BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
1. Saran ditujukan tidak hanya pada pemerintah, tetapi juga pada para mahasiswa
pada umumnya, dan mahasiswa Ekonomi pada khususnya yang dianggap sebagai
calon penerus bangsa, dan juga sebagai Social Control agar setiap periode mengkaji
hubungan antara komponen-komponen yang terkait antara inflasi dan pengangguran,
sehingga pola antara indikator tersebut dapat terbaca untuk bisa membantu
langkah-langkah yang perlu di ambil oleh pemerintah guna mengatasi pengangguran dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori
2.1.1 Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga –harga umum barang- barang secara
terus-menerus. Menurut Sukirno “inflasi merupakan suatu proses kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian”.
Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu :
a. Inflasi ringan ( dibawah 10 % setahun)
b. Inflasi sedang ( antara 10% - 30% setahun)
c. Inflasi berat ( antara 30% - 100% setahun)
d. Hiper inflasi (diatas 100% setahun)
Didasarkan pada sebab – sebab awal terjadinya inflasi terbagi atas :
a.Demand Full Inflation, adalah inflasi yang timbul akibat adanya tekanan permintaan agregat berbagai jenis barang yang mana hal ini diilustraikan dengan
bergesernya kurva permintaan
b.Cost Push Inflation, adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi.
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar
pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada
pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal
dengan PDB atas dasar harga konstan.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok
pengeluaran (berdasarkanthe Classification of individual consumption by purpose
( COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Pada umumnya inflasi disebabkan oleh dua faktor berikut :
1.Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan–
akibat dari meningkatnya pendapatan yang diterima oleh pelaku ekonomi akan
menimbulkan kenaikan konsumsi barang dan jasa. Tetapi sebaliknya, perusahaan -
perusahaan tidak dapat menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan permintaan
konsumen, maka hasilnya akan timbul kelangkaan terhadap barang tersebut.
Kelangkaan barang tersebut menjadikan perusahaan–perusahaan itu untuk menahan
barang yang mereka pasarkan dan hanya menjual kepada para pembeli yang bersedia
membayar pada harga yang lebih tinggi. Berdasarkan ilustrasi tersebut lah yang akan
mengakibatkan kenaikan harga–harga yang disebut dengan inflasi.
2.Pekerja–pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Apabila para pengusaha mengalami kesukaran dalam mencari tambahan pekerja
untuk menambah produksinya, pekerja – pekerja yang ada akan mendorong untuk
menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas,
akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan
dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong
perusahaan–perusahaan menaikan harga – harga barang mereka.
Tetapi kedua masalah tersebut hanya berlaku apabila perekonomian sudah
mendekati tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Dengan kata lain bahwa
perekonomian sudah sangat maju.
Disamping dari pada itu semua, sebenarnya ada penyebab lain dari timbulnya
inflasi, yakni kenaikan harga–harga barang impor, Penambahan penawaran uang yang
kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang
bertanggung jawab.
2.1.2 Teori Ketenagakerjaan 2.1.2.1 Teori Klasik Adam Smith
Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang
kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga
melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai
dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh.
2.1.2.2 Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran
ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh
lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan
produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung.
Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti
mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk
penduduk. Beberapa jalan keluar yang ditawarkan oleh malthus adalah dengan
menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak.
2.1.2.3 Teori Keynes
John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan
pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para
pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha
memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil
sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat,yang
pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan
berkurang.Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu
besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah
tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva
nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang
2.1.3 Pengangguran
Menurut Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
Menurut Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia
angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang
mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja
atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan defenisi tersebut maka penganggura
dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu :
a.Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu
b.Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35
c.Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh – sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini cukup
banyak karena memeang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Macam – macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a.Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengngguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian
atau siklus ekonomi
b.Pengangguran Struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam
jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti : akibat permintaan berkurang, akibat kemajuan dan
penggunaan teknologi dan akibat kebijakan pemerintah
c.Pengangguran Friksional (Frictioal Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela
d.Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian
musim misalanya pergantian musim tanam ke musim panen
e.Pengangguran teknonologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
f.Pengangguran Siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian. Pengangguran siklu terjadi akibat kurangnnya
permintaan masyarakat (agregat demand).
Faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah :
a.Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
b.Struktur Lapangan Kerja tidak seimbang
c.Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang.Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar dari
pada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum
tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang
tersedia.
d.Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh
struktur angkatan kerja Indonesia
e.Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Masalah ketenagakerjaan di indonesia sekarangini sudah mencapai kondisi
yang cukup memprihatinkan, antara lain ditandai oleh jumlah pengangguran dan
setengah pengagguran yang besar, pendapatan relatif rendah dan kurang merata.
Berikut ini adalah kerugian-kerugian sebagaimana ditimbulkan oleh
pengangguran;
2) Turunnya penerimaan Negara
3) Tidak meratanya distribusi pendapatan nasional
4) Peningkatan biaya sosial.
Cara paling utama untuk mengatasi pengangguran adalah melakukan
perluasan kesempatan kerja.Sejumlah upaya dapat dilakukan untuk mengatasi
pengangguran.Meskipun demikian, upaya itu juga berbeda-beda tergantung pada jinis
pengangguran itu.
Berikut ini cara mengatasi penganguran yaitu:
1) Peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal
2) Pengelolaan permintaan masyarakat
3) Penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja
4) Program pendidikan dan pelatihan kerja
5)Pengiriman tenaga kerja ke luar negri
2.1.3 Kurva Phillips
Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut kurva
phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat inflasi.
Dalam hal ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan inflasi sebagai
perubahan harga. Kondisi dimana secara simultan pengangguran tinggi dan diikuti
inflasi yang tinggi disebut sebagai stagflasi3. Kurva Phillips menunjukkan hubungan
antara inflasi dengan pengangguran.Dalam jangka pendek, penurunan satu tingkat
berarti menaikkan yang lainnya.Tetapi kurva Phillips jangka pendek cenderung
bergeser terus selama inflasi yang diharapkan dan faktor lainnya berubah.
Teori inflasi modern berpijak pada konsep NAIRU, yaitu tingkat
pengangguran terendah yang dapat dinikmati tanpa resiko kenaikan inflasi.Hal ini
mewakili tingkat pengangguran dari sumber daya dimana pekerja dan produk pasar
berada dalam keseimbangan inflasi.Berdasarkan teori NAIRU, tidak ada pertukaran
permanen antara pengangguran dan inflasi, dan kurva Phillips jangka panjang adalah
vertikal.
Gambar 2.1.
Kurva Phillips
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi
dengantingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
merupakancerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya
permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka
harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi
permintaantersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah
tenaga kerja (asumsinya tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat
meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan
2.1.4 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran
Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan
perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat
memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga
barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yg relatif lebih murah.
Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di pasar
internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai
impor cenderung naik.
Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya
permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah
pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan
sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan
indikasi awal memburuknya perekonomian suata negara. Tingkat inflasi yang tinggi
dapat mendorong bank sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan
terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor rill. Dampak yang jauh
adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan
tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk
Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka
pendek dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva philip yang dikemukakan oleh
ekonom bernama A.W.Philips.
Kurva ini digunakan oleh philips ketika melakukan pengamatan terhadap
korelasi antara pengangguran dengan upah dan inflasi di negara inggris. Hubungan
tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang mempersentasikan kurva philips
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.2
Hubungan Inflasi Dan Pengangguran
Dari gambar diatas diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
pengangguran akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, pengangguran akan menjadi
tinggi jika perekonomian suata negara mengalami inflasi yang rendah.
2.1.5 Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai
tingkat harga selama periode waktu tertentu.Singkatnya permintaan adalah banyaknya
jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu
pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Harga barang itu sendiri jika harga suatu barang semakin murah, maka
permintaan terhadap barang itu bertambah.
2. Harga barang lain yang terkait berpengaruh apabila terdapat 2 barang yang
saling keterkaitannya dapat bersifat subtisusi (pengganti) dan bersifat
komplemen (penggenap).
3. Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli makin tinggi
tingkat pendapatan daya beli makin kuat sehingga permintaan terhadap suatu
barang meningkat.
4. Selera atau kebiasaan tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh
selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.
5. Jumlah penduduk semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera
atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar
6. Perkiraan harga di masa mendatang bila kita memperkirakan bahwa harga
suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang,
sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna
menghemat belanja di masa depan.
7. Distribusi pendapatan tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan
kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi
pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga
permintaan terhadap suatu barang menurun.
8. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan. Bujukan para penjual untuk
membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat.
Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk
membeli banyak daripada biasanya.
Hukum permintaan
Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:
“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang meningkat. ”
Kurva Permintaan
Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai “Suatu kurva yang
menggambarkan fat hubungan antara hubungan antara harga suatu barang tertentu
dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. ”Kurva permintaan
berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah.Kurva yang
demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang
mempunyai sifat hubungan sifat terbalik.
Gambar 2.3
Teori Permintaan Dapat dinyatakan :
“Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila permintaan
naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga
reliatf akan turun. ”
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan :
a. Faktor harga perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga
barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.
b. Faktor bukan harga kurva permintaan bergerak kekanan, Perubahan
sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta
menjadi makin tinggi atau makin menurun atau kekiri apabila terdapat
perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh
faktor-faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu
akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah kekanan atau kekiri.
2.1.6 Teori Penawaran
Teori penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan atau
jual pada berbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penawaran:
1. Harga barang itu sendiri jika harga suatu barang naik, maka produsen
cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali
2. Harga barang lain yang terkait apabila harga barang subtitusi naik, maka
penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk
barang komplemen, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen
naik, maka penawaran suatu barang berkurang atau sebaliknya.
3. Harga faktor produksi, kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan
perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran
yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga
produsen akan pindah ke industri lain dan akan mengakibatkan berkurangnya
penawaran barang.
4. Biaya produksi kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila
biaya produksi meningkat, maka produsen akan mengurangi hasil
produksinya, berarti penawaran barang berkurang.
5. Teknologi produksi kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya
produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan
kenaikan dalam penawaran barang.
6. Jumlah pedagang atau penjual apabila jumlah penjual suatu produk tertentu
semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah.
7. Tujuan perusahaan, Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba buka
hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk
memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum. Tetapi akan
menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan
8. Kebijakan pemerintah, Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas
impor menyebabkan supply dan keperluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi
sendiri sehingga dapat meningkatkan penawaran.
Kurva Penawaran
“Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan
ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin
sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan ”.
Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai :
“Yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu
dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.
Gambar 2.4
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva penawaran:
a. Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga,
maka supply bergeser kekiri atas.
b. Kalau berkurang kurva supply bergeser kekiri atas.
c. Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar.
Keseimbangan permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi, harga
keseimbangan atau harga ekuilibrium adalah harga yang terbentuk pada titik
pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan kuantitas
keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan
penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama
besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan
bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam
menetukan harga.
Dengan kata lain, Harga keseimbangan adalah harga dimana baik konsumen
maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang
dikonsumsi atau dijual. Permintaan sama dengan penawaran. Jika harga dibawah
harga keseimbangan terjadi kelebihan permintaan. Sebab permintaan akan meningkat,
keseimbangan terjadi kelebihan penawaran jumlah penawaran meningkat jumlah
permintaan menurun.
Perubahan Keseimbangan Pasar
Perubahan keseimbangan pasar terjadi bila ada perubahan di sisi permntaan
atau penawaran. Jika faktor yang menyebabkan perubahan adalah harga,
keseimbangan akan kembali ke titik awal. Tetapi jika yang berubah adalah
faktor-faktor ceteris paribus seperti teknologi untuk sisi penawaran atau pendapatan untuk
sisi permintaan keseimbangan tidak kembali ke titik awal.
Gambar 2.5
Kurva perubahan keseimbangan pasar
a. Jika harga berubah, terjadi kelebihan penawaran yang menyebabkan harga
b. urva penawaran bergeser kekanan karena perubahan teknologi. Titik
keseimbangan bergeser dari Eo ke E1.
c. Kurva permintaan bergeser kekanan karena perubahan pendapatan. Titik
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama, Judul, Tahun Metode Hasil 1 Irdam Ahmad,Hubungan Antara Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran ; Pengujian Kurva
Philips Dengan Data
Indonesia,
1976-2006,
Uji Stasionaritas (Unit-root Test),
Uji Kausalitas (Granger Causality Test),
Uji Kointegrasi (Cointegration Test),
Error Correction Model (ECM)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori kurva Phillips yang menyebutkan adanya trade off atau hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pengangguran ternyata tidak terbukti dengan menggunakan data Indonesia tahun 1976-2006.
2 Muhammad Iqbal Surya Pratiko dan Lucky Rachmawati, Pengaruh tingkat pengangguran
terhadap inflasi dikota surabaya,
Menggunakan metode VAR (vector autoregressive)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel inflasi dikota surabaya. 2) melalui analisis vector autoregressive, justru angka inflasi yang mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel pengangguran di kota surabaya. Variabel inflasi justru berpengaruh secara negatif terhadap variabel pengangguran.
3 Rovia Nugrahani Pramesthi, Pengaruh pengangguran dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten trenggalek, tahun 2010
Menggunakan metode analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis).
1.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.