• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan :

1. Melakukan uji antifungi dari ekstrak rimpang kecombrang dengan metode pengujian lain.

2. Melakukan uji antifungi dari ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji lainnya.

lxi

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. 2008. Dermatofita Pada Manusia (Pitiriasis Versikolor). http://www.kabarindonesia.com/ Diakses pada tanggal 10 September 2009.

Anonim. 2007. Trichophyton mentagrophytes. Diakses dari mikrobia.files.wordpress.com pada tanggal 9 Maret 2009

Anonim. 2007. Menggempur Jamur Sampai Kabur. Diakses dari http//www.intisari-online.com pada tanggal 9 Maret 2009

Antoro, S.E. 1995. Skrining Fitokimia Rimpang Nicolaia speciosa Horan. Secara Mikrokimiawi Kromatografi Lapis Tipis,dan Spektrofotmetri UV. [Abstrak]. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia 1998.

Appendini P, Hotchkiss Jh. 2000. Antimicrobial activity of a 14 residue synthetic peptide against foodborne microorganism. J Food Protect 63:889-893

Depkes RI. 1979. Farmakofe Indonesia, Edisi III. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakofe Indonesia, Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Depkes RI. 1995. Materi Medika Indonesia, Jilid VI.Jakarta

Depkes RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Dian Sundari, M. Wien Winarno.2001.Informasi Tumbuhan Obat Sebagai Anti Jamur. Depkes RI. Jakarta

Fransworth, M.R. 1969. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal Pharmaceutical Science; 255-265

lxii

Gandahusada, SS, Pribadi W., Ilahude HD.2004. Parasitologi Kedokteran Edisi III. Balai penerbit FKUI Jakarta.

Ganiswarna SG.2005.Farmakologi Dan Terapi.Bagian farmakologi FKUI. Jakarta

Gharmila.2008.Uji Potensi Antifungi Lendir Bekicot (Achatina Fullica) Terhadap Fungi Trichophyton Rubrum Dan Trichophyton Mentagrophytes. [skripsi] FKIK UIN. Jakarta

Guevara, BQ., Recio, BV. 1985. Phytochemical, Microbiological and Pharmacological Screening of Medicinal Plants. The University of Santo Tomas Manila, Philippines.

Habsah, M., Ali, A.M., Lajis, N.H., Sukari, M.A., Yap, Y.H., Kikuzaki, H. dan Nakatani, N. 2005. Antitumor-Promoting and Cytotoxic Constituents of Etlingera Elatior. Malaysian Journal of Medical Sciences, Vol. 12, No. 1, Januari 2005 (6-12).

Habsah, M., Lajis, N.H., Abas, F., Ali, A.M., Sukari, M.A., Kikuzaki, H. dan Nakatani, N.. 2003. Antioxidative Constituents of Etlingera elatior. [Abstrak]. J. Nat. Prod., 2005, 68 (2), pp 285–288.

Hidayat, SS dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi 1: 440-441. Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI

Hoan, Tan, T & Rahardja K. 2006. Obat-Obat Penting, Edisi VI. Elex Media Kompetindo : Jakarta

Howarth, W.H. at all, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th edition. The Pharmaceutical Press. London. England

Ibrahim, H. dan Setyowati, FM. 2009. Detail data Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith. Diakses tanggal 03 maret 2009 dari www.kehati.or.id

Katz, F.W. 1974. Microbiological Diffusion Assay, Operation Studied with Cooper Equation. J. Pharm. Sci. hal 11,36.

lxiii

Musdja, M Yanis.2006.Modul Farmakologi Panyakit Infeksi.UIN-Press. Jakarta.

Myjeck, Mary J.,Harvey, Richard A., Champe, Pamela C.,2005. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Widya Medika. Jakarta

Naufalin, Rifda. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan.[Tesis] Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Petanian, IPB. Bogor.

Pelczar, Michael J., Chan E.C.S. 1986. Dasar – Dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta

Staf Pengajar FKUI.1993.Mikrobiologi Kedokteran.Edisi revisi.Binarupa Aksara. Jakarta

Sukandar E. Yulinah, Suganda AG, Pertiwi GU. 2004. Uji Aktivitas Antijamur Salep Dan Krim Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia cattapa l.) Pada Kulit Kelinci. Bandung

Sundari, Dian, Wien Winarno, M, 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Obat Anti Jamur. Balitbangkes Depkes RI

lxiv

lxv Lampiran 2 Tanaman Kecombrang

Gambar 1 a. Tanaman Kecombrang

Gambar 1 b. Bunga kecombrang

lxvi

Lampiran 3 Ekstraksi Serbuk Rimpang Kecombrang

Serbuk simplisia kering (500 g)

Filtrat Ekstrak kental Uji aktifitas antifungi Rajangan Kecombrang (15 Kg) Dikeringkan (diangin-anginkan)

Rajangan Kecombrang kering (3 Kg) Dihaluskan

Maserasi dengan etanol 70% ( 3 x 24 jam) Residu Dirotary evaporator Penapisan fitokimia Uji karakteristik

lxvii

Lampiran 4 Ekstraksi dan Uji Susut Pengeringan

1. Ekstraksi

Ekstraksi sampel 500 g dalam etanol 70% (1:6 b/v)3 L didapatkan ekstrak cair 40,8 g dan dipekatkan hingga 20 g

Evaporator : Labu destilat + ekstrak = 106 g Labu destilat = 86 g

Ekstrak=20g

Rendemen 20 g x 100 % = 4 % 500 g

2. Uji susut pengeringan

Dipanaskan 30 menit di Oven + 150 oC

Cawan penguap = 14,442 g

Cawan penguap+tutup (m1) = 25,940 g Cawan penguap+tutup+Ekstrak (m2) = 26,944 g (m2-m1) = 26,944 g - 25,940 g = 1,004 g 30 menit selanjutnya : Cawan penguap

+ tutup + Ekstrak

= 26,844 g

30 menit selanjutnya : Cawan penguap + tutup + Ekstrak

= 26,704 g

Didiamkan dalam eksikator 24 jam Cawan penguap + tutup + Ekstrak

= 26,703 g

Jadi susut pengeringan dari ekstrak adalah bobot sampel awal dikurang bobot sampel tetap.

= 26,944 g – 26,703 g

= 0,241 g 0,241 g x 100 % = 0,89% 26,944

Jadi susut pengeringan ekstrak etanol rimpang Kecombrang tersebut adalah 0,89 %

lxviii 3. Perhitungan pembuatan konsentrasi

Ditimbang beker glass = 42, 7072 g (kemudian ditara) Ditimbang ekstrak kecombrang = 20 mg

Ditambahkan dengan aquadest = 20 ml

20 mg/20ml = 1000 ppm

Dengan menggunakan rumus V1.N1 = V2.N2 maka untuk memperoleh konsentrasi berikutnya adalah

100 ppm = X. 1000 ppm = 10 ml.100 ppm X = 1000 ml.ppm = 1 ml 1000 ppm 10 ppm = X. 100 ppm = 10 ml.10 ppm X = 100 ml.ppm = 1 ml 100 ppm 1 ppm = X. 10 ppm = 10 ml.10 ppm X = 100 ml.ppm = 1 ml 100 ppm 0,1 ppm = X. 10 ppm = 10 ml. 0,1 ppm X = 1 ml.ppm = 1 ml 1 ppm

lxix

Lampiran 5 Uji aktivitas antifungi dengan metode difusi agar

Kekeruhan pada A= 0,143-0,187 = 530 nm

Biarkan memadat Suspensi jamur uji 1 ml

Inokulasikan dalam 10 ml medium SDA pada cawan

Penanaman kertas cakram yang mengandung 10µl larutan

Inkubasikan pada suhu 35 ºC selama 4 hari

Amati daerah hambat dan ukur diameternya

lxx

Lampiran 6 Penetapan Potensi Ekstrak Rimpang Kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan)

Kekeruhan pada A= 0,143-0,187 = 530 nm

\

Biarkan memadat Pembuatan seri larutan klotrimazol 5; 10; 15; 20; 25 ppm

Suspensi jamur uji 1 ml

Inokulasikan dalam 10 ml medium SDA pada cawan

Penanaman kertas cakram yang mengandung 10µl larutan

Inkubasikan pada suhu 35 ºC selama 4 hari

Amati daerah hambat dan ukur diameternya

Pembuatan kurva standar klotrimazol

lxxi

Lampiran 7 Hasil pengukuran diameter daerah hambat pertumbuhan fungi uji terhadap ekstrak etanol rimpang kecombrang.

Tabel 6. Hasil pengukuran diameter daerah hambat pertumbuhan fungi uji terhadap ekstrak etanol rimpang kecombrang.

Fungi Uji Konsentrasi ekstrak rimpang kecombrang (ppm) Diameter daerah hambat rata-rata (mm) Harga KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) 1000 9.5 100 7 10 0 1 0 Trichophyton rubrum 0.1 0 100 ppm 1000 8 100 7 10 0 1 0 Trichophyton mentagrophytes 0.1 0 100 ppm

lxxii

Lampiran 8 Kurva standar antara diameter daerah hambat dengan konsentrasi antifungi pembanding (Klotrimazol)

Tabel 7. Kurva standar antara diameter daerah hambat dengan konsentrasi antifungi pembanding (Klotrimazol)

Fungi Uji Konsentrasi Klotrimazol (ppm) Log konsentrasi klotrimazol Diameter daerah hambat rata-rata (mm) 5 0.6989 0 10 1 8 15 1.1761 9 20 1.3010 10 Trichophyton rubrum 25 1.3979 12 5 0.6989 0 10 1 8 15 1.1761 10.5 20 1.3010 12 Trichophyton mentagrophytes 25 1.3979 15

lxxiii

Gambar 2 a. Grafik hubungan log konsentrasi antifungi pembanding dengan diameter daerah hambat Trichophyton rubrum

Gambar 2 b. Grafik hubungan log konsentrasi antifungi pembanding dengan diameter daerah hambat Trichophyton mentagrophytes.

lxxiv

Lampiran 9 Penetapan potensi ekstrak rimpang kecombrang terhadap antifungi pembanding Klotrimazol

A. Fungi uji Trichophyton rubrum

-KHM ekstrak rimpang kecombrang 100 ppm -Diameter daerah hambat = 7 mm

-Persamaan regresi kurva standar klotrimazol y=16.0579x – 10.1011 -Y= diameter daerah hambat

-X= log konsentrasi klotrimazol Y=d=7 mm Y=16.0579x – 10.1011 7 =16.0579x – 10.1011 X=7+10.1011 16.0579 X=1.0649

Konsentrasi Klotrimazol= antilog X Antilog X= antilog 1.0649= 11.61 ppm Potensi bahan uji = Cu

Cs = 100

11,61 = 8,6132 ppm

B. Fungi uji Trichophyton mentagrophytes -KHM ekstrak rimpang kecombrang 100 ppm -Diameter daerah hambat = 7 mm

lxxv -Y= diameter daerah hambat

-X= log konsentrasi klotrimazol Y=d=7 mm Y=20.3693x – 13.6073 7 =20.3693x – 13.6073 X=7+13.6073 20.3693 X=1.0116

Konsentrasi Klotrimazol= antilog X Antilog X= antilog 1.0116= 10.27 ppm Potensi bahan uji = Cu

Cs = 100

10,27 = 9,737 ppm

lxxvi

Lampiran 10 Hasil pengamatan Jamur Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes

Gambar 3. Mikroskop T. rubrum (perbesaran 400 x)

Gambar 4. Mikroskop T.mentagrophytes (perbesaran 400 x)

lxxvii Gambar 6. fungi uji Trichophyton rubrum.

Gambar 7. Perbedaan medium membuat fungi uji menghasilkan warna yang berbeda (merah kehitaman : T.rubrum dalam medium PDA)

lxxviii

Lampiran 11 Hasil uji aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji.

Gambar 8 a. Hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton mentagrophytes.

Gambar 8 b. Hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton rubrum.

Gambar 9. Hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas Klotrimazol terhadap fungi uji Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.

lxxix

Lampiran 12 Alat yang digunakan dalam penelitian

Gambar 10 a. Lemari inkubator

Gambar 10 b. Rotary evaporator

lxxx

Gambar 10 d. Laminary air flow

Gambar 10 e. Refrigerator (lemari es).

lxxxi Lampiran 13 Pengujian biokimia

Gambar 11. Hasil pengujian urease yang dilakukan. Tampak warna sebelum dilakukan uji urease dengan hasilnya setelah diamati selama 2-3 hari berikutnya. A) Trichophyton mentagrophytes; B) Trichophyton rubrum

lxxxii

Lampiran 14 Hasil analisa kerusakan sel dengan SEM

Gambar 12 a. Kontrol SEM fungi uji Trichophyton rubrum (perbesaran 1500 x)

lxxxiii

Gambar 13 a. Analisa ekstrak uji SEM fungi Trichophyton rubrum. (perbesaran 2000 x)

Gambar 13 b. Analisa ekstrak uji SEM fungi Trichophyton rubrum. (perbesaran 10000 x)

Dokumen terkait