• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan:

1. Masyarakat umum untuk berkumur larutan ekstrak kulit buah delima secara teratur sebagai metode tambahan pemeliharaan oral higiene karena mempunyai efek samping minimal dan aman digunakan.

2. Sebagai informasi untuk Departmen Kesehatan Gigi Masyarakat dalam melaksanakan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut bahwa berkumur dengan ekstrak kulit buah delima dapat menurunkan jumlah bakteri patogen dalam rongga

mulut, mengurangi pembentukan plak dan karies gigi sehingga dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan agar dapat menghasilkan produk ekstrak kulit buah delima seperti obat kumur yang layak untuk dipasarkan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari sekitar 99% air, yang mengandung berbagai elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat) dan protein, direpresentasikan dengan enzim, immunoglobulin dan faktor antimikroba, glikoprotein mukosa, bekas albumin dan beberapa polipeptida dan oligopeptida yang penting untuk kesehatan mulut. Ada juga glukosa dan nitrogen, seperti urea dan amonia. Komponen berinteraksi dan bertanggung jawab untuk berbagai fungsi dikaitkan dengan saliva.

Produksi saliva pada orang yang sehat berkisar dari 1 sampai 1.5L sehari. Indeks aliran saliva merupakan parameter yang memungkinkan aliran saliva distimulasi dan tidak distimulasi untuk diklasifikasikan sebagai normal, rendah atau hiposalivasi. Pada orang dewasa, jumlah aliran saliva yang distimulasi berkisar dari 1 sampai 3 ml/menit diklasifikasikan sebagai normal, 0,7-1,0 ml/menit adalah aliran saliva rendah, sedangkan hiposalivasi adalah aliran saliva kurang dari 0,7 ml/menit. Aliran saliva tidak distimulasi berkisar 0,25 ml/menit hingga 0,35 ml/menit diklasifikasikan sebagai normal, 0,1 ke 0,25ml/menit adalah aliran saliva rendah, sedangkan hiposalivasi adalah aliran saliva yang kurang dari 0,1 ml/menit.

13

13

Saliva membentuk seromucosal yang melubrikasi dan melindungi jaringan mulut terhadap mikroorganisme. Hal ini terjadi karena musin yang bertanggung jawab untuk lubrikasi, perlindungan terhadap dehidrasi, dan pemeliharaan viskoelastisitas saliva. Musin adalah protein dengan kandungan karbohidrat yang tinggi. Musin juga memodulasi adhesi mikroorganisme pada permukaan jaringan mulut, yang memberikan kontribusi untuk kontrol kolonisasi bakteri dan jamur. Mastikasi, bicara, dan penelanan dibantu oleh efek lubrikasi dari protein ini.

Saliva sebagai sistem bufer untuk melindungi mulut. Saliva juga berperan dalam menetralisir dan membersihkan asam yang diproduksi mikrooganisme agar mencegah demineralisasi email Durasi demineralisasi tergantung pada waktu yang

dibutuhkan untuk pH plak gigi yang rendah kembali ke pH normal, yang dikontrol oleh jumlah dan komposisi saliva yaitu ion bikarbonat. Aliran saliva tinggi meningkatkan ion bikarbonat, peningkatan pH dan kapasitas bufer saliva meningkat dramatis.13

2.2 Buah Delima (Punica Granatum L.)

Secara morfologi, tumbuhan delima (Punica granatum L.) merupakan tanaman semak atau perdu meranggas. Tanaman ini ditanam secara luas di Iran, India, Turkey, Egypt, Tunisia, Spain dan Morocco. Tanaman ini sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak dalam. tumbuhan delima (Punica granatum L.) dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 30 kaki.

Daun buah delima berukuran 3-7 cm dengan luasnya 2 cm. Bunga delima biasanya berwarna merah, oranye dan merah muda. Buahnya berbentuk bulat heksagonal dengan diameter 5-12 cm, beratnya 200 gram dan terdiri atas biji-biji kecil.

6

6 Delima merah memiliki kulit buah yang tebal dan warnanya beragam seperti putih, merah atau ungu kehitaman.15

2.2.1 Klasifikasi Ilmiah Buah Delima (Punica Granatum L.)

Menurut taksonomi, buah delima dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

14

Ordo : Myrtales

Famili : Punicaceae

Genus : Punica

2.2.2 Jenis-jenis Buah Delima

Berdasarkan warna bunga dan buahnya, delima dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu delima putih, delima merah, dan delima hitam (ungu). Karakteristik ketiga jenis delima tersebut adalah sebagai berikut.

a. Delima Putih

15

Delima putih memiliki bunga yang berwarna keputih-putihan; buah berwarna hijau kekuning-kuningan; daging biji sebening air; butiran-butiran biji mengilap seperti mutiara yang berwarna putih kemerah-merahan; dan rasa buah manis sampai agak kelat.10

Gambar 1. Delima Putih b. Delima Merah

Delima merah juga sering disebut delima wulung atau delima susun memiliki bunga berwarna merah tua dan bersusun: buah muda bewarna hijua kemerahan dan setelah tua berubah menjadi merah jingga hampir kecoklatan; daging buah berwarna merah bening dan membungkus biji; serta rasa buah manis.

Variasi delima merah antara lain adalah delima merah dari Ngablak(Mangelang), yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: permukaan kulit buah bewarna merah tua; isi buah bewarna merah cerah; rasa buah manis; pada bagian pangkal buah terdapat warna hitam; dan buah tersusun dalam dompolan. Setiap dompolan terdiri atas 2 – 4 buah.

15

Gambar 2. Delima Merah

c. Delima Hitam (Ungu)

Delima hitam (ungu) mempunyai karakteristik sebagai berikut: pada waktu stadium kecil, buah berwarna hitam seperti busuk, namun setelah tua (matang) menjadi bewarna hitam kemerahan; daging buah berwarna merah muda dengan bercak merah di bagian tengahnya; rasa daging buah manis; tinggi tanaman mencapai 2 m; daun-daun berukuran kecil; bunga berwarna oranye; dan tanaman dapat berbuah sepanjang tahun.15

Gambar 3. Delima Hitam (ungu)

2.2.3 Kandungan Kimia Buah Delima

Delima terkenal memiliki banyak kandungan zat aktif pada beberapa bagian tanamannya, antara lain pada bagian akar, benih, daun, akar, buah, bunga, kulit batang dan kulit buahnya. Bagian-bagian tersebut memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.

Kandungan kimia kulit buah delima merah mengandung phenolic punicalagins, ellagic acid, gallic acid, others fatty acid, catechin, EGCG, quercetin, rutin dan other flavonols, flavones, flavonones dan anthocynidins.

16

kulit kayu mengandung elligatanin including punicalin dan punicalagin dan numerous piperidine alkaloids. Daun mengandung tannins, flavones glycosides, luteolin dan apgenin.

Di dalam benih buah delima, mengandung 95% punicic acid, ellagicacid, others fatty acid dan sterols. Bunga buah delima mengandung gallic acid, ursolic acid, triterpenoids, maslinic dan Asiatic dan other unindentified constituents.

Daging buah berwarna merah bening dan membungkus biji; serta rasa buah manis.

16

15 Selain dapat dikonsumsi secara langsung, buah delima dapat dijadikan jus, ekstrak maupun sari buah.Jus segar buah delima mengandung anthocyanins, glucose, ascorbic acid, ellagic acid, gallic acid, caffeic acid, catechin, EGCG, quercetin, rutin, iron dan aminoacids.16

2.2.4 Manfaat Kulit Buah Delima

Obat kumur buah delima ditemukan untuk mengurangi aktivitas α -glucosidase (enzim merendahkan sukrosa) dalam saliva dan itu juga ditemukan untuk meningkatkan aktivitas seruloplasmin (enzim antioksidan).8 Ekstrak buah delima sangat efektif untuk pengobatan denture stomatitis yang berhubungan dengan infeksi jamur kandidiasis. Ellagic acid buah delima ditemukan dapat menghambat α-amylase dalam saliva manusia yaitu mengkatalisis hidrolisis pati ke oligosakarida dan mengikat streptokokus, sehingga memberikan substrat bagi mikroba kariogenik.

Ekstrak kulit buah delima ditemukan kondusif untuk pemeliharan kebersihan mulut apabila pemeriksaan yang dilakukan terhadap tahap perkembangan gingivitis menurun.

8

Satu menit berkumur dengan obat kumur yang mengandung ekstrak kulit buah delima berhasil mengurangi jumlah mikroorganisme plak gigi.8

2.3 Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Delima Terhadap Jumlah Bakteri

Kulit buah delima memiliki aktivitas antibakteri karena adanya ellagic acid pada ekstrak kulit buah delima. Efek antibakteri ellagic acid berhubungan dengan struktur toksisitas dan molekular. Ellagic acid dapat mempengaruhi dinding sel dan menguraikan membran sel. Hazzani menyatakan bahwa ellagic acid dapat beraksi

pada dinding sel dan melewati membran sel dengan mengendapkan protein. Elagic acid dapat menghambat enzim dengan mengoksidase reagen dan mengganggu koagreagsi mikroorganisme serta dapat menonaktifkan adhesi mikroba, enzim dan selubung sel protein dan memodifikasi morfologi sel mikroorganisme.7

2.4 Kerangka Teori

Obat KumurEkstrak Kulit Buah Delima

Efek Antibakteri

Komponen Aktif

Kematian sel

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Ellagic acid

• Mempengaruhi dinding sel

• Melewati dan menguraikan membran sel

• Menghambat enzim bakteri

• Mengganggu koagregasi mikroorganisme

• Menonaktifkan adhesi dari mikroba

2.5 Kerangka Konsep

Variabel terikat:

Penurunan jumlah bakteri

dalam saliva

Variabel tak terkendali

1. Waktu dan frekuensi menyikat gigi

Variabel terkendali:

1. Volume obat kumur yang

digunakan

2. Lama penggunaan obat

kumur

3. Konsentrasi ekstrak kulit buah delima dalam obat kumur

Variabel perlakuan:

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi dan penyakit periodontal adalah contoh penyakit terbanyak yang pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme patogen di dalam rongga mulut. Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks dan berkembang dalam suatu matriks polisakarida yang disebut plak gigi. Plak berupa lapisan tipis, berwarna dan lunak yang terdiri lebih dari 700 jenis bakteri dan melekat erat pada permukaan gigi.1

Penyakit mulut mulai dengan plak.2 Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai salah satu indikator kebersihan mulut. Plak gigi adalah biofilm yang terdiri dari populasi bakteri yang tumbuh di permukaan gigi terperangkap dalam matrix polisakarida.2 Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan plak semakin melekat dan menjadi karang gigi setelah mengalami kalsifikasi. Apabila plak telah menumpuk, akan terlihat berwarna abu-abu, kekuningan dan kuning. Plak biasanya terbentuk pada sepertiga permukaan gingiva. Plak tidak dapat terlihat akibat kesamaan warna dengan gigi. Identifikasi plak dapat dilakukan dengan skrining plak langsung dari permukaan gigi atau apabila diwarnai dengan disclosing solution.3

Berbagai jenis bakteri yang terdapat pada plak yaitu Streptococcus mutans, dan Lactobacillus sp. Jenis bakteri yang dominan pada hampir semua dental plak adalah bakteri jenis kokus terutama Streptococcus mutans. S. mutans, dan Lactobacillus sp. memiliki kemampuan mengonversi karbohidrat menjadi asam dan dapat menurunkan pH lingkungan rongga mulut dan melarutkan email untuk memproduksi lesi karies.

Ada banyak cara menurunkan jumlah koloni bakteri S. mutans dan Lactobacillus sp. dalam rongga mulut. Salah satu cara adalah dengan penggunaan obat kumur. Berkumur obat kumur adalah pembersihan rongga mulut secarakimiawi. Substansi kimia yaitu klorheksidin yang terdapat dalam obat kumur memiliki sifat antibakteri yang berguna untuk menurunkan jumlah koloni bakteri. Namun, obat

kumur klorheksidin yang selama ini beredar di pasaran dan dirasa aman ternyata memiliki efek samping yaitu menyebabkan perwarnaan gigi, rasa yang tidak menyenangkan pada waktu makan dan iritasi mukosa.5

Oleh karena itu, para peneliti telah melakukan banyak penelitian yang ditujukan untuk menurunkan jumlah bakteri dalam rongga mulut. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan jumlah bakteri adalah buah delima. Buah delima telah dikenal selama ratusan tahun dan bermanfaat-manfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini ditanam secara luas di Iran, India, Turkey, Egypt, Tunisia, Spain dan Morocco. Tanaman ini sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak dalam. Secara morfologi, tumbuhan delima (Punica granatum L.) dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 30 kaki. Daun buah delima berukuran 3-7 cm dengan luasnya 2 cm. Bunga delima biasanya berwarna merah, oranye dan merah muda. Buahnya berbentuk bulat heksagonal dengan diameter 5-12 cm, beratnya 200 gram, terdiri atas biji-biji kecil.

Delima memiliki kandungan polifenol, flavonoid, ellagic acid, dan antosianin yang merupakan antioksidan yang kuat. Antioksidan buah delima dapat menghambat pembentukan matriks polisakarida pada plak, menurunkan jumlah koloni bakteri dan mencegah terbentuknya asam. Ekstrak buah delima dapat menghambat pertumbuhan S. mutans secara in vitro. Kandungan ellagic acid yang tinggi di dalam buah delima dan berfungsi sebagai agen antibakteri, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi.

6

Kulit buah delima memiliki kandungan ellagic acid yang tinggi. Ellagic acid dapat beraksi pada dinding sel dan melewati membrane sel dengan mengendapkan protein. Elagic acid dapat menghambat enzim dengan mengoksidase reagen dan mengganggu koagreagsi mikroorganisme serta dapat menonaktifkan adhesi mikroba, enzim dan selubung sel protein dan memodifikasi morfologi sel mikroorganisme.7

Obat kumur buah delima ditemukan untuk mengurangi aktivitas α -glucosidase (enzim merendahkan sukrosa) dalam saliva dan juga untuk meningkatkan aktivitas seruloplasmin (enzim antioksidan).Ekstrak buah delima sangat efektif untuk

pengobatan denture stomatitis yang berhubungan dengan infeksi jamur kandidiasis. Ellagic acid buah delima ditemukan dapat menghambat α-amylase dalam saliva manusia yaitu mengkatalisis hidrolisis pati ke oligosakarida dan mengikat streptokokus, sehingga memberikan substrat bagi mikroba kariogenik. Ekstrak kulit buah delima ditemukan kondusif untuk pemeliharan kebersihan mulut apabila pemeriksaan yang dilakukan terhadap tahap perkembangan gingivitis menurun.Satu menit berkumur dengan obat kumur yang mengandung ekstrak kulit buah delima berhasil mengurangi jumlah mikroorganisme plak gigi.

Penelitian Abdollahzadeh menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki efek antibakteri yang signifikan terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Lactobacillus acidophilus, S. mutans dan Streptococcus salivarius. Pada konsentrasi 4 mg/ml, 8 mg/ml dan 12 mg/ml memiliki aktivitas anitibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Hanya pada konsentrasi 8 mg/ml dan 12 mg/ml ekstrak kulit buah delima efektif terhadap Lactobacillus acidophilus, S. mutans dan Streptococcus salivarius.

8

Penelitian Moorthy menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki efek antibakteri yang signifikan terhadap Staphylococcus epidermidis, Yersinia enterocolitica, Salmonella paratyphi, Salmonella typhimurium, S. mutans, Salmonella brunei, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Pada konsentrasi 0.51 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dan Yersinia enterocolitica. Hanya pada konsentrasi 1.02 mg/ml ekstrak kulit buah delima efektif terhadap Salmonella paratyphi, Salmonella typhimurium, S. mutans, Salmonella brunei, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa.

9

Subramaniam melakukan penelitian dengan membandingkan efek antibakteri ekstrak kulit buah delima dan ekstrak lidah buaya pada S. mutans. Ekstrak kulit buah delima dan lidah buaya disiapkan dalam konsentrasi 5, 25, 50, dan 100%. Ekstrak kulit buah delima menunjukkan efek penghambatan S. mutans pada semua konsentrasi tetapi ekstrak lidah buaya menunjukkan efek penghambatan S. mutans pada konsentrasi 100%.

10

Penelitian Muslim menunjukkan bahwa ellagic acid yaitu kimiawi antibakteri yang terkandung dalam kulit buah delima efektif dalam penghambatan S. mutans. Ekstrak ellagic acid diuji untuk efek pada saliva yang mengandung S. mutans dengan konsentrasi 5 mg/ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang sangat signifikan terhadap S. mutans karena dapat mengurangkan jumlah bakteri dalam saliva. Ellagic acid memiliki kemampuan tinggi dalam penurunan jumlah bakteri dalam saliva.12

Permasalahan pada penelitian adalah apakah berkumur dengan larutan ekstrak buah delima 5% selama 1 menit dapat menurunkan jumlah bakteri dalam saliva dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU ?

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penurunan bakteri dalam saliva setelah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% selama 1 menit dibandingkan kelompok kontrol yaitu berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% pada mahasiswa FKG USU.

2. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.

3. Untuk mengetahui perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% pada mahasiswa FKG USU.

4. Untuk mengetahui perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.

5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% dan plasebo pada mahasiswa FKG USU.

1.4 Hipotesis

Ada perbedaan penurunan jumlah bakteri sesudah berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% selama 1 menit dalam saliva dibandingkan kelompok kontrol yaitu berkumur plasebo pada mahasiswa FKG USU.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah diharapkan menjadi masukan dan memberi informasi kepada masyarakat bahawa berkumur obat kumur ekstrak kulit buah delima 5% dapat digunakan sebagai metode tambahan pemeliharaan oral higiene karena mempunyai efek samping minimal dan aman digunakan.

2. Manfaat ilmiah penelitian ini adalah sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat tentang efektivitas berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% .

3. Manfaat untuk peneliti adalah peneliti memperoleh pengalaman melakukan penelitian.

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015

Patrick A/L Savari Dass

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kulit buah delima (Punica Granatum L.) 5% padamahasiswa FKG USU.

ix + 29 Halaman

Pemanfaatan obat kumur herbal membantu dalam menjaga kesehatan rongga mulut secara keseluruhan karena obat kumur herbal mengandung bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan sebagai metode tambahan pemeliharaan oral higiene karena mempunyai efek samping minimal dan aman digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kulit buah delima (Punica Granatum L.) 5% selama 1 menit dengan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah eksperimental ulang dengan rancangan pre dan post-test control group. Metode penelitian yang digunakan adalah double-blind study. Penelitian ini dilakukan pada 30 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Sampel secara random dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% dan kelompok kontrol berkumur plasebo dengan masing-masing kelompok 15 orang. Penelitian pada dua kelompok dilakukan pada hari dan waktu yang sama dan diobservasi oleh 2 orang pelaksana untuk masing-masing kelompok. Sebelum memulai penelitian, sampel saliva kedua kelompok ditampung sebanyak 1 ml dalam tabung yang steril (pre-test) dan ditutup rapat. Pada kelompok perlakuan diberikan ekstrak kulit buah delima 5% sebanyak 10 ml dan kelompok kontrol diberikan plasebo sebanyak 10 ml, kemudian subjek diinstruksikan berkumur selama 1 menit. Setelah berkumur, air kumur dibuang dan saliva ditampung sebanyak 1 ml sekali lagi dalam tabung yang steril (post-test) dan ditutup rapat. Perhitungan jumlah bakteri

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA USU. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t berpasangan dan tidak berpasangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% pada kelompok perlakuan yaitu 81,3x103 ± 25,2x103 CFU/ml dan pada kelompok kontrol yaitu 6x103 ± 3,1x103

Daftar Rujukan : 17 (2005- 2014)

CFU/ml dengan p<0,05. Sebagai kesimpulan bahwa berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva.

PENURUNAN JUMLAH BAKTERI DALAM SALIVA

SETELAH BERKUMUR LARUTAN EKSTRAK

KULIT BUAH DELIMA (PUNICA

GRANATUM L.) 5% PADA

MAHASISWA FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Patrick A/L Savari Dass Nim:110600160

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015

Patrick A/L Savari Dass

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kulit buah delima (Punica Granatum L.) 5% padamahasiswa FKG USU.

ix + 29 Halaman

Pemanfaatan obat kumur herbal membantu dalam menjaga kesehatan rongga mulut secara keseluruhan karena obat kumur herbal mengandung bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan sebagai metode tambahan pemeliharaan oral higiene karena mempunyai efek samping minimal dan aman digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kulit buah delima (Punica Granatum L.) 5% selama 1 menit dengan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah eksperimental ulang dengan rancangan pre dan post-test control group. Metode penelitian yang digunakan adalah double-blind study. Penelitian ini dilakukan pada 30 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Sampel secara random dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% dan kelompok kontrol berkumur plasebo dengan masing-masing kelompok 15 orang. Penelitian pada dua kelompok dilakukan pada hari dan waktu yang sama dan diobservasi oleh 2 orang pelaksana untuk masing-masing kelompok. Sebelum memulai penelitian, sampel saliva kedua kelompok ditampung sebanyak 1 ml dalam tabung yang steril (pre-test) dan ditutup rapat. Pada kelompok perlakuan diberikan ekstrak kulit buah delima 5% sebanyak 10 ml dan kelompok kontrol diberikan plasebo sebanyak 10 ml, kemudian subjek diinstruksikan berkumur selama 1 menit. Setelah berkumur, air kumur dibuang dan saliva ditampung sebanyak 1 ml sekali lagi dalam tabung yang steril (post-test) dan ditutup rapat. Perhitungan jumlah bakteri

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA USU. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t berpasangan dan tidak berpasangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada selisih rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur ekstrak kulit buah delima 5% pada kelompok perlakuan yaitu 81,3x103 ± 25,2x103 CFU/ml dan pada kelompok kontrol yaitu 6x103 ± 3,1x103

Daftar Rujukan : 17 (2005- 2014)

CFU/ml dengan p<0,05. Sebagai kesimpulan bahwa berkumur larutan ekstrak kulit buah delima 5% lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Dokumen terkait