• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.2 Saran

1. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk, karena aspek penting dalam perawatan lansia sangat dipengaruhi oleh keluarga sendiri dan terkait tentang budaya yang ada didalam keluarga mengenai stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Peneliti juga menyarankan agar materi perkuliahan tentang keperawatan keluarga terhadap pasien stroke lebih diperdalam lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan sehingga perawatan keluarga terhadap pasien stroke bisa lebih sangat baik lagi.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat keluarga dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke bias lebih sangat baik lagi.

51

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai evidence base bagi penelitian selanjutnya terkait dengan stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Penelitian lanjutan terkait stress keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pasien stroke sebagai responden agar hasil stress keluarga lebih benar tanpa ada yang di rekayasa dan jumlah sampel yang lebih representatif dan lokasi penelitian yang berbeda.

4. Keluarga Pasien Stroke

Diharapkan kepada keluarga untuk meningkatkan partisipasi dalam memperhatikan kebutuhan anggota keluarga yang menderita stroke secara keseluruhan. Tidak hanya berfokus pada pengobatan dari rumah sakit.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Stres

2.1.1 Pengertian stres

Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye dalam Potter,2006). Vincet Corneli dalam Grant Brecht (2000) mengatakan stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntunan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Menurut Gintings (2004). Respon tubuh manusia terhadap setiap tuntunan yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain.

2.1.2Penyebab stres

Berdasarkan penyebab, stres dibedakan atas dua bagian besar: a. Penyebab Makro.

Menyangkut peristiwa besar dalam khidupan seperti kematian, penyakit,perceraian, pension, luka batin, bangkrut dari usaha serta gagal mencapai usaha.

b. Penyebab Mikro

Menyangkut peristiwa kecil sehari-hari seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari/menyangkut biaya hidup (Grant Brecht,2000 dalam Sunaryo,2009).

9

2.1.3 Sumber Stres

Stres yang dialami manusia berasal dari berbagai sumber, menurut Hidayat (2010) ada tiga sumber stres:

a. Dalam Diri

Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.

b. Dalam Keluarga

Stres bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga (anggota keluarga sakit, putus sekolah), masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.

c. Dalam Masyarakat dan Lingkungan

Sumber stres dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stress pekerja karena lingkungan fisik, kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga sulit untuk berkembang kearah yang lebih baik.

2.1.4 Respon Tubuh Terhadap Stres

Harawi (2008) mengemukakan bahwa stress dapat berakibat terhadap hampir seluruh tubuh seperti:

10

1. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklatan, ubabnan atau kerontokan.

2. Gangguan ketajaman penglihatan. 3. Pendengaran berdeging.

4. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum dan kedutan padakulit wajah(tic facialis).

5. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.

6. Kulit dingin atau panas atau banyak berkeringat, kulit kering, eksim,biduran/urtikaria, gatal-gatal tumbuh jerawat (ance), telapak tangan dan kaki sering berkeringat dan kesemutan.

7. Nafas terasa berat dan sesak.

8. Jantung berdebar-debar, muka merah/pucat.

2.1.5 Reaksi psikologis terhadap stres

Hawari (2009) mengatakan bahwa selain mengganggu sistem tubuh, stres juga dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut yaitu:

1. Menganggu perasaan, seperi gelisah, sedih, marah rendah diri, iri hati pemarah, bimbang dan ragu serta cemas.

2. Menganggu pikiran, seperti tidak dapat berpikir secarah jernih, sering lupa, daya pikir rendah, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga merasa seolah-olah tidak cerdas, sehingga tidak mampu membuat keputusan secara cepat dan sistematis.

3. Berpengaruh terhadap prilaku; prilaku tersebut diantaranya menyakitidiri sendiri dan menyakiti orang lain.

11

4. Menimbulkan depresi: depresi adalah; suatu gangguan yang belangsung lama, disertai gejala dan tanda-tanda spesifik yang secara substansial menganggu kewajaran sikap dan tindakan seseorang merasa sedih yang amat sangat.

2.1.6 Pengukuran Stres

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala stres adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang biasanya digunakan untuk mengukur skala kecemasan karena kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stres yang dirasakan oleh banyak orang (Wangmuba, 2009). Disamping itu, salah satu respon individu dalam menghadapi stres adalah perasaan cemas (Herlambang, 2008). HARS terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik (Hawari, 2009).

1. Perasaan cemas, ditandai dengan : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan yang di tandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapatistirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

3. Ketakutan ditandai oleh : ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur ditandai oleh : sukar untuk tidur, terbangun malamhari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun.

12

6. Perasaan depresi (murung) di tandai oleh : kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik (otot) ditandai oleh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

8. Gejala sensorik (sistem saraf) ditandai oleh : tinitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan di tusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) ditandai oleh takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap).

10. Gejala pernafasan di tandai oleh : rasa tertekan atau sempit didada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik nafas panjang.

11. Gejala Gastrointestinal (pencernaan) ditandai oleh : sulit menelan, mual, perut melilit, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, dan kontipasi (sukar buang air besar)

12. Gejala Urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai oleh : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impotensi.

13

13. Gejala Saraf Autonom ditandai oleh : mulut kering, muka merah dan kering, mudah berkeringat, pusing/ sakit kepala, bulu kuduk berdiri.

14. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, otot tegang, nafas pendek dan cepat, muka memerah.

2.1.7 Adaptasi sosial dan budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di msyarakat, misalnya seseorang yang tinggal dalam lingkungan msyarakay dengan budaya gotong royong akan berupa beradaptasi dengan lingkungannya tersebut Hawari (2009).

2.1.8 Adaptasi spiritual

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai agama yang dianutnya, misalnya apabila mengalami stres . seseorang akan giat melakukan ibadah seperti rajin sumbayang, puasa dan sebagainya Hawari (2009).

2.1.9 Faktor presipitasi stres

Berupa faktor yang dianggap sebagai pemicu tibulnya stres (stresor) yang bisa disebut sebagai faktor presipitasi antara lain sebagai berikut (Hawari,2009).

2.1.10 Faktor Fisik dan Psikologis

Berikut ini adalah beberapa factor psikologis yang dapat menyebabkan stres. (Hawari,2009).

14

a. Genetika. Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan mempunyai keakraban dengan kemungkinan kerentanan stress pada anak yang dilahirkan kondisi-kondisi tersebut berupa ibu hamil yang perokok, alkoholik dan penggunaan obat-obatan yang dilarang pada kehamilan, seperti: aspirin dan jenis obat-obatan analgetik.

b. Case history. Beberapa riwayat penyakit di masa lalu yang mempunyai efek psikologis dan masa depan, dapat berupa penyakit di masa kecil deperti demam tinggi yang mempengaruhi kerusakan gendang telinga, kecelakaan yang menyebabkan kehilangan organ atau bagian tubuh (cacat), patah tulang dan sebagainya.

c. Pengalaman hidup. Mencakup case history dan pengalaman-pengalaman hidup yang mempengaruhi perasaan independen yang menyangkut kematangan organ-organ seksual pada masa remaja contoh: pada anak remaja yang mengalami keterlambatan pertumbuhan payu darah di bandingkan dengan kelompok bermainya akan mempengaruhi prilaku, atau pada anak laki-laki yang merasa minder karena pertumbuhan phallus yang terlambat dibandingkan klompok bermainya akan mendapat ejekan dari teman-teman yang mempengaruhi rasa percaya diri ketika akan menikah.

d. Tidur. Istrahat yang cukup akan memberikan energy pada kegiatan yang sedang dilakukannya. Kebutuhan tidur akan mempengaruhi konsentrasi, semangat, dan gaira terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Penderita insomnia mempunyai kerentanan terhadap stress yang lebih berat.

15

e. Diet. Diet yang berlebihan dan mengakibatkan stress berat. Pelaku diet penderita obesitas yang melakukan diet ketat berlebihan mempunyai resiko kematian yang tinggi, di amerika diperkirakan sekirakar 6 di antara orang yang yang melakukan diet ketat ini menyebabkan kemayian. Diet secara berlebihan memungkinkan munulnya sindrom anoreksia.

f. Postur tubuh. Dalam beberapa kasus, postur tubuh dapat berperan sebagai setresor, misalnya individu yang berkeinginan untuk polisi atau tentara batasan tinggi badan dapat menjadi kendala bila yang bersangkutan tidak mencapai taraf yang telah ditentukan, individu yang memiliki kelainan bentuk tubuh, cacat bawaan, dan penggunaan steroid juga dapat memicu munculnya stress pada individu.

g. Penyakit. Beberapa penyakit dapat menjadi stresor pada individu berupa: tuberkolosis (TBS), kangker, impotensi yang disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus, dan berbagai penyakit lainnya. Penyakit anemia dapat enimbulkan individu cepat merasa lelah sehingga dapat menimbulkan rasa stres karena individu kurang dapat bekerja secara maksimal.

2.1.11 Faktor psikologis

Berikut ini adalah beberapa faktor psikologis yang dapat memicu terjadinya stres (Nasir,Abdul & Muhit,2012).

1. Persepsi. Kadar stress dalam suatu peristiwa sangat bergantung pada bagaimana individu berpersepsi terhadap stresor yang muncul. Kadar stress tersebut sangat brgantung pada hal-hal berikut ini.

16

a. Kontrol terhadap stress. Individu dapat mengontrol setres yang muncul, misalnya individu keluar dari lingkungan dan pemikiran-pemikiran yang dapat merusak pikiran positif.

b. Stres yang dapat diprediksi. Individu yang mempunyai kesiapanterhadap pekerjaan yang mengandung resiko stres akan lebih baikdibandingkan individu yang tidak siap sama sekali. Individu yang dapat memprediksi akan lebih baik kadar stresnya dibandingkan individu yang langsung berhadapan dengan stresor yang tidak perna ia duga sebelumnya.

c. Kemampuan melawan batas. Individu yang beranggapan bahwa stres sebagai tantangan yang mengasyikkan akan mempengaruhi kadar stres menjadi lebih rendah. Biasanya individu tetap enerjik dengan apa yang dilakukan sebagai tantangan. Hal ini akan berbeda pada individu yang merasa terpaksa melakukannya.

2. Emosi. Emosi merupakan hal yang sangat penting dan kompleks dalam diri individu perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap perasaan emosi sangat berpengaruh terhadap stress yang sedang dialami. Stres dan emosi mempunyai keterikatan yang saling mempengaruhi keduanya, seperti kecemasan, rasa bersalah, khawati, ekspresi marah, sedih dan cemburu. 3. Situasi psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep berpikir (kognitif)

dan penilaian terhadap situasi-situasi yang mempengaruhinya. Situasi tersebut berupa konflik, frustasi, serta situasi atau kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi penilaian yang memberikan ancaman bagi individu, misalnya tingkat kejahatan yang semakin meningkat akan memberikan rasa kecemasan (stres).

17

a. Pengalaman hidup. Pengalaman hidup mrupakan keseluruhan kejadian yang memberikan pengaruh psikologis bagi individu. Kejadian tersebut memberikan dampak psikologis dan memungkinkan munculnya stres pada individu. Berupa kejadian tersebut adalah sebagai berikut.

b. Perubahan hidup. Termasuk didalamnya berbagai kejadian yang memberikan perubahan hidup secara mendadak seperti: perkawinan, perceraian, pindah tempat kerja, jadwal kerja yang padat, dan sebagainya.

c. Masa transisi (life passanges). Perubahan-perubahan waktu yang signifikan terhadap perubahan prilaku. Hal-hal tersebut termasuk masa pubertas atau masa pra-pensiun.

d. Krisis kehidupan. Perubahan status radikal dalam kehidupan seseorag.Kejadian-kejadian yang menyangkut krisis kehidupan adalah pemecatan (PHK), bangkrut, hutang akibat gagal panen, dan sebagainya.

2.1.12 Gangguan psikologis stroke

a. Menurunnya harga diri karena adanya keterbatasan kemampuan fisik, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan diri maupun orang lain yang biasanya dilakukan sebelum sakit menyebabkan anggota keluarga merasa tidak dihargai.

b. Menurunnya citra diri karena adanya kelainan fisik, seperti tidak mampu berbicara secara normal, anggota gerak yang lumpuh, menyebabkan anggota keluarga yang sakit tidak gagah atau menarik diri dari lingkungan social. c. Gangguan komunikasi verbal, sangat banyak keinginan-keinginan yang tidak

18

d. Stres berkepanjangan, karena menurunnya harga diri, hilanya citra diri dan gangguan komunikasi verbal.

e. Cemas dan takut pada anggota keluarga yang sakit, dan keluarga selalu dihantui rasa takut dan cemas terus menerus apa dan bagai mana yang akan terjadi selanjutnya.

2.1.13 Respon pada keluarga yang mengalami stres

Suatu keadaan yang tidak bisa dan patut diperhatikan pada seseorang mengalami stres, biasanya memperhatikan respon fisik dan psikologis.

2.1.14 Respon fisik

a. Tekanan serangan sesak nafas, rasa mual dan mabuk. b. Selera makan tidak seperti biasanya.

c. Sering menderita gangguan pencernaan.

d. Mengalami sulit tidur dan sering terjaga terlalu dini.

e. Merasa lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang paling sederhana

f. Sering gelisa, jalan mondar-mandir dan ragu-ragu dalam mengerjakan Sesuatu.

g. Timbul bercak-bercak merah pada kulit. h. Pegal-pegal di punggung.

i. Kesemutan, berkeringat dingin. j. Sakit kepala, berdebar-debar.

2.1.15 Respon psikologis

a. Merasa marah sepanjang waktu. b. Merasa kehilangan minat pada sex.

19

c. Tidak dapat mengambil keputusan dan sering merasa tidak dapat menghadapi masalah.

d. Merasa menjadi orang gagal. e. Merasa tidak diperhatikan.

f. Tidak menyukai orang lain dan diri sendiri. g. Khawatir sesuatu yang mengerikan akan terjadi. h. Merasa tidak dapat berkonsentrasi.

i. Tidak dapat menceritakan kepada orang lain apa yang dirasakan. j. Kehilangan rasa humor.

k. Cenderung menyalahkan orang lain.

2.1.16 Respon Terhadap Stres

Taylor (1991), dalam Vedebeck (2010), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwaa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indicator terjadinya stres yang dialami individu. Respon stres dapat terlihat berbagai aspek sebagai berikut. 1. Respon fisiologis. Dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak

jantung, nadi, dan sistem pernapasan.

2. Respon kognitif. Dapat terlihat melalui terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kaacau, menurunnya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi. Dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.

4. Respon tingkah laku. Dapat dibedakan menjadi figh, yaitu melawan situasi yang menekan dan fight yaitu menghindari situasi yang menekan.

20

2.1.17 Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologi dari stres adalah objektif, lebih muda diidentifikasi dan secara umum dapat diamati dan diukur. Namun demikian indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stres, dan diindikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat, klien mungkin tampak gelisah, dan tidak mampu untuk beristirahat dan berkonsentrasi.indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stres.

Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stresor yang diterima. Indicator fisiologis timbul dari berbagai sistem oleh karena itu, pengkajian tentang stres mencakup pengumpulan data dari semua sistem. Hubungan antara stres psikologis dengan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lalu, penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama. Akan tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan dan pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, serta metode sanitasi telah menurunkankan angka kematian. Saat ini, penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stresor gaya hidup (Nasir,Mbdul& Muhit).

2.1.18 Berikut ini indikator stres fisiologis.

1. Kenaikan tekanan darah.

2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, dan punggung. 3. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan. 4. Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin. 5. Postur tubuh yang tidak tegap.

21

6. Keletihan. 7. Sakit kepala.

8. Gangguan lambung. 9. Suara yang bernada tinggi. 10. Mual, muntah, dan diare. 11. Perubahan nafsu makan. 12. Perubahan berat badan.

13. Perubahan frekuensi berkemih. 14. Dilatasi pupil.

15. Gelisa, kesulitan untuk tidur, atau sering terbangun saat tidur.

(Hans Selye,1946). Telah melakukan riset terhadap dua respon fisiologis tubuh terhadap stres , yaitu Local Adaptation Syndrome dan General adaptation syndrome.

1. Local Adaptation Syndrome

Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan sebagainya. Respon berjangka pendek.

Berikut ini adalah karakteristik Local Adaptation Syndrome

a. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system. b. Respon bersifat adaptif; diperlukan stresor untuk menstimulusnya. c. Respon bersifat jangka pendekdan tidak terus-menerus.

22

2. General adaptation syndrome.

Merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom sistem endokrin. Pada beberapa buku teks General adaptation syndrome sering disamakandengan sistem neuroendokrin General adaptation syndrome terbagi menjadi tiga tahap berikut ini.

a. Fase alarm (waspada)

Melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor . terjadi reaksi psikologis fight of flight dan reaksi fisiologis. Tanda fisik. Curah jantung meningkat , peredaran darah cepat , serta darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepalah dan ekstremitas. Banyak organ terpengaruh, gejala stres mempengaruhidenyut nadi, ketegangan otot, dan daya tahan tubuh menurun. Fase alarm melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada meningkatnya volume darah, yang pada akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormone lainnya dilepas untuk meningatkan kadar gula darah yang bertujuan guna menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Teraktiasinya epinefrin dan norepnefrin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi peningkatan aliran darah ke otot. Selain itu, juga terjadi peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktivitas hormone yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respon melawan atau menghindar)”. Respon ini bisa berlangsung dari menit ampai jam. Bila stresor menetap, maka individu masuk ke dalam fase resistensi.

23

b. Fase resistence (resistensi/melawan)

Individu mencoba berbagai macam mechanism penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya pada keadaan normal, dan dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres, bila teratasi, gejala stres akan menurun dan tubuh kembali stabil, termasuk hormone denyut jantung, tekanan darah, dan curah jantung. Hal tersebut terjadi karena individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada dari tahapan terakhir dari General adaptation syndrome yaitu fase kehabisan tenaga.

c. Fase exhaustion (kelelahan)

Merupakan fase perpanjagan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energy untuk penyesuaian telah terkuras, akibatnya timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gsngguan mental, penyakit arteri koroner, dan sebagainya, bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Pada tahap ini cadangan energy telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidk mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk memperthankan diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

2.1.19 Adaptasi psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stres mempengaruhi kesejahtraan emosional dalam berbagai cara. Oleh karena kepribadian individu mencakup hubungan yang

24

kompleks di antara banyak factor, maka reaksi terhadap stres yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman dahulu dengan stresor, mekanisme yang berhasil di masa lalu, fungsi, peran, konsep diri, dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stres. Ketiga karakteritik ini adalah rasa control terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untu pertumbuhan (Weibe dan Williams,2006).

Indicator stres psikologis adalah sebagai berikut. 1. Ansietas.

2. Depresi. 3. Kepenatan.

4. Peningkatan penggunaan bahan kimia.

5. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas. 6. Kelelahan mental.

7. Perasaan tidak adekuat. 8. Kehilangan harga diri. 9. Peningkatan kepekaan. 10. Kehilangan motivasi.

11. Ledakan emosional dan menagis.

12. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.

13. Kecendrungan untuk membuat kesalahan (misalnya penilaian buruk). 14. Mudah lupa dan pikiran buntu.

25

15. Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci. 16. Preokupasi (misalnya mimpi siang hari).

17. Ketidak mampuan berkonsentrasi pada tugas. 18. Peningkatan ketidak hadiran atau penyakit. 19. Letargi.

20. Kehilangan minat.

21. Rentan terhadap kecelakaan.

2.1.20 Respon menghadapi stres

Menurut Selye (2006), berdasarkan persepsi individu terhadap stres yang dialaminya, stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1. Distress (Stres Negatif)

Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak

Dokumen terkait