• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Sarana produksi pada proses produksi program pemberitaan DDB, antara lain telepon, faksimili, internet, Electronik News

2 2

Gathering (ENG), Satellite News Gathering (SNG), telefon video satelit, studio, dan sebagainya.

c. Biaya produksi

Biaya produksi dalam program pemberitaan TVRI tergantung dari pengerahan kru, bensin, dan uang makan. Biaya produksi untuk liputan biasa untuk di Jakarta melibatkan reporter, kameramen, dan supir untuk satu hari diberikan 300-500 ribu perorang. Sementara biaya produksi untuk liputan ke daerah bisa mencapai 450–900 ribu perorang. Sedangkan biaya untuk liputan segera mungkin yang menggunakan satelit, biayanya tergantung berapa lama kita menggunakan satelit tersebut.

d. Organisasi pelaksana produksi

Untuk organisasi pelaksana produksi program pemberitaan DDB sudah diungkapkan penulis pada gambaran umum TVRI dan program pemberitaan DDB. (Lihat halaman 50)

e. Tahap pelaksanaan produksi

Pelaksanaan produksi program pemberitaan DDB dimulai dengan rapat redaksi yang memilih berita atau peristiwa apa saja yang akan ditayangkan, menentukan berita mana saja yang masuk untuk setiap program pemberitaan yang ada di TVRI, membahas biaya produksi, menentukan lokasi liputan, menentukan tim redaksi dan liputan yang terlibat. Proses produksi program pemberitaan DDB dalam melibatkan dua tim produksi, masing-masing tim terdiri dari seorang produser pelaksana dengan 4-5

redaktur. Ada 2 tahap produksi dalam program pemberitaan DDB

di TVRI, yakni produksi pemberitaan yang bersumber

internasional dan produksi pemberitaan bersumber nasional. Tahap produksi untuk sumber berita internasional dimulai dengan kerja redaktur yang menghimpun, menentukan dan menyeleksi informasi atau peristiwa yang diperoleh dari kantor berita asing, dalam hal ini Reuters. Setelah para redaktur sudah memperoleh berita mana saja yang layak tayang untuk hari ini,

kemudian produser membuat rundown berita, dan langkah

selanjutnya naskah berita yang berasal dari Reuters diterjemahkan dari bahasa asal sumber berita ke bahasa Indonesia terlebih dahulu oleh penerjemah, yakni para redaktur DDB.

Biasanya naskah yang berasal dari kantor berita asing sudah terdapat shotlist (daftar shot) sebagai panduan redaktur dalam

membuat naskah berita berkoordinasi dengan produser.

Selanjutnya naskah berita yang telah diterjemahkan dibuat naskah beritanya lalu diedit kalimatnya oleh produser. Langkah selanjutnya naskah berita masuk ke proses dubbing yakni proses pengisian suara, dimana lead berita dibacakan oleh anchor sementara badan berita dibacakan oleh dubber. Kemudian hasil

dubbing tersebut diserahkan kepada editor untuk proses editing. Dalam proses ini, editor menyesuaikan gambar dengan naskah yang dibuat oleh redaktur dan yang dibaca oleh dubber.

22

Sedangkan tahap produksi untuk berita nasional dimulai dari kerja tim liputan dalam meliput berita, yakni reporter dan kameramen. Jadwal penugasan liputan biasanya dapat dilihat sore atau malam hari. Lokasi peliputan disesuaikan dengan pengamatan tentang isu apa yang sedang hangat, event (acara-acara penting), dan acara kenegaraan. Mereka bekerja berdasarkan berita-berita yang sudah ditentukan dalam rapat redaksi dengan mengacu pada

wish list (daftar permintaan) yang dibuat oleh produser (mulai dari menentukan narasumber dan juga pengambilan gambar). Tim liputan bekerja di bawah kendali koordinator liputan.

Menurut Usman Pangaribuan, selaku Reporter Pemberitaan

TVRI mengatakan tugas dan kewajiban reporter adalah mencari, mengumpulkan, dan menghimpun informasi yang memiliki nilai berita dan disampaikan melalui media massa. Setelah peristiwa didapat reporter membuat naskah berita untuk ditayangkan kepada masyarakat. Seorang reporter harus bisa melihat sebuah peristiwa dari sudut mana, apakah peristiwa itu menarik atau tidak. Berita yang layak tayang adalah informasi yang mempunyai nilai berita serta mengacu pada rumus 5 W + 1H yang mengambarkan isi dari sebuah informasi tadi. Nilai berita sebuah berita antara lain aktual, faktual, penting, menarik, dan sebagainya. 68

Sementara. Sus Irianto, selaku kameramen pemberitaan

menyebutkan tugas dan kewajiban kemeramen adalah menjaga,

68

Wawancara pribadi dengan Usman Pangaribuan, Reporter pemberitaan, Jakarta, 17 April 2009.

menggunakan, atau mengakomodasikan alat-alat kamera serta mengambil gambar apa saja yang sesuai dengan peristiwa yang akan diliput. Kameramen dalam proses pengambilan gambar harus sesuai dan dapat mewakili isi berita yang diliputnya.Dalam proses peliputan ini reporter dan kameramen harus saling bekerja sama (berkoordinasi) dengan baik untuk menghasilkan sebuah berita yang layak tayang.69

Persiapan yang dilakukan tim liputan program pemberitaan DDB sebelum berangkat ke lokasi adalah mempersiapkan peralatan, seperti kamera apa yang digunakan, mic, kamera, tripod, baterai, lampu, dan melihat jadwal penugasan. Setelah itu berkoordinasi dengan reporter dalam perjalanan menuju lokasi tentang gambar-gambar apa saja yang akan diambil. Dalam proses peliputan sebuah berita, reporter menjadi produser lapangan, dimana ia mengarahkan kameramen agar mendapatkan semua gambar yang dibutuhkan untuk mengilustrasikan berita yang akan disajikan pada saat liputan di lapangan. Reporter juga harus

memastikan bahwa kameramen mendapatkan semua shot (gambar)

yang dibutuhkan untuk penyampaian laporan berita serta mengumpulkan informasi faktual selengkap-lengkapnya sebagai bahan untuk menulis berita.

69

Wawancara pribadi dengan Sus Irianto, selaku kameramen pemberitaan, Jakarta, 17 April 2009.

22

Setelah semua proses liputan di lapangan selesai, tim liputan kembali ke divisi pemberitaan. Kemudian berita yang tadi diliput dibuat naskahnya oleh reporter dengan melihat data-data serta gambar-gambar yang diperoleh dari lokasi tadi. Selesai naskah berita dibuat oleh reporter dan diserahkan kepada produser untuk diedit kalimatnya. Setelah itu, naskah yang sudah diedit lalu masuk ke proses dubbing yang biasa dilakukan oleh reporter, produser, maupun redaktur. Sementara itu, kameramen memberikan master kaset dari gambar yang diperoleh di lapangan kepada editor.

3. Pasca produksi Program Pemberitaan DDB

Tahapan pada proses pasca produksi merupakan tahap penyelesaian dan mengemas tayangan. Pasca-produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap ditayangkan atau diputar kembali. Pelaksanaan pasca produksi melibatkan editor bekerja sama dengan reporter atau produser.

Menurut Lucky Riyanto, editor mempunyai tugas dan kewajiban seorang editor adalah memotong, memilah atau memanipulasi gambar. Selain itu, seorang editor harus mengetahui aturan yang berlaku dalam program pemberitaan, dimana ia bertugas menyeleksi gambar-gambar yang tidak layak tayang, seperti berita yang menimbulkan ketakutan, menjijikkan, dan membangkitkan emosi yang berlebihan. Editor

merupakan penyaring terakhir gambar dan menyelaraskan gambar agar tidak berlawanan (jumping shot).70

Tahapan post production ini merupakan suatu kerja pada tahapan terakhir dari bahan yang telah diproduksi. Tahap editing program pemberitaan DDB (baik berita bersumber internasional maupun nasional) sendiri terdiri dari tiga langkah, antara lain:

a. Langkah awal yang dilakukan seorang editor adalah mengulang kaset hasil liputan berita nasional yang kameramen berikan untuk melihat tampilan yang utuh. Sementara untuk video yang dikirim dari kantor berita asing biasanya sudah diedit sebelumnya serta adanya shotlist

video untuk panduan editor. Kemudian editor akan mempelajari naskah berita yang dibuat reporter setelah itu editor menyesuaikan dengan audio dan visualnya. Selanjutnya melakukan penyuntingan gambar, adegan dari scene ke scene dan melakukan penyuntingan suara editing offline. Editing offline (editing kasar) adalah mencatat kembali semua pengambilan gambar (shooting) di lapangan tadi, seperti nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam yang ada dalam gambar, dan hasil dari pengambilan setiap shoot dicatat kembali. Editor offline menyusun kerangka dubbing dari data yang ada, pemotongan durasi oleh produser dan selanjutnya tahap

online.

b. Editing online dilakukan berdasarkan naskah editing, editor mengedit

hasil pengambilan gambar (shooting) yang asli.

Sambungan-70

Wawancara pribadi dengan Lucky Riyanto, selaku Produser Pelaksana Program Pemberitaan DDB, Jakarta, 17 April 2009

22

sambungan setiap shoot (pengambilan liputan) dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Pengeditan online yaitu pengeditan merangkai gambar dari hasil liputan menjadi satu cerita yang bisa memperkuat voice over (VO) dengan pemilihan musik berdasarkan materi kemudian, menyusun gambar sesuai dengan script, memberikan title name, framing, Vidoe tape, host, dan lain-lain. Setelah gambar selesai diedit, langkah selanjutnta adalah mixingaudio.

c. Mixing (pencampuran gambar dengan suara), dimana hasil dubbing

yang diberikan kepada editor akan dikombinasikan dengan suara dari

dubber dan video. Selesai diproses, kemudian akan ditayangkan sebagai video tape. Mixing audionya itu menyeimbangkan grafik audio sehingga menghasilkan suara yang bagus dengan menserasikan backsound dengan dubing sehingga tidak denggu dan terdengar jelas.

Dalam proses editing ditentukan gambar mana yang diambil dan gambar mana yang dibuang. Sedangkan dalam sebuah liputan tidak selamanya memperoleh gambar yang bagus dan banyak. Untuk menanggulangi masalah kekuarangan gambar bisa dilakukan dengan mengambil gambar dari dokumentasi TVRI sendiri. Setelah selesai proses di atas, maka selanjutnya tahap penayangan. Penayangan program pemberitaan DDB dimulai dengan tugas pengarah acara atau program director (PD) yang mengatur naskah sesuai dengan rundown apakah sudah sesuai kemudian di cari kunci dari penutup acara. Setelah itu, editor memberikan video siaran yang selesai diedit untuk dibawa ke master

control. Master control merupakan jantung dari sebuah stasiun televisi. Pada ruang inilah pengaturan semua tayangan program dan komersial dari sebuah stasiun televisi yang mengendalikan siaran.

Selanjutnya program pemberitaan DDB pun ditayangkan. Program pemberitaan DDB merupakan program pemberitaan yang ditayangkan secara langsung dari studio 6, karenanya acara ini dapat dinikmati langsung oleh penonton waktu itu juga. Dalam siaran langsung, satu kesalahan tidak dapat ditolerir dan diperbaiki. Dalam produksinya harus dilaksanakan secara teliti dan perlu konsentrasi tinggi dari kerabat kerja produksi. Setelah proses penyangan selesai maka semua berita di dokumentasikan dalam file serta membuat laporan untuk evaluasi besok yang akan dibahas di rapat redaksi. Evaluasi penayangan program pemberitaan itu melihat apakah ada yang gagal dalam waktu siaran dan liputan, apa saja kekurangan dan kesalahan siaran untuk dikoreksi dan dilaporkan ke pimpinan pusat. Apabila ada yang kesalahan fatal maka dikenakan sanksi atau teguran. Rapat evaluasi biasanya dilakukan pada rapat redaksi esok harinya.

B. Proses Produksi Program Pemberitaan Dunia Dalam Berita Pada Berita “Thailand: Prime Minister”

1. Pra produksi program pemberitaan DDB pada berita “Thailand: Prime Minister”

Langkah awal pra-produksi berita “Thailand: Prime Minister”adalah mengadakan rapat redaksi yang dimulai dengan menghimpun berita

22

(pengumpulan berita yang berasal dari Reuters hari itu), lalu ditentukan berita apa saja yang akan ditayangkan hari itu. Berita-berita yang telah ditentukan pada hari itu, yaitu Thailand: Prime Minister, Thailand: Leader Latest, Bolivia: Explosion Update, Australia: Afghans/Rudd, Japan: Pakistans Donors, India: Poll Round Up, Mexico: Shootout, Usa: Gun Smugglers, Mexico: Immigration Protest, dan Kenya: Captain Departs. Semua berita itu lolos seleksi karena merupakan berita-berita yang aktual, penting, dan di dalamnya terkandung nilai-nilai berita lain yang sesuai dengan standar program acara berita.

Kemudian, semua berita itu diperiksa dan dibuktikan kebenarannya atau dicek keakuratannya dengan menanyakan pada kedubes negara yang bersangkutan; atau melalui pertukaran program berita antarnegara yang bekerja sama dengan TVRI. Setelah mendapat konfirmasi tentang kebenaran berita-berita itu, lalu produser memilih salah satu berita tadi untuk dijadikan berita utama atau headline. Berita “Thailand: Prime Minister” dipilih menjadi berita utama karena informasi yang terdapat di dalamnya, mengingat berita konflik termasuk salah satu kriteria umum nilai berita. Berita “Thailand: Prime Minister” menginformasikan sebuah konflik yang terjadi di Thailand, yakni perpanjangan keadaan darurat di Bangkok menyusul terjadinya penembakan terhadap pemimpin baju kuning (anti-Thaksin) yang dilakukan oleh baju merah (pro-Thaksin) yang dikemukakan oleh perdana menteri Thailand. Selanjutnya, produser membuat rundown (daftar urutan berita yang akan ditayangkan).

Selesai proses menghimpun, menentukan berita, dan membuat

rundown, selanjutkan memilih tim redaksi, yaitu orang-orang yang terlibat pada proses produksi DDB untuk hari itu. Tim redaksi yang bertugas pada berita “Thailand: Prime Minister” terdiri dari Lucky Riyanto, sebagai produser pelaksana, yang didampingi oleh 4 orang redaktur: Imam Nurisqi, Hengki Komawal, Gatot Dwihartanto, Sri Sas, dan Rosmeidi Saini.

2. Produksi program pemberitaan DDB pada berita “Thailand: Prime Minister”

Pada tahap produksi ini dimulai dengan menentukan materi, sarana produksi, biaya produksi, tim redaksi yang bertugas, dan pelaksanaan produksi. Materi produksi untuk program pemberitaan DDB pada berita “Thailand: Prime Minister” diperoleh dari kumpulan berita yang berasal dari Reuters yang telah dipiih oleh produser untuk ditayangkan hari itu. Sarana produksi yang digunakan pada berita “Thailand: Prime Minister” antara lain telepon, faksimili, dan internet untuk mengecek kebenaran beritanya; komputer untuk menerjemahkan naskah dari Reuters dan membuat rundown serta naskah beritanya; mesin fotokopi untuk mengkopi

rundown dan naskahnya; peralatan untuk mengedit gambar dan suara; ruangan dubber; serta studio dan kamera untuk penayangan.

Biaya produksi pada berita “Thailand: Prime Minister” memerlukan dana yang lumayan murah karena berita tersebut merupakan berita internasional yang diperoleh dari kerja sama dengan kantor berita Reuters, dibandingkan dengan TVRI mengirimkan tim liputan ke negara yang

22 2

bersangkutan. Adapun orang-orang yang terlibat pada proses berita “Thailand: Prime Minister” antara lain:

Tabel 2. Tim Redaksi pada berita “Thailand: Prime Minister”

Penanggung Jawab Yon Anwar

Produser Eksekutif Purnama Suwardi

Produser

- Bambang Siswanto

- Yohanes

Produser Pelaksana Lucky Riyanto

Redaktur - Iman Nurisqi - Hengki Komawal - Gatot DwiHartanto - Sri Sas - Rosmeini Saini

Kameramen Ali, Kiki, dan Agus

Penyiar - Dhoni Kusmanhandji - Herdina Suherdi Editor - Suripno - Ferry Diantoro

Tahap pelaksanaan produksi, tahap ini dimulai dengan menerjemahkan naskah asli berita “Thailand: Prime Minister” yang diperoleh dari Reuters ke bahasa Indonesia oleh Sri Sas selaku redaktur program DDB. Biasanya naskah yang berasal dari kantor berita asing sudah terdapat shot-list (daftar liputan) sebagai panduan redaktur dalam membuat naskah berita berkoordinasi dengan produser. Setelah proses menerjemahkan naskah selesai, tahap selanjutnya ialah membuat hasil terjemahan berita tersebut menjadi naskah berita. Hal ini dikarenakan hasil terjemahan masih terlalu panjang untuk dijadikan naskah berita. Sebab, naskah berita televisi itu harus singkat (tidak lebih dari 20 kata), sederhana, dan dapat dipercaya agar berita mudah dimengerti dan jelas maksudnya.71

Sesudah proses pembuatan naskah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada produser pelaksana untuk diedit kalimatnya. Lalu, pada berita “Thailand: Prime Minister” tersebut dimasukkan dalam urutan pertama pada pembuatan rundown. Setelah naskah hasil editan selesai, naskah itu pun masuk ke proses dubbing, yakni proses pengisian suara yang biasa dilakukan oleh reporter, produser, dan redaktur. Kemudian, hasil dubbing tersebut diserahkan kepada editor untuk proses editing. Dalam proses ini, editor menyesuaikan gambar dengan naskah yang dibuat oleh redaktur dan yang dibaca oleh dubber.

3. Pasca produksi program produksi pada berita “Thailand: Prime Minister”

71

222

Tahap editing pada berita “Thailand: Prime Minister” terdiri dari tiga langkah, antara lain:

a. Langkah awal pada tahap ini editing offline (editing kasar) adalah mencatat kembali semua pengambilan gambar (shooting) yang ada dengan mengulang kaset untuk melihat tampilan yang utuh dari berita “Thailand: Prime Minister” seperti nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam yang ada dalam gambar, dan hasil dari pengambilan setiap shoot dicatat kembali. Biasanya video yang dikirim dari kantor berita asing biasanya sudah diedit sebelumnya serta adanya

shotlist video untuk panduan editor. Setelah itu, editor mempelajari kembali naskah berita dan mengecek kesesuaian audio dengan visualnya.

b. Editing online dilakukan berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil pengambilan gambar (shooting) dari video asli berita “Thailand: Prime Minister” yang diperoleh dari Reuters. Sambungan-sambungan setiap pengambilan liputan (shoot) dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Pengeditan online

yaitu pengeditan merangkai gambar dari hasil liputan menjadi satu cerita yang bisa memperkuat voice over (VO) dengan pemilihan musik berdasarkan materi, kemudian menyusun gambar sesuai dengan script, memberikan title name, framing, video tape, host, dan lain-lain. c. Langkah terakhir adalah mixing (pencampuran gambar dengan suara)

Minister” yang diberikan kepada editor dengan suara dari dubber dan video.

Setelah proses editing selesai, maka selanjutnya penayangan yang dimulai dengan tugas pengarah acara atau program director (PD) yang mengatur naskah berita “Thailand: Prime Minister” sesuai dengan

rundown, apakah sudah sesuai atau belum, kemudian dicari kunci penutup acara. Sesudah itu, editor memberikan video siaran berita “Thailand: Prime Minister” yang selesai diedit untuk dibawa ke master control. Selanjutnya, berita “Thailand: Prime Minister” pun siap ditayangkan secara langsung dari studio 6. Seusai proses penayangan acara tersebut, berita “Thailand: Prime Minister” dan semua berita yang ditayangkan pada hari itu pun didokumentasikan dalam file; lalu tim redaksi membuat laporan untuk rapat evaluasi besok.

222

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta berdasarkan observasi dan wawancara dengan tim redaksi DDB guna mendapatkan jawaban atas rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain:

1. Proses produksi program pemberitaan DDB di TVRI meliputi berita yang

bersumber internasional dan nasional yang masing-masing melalui beberapa tahapan, seperti yang dikemukakan oleh Fred Wibowo, yakni:

pra produksi program pemberitaan DDB di TVRI, dimulai dengan pencarianide, perencanaan, dan persiapan. Produksi program pemberitaan DDB di TVRI, dimulai dengan pelaksanaan produksi, yakni meliput berita

ke lapangan sampai kembali ke kantor. Sedangkan pasca produksi

program pemberitaan DDB di TVRI merupakan tahap penyelesaian

(pengeditan berita, mulai dari naskah, gambar, dan suara) dan proses penayangan.

2. Untuk menghasilkan sebuah berita “Thailand: Prime Minister”, tim redaksi DDB harus melalui tiga tahapan seperti pada poin pertama. Karena berita ini termasuk berita internasional, yang pelaksanaan tahapan produksinya berbeda dengan tahapan produksi berita nasional, maka tim tersebut harus mencari dan memperoleh sumber berita dari kantor berita

asing, dalam hal ini Reuters; bukan dari liputan di lapangan sebagaimana biasanya. Sebelum berita “Thailand: Prime Minister” dijadikan berita utama, pada tahapan pra-produksi, diselenggarakanlah rapat redaksi untuk menentukan berita mana saja dari Reuters yang layak ditayangkan. Setelah berita “Thailand: Prime Minister” terpilih. Tahapan produksi, dimulai dengan penerjemahan dan pengeditan naskah yang terkait dengan berita ini oleh tim redaksi, kemudian ditentukan pula rundown-nya dan proses

dubbing-nya hingga diperoleh naskah berita yang matang atau siap tayang. Adapun pada pasca-produksi berita “Thailand: Prime Minister” ini, editor bersama produser program DDB melakukan proses pengecekan akhir antara gambar, naskah, dan suara; sudah sesuai atau belum, agar dalam penayangannya nanti tidak terjadi banyak kesalahan.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut :

1. Proses DDB di TVRI meliputi: sumber berita dari internasional dan berita nasional, sehingga dalam mengambil sumber untuk berita yang ditayangkan harus dicek kebenarannya lebih dahulu. Selain itu, program DDB sendiri ditayangkan secara langsung dari studio 6, karenanya pada proses produksinya dilaksanakan secara teliti untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat siaran berlangsung.

2. Proses produksi berita “Thailand: Prime Minister”, dimana sumber beritanya diperoleh dari Reuters, hendaknya lebih menjaga dan

222

mengontrol keakuratan materi berita yang ditayangkan dari sumber berita lainnya, tidak hanya terpaku pada Reuters saja. Sementara untuk proses DDB di TVRI maupun berita “Thailand: Prime Minister” selama ini telah berjalan baik dari koordinasi maupun tim redaksi yang terlibat terbukti sampai sekarang DDB masih menjadi acara unggulan di TVRI dalam hal program pemberitaannya. Hal ini diharapkan bisa terus berjalan baik dan dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada, 2008.

Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004.

Harahap, S Arifin, Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita Televisi, Bogor: PT Indeks, 2006.

Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik Televisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.

Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006.

Juroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Paraktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2007.

Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi, Rineka Cipta, 1996.

Lukiati Komala dan Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Moleong, J. Lexy. Metodologi Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Tanggerang: Ramdina Prakarsa, 2005. Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta:

Logos, 1999.

Naratama. Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, Jakarta: PT Grasindo, 2004.

222

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2007.

Putra, R. Masri Sareb. Teknik Menulis Berita dan Feature, Jakarta: PT Indeks, 2006

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007.

Sastro Subroto, Darwanto. Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994.

Sumandiria, A.S. Haris. Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature:

Dokumen terkait