• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.2 Saran

Setelah melakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan, maka penulis menyarankan kepada semua masyarakat baik anak-anak, remaja, guru maupun orang tua agar menerapkan ajaran dari kitab San Zi Jing, baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat. Dengan mempelajari nilai pendidikan dalam kitab San Zi Jing, kiranya

anak-anak, remaja, guru maupun orang tua dapat mengurangi dan memperbaiki budaya malas di Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

Bab II ini berisi tinjauan pustaka, konsep, dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Penulis mengutip beberapa konsep dan definisi yang terkait dengan objek kajian, mengulas beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan Selanjutnya dijelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam kitab San Zi Jing. Berikut adalah penjelasan tentang tinjauan pustaka, konsep dan kerangka teori ini :

2.1 Penelitian yang Relevan

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dirujuk sehingga mendukung penulis dalam mengkaji ajaran San Zi Jing dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya:

1. Artikel berjudul 解读 字 品味 文 (jiědú “sānzìjīng” pǐnwèi chuánchéng wénhuà) ditulis oleh Forum Pendidikan Dasar (2013) yang diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House. Artikel ini membahas tentang arti pada setiap bait dari ajaran San Zi Jing. Arti setiap bait yang terdapat di dalam artikel ini mempermudah penulis untuk lebih memahami San Zi Jing. Metode yang digunakan oleh peneliti memberi kontribusi kepada penulis dalam hal teknik analisis data.

2. Buku Tiga Karakter Klasik China ditulis oleh Supapto (2011) diterbitkan oleh Pustaka Internasional membahas sebagian cerita San Zi Jing, dalam bentuk komik untuk menggungkapkan isi San Zi Jing yang sangat mendalam artinya.

Sebagaimana penelitian ini memfokuskan pada analisis nilai-nilai pendidikan pada cerita-cerita sejarah yang terdapat di dalam kitab ini, maka buku ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam memahami perilaku tokoh sejarah dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam cerita-cerita kitab San Zi Jing.

3. Artikel berjudul 浅谈 字 的思想内涵 实意 (qiǎn tán sānzìjīng de sīxiǎng nèihán yǔ xiànshí yìyì), ditulis oleh Zuo Zhao Hui dan diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House pada bulan April 2010. Artikel ini membahas tentang peran penting dari nilai pendidikan ajaran San Zi Jing, tetapi tidak difokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial dan budaya. Tulisan ini memberi kontribusi kepada penulis dalam memahami ajaran San Zi Jing dan mempermudah penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan moral, sosial dan budaya pada kitab San Zi Jing tersebut.

4. Wang Pin dalam artikel yang berjudul 字 的文 教育 值 (sānzìjīng” de wénhuà jiàoyù jiàzhí) telah diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House. Tulisan ini membahas tentang nilai-nilai budaya pendidikan dan warisan nilai budaya San Zi Jing pada masyarakat China. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian ini menganalisis tentang nilai-nilai budaya pendidikan, sedangkan penulis memfokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial, dan budaya. Penelitian pada artikel ini memberi kontribusi pada penelitian ini, khususnya dalam memperkuat

bagian penting dari nilai-nilai pendidikan budaya yang terdapat didalam kitab San Zi Jing yang perlu diwariskan.

2.2 Konsep 2.2.1Nilai

Nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan, atau tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau perilaku. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret.

Hasan (1995:114) menyatakan nilai adalah “sesuatu yang menjadi kriteria apakah suatu tindakan, pendapat, tau hasil kerja itu bagus/positif tau tidak bagus/negatif”. Nilai ada yang dikembangkan secara pribadi sehingga menghasilkan nilai pribadi dan ada yang dikembangkan dalam masyarakat dan warga negara bertindak, berpikir, dan menghasilkan sesuatu berdasarkan nilai yang dianut atau diakui masyarakat dan negara.

Nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bersifat mendidik dan berguna bagi pembacanya, selain itu juga dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman hidup dalam berfikir dan bertindak. Dengan demikian, nilai memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kehidupan manusia (pembaca).

2.2.1.1. Nilai Pendidikan

Membicarakan tentang nilai pendidikan tentu tidak lepas dari membicarakan tentang pendidikan. Menurut Ihsan (2005:4) pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Tilaar (2002:435) hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia dan juga dinyatakan bahwa anak dilahirkan seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan.

Menurut Daroeso (1986:20) nilai adalah sesuatu atau hal yang dapat digunakan sebagai dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu menyenangkan (pleasant), memuaskan (saflying) menarik (interest), berguna (believe). Nilai mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai bersifat normatif, merupakan keharusan (dassollen) untuk diwujudkan dalam tingkah laku dalam kehidupan manusia.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra di sini yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau individu agar menjadi manusia yang baik dalam arti berpendidikan.

Menurut Amalia (2010:33) nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra terbagi empat, yaitu: Nilai Pendidikan Religius, Nilai Pendidikan Moral, Nilai Pendidikan Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Berikut adalah penjelasan tentang keempat nilai tersebut.

1. Nilai Pendidikan Religius

Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.

2. Nilai Pendidikan Moral

Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

3. Nilai Pendidikan Sosial

Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu

yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku. Nilai sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai social merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.

4. Nilai Pendidikan Budaya

Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Nilai Pendidikan Budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan

bendabenda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.

Pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada tiga nilai yaitu, Nilai Pendidikan Moral, Nilai Pendidikan Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Ketiga nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan ajaran San Zi Jing. Pada penelitian ini Nilai Pendidikan Religius tidak dibahas karena di dalam kitab San Zi Jing tidak terdapat ajaran agama atau kandungan unsur keagamaan.

2.2.2 Kitab San Zi Jing

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab, yang memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan hanya kepada sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk kepada jenis tulisan kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain merupakan undang-undang yang mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa masa lampau.

Sejak 1500 SM masyarakat Tiongkok dahulu telah mengenal tulisan sejak yang ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Tiongkok yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han (206-220SM), seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas. Sastra Tiongkok Kuno bersumber pada ajaran-ajaran filsafat. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dikitabkan baik oleh filsuf itu sendiri

maupun para pengikutnya. Pengaruh ajaran tersebut menjadikan keadaan pemerintahan yang semula kacau menjadi baik.

San Zi Jing adalah sebuah kitab ajaran kuno yang ditulis oleh Wang Yinglin pada zaman Dinasti Song. Kata “Jing” dalam San Zi Jing adalah ajaran yang selalu benar. Pada zaman kuno sebuah buku yang disebut sebagai “Jing” berarti menggambarkan sebuah karya yang bernilai tinggi. San Zi Jing adalah kitab yang wajib dibaca sebelum mempelajari budaya Tiongkok dan merupakan perwakilan kitab kuno yang paling diminati. Kitab San Zi Jing ini dibagi menjadi enam pokok pikiran :

1. Pengajaran dari orang tua dan guru kepada anak, 2. Menghormati guru dan orang yang lebih tua, 3. Pengetahuan umum dan dasar tentang kebajikan, 4. Isi dari Kitab kuno Tiongkok,

5. Belajar dari sejarah Tiongkok, 6. Cara dan sikap dalam belajar.

Kitab San Zi Jing menamankan nilai-nilai yang baik dari cara dan sikap belajar maupun proses belajar. Nilai-nilai tersebut disajikan dalam bentuk cerita di mana di dalam cerita-cerita tersebut digambarkan tokoh-tokoh sejarah dan para filosofi yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca.

2.3 Landasan Teori

Teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1998:3). Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Nilai -Nilai Pendidikan dalam Kitab San Zi Jing 字 ” menggunakan teori kesusastraan dan teori pendidikan untuk membahas lebih dalam tentang nilai-nilai pendidikan moral, sosial dan budaya yang terdapat dalam Kitab San Zi Jing.

2.3.1 Teori Kesusastraan

Teori kesusastraan yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, berkawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sash (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberikan petunjuk dan instruksi. Akhiran tras berarti alat, sarana. Merujuk dari defenisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.

Zainal (1986: 11) berpendapat pendekatan sosiologi melihat segala macam nilai-nilai dalam masyarakat, institusi-institusi sosial, serta komunikasi atau individu dari hasil karya tertentu. Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya Sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat.

Yasa (2012: 21) mengatakan sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang ditujukan pada cara-cara seorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Semua itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan dimana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra.

San Zi Jing adalah salah satu karya sastra Tiongkok kuno yang menyenangkan dan berguna karena karya ini tidak hanya memiliki cerita yang menghibur tetapi juga memberikan manfaat pelajaran bagi manusia. Ratna (2004:332-333) mengemukakan bahwa, sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat. 2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek kehidupan yang

terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.

3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisa, dipinjam melalui kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat,dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkadang terkandung estetika,etik,bahkan logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut. 5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat inter subjektifitas,

masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra.

Dengan demikian sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya. Sosiologi sastra tidak hanya membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarsakat dan lingkungan serta kebudayaan yang menghasilkannya.

2.3.2 Teori Pendidikan

Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas, memiliki karakter yang kuat dan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupannya. Pendidikan dapat terbagi menjadi dua, yaitu teori dan praktek. Seseorang mempelajari sebuah teori untuk dipahami dan diresapi kemudian dipraktekkan dengan pola pikir maupun sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan diterima oleh seseorang semenjak ia lahir dan didapat melalui proses komunikasi maupun media pembelajaran.

Menurut O’Connor dalam Barnadib (2010:8) berpendapat bahwa:

“… Teori pendidikan perlu memiliki syarat-syarat seperti logis, deskriptif dan menjelaskan. Logis artinya memenuhi syarat-syarat untuk berpikir lurus dan benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas, sedangkan menjelaskan berarti memberikan penerangan”.

Selanjutnya, Pratte mengemukakan pendapat bahwa teori pendidikan harus memiliki latar belakang yang benar, nyata dan dapat diterima oleh akal. Pratte dalam Barnadib (2010:9) berpendapat bahwa:

“… Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk menemukan sejumlah penemuan dalam praktek”.

Istilah direktif bermakna bahwa pendidikan mengarah pada tujuan yang pada hakikatnya adalah terwujudunya kesejahteraan yang setinggi-tingginya pada subjek didik.

Teori pendidikan ini digunakan untuk mengkaji nilai pendidikan moral, sosial dan budaya yang terdapat dalam kitab San Zi Jing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan pikiran, akal budi manusia, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), dan sesuatu yang sudah menjadi menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Budaya merupakan hasil dari pemikiran manusia yang diwariskan secara turun-temurun dan mempengaruhi pola pikir manusia tersebut.

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990:203-204) merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungan hidupnya. Selanjutnya, sistem nilai merupakan hasil kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kehidupan, dengan karya, dengan waktu, dengan alam, dan dengan manusia itu sendiri.

Salah satu hasil dari kebudayaan adalah karya sastra. Karya sastra merupakan deskripsi atau gambaran kehidupan yang dituangkan dalam bentuk yang lebih sederhana, seorang penulis langsung menggambarkan atau mendeskripsikan cerminan hidup dari seseorang ataupun lingkungan sekitarnya dengan bahasa yang sederhana. Karya sastra

adalah wujud dari buah pemikiran manusia yang secara sadar maupun tidak sadar yang tergambar melalui perbuatan maupun perwujudan keseharian. Sastra juga memiliki banyak manfaat dan sekaligus memiliki banyak dampak yang mempengaruhi watak maupun sikap.

Sastra adalah karya tulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Karya sastra merupakan karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Selain itu, karya sastra juga dianggap sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai dan ajaran kepada pembaca. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia.

Peran karya sastra dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Pendidikan merupakan pilar kemajuan suatu bangsa, bahkan menjadi peran paling utama dalam kemajuan bangsa. Keadaan suatu bangsa tentu sangat dipengaruhi bagaimana kondisi manusia yang berada di dalam bangsa tersebut. Maju atau tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh masyarakatnya, karena pada dasarnya yang berperan dalam menjalankan suatu bangsa adalah orang-orang yang menempati bangsa itu sendiri.

Dalam sepuluh tahun terakhir ini, Negara Tiongkok mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan. Adapun ciri-ciri sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Tiongkok adalah sebagai berikut: (i) perihal pendidikan tidak dikaitkan dengan agama; (ii) pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan negara; dan (iii) tujuan pendidikan adalah mendidik masyarakat menjadi

orang yang berhati mulia dan menghormati sesama. Ketiga unsur tersebut merupakan sistem yang diterapkan oleh Negara Tiongkok untuk memajukan pendidikan di negaranya (http://pakguruonline.pendidikan.net). Disamping memajukan pendidikan di negaranya, tentunya pemerintah Tiongkok juga meningkatkan kualitas pendidikannya.

Untuk mempersiapkan kualitas pendidikannya, pemerintah Tiongkok menekankan pentingnya pendidikan pra sekolah melalui pembacaan buku-buku ajaran kuno seperti Bai Jia Xing 家姓 , Qian Zi Wen 千字文 , Di Zi Gui 子规

dan San Zi Jing 字 sebagai bacaan dasar agar pendidikan yang baik dapat ditanamkan sejak kecil.. San Zi Jing 字经 merupakan salah satu karya sastra peninggalan budaya Tiongkok yang disusun oleh Wang Ying Lin (1223-1296) pada masa Dinasti Song (1127-1279). Kitab ini sangat berharga karena merupakan peninggalan dari orang-orang suci dan berusia lebih dari 700 tahun. Kitab ini terdiri dari enam bagian yang meliputi bahasa, sastra, sejarah, filsafat, astronomi, etika hubungan manusia, dan unsur-unsur moralitas. Sejak masa Dinasti Song, Yuan, Ming, Qing dan sampai saat ini kitab San Zi Jing masih sangat diminati oleh masyarakat Tiongkok.

San Zi Jing disebut juga ‘Tiga Karakter Klasik Tiongkok’ karena bait-baitnya terdiri atas untaian tiga karakter yang pendek dan sederhana. Bentuk tiga serangkai yang sederhana ini bertujuan untuk memudahkan anak-anak belajar mengingat kata-kata, mengenal kata-kata, dan membaca. Selain memiliki fungsi untuk mengenal karakter (huruf) Mandarin, kitab ini berfungsi juga untuk memperluas wawasan, menanamkan konsep etika dalam kehidupan sehari-hari dan pengetahuan tentang perkembangan sejarah Tiongkok.

Dengan membaca San Zi Jing 字经》, maka secara langsung seorang anak akan diperkenalkan mengenai sastra Tiongkok, bahasa Tiongkok, budaya Tiongkok, nilai-nilai kesopanan sosial, peristiwa-peristiwa sejarah Tiongkok yang menggambarkan keteladanan tokoh-tokoh sejarah Tiongkok, pentingnya pendidikan dan ajaran tentang cara dan sikap belajar. Kitab ini menyajikan satu atau beberapa cerita yang mudah dimengerti sehingga memotivasipembacanya untuk dapat berpikir kritis, dan belajar tentang pendidikan. Nilai dan kualitas inilah yang menjadikan kitab San Zi Jing menjadi pilihan pertama sebagai kitab dasar pembelajaran di Negara Tiongkok.

Kitab San Zi Jing tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga orang

Dokumen terkait