudian

bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan,

dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Jika

kita perhatikan sekeliling kita, banyak kita temui berbagai jenis batuan. Batuan

yang berada disekeliling kita tersebut, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi

juga banyak yang berbeda.

Berdasarkan persamaan dan perbedaan tadi, maka kita dapat membuat

pembagian dari batuan tersebut. Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan

tersebut, dapat kita bagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :

1. Batuan beku

2. Batuan sedimen

3. Batuan malihan atau metamorfis.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap batuan,

menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan yang

erat satu dengan yang lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai nenek moyang

dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan bumi, diperoleh gambaran bahwa

pada awalnya seluruh bagian luar dari bumi ini terdiri dari batuan beku. Seiring

dengan berjalannya waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah

perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan yang

lainnya. Proses perubahan batuan dari satu kelompok menjadi kelompok lainnya

merupakan suatu siklus yang dinamakan daur batuan.

Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan tekanan dan

suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma. Panah-panah

dalam gambar, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya

jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan

metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi sedimen tanpa melalui pembentukan

magma dan batuan beku. Batuan sedimen di lain pihak dapat kembali menjadi

sedimen akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan.

2.2.3 Batu Gamping

Batu gamping/kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak

digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk

bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk

pertanian dll. Stabilitas politik yang baik, indonesia telah memacu pengembangan

sektor industri, konstruksi dan pertanian ketingkat yang lebih baik. Perkembangan

ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan akan

bahan baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan

industri hilir. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek pasar

untuk komoditas pasar cukup cerah.

2.2.3.1

Mula Jadi

Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara

mekanik atau secara kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik.

Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput.

Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh

beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya

perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan

biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara

kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan

tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

2.2.3.2

Mineralogi

Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak

digunakan diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit

(CaCO

3

) tetapi berbeda dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas

table karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat

fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah

untuk mengidentifikasinya.

2.2.3.3

Identifikasi Batu gamping

Batu gamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak

jumlahnya. Batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klastik dan

batugamping klastik. Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang

laut antara lain dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batu

gamping ini sering juga disebut batu gamping Koral karena penyusun utamanya

adalah Koral.

Batu gamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping

non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.

Selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan

pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batu gamping itu

sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah

bahkan hitam. Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO

3

).

Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium

yang tinggi mengubah batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia

CaCO

3

MgCO

3.

Adapun sifat dari batu gamping adalah sebagai berikut :

a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan

b. Kilap : Kaca, dan tanah

c. Goresan : Putih sampai putih keabuan

d. Bidang belahan : Tidak teratur

e. Pecahan : Uneven

f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs

g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m

3

h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga

2.2.3.4

Manfaat Batu Kapur

Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :

-

bahan bangunan

bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk

plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.

-

Bahan penstabilan jalan raya

Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa

yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi

ppenyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya

Sebagai warangan timbal (PbAsO

3

) dan warangan kalsium (CaAsO

3

) atau sebagai

serbuk belerang untuk disemprotkan.

-

Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian

Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air,

sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi

serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai

disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya

-

Penjernihan air

Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri, kapur dipergunakan

bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.

2.2.4 Sifat Kelistrikan Batuan

Dalam ilmu geofisika pengetahuan dasar tentang sifat kelistrikan suatu batuan

menjadi penting. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan metode

pengukuran bawah permukaan untuk mengetahui sifat kelistrikan suatu formasi

atau anomali bawah permukaan. Metode ini dikenal dengan nama geolistrik atau

kelistrikan bumi. Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen.

karena adanya ikatan ini batuan mempunyai sifat menghantarkan listrik. Aliran

listrik dalam batuan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi

secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.

2.2.4.1Konduksi secara elektronik.

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas

sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron

bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik

masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan

tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan

tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu

bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula

sebaliknya.

Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi

(hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga

bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan

resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri. Jika ditinjau suatu silinder

dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R, maka dapat di rumuskan:

Gambar 2.3 Arus yang dialirkan pada material konduktif berbentuk silinder

ρ =

(2.1)

Dengan : A = luas ( )

L = panjang (meter)

R = hambatan/resistan (ohm)

ρ = hambatan jenis/resistivitas (ohm-meter)

Dimana secara fisis rumus tersebut dapat diartikan jika panjang silinder

konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter

silinder konduktor diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka

resistansi juga meningkat. Di mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam

Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R dirumuskan :

R = (2.2)

V = tegangan (Volt)

I = arus (Ampere)

namun banyak orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan

yang merupakan kebalikan dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m. Dengan

menggunakan persamaan :

σ =

⁄ ⁄ (2.3)

Di mana J adalah rapat arus (Ampere/ ) dan E adalah medan listrik (volt/m).

2.2.4.2Konduksi secara elektrolitik.

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas

yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya, batuan biasanya bersifat porus dan

memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan

tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh

ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus

bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin

besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya

resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.

Menurut rumus Archie:

(2.4)

Dengan :  = porositas (fraksi volume pori)

S = fraksi dari pori yang terisi air

w

= resistivitas air

n = 2

w n m e

aS

 

m,a = konstanta

0.5  a  2.5, 1.3  m  2.5

Dengan adalah resistivitas batuan,  adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori

yang berisi air, dan adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah

konstanta. m disebut juga faktor sementasi.

2.2.4.3Konduksi secara dielektrik.

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran

arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas

sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan

berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar,

sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik

batuan yang bersangkutan, contoh : mika.

2.3GEOLISTRIK

2.3.1 Pengertian Geolistrik

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang dimanfaatkan dalam

eksplorasi sumber daya alam bawah permukaan. Prinsip kerja metode geolistrik

adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di

permukaan bumi. Penelitian dengan geolistrik bertujuan untuk menentukan

hubungan panjang bentang elektroda dan kedalaman tanah terhadap resistivitas

bawah perukaan tanah serta potensi air tanah berdasakan nilai resistivitas tanah

tersebut.

Tahanan jenis merupakan salah satu sifat fisis dari suatu material dengan

diketahuinya nilai tahanan jenis maka dapat diketahui jenis materialnya.

Hubungan antara panjang bentang elektroda dengan nilai resistivitas adalah

berbanding terbalik sesuai dengan rumus resistivitas. Metode tahanan jenis

didasari oleh hukum Ohm, bertujuan untuk mengetahui jenis pelapisan batuan

berdasarkan distribusi nilai resistivitas pada tiap lapisan. Dengan menginjeksikan

arus melalui dua elektroda arus maka beda potensial yang muncul dapat terukur

dari elektroda potensial. Variasi nilai tahanan jenis akan didapatkan jika jarak

antara masing-masing elektroda diubah, sesuai dengan konfigurasi alat yang

dipakai (konfigurasi Wenner-Schlumberger). Pada metode tahanan jenis

diasumsikan bahwa bumi bersifat homogen isotropik, dimana nilai tahanan jenis

yang terukur bukan merupakan nilai sebenarnya akan tetapi merupakan nilai

tahanan jenis semu (apparent Resistivity).

Geolistrik merupakan alat yang dapat diterapkan untuk beberapa metode

geofisika, dimana prinsip kerja metode tersebut adalah mempelajari aliran listrik

di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini

meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik

secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (buatan). Metode

geofisika tersebut di antaranya adalah metode potensial diri, metode arus telurik,

magnetotelurik, elektromagnetik, IP (Induced Polarization), dan resistivitas

(tahanan jenis).

Metoda geolistrik tahanan jenis adalah salah satu metoda geofisika yang

memanfaatkan sifat tahanan jenis untuk menyelidiki keadaan di bawah permukaan

bumi. Metoda ini dilakukan dengan menggunakan arus listrik searah yang

diinjeksikan melalui dua buah elektroda arus ke dalam bumi, lalu mengamati

potensial yang terbentuk melalui dua buah elektroda potensial yang berada

ditempat lain. Perbedaan potensial yang terukur merefleksikan keadaan di bawah

permukaan bumi. Pada dasarnya metoda ini didekati menggunakan konsep

perambatan arus listrik di dalam medium homogeny isotropis, dimana arus listrik

bergerak kesegala arah dengan nilai yang sama besar.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka bila terdapat anomali yang

membedakan jumlah rapat arus yang mengalir diasumsikan diakibatkan oleh

adanya perbedaan akibat anomali tahanan jenis. Anomali ini nantinya digunakan

untuk merekontruksi keadaan geologi bawah permukaan. Perbedaan konfigurasi

elektroda, variasi tahanan jenis spesifik yang diselidiki, prosedur memperoleh data

sangat menentukan dalam pemakaian metoda ini.

Gambar 2.4 Skema Peralatan Resistivitas Model Schlumberger

Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas

untuk satu lapisan saja, tetapi beberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi

elektroda yang lebar.

dengan adalah apparent resistivity (resistivitas

semu) yang bergantung pada spasi elektroda.

Resistivitas sebuah bahan selalu bertambah jika suhu juga bertambah,

dengan kata lain resistivitas berbanding lurus dengan suhu. Jika suhu bertambah

maka ion-ion pada bahan akan bergetar dengan amplitudo yang semakin besar.

Hal ini menyebabkan terjadinya tumbukan elektron sehingga menghalangi

penyimpanan elektron dan akhirnya menghalangi arus yang melintas. Pada

jangkauan suhu yang kecil ⁄ , resistivitas bahan dapat dinyatakan

lewat persamaan berikut:

(2.5)

A B

Dengan :

: resistivitas pada suhu

: resistivitas pada suhu

α : koefisien suhu resistivitas

: Suhu awal

T : Suhu akhir

2.3.2 Metode Geolistrik

Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada

tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui

perubahan tahanan jenislapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara

mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke

dalam tanah. Injeksi arus ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang

ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak

elektroda akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan

lebih dalam lagi, dan semakin banyak jumlah elektroda yang digunakan akan

menghasilkan data yang lebih akurat.

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan

tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan diukur

dengan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda tegangan M dan N

yang jaraknya lebih pendek dari pada elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB

diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektron MN

ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik

pada kedalaman yang lebih besar.

Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh

arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila

digunakan arus Dc murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus

listrik berbentuk setengah bola denga jari-jari AB/2. Umumnya metoda geolistrik

yang sering digunakan adalah dengan cara menggunakan 4 elektroda yang terletak

dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 elektroda arus

(AB) di bagian luar dan 2 elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Kombinasi

dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan

listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (Apparent

Resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung

tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan

yang dilalui arus listrik, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.4.

2.3.3 Kegunaan Geolistrik

Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai

kedalaman 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan

aquifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Geolistrik ini

bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras

resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya, yang semua itu

dilakukan demi memenuhi kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam bawah

permukaan. Kemudian ini juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman Bedrock

untuk pondasi bangunan.

2.3.4 Konfigurasi

Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah

elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda arus dan

potensial yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi

Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan

tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah

permukaan. Umumnya lapisan batuan tidak memilki sifat homogeny sempurna,

seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik.

Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah

akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan

membuat data geolistrik menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat

mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang

menyisip pada lapisan, faktor heterogenitas dari pelapukan batuan induk, material

yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam

yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dan

sebagainya.

„SpontaneousPotential‟ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat

pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara

kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan

batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan.

Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan

konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda arus yang panjang dan jarak

elektroda potensial yang relative pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik

alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada

elektroda potensial, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.

Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum

dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami

tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan

demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang

benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda arus. Multimeter yang

mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi

tinggi. Proses tersebut dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan karena

harus dipastikan tegangan yang dihasilkan harus melalui elektroda yang

digunakan yaitu elektroda arus. Kondisi seperti itu sangat diperlukan demi

ke-efektifan alat yang digunakan dalam pengambilan data dilapangan.

2.3.5 Konfigurasi Geolistrik Wenner - Schlumberger

Metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan gabungan antara

konfigurasi Wenner dan Schlumberger yang timbul dari survei pencitraan listrik.

Konfigurasi ini digunakan dalam eksplorasi yang sifatnya relatif dangkal.

Wenner-Schlumberger adalah salah satu konfigurasi paling umum digunakan

Dokumen terkait