• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan ekstrak

kulit buah pisang raja dalam formulasi yang lain seperti salep, krim atau obat

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, F.M.A., Azhar, M.E., Fatemeh, S.R., dan Saifullah, R. (2012). Total Phenolics, Flavonoids and Antioxidant Activity of Banana Pulp and Peel Flours: Influence of Variety and Stage of Ripeness. International Food Research Journal. 19(3): 1041-1046.

Atun, S., Arianingrum, R., Handayani, S., Rudyansah, dan Garson, M. (2007). Identification and Antioxidant Activity Test of Some Compounds from Metthanol Extract Peel of Banana (Musa paradisiaca Linn.). Indonesian Journal Chemistry. 7(1): 83-87.

Aulton, M. (1988). Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. London: Curcill Livingstone Edirberd. Halaman 244.

Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, Cetakan VII. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 168-169.

Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI-Press. Halaman 390, 489.

Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 45-48, 89, 237.

Cahyono, B. (2009). Pisang. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 11.

Cowan, M. (1999). Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Review. 12(4): 568.

Daniells, J., Jenny, C., Karamura, D., dan Tomekpe, K. (2001). Musalogue: A Catalogue of Musa Germplasm. Montpellier: International Plant Genetic Resources Institute. Halaman 120.

Depkes RI. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 167-170.

Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 361, 516, 518, 522.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-6, 323-325.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 9, 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 32-36, 86.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 7-8, 854-855, 891.

Dwidjoseputro. (1978). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Halaman 81-82, 84.

Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Science. 55(3): 257, 262-264.

Jawetz, E., Menick, J.L., dan Adelberg, E.A. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa: Eddy Mudihardi, Kuntaman, Eddy Bagus Wasito, Ni Made Mertaniasih, Setio Harsono, dan Lindawati Alimsardjono. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 317-318, 352, 360.

Lay, B.W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 109.

Lieberman, H.A. (1997). Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Systems. Volume 1. New York: Marcell Dekker Inc. Halaman 315-319.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Tokyo: Elsevier. Halaman 28-32, 157.

Nuramanah, E., Sholihin, H., dan Siswaningsih, W. (2012). Kajian Aktivitas Antioksidan Kulit Pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) dan Produk Olahannya. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Nurmalina, R. (2012). 24 Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda. Jakarta: Alex Media Komputindo. Halaman 11.

Oxoid. (1998). The Oxoid Manual. Edisi VIII. Basingstoke: Oxoid Limited. Halaman 161.

Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan Ratna Sri Hadioetomo. Jakarta: UI Press. Halaman 138-144.

Pratiwi, S. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Halaman 24, 29-30, 106-108, 110, 138.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi ke-18. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. (2005). Handbook of Pharmaceutical Exipients. Philadelphia: Washington Square Press. Edisi V. Halaman 346, 466, 624.

Satuhu, S., dan Supriyadi, A. (2008). Pisang Budi Daya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 14.

Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 5.

Soerartri, W. (2004). Pengaruh Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel. Surabaya: Majalah Farmasi Airlangga. 4(3): 76.

Someya, S., Yoshiki, Y., dan Okubo, K. (2002). Antioxidant Compounds From Banana (Musa cavendish). Food Chemistry. 79: 351-354.

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Editor: Ella Elviana dan Winny Riviani Syarief. Jakarta: EGC. Halaman 243.

Tjitrosoepomo, G., (2000). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 444.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Editor: Joshita Djajadisasatra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Halaman 11-25, 165-166.

Valmayor, R.V., Jamaluddin, S.H., Silayoi, B., Kusumo, S., Danh, L.D., Pascua dan Espino, R.R.C. (2012). Banana Cultivar Names and Synonyms in Southeast Asia. [diakses 18 November 2014]. Diambil dari: http://kukr.lib.ku.ac.th/fulltext_kukr/ku0222075c.pdf.

Volk, A.W., dan Wheeler, F.M. (1993). Mikrobiologi Dasar. Jilid I. Jakarta: Erlangga. Halaman 33-40, 218-219, 266.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 59-60.

WHO. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva: World Health Organization. Halaman 31-33.

Lampiran 2 Gambar tumbuhan pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

(A)

(B)

Keterangan:

A = Tumbuhan pisang raja (Musa X paradisiaca AAB) B = Kulit buah pisang raja segar (Musa X paradisiaca AAB)

Lampiran 2 (Lanjutan)

(C)

(D)

Keterangan:

C = Simplisia kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

Lampiran 3 Gambar sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja

Keterangan:

A = Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja B = Formula mengandung 20% ekstrak kulit buah pisang raja C = Formula mengandung 30% ekstrak kulit buah pisang raja D = Formula mengandung 40% ekstrak kulit buah pisang raja

Lampiran 4 Gambar hasil uji homogenitas gel ekstrak kulit buah pisang raja

Keterangan:

A = Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja B = Formula mengandung 20% ekstrak kulit buah pisang raja C = Formula mengandung 30% ekstrak kulit buah pisang raja D = Formula mengandung 40% ekstrak kulit buah pisang raja

Lampiran 5 Perhitungan pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

a. Perhitungan hasil penetapan kadar air

Kadar air = x 100% 1. Sampel 1 Berat sampel = 5,008 g Volume air = 0,35 ml Kadar air = x 100% = 6,98 % 2. Sampel 2 Berat sampel = 5,002 g Volume air = 0,4 ml Kadar air = x 100% = 5,99 % 3. Sampel 3 Berat sampel = 5,004 g Volume air = 0,3 ml Kadar air = x 100% = 5,99%

Kadar air rata – rata =

Lampiran 5 (Lanjutan)

b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air

Kadar sari larut dalam air = x x100%

1. Kadar sari larut dalam air I

Berat cawan = 43,063 g

Berat cawan + berat sari = 43,407 g

Berat sampel = 5,001 g

Berat sari = 0,344 g

Kadar sari larut dalam air = x x 100%

= 34,39 %

2. Kadar sari larut dalam air II

Berat cawan = 43,886 g

Berat cawan + berat sari = 44,226 g

Berat sampel = 5,002 g

Berat sari = 0,340 g

Kadar sari larut dalam air = x x 100%

= 33,98 %

3. Kadar sari larut dalam air III

Berat cawan = 42,940 g

Berat cawan + berat sari = 43,284 g

Berat sampel = 5,023 g

Berat sari = 0,344 g

Lampiran 5 (Lanjutan)

Kadar sari larut dalam air rata-rata =

= 34,20 %

c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

1. Kadar sari

larut dalam etanol I

Berat cawan = 44,774 g Berat cawan + berat sari = 45,137 g Berat sampel = 5,010 g Berat sari = 0,363 g

Kadar sari larut dalam etanol = x x 100%

= 36,22 % 2. Kadar sari larut dalam etanol II

Berat Cawan = 42,759 g Berat Cawan + Berat Sari = 43,120 g Berat Sampel = 5,006 g Berat sari = 0,361 g

Kadar sari larut dalam etanol = x x 100%

= 36,05 %

3. Kadar sari larut dalam etanol III Berat Cawan = 46,472 g

Berat Cawan + Berat Sari = 46,841 g Berat Sampel = 5,025 g Berat sari = 0,369 g

Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% Kadar sari larut dalam etanol x x 100%

Lampiran 5 (Lanjutan)

Kadar sari larut dalam etanol rata-rata =

= 36,32 %

d. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total

1. Sampel I

Berat simplisia = 2,004 g

Berat abu = 0,085 g

Kadar abu total = x 100%

= 4,24%

2. Sampel II

Berat simplisia = 2,011 g

Berat abu = 0,084 g

Kadar abu total = x 100%

= 4,17%

3. Sampel III

Berat simplisia = 2,017 g

Berat abu = 0,096 g

Kadar abu total = x 100%

= 4,76%

Kadar abu total rata-rata =

= 4,39% Kadar abu total = x 100%

Lampiran 5 (lanjutan)

e. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

1. Sampel I

Berat simplisia = 2,004 g

Berat abu = 0,019 g

Kadar abu tidak larut asam = x 100%

= 0,94 %

2. Sampel II

Berat simplisia = 2,011 g

Berat abu = 0,017 g

Kadar abu tidak larut asam = x 100%

= 0,84 %

3. Sampel III

Berat simplisia = 2,017 g

Berat abu = 0,015 g

Kadar abu tidak larut asam = x 100%

= 0,74 %

Kadar abu tidak larut asam rata-rata =

= 0,84%

Lampiran 6 Bagan skrining fitokimia dan karakterisasi simplisia kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

Dicuci dari pengotor

Ditiriskan

Pemeriksaan makroskopik

Dikeringkan

Dihaluskan Kulit buah pisang raja

Simplisia Serbuk Simplisia Skrining Fitokimia Karakterisasi Simplisia Pembuatan Ekstrak -Alkaloida -Flavonoida -Saponin -Tanin -Glikosida -Steroida/Triterpenoida -Pemeriksaan Makroskopik -Penetapan kadar air

-Penetapan kadar sari larut air -Penetapan kadar sari larut etanol -Penetapan kadar abu total

Lampiran 7 Bagan alir pembuatan ekstrak kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

Dimasukkan ke dalam wadah

Ditambahkan etanol 80%

Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk

Disaring

Dicuci kembali dengan pelarut etanol 80%

Disaring

Didiamkan di tempat terlindung cahaya selama 2 hari

Dienap tuang

Diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu + 50oC

Dipekatkan dengan freeze dryer pada suhu - 40oC

Serbuk simplisia

Ekstrak kental kulit buah pisang raja

Ampas Maserat

Ampas Maserat

Lampiran 8 Bagan pembuatan sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

Dibuat ke dalam gel 3 konsentrasi ekstrak masing-masing 50 gram

Ekstrak kental kulit buah pisang raja

FI (Konsentrasi ekstrak 20 %)

FIII ( Konsentrasi ekstrak 40 % )

FII ( Konsentrasi ekstrak 30 % )

20 gram ekstrak 30 gram basis gel 15 gram ekstrak

35 gram basis gel 10 gram ekstrak

40 gram basis gel

Evaluasi Sediaan :

- Pemeriksaan stabilitas fisik

- Pemeriksaan homogenitas

- Penentuan pH

- Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

- Uji mikrobiologi Sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja

Lampiran 9 Bagan uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

Diambil 1 ose

Disuspensikan ke dalam 10 ml media Nutrient Broth

Diukur kekeruhan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25%

Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri

Ditambahkan 20 ml media nutrient agar ke dalam cawan petri

Dihomogenkan

Dibiarkan hingga memadat

Diletakkan pencadang kertas yang telah direndam ke dalam larutan uji dengan berbagai konsentrasi

Diinkubasi pada suhu 35 + 2oC selama 18 - 24 jam

Diukur diameter daerah hambatan di sekitar pencadang kertas dengan menggunakan jangka sorong

Stok kultur

Inokulum bakateri

Media padat

Lampiran 10 Hasil pengukuran daerah hambatan uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah pisang raja terhadap bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis

Nama bakteri Konsentrasi (mg/ml)

Diameter daya hambat (mm) Rata-rata (mm) Diameter 1 Diameter 2 Diameter 3 Propionibacterium acne 500 18,8 18,1 17,9 18,26 400 18,05 17,9 17,15 17,7 300 16,0 16,1 16,0 16,03 200 15,35 14,6 14,55 14,83 100 12,4 12,45 11,65 12,16 75 11,4 12,15 11,0 11,51 50 10,3 10,6 10,1 10,33 25 9,05 9,5 9,2 9,25 Staphylococcus epidermidis 500 18,55 18,45 18,1 18,36 400 17,35 17,3 17,15 17,26 300 16,4 16,0 15,9 16,10 200 15,95 15,0 14,95 15,30 100 14,5 14,2 13,7 14,13 75 13,4 13,0 12,9 13,10 50 12,3 11,6 11,2 11,70 25 10,8 10,8 10,6 10,73

Lampiran 11 Hasil pengukuran daerah hambatan uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja terhadap bakteri

Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis pada minggu ke-0

Nama bakteri Sediaan

Diameter daya hambat (mm) Rata-rata (mm) Diameter 1 Diameter 2 Diameter 3

Propionibacterium acne F0 - - - - FI 14,05 14,1 13,9 14,01 FII 15,1 14,9 15,8 15,26 FIII 16,45 16,2 16,5 16,38 Staphylococcus epidermidis F0 - - - - FI 14,7 14,1 14,9 14,56 FII 15,05 15,4 15,5 15,31 FIII 16,2 16,25 16,2 16,21 Keterangan:

F0 = Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja FI = Formula mengandung 20% ekstrak kulit buah pisang raja FII = Formula mengandung 30% ekstrak kulit buah pisang raja FIII = Formula mengandung 40% ekstrak kulit buah pisang raja

Lampiran 12 Hasil pengukuran daerah hambatan uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja terhadap bakteri

Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis pada minggu ke-12

Nama bakteri Sediaan

Diameter daya hambat (mm) Rata-rata (mm) Diameter 1 Diameter 2 Diameter 3

Propionibacterium acne F0 - - - - FI 12,60 12,75 13,10 12,81 FII 13,95 14,50 13,75 14,06 FIII 14,9 14,15 14,35 14,46 Staphylococcus epidermidis F0 - - - - FI 12,90 13,35 13,65 13,30 FII 13,80 14,30 14,45 14,18 FIII 14,30 13,95 14,60 14,28 Keterangan:

F0 = Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja FI = Formula mengandung 20% ekstrak kulit buah pisang raja FII = Formula mengandung 30% ekstrak kulit buah pisang raja FIII = Formula mengandung 40% ekstrak kulit buah pisang raja

Lampiran 13 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah pisang raja (Musa X paradisiaca AAB)

a. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acne

Keterangan:

A = Blanko (DMSO)

B = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 100 mg/ml C = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 200 mg/ml D = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 300 mg/ml E = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 400 mg/ml F = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 500 mg/ml

P.acne P. acne A A C B D E F

Lampiran 13 (Lanjutan)

b. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

Keterangan:

A = Blanko (DMSO)

B = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 100 mg/ml C = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 200 mg/ml D = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 300 mg/ml E = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 400 mg/ml F = Konsentrasi larutan uji ekstrak kulit buah pisang raja 500 mg/ml

S. epidermidis S. epidermidis A A D C B E F

Lampiran 14 Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak kulit buah pisang raja

a. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acne

Keterangan:

A = Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja B = Formula mengandung 20% ekstrak kulit buah pisang raja C = Formula mengandung 30% ekstrak kulit buah pisang raja D = Formula mengandung 40% ekstrak kulit buah pisang raja

A

P. acne

C D

Lampiran 14 (Lanjutan)

b. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

Keterangan:

A = Formula tidak mengandung ekstrak kulit buah pisang raja B = Formula mengandung 20% ekstrak kulit buah pisang raja C = Formula mengandung 30% ekstrak kulit buah pisang raja D = Formula mengandung 40% ekstrak kulit buah pisang raja

S. epidermidis

A

C

D B

Dokumen terkait