• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang berkaitan dengan Kebijakan Dividen diharapkan menggunakan atau menambahkan variabel lain untuk meneliti pengaruh Dividend Payout Ratio dan faktor internal perusahaan manufaktur karena hasil penelitian ini hanya mampu menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan untuk melihat pengaruh terhadap nilai perusahaan sebesar 74,09% sisanya sebesar 25,01% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

b. Penelitian ini terbatas hanya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015, sehingga ada kemungkinan bahwa hasil penelitian akan berbeda jika sektor yang diteliti berbeda, misalnya sektor keuangan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk melakukan penelitian di sektor keuangan dan kurun waktu yang lebih panjang guna mendapatkan akurasi hasil penelitian yang lebih baik dan melibatkan item-item dalam penentuan DPR.

c. Banyak indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan variabel independen dan dependen dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diperlukan uji awal untuk menentukan indikator yang paling kuat dalam menjelaskan variabel-variabel, lalu kemudian digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2. Bagi pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah perlu terus mengawasi kinerja perusahaan terkhusus dalam pengelolaan keuangan dan risikonya utnuk menghindari adanya perusahaan yang gagal dan memperkuat perusahaan dalam menghadapi perubahan keadaan ekonomi.

3. Bagi Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan manufaktur harus lebih meningkatkan kemampuan pengelolaan risiko perusahaan dan pengelolaan internal perusahaan untuk meningkatkan minat investor berinvestasi di perusahaan manufaktur.

4. Bagi Investor

Investor harus bijak dalam memutuskan investasi di suatu perusahaan. Investor sebaiknya mempertimbangkan berbagai aspek ketika melakukan investasi terutama dalam kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan maka hak investor akan terlindungi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Dividen

Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya (Stice et al. 2004: 902). Levy and Sarnat (1990: 407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid to shareholders of a corporation out of earnings”.Dividen akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba yang diperoleh perusahaan, dimana hal ini menjadi faktor utama sebagai acuan direksi untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Beberapa jenis dividen yaitu :

a. Dividen kas merupakan jenis dividen yang paling umum dibagikan perusahaan dalam bentuk kas kepada para pemegang saham. Para pimpinan perusahaan perlu memperhatikan bahwasanya sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian tersebut.

b. Dividen aktiva selain kas merupakan jenis dividen yang dibagikan dalam bentuk selain kas, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagang atau aktiva-aktiva lain.

c. Dividen hutang merupakan jenis dividen yang dibagikan apabila perusahaan tidak memiliki kecukupan dalam saldo kas untuk membayar dividen

sehingga para pimpinan mengeluarkan scrip dividend atau janji tertulis. Scrip dividend ini kemungkinan berbunga namun kemungkinan juga tidak.

d. Dividen likuidasi merupakan jenis dividen yang mengurangi modal pemegang saham dalam perusahaan. Bila perusahaan membagikan dividen jenis ini, para pemegang saham harus diberitahu mengenai jumlah pembagian laba dan jumlah pengurangan rekening investasinya.

e. Dividen saham merupakan jenis dividen yang melakukan pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

2.1.2 Pengertian Kebijakan Dividen

Brigham dan Houston (2004: 69) menyatakan ‘’kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang dan memaksimalkan harga saham perusahaan’’.

Dividend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan besarnya nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para investor. Keadaan yang dilematis sering dialami oleh perusahaan dalam melakukan kebijakan dividen itu sendiri, dimana di satu sisi investor menuntut untuk dibagikannya sejumlah dividen setelah kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) agar memperoleh kepercayaan akan kelangsungan prospek perusahaan dimasa mendatang, sedangkan disisi perusahaan menginginkan untuk menahan labanya sebagai langkah dalam melakukan pengembangan investasi guna untuk memperbesar perusahaannya. Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya

nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Penurunan dividend payout ratio (DPR) diyakini sebagai sinyal prospek perusahaan yang menurun atau perusahaan mungkin mengalami kerugian dimasa mendatang. Oleh karena itu perusahaan akan selalu berupaya untuk mempertahankan Dividend Payout Ratio meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperoleh.

2.1.2.1 Teori-Teori Kebijakan Dividen

Terdapat berbagai macam faktor yang ikut mempengaruhi besarnya tingkat pembayaran dividen, tetapi yang menjadi permasalahan adalah mengenai bagaimana bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh sebuah perusahaan. Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird in the hand theory ” dan teori preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata–mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.

2. Teori ”bird in the hand theory”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan ”bird in the hand theory” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. 3. Teori Preferensi Pajak

Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain maka para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.

Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan.

2. Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan harus membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.

3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0%.

Menurut Awat (1998: 171) terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu:

1. Kebijakan yang stabil (stable dividend- per share policy), yakni jumlah pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.

2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan berubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap sama.

3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.

4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi.

2.1.2.2 Prosedur Pembayaran Dividen

Terdapat empat cara pembayaran dividen : 1. Declaration Date

Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen yang diambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Cum Dividend Date

Tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan sampai batas tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen.

3. Date of Record

Tanggal pencatatan dimana semua pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tersebut berhak atas dividen. Dividen tidak akan dibayarkan kepada investor yang pemberitahuannya melewati tanggal tersebut.

4. Ex Dividend Date

Tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak mendapatkan dividen.

5. Date Of Payment

Tanggal pembayaran dividen kepada semua pemegang saham yang berhak menurut catatan yang dibuat pada tanggal pencatatan.

Setiap tahapan memiliki durasi yang berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan yang diputuskan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham.

2.1.3 Profitabilitas

Menurut Brigham (1993: 79) “Profitability is the net result of a large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on operating mult”. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula.

Fink dan Harrison (1999: 72) menyebutkan bahwa : “Return On Assets as the same income a company generates during normal operation dividend by its total assets. This calculation determines how well a company is using its assets to generate income”. Rasio return on asset adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Semakin besar return on asset, akan menunjukkan semakin besarnya tingkat profitabilitas, sehingga menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Hanafi (2005: 375) menjelaskan jika perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.

2.1.4 Cash Position

Dividen merupakan cash outflow sehingga semakin kuatnya posisi kas suatu perusahaan maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar

dividen (Levy dan Sarnat 1990: 417). Dividen tunai merupakan arus kas keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya kas yang cukup, sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban utang serta bunga yang rendah namun jika tidak didukung oleh posisi kas yang kuat maka kemampuan membayar dividennya rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2015) menyatakan cash position adalah jumlah kas yang ada di perusahaan, dana investasi atau bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu.

Cash Position merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini dikarenakan kas sangat dibutuhkan untuk pembiayaan operasional. Dividen dalam bentuk kas merupakan jenis dividen yang paling umum dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham. Para pimpinan perusahaan perlu memperhatikan bahwasanya sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas terlebih dahulu melihat apakah jumlah kas yang dimiliki cukup untuk pembagian dividen. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi 2002: 79).

2.1.5 Leverage

Menurut Mannes (1990: 51): “Leverage ratios are designed to assess the balance of financing obtained through debt and equity sources. These ratios can be separated into two distinct groups: those that measure the relative proportion of debt and equity financing and those that measure the firm’s ability to service its debt obligations out of current earnings. A firm’s capital structure (the total

dollar amount of long term financing including debt and equity sources) which is composed of even a small proportion of debt is said to have financial leverage.”

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan (Ang 1997: 18). Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden (Riyanto 2001: 267). Oleh karena itu, semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar jumlah kewajiban dan sebaliknya semakin rendah proporsi utang maka semakin tinggi perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Menurut Levy dan Sarnat (1990: 418): ”A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in the future.”. Firm Size merupakan variabel yang dapat dinyatakan dengan total assets, dimana dalam hal ini dapat menentukan

posisi suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya memperoleh laba. Dengan kata lain, apabila kondisi yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besarnya total aset yang dimiliki, maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan tersebut.

Keberadaan sebuah perusahaan yang mapan seperti inilah yang akan mempunyai dampak positif, karena diuntungkan oleh kemudahan akses yang dimiliki dalam pasar modal dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih kecil. Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Memiliki akses yang mudah di pasar modal menggambarkan fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar sehingga perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari perusahaan kecil (Kurshev dan Strebulaev 2005: 26).

Kemampuan untuk memperoleh dana atau pinjaman tersebut akan membantu perusahaan dalam usaha operasionalnya yang ditujukan pada peningkatan laba sebagai langkah untuk memperbesar perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham.

2.1.7 Risiko Pasar

Risiko yang dihadapi perusahaan terdiri dari dua komponen, yakni risiko yang dapat didiversifikasi dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau tidak

dapat dieliminasi. Risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut dengan risiko pasar (systematic risk), yakni risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi. Risiko yang dapat didiversifikasi disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, dan peristiwa-peristiwa lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak, pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi - peristiwa merugikan yang terjadi pada satu perusahaan akan dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain. Risiko pasar (market risk) di lain pihak berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan seperti inflasi, resesi, dan tingkat suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi. (Brigham dan Houston, 2006: 238).

Risiko pasar diukur menggunakan beta (β) yang menggambarkan semakin

tinggi nilai beta maka semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Jika kondisi suatu negara mengalami inflasi, resesi, atau tingkat suku bunga yang tinggi maka investor akan menarik kembali sahamnya karena takut dengan risiko tinggi yang dihadapi. Hal ini menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar untuk membiayai investasi mereka di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen juga dipengaruhi oleh risiko pasar (market risk).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Maladjian dan Khoury (2014) yang berjudul “Determinants of the Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks”. Hasil penelitiannya menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuditas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Muslimah dan Wijaksana (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Hasil penelitiannya menyatakan cash position berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. Return on assets berpengaruh negitif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Debt to Equity Ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.

Fatimah (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Postion, Debt To Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Pada Seluruh Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2008-2011”. Hasil penelitiannya menyatakan cash position berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. ROA berpengaruh position tetapi tidak signifikan terhadap

kebijakan dividen. DER berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

Suwaldiman dan Aziz (2006) yang berjudul ‘’Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen’’. Hasil penelitiannya menyatakan beta berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Pribadi dan Sampurno (2012) yang berjudul ‘’Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Assets terhadap dividend payout ratio’’. Hasil penelitiannya menyatakan cash position berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.

Tabel 2.1 PenelitianTerdahulu No. Judul dan Nama

Penelitian Variabel Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian 1. Determinants of the Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks Christopher Maladjian dan Rim El Khoury (2014) Variabel dependen : Dividend Payout Ratio Variabel Independen : Profitability, Firm Size, Liquidity, Growth Opportunities, Financial Leverage, Firm Risk, Previous Year’s Dividends (PYD) Ordinary Least Square(OLS)

- Profitability (ROE) berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR - Firm Size berpengaruh positif

signifikan terhadap DPR -Currrent Assets berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap DPR

-Growth Opportunities

berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR

-Financial Leverage berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR

-Firm Risk berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR - Previous Year’s Dividends

berpengaruh positif signifikan terhadap DPR

2. Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 Novianti Muslimah dan Tri Indra Wijaksana (2013) Variabel dependen : Dividend Payout Ratio Variabel Independen : Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Growth, Firm Size

Ordinary Least Squares (OLS)

-Cash Position berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR -Debt to Equity Ratio berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap DPR

-Return On Assets berpengaruh negatif siginifikan terhadap DPR -Growth berpengaruh negatif tidak

signifikan DPR

-Firm Size berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul dan Nama Penelitian

Variabel Penelitian Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

3. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Anggit Satria Pribadi dan R. Djoko Sampurno (2012) Variabel Dependen : Dividend Payout Ratio Variabel Independen : Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, Return On Assets

Regresi Linier Berganda

-Cash Position berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR

-Firm Size berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR

-Growth Opportunity berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap DPR -Ownership berpengaruh

positif signifikan terhadap DPR

-Return On Assets berpengaruh positif signifikan terhadap DPR 4. Analisis Pengaruh

Cash Postion, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Pada Seluruh Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2008-2011 Fatimah (2011) Variabel Dependen : Dividend Payout Ratio (DPR) Variabel Independen : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Regresi Linier Berganda

-Cash Position berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap DPR

-Debt to Equity Ratio berpengaruh positif

Dokumen terkait