BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.2 Saran
Kepada Petani Petambak
Untuk meningkatkan hasil usahatani udang, maka petani petambak diharapkan lebih mengefisienkan penggunaan pakan dan juga benur mengingat usahatani mereka adalah semi intensif. Selain itu juga petani dapat beralih dalam usahatani yang intensif mengingat hasil tambak yang intensif menghasilkan lebih besar.
Kepada Pemerintah
Agar pemerintah dapat lebih memperhatikan petani udang dengan memberikan bantuan modal dan bantuan dalam pemberian subsidi pakan dan penyediaan mesin karena penggunaan kincir dapat membantu dalam perkembangan udang. Selain itu juga pemerintah diharapkan melakukan penyuluhan dalam ilmu budidaya udang dan juga teknologi budidaya serta pengolahan pasca panen.
52
Kepada Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang analisis pemasaran dan tataniaga udang di desa Sentang, melihat desa ini merupakan sentra produksi udang di Serdang Bedagai.
8 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis
Semakin bergemanya kata “agribisnis” ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan sempit yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis itu masih jauh dari konsep semula yang dimaksud ( Soekartawi,1999).
Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya, "agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan "bisnis"(business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecimpung dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957 dalam Soemarno, 1996).
Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan lingkungan dan upaya untuk memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Yang dimaksud memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang dibutuhkan, irigasi, dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata
9
adalah memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim hujan, memanen dalam musim kering, atau menanam porennial crops
pada tanah miring/lereng dan sebagainya (Siagian,1997).
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi, meng olah hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi (1999), konsep agribisnis adalah suatu kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungan dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
2.1.2 Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu sistim bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu : subsistem agribisnis hulu, (pengadaan dan penyaluran saranan produksi), subsistem agribisnis usaha tani (produksi primer), subsistem agribisnis hilir (pengolahan,penyimpanan,distribusi tata niaga), dan sub sistem jasa penunjang. Agribisnis secara umum mengandung pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk menghasilkan dan mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi usaha tani, untuk pengolahan dan pemasaran. Agribisnis memberikan suatu konsep dan wawasan yang sangat dalam tentang pertanian modern menghadapi milenium ketiga (Saragih, 2010).
10
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas (Siagian,1997).
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input budidaya memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
2. Subsistem Budidaya atau proses produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan budidaya dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola budidaya dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada budidaya yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpameninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan budidaya yang berbentuk komersial bukan budidaya yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka. Budidaya adalah sebagian dari kegiatan di
11
permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusaha tani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. Menurut Maxwell L. Brown, 1974 dan Soekartawi (2002) Pengelolaan usaha tani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usaha tani yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varietas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
Menurut Soekartawi (1995) Menjelaskan bahwa dalam budidaya, seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisen untuktujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Yang dimaksud dengan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baik, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input.
12
3. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added atau nilai tambah dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
4. Subsistem Pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil budidaya dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
5. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
· Sarana Tataniaga · Perbankan/perkreditan · Penyuluhan Agribisnis
· Kelompok tani· Infrastruktur agribisnis · Koperasi Agribisnis
· BUMN · Swasta
· Penelitian dan Pengembangan · Pendidikan dan Pelatihan
13
· Transportasi
· Kebijakan Pemerintah
Sistem agribisnis dapat digambarkan seperti berikut ini:
Gambar: Bagan Sistem Agribisnis
2.2 Landasan Teori
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :
Π= TR-TC Dimana:
14
Π = Keuntungan/laba TR= Total penerimaan TC= Total biaya
Kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan secara finansial. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, akan tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas. Untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan dari nilai perhitungan (Kasmir.2003).
Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan usaha non-jasa, seperti pendirian hotel dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha pertanian dengan pendidikan. Akan tetapi untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama, sekalipun bidang usahanya berbeda ( Muchdarsyah.1992).
Dengan demikian kelayakan merupakan bahan untuk mengetahui apakah usaha di daerah penelitian layak untuk diusahakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat dalam arti finansial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti financial benefit tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Kasmir,2003).
15
Kelayakan dari suatu gagasan usaha dilihat dari pengusaha secara individu. Secara finansial : Usaha dikatakan berhasil apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansilanya. Kegiatan pada finansial ini antara lain menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan dengan menggunakan analisis BEP, R/C dan B/C.
1) BEP (break even point)
Menurut Soekartawi (1995). Menunjukkan bahwa analisis break even point dapat disingkat dengan BEP atau analisis titik impas sebenarnya banyak dipakai pada analisis pembiayaan atau budgeting dalam ekonomi perusahaan.
Dalam suatu usaha, analisis titik impas juga sering dipakai sebagai dasarpemikiran dalam melakukan suatu usaha. Dengan demikian perbandingan jumlah penerimaan dan biaya sebenarnya didasarkan pada analisis titik impas. Secara hipotesis, analisis titik impas dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini, dalam gambar tersebut terlihat 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis yaitu variabel biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total dan penerimaan total. Dengan grafik titik impas pula petani akan mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang sudah menunjukkan laba atau berapa rugi/laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
2) R/C Ratio
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya.
R/C dimana: R = Q . P
16
C = FC + VC
R = Revenue atau Penerimaan C = Cost atau Biaya
Kriteria uji:
Jika R/C > 1, maka budidaya udang Vannamei layak diusahakan Jika R/C < 1, maka budidaya udang Vannamei tidak layak (Soekartawi, 2002).
3) B/C Ratio
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam.
17
Mardiana (2000) dalam penelitian berjudul “Usaha tambak udang rakyat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah kabupaten langkat (studi kasus berandan barat)” . dalam penelitian ini diketahui bahwa hasil tambak udang semi intensif lebih kecil dibandingkan tambak udang intensif. Tambak udang semi intensif hanya menghasilkan rata-rata 1.139 kilogram per hektar. Sedangkan tambak udang intensif mampu menghasilkan produksi sampai 4.795 kilogram per hektar. Selain itu Rata-rata harga jual per kilogram udang di kecamatan Berandan Barat sekitar Rp. 43.859, dengan rentang Rp. 26.000 sampai dengan Rp. 68.000. Harga jual udang dari tambak udang semi intensif lebih Kecil yaitu rata-rata RP. 35.856 per kilogram sedangkan hasil Produksi udang dari tambak intensif mencapai RP. 51.863 per kilogram.
Muhammad Fariyanto (2012) dimana penelitian berjudul “Kelayakan Budidaya udang vannamei di Rejotengah, Deket Lamongan”. Dalam penelitian ini didapat kesimpulan bahwa budidaya udang vannamei layak secara finansial dengan nilai R/C Ratio di Daerah penelitian diketahui sebesar 1,12. Dimana nilai R/C > Sedangkan untuk Nilai B/C Ratio budidaya udang Vannamei adalah sebesar Rp. 0,12. Dimana B/C > Bunga bank..
18
Budidaya udang Vannamei merupakan salah satu kegiatan budidaya pertanian yang cukup menguntungkan. Keuntungan dari usaha budidaya udang vannamei ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang di budidayakan mencapai pertumbuhan normal dan hasil yang maksimal. Permintaan udang jenis ini sangat besar baik pasar lokal maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang vannamei di berbagai daerah.
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas. Semua subsistem dalam agribisnis adalah saling mempengaruhi dan merupakan suatu kesatuan.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana Agribisnis udang Vannamei di daerah penelitian layak untuk dikembangkan bagi masyarakat maka harus dianalisis komponen apa saja yang termasuk dalam subsistem tersebut. Hal ini sebagai suatu biaya dalam usaha tani. Selain itu juga ini mempengaruhi tingkat produktivitas. Semakin tinggi produktivitas (dengan asumsi harga given), maka tingkat penerimaan dan pendapatan akan semakin tinggi. Tingkat keuntungan usaha udang yang mempengaruhi tingkat kelayakannya.
19
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar:
Keterangan:
: Menyatakan pengaruh : Menyatakan hubungan
Gambar. Skema Kerangka Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
• Usaha budidaya udang di daerah penelitian layak secara finansial. Produksi -Tahapan budidaya Input -Bibit -Pakan Pasca Panen -Teknologi Pemasaran -Pasar Pendukung - Penyuluhan -Koperasi -Lembaga Perbankan Produksi Kelayakan - R/C Penerimaan -Pendapatan
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada bentuk pertanian primer atau usaha tani dengan fokus produksi, namun sekarang telah mengalami perubahan paradigma ke suatu sektor ekonomi modern dan besar. Agribisnis terdiri dari lima subsistem yang merupakan suatu kesatuan mata rantai yang saling bekerja sama dan mendukung serta saling mempengaruhi satu sama lain. Kelima subsistem tersebut antara lain subsistem pengadaan sarana produksi pertanian (subsistem I), subsistem budidaya atau produksi usaha tani (subsistem II), subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil pertanian dan pengolahannya (subsistem IV) dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan agribisnis (subsistem V).
Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem iniberhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usaha tani atau budidaya pertanian ( on-farm agribusiness). Subsistem usaha tani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem produksi pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah pertanian selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi. Kegiatan
2
subsistem ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah sebagaimana telah dikemukan dalam pengertianagribisnis.
Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer. Kegiatan ini sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan komoditas primer yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka, dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang menghasilkan barang jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah atau sirup. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas primer sampai pengeceran kepada konsumen. Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya, keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara
3
sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian (Anonimous,2014).
Salah satu subsektor agribisnis yang mengalami peningkatan pendapatan yang cukup baik adalah subsektor perikanan. Adapun komoditas perikanan yang memberikan sumbangan yang besar terhadap perolehan devisa lndonesia yaitu komoditas udang. Walaupun pada tahun 1997 usaha tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil perikanan mengalami penurunan akibat krisis moneter dan serangan penyakit, namun bisnis komoditas udang mampu bangkit kembali dan berjaya terutarna dalam hal ekspor ke pasar internasional (Anonimous, 2014).
Udang merupakan salah satu primadona yang di sukai oleh banyak orang. Udang merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan tidak mengandung kolesterol. Protein hewani sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bagi Indonesia, udang windu merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang windu rata-rata naik per tahun. Walaupun banyak kendala, namun saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang terus bermunculan (Anonimous,2014).
Udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai-sungai besar dan rawa-rawa dekat pantai. Udang air tawar ini pada umumnya termasuk dalam keluarga palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonide (Mujiman,1989). Salah satu jenis udang palaemonide yang saat ini banyak diminati yaitu udang vannamei.
4
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR) rendah (1:1,3). Jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya, karakteristik Vannamei sangat khas, yaitu memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dengan suhu rendah maupun perubahan sanitasi. Selain itu, laju pertumbuhannya juga relatif cukup cepat, terutama di bulan pertama dan kedua. Melihat banyaknya poin keunggulan dari udang yang konon merupakan flora asli Panama ini, maka tak perlu diragukan lagi vannamei memiliki potensi dan prospektif untuk dibudidayakan ke depannya. Tak hanya pembesaran saja yang bagus prospeknya, budidaya pembibitan udang Vannamei pun sama-sama prospek yang cerah (Anonimous,2014).
Keberadaan udang vannamei cukup baik sebagai upaya untuk membantu dalam mempertahankan produksi udang. Udang vannamei banyak diminati dmasyarakat dan harganya relatif stabil. Udang ini lebih tahan penyakit dibandingkan dengan udang windu. Oleh karena itu peluang usaha pembesarannya masih terbuka lebar(Saparinto, 2014).
Namun demikian pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menggangap bahwa udang vannamei hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidaklah sepenuhnya benar karena hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan pola tradisional, bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga per kilogramnya menjadi lebih mahal. Teknologi yang tersedia
5
saat ini masih untuk pola intensif dan semiintensif, padahal luas areal pertambakan di Indonesia yang mencapai sekitar 360.000 ha, dimana 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu. (Anonimous, 2014).
Sejak dasawarsa terakhir ini, teknik intensifikasi tambak telah dikenal secara luas. Namun kemampuan permodalan sebagai masukan untuk inovasi dan tingkat keterampilan petani tambak tidak sama, sehingga perkembangan teknik pertambakan yang diterapkan saat ini berbeda-beda tingkatannya. Ada tambak yang masih diusahakan secara sederhana dengan hasil yang masih rendah dan adapula tambak yang telah diusahakan secara intensif dengan masukan modal yang tinggi dengan hasilnya sangat tinggi, yaitu lebih dari 10 ton/ha/tahun (Suyanto, 2001).
Berdasarkan data statistik perikanan, nilai ekspor komoditas udang indonesia pada 2013 tercatat sebesar 723,6 juta dollar AS atau 36,7% dari total nilai ekspor Indonesia, yaitu sebesar 1,97 miliar dollar AS. Besarnya sumbangan ekspor udang karena Indonesia tidak bermasalah dengan serangan penyakit Early Mortality Syndrome(EMS) (Saparinto, 2014).
Tabel 1 Produksi Tambak Udang di Sumatera Utara (2010-2012).
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012
Kota Medan Kab. Langkat Kab. Deli Serdang Kab. Serdang Bedagai Kab. Batubara
Kab. Asahan
Kab. Labuhan Batu utara
- 10.611,5 1.185,3 4.270,6 1.585 - 177 - 13.519 - 4.559 1.116,2 - 78,2 3 14.163,5 - 3.827 641 - - Sumber: Dinas kelautan dan Perikanan provinsi sumatera utara 2009-2012
6
Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu sentra produksi udang terbesar kedua di Sumatera Utara. Produksi dari tahun