• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KESIMPULAN dan SARAN

B. Saran

1. Intansi pendidikan

Intansi pendidikan agar lebih banyak menyediakan buku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa nyaman (nyeri) sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khusunya mahasiswa DIII Keperawatan.

2. Praktik keperawatan

Praktisi keperawatan dapat meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan perioritas masalah gangguan rasa nyaman (nyeri). 3. Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan nyeri.

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyaman (Nyeri)

Pengertian Nyeri

Internasional association for study of pain (1979) mendefinisikan nyeri

sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman nasional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan, sedangkan menurut C.Curton (1983), nyeri merupakan suatu produksi mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan rusak yang mengakibatkan individu bereaksi untuk menghilangkan nyeri (Presetyo, 2010).

Ada empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri yaitu, besifat subjaktif, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Prastyo, 2010).

Nyeri merupakan apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakan (Smelzer & Bare, 2012). Defenisi ini menempakan seorang pasien sebagai seorang yang ahli di bidang nyeri, karena hanya oasien yang tahu seperti apa nyeri yang dirasakan (Prasetyo, 2010).

Rangsangan nyeri selalu berkaitan dengan adanya stimulus dan reseptor, reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung syaraf bebas pada kulit yang berespon secara kuat yang distimulusi oleh nyeri berupa biologis, zat kimia, panas, listrik, dan mekanik (Prasetyo, 2010). Mediator nyeri seperti bradikinin, histamin, prostaglandin, dan bermacam-macam asam juga zat yang merangsang ujung syaraf. Spasme otot dapat menimbulkan nyeri karena anoksia, pembengkakan jaringan dapat menimbulkan nyerikarena tekanan pada nosiseptor yang menghubungkan jaringan (Lusianah, Indrayani, & Suratun, 2010)

Pathways Nyeri

Proses terjadinya nyeri berawa dari tahap transduksi, ketika noseptor yang terletak bangian perifer tubuh distimulasi oleh stimulus, seperti biologis, mekanik, thermik, radiasi, dan lain-lain. fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis thermal serabut saraf A-Delta, sedangkan slow pain dicetuskan oleh serabut saraf C. Serabur saraf A-Delta mempunyai karakteristik menghantarkan nyeri dengan cepat dan bermelienasi, serabut saraf C tidak bermelienasi, berukuran sangat kecil, bersifat lambat dalam mengantarkan nyeri. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas. Serabut C menyampaikan implus yang tidak terlokalisasi, visceral, dan terus menerus. Tahap selanjutnya adalan transmisi, yakni implus nyeri kemudian ditranmisikan serat afferent (A-Delta dan C) ke medulla spinalis melalui dorsal horn, disini implus akan bersinapsis di substansia glatinosa. Implus kemudian menyeberang keatas melewati traktus sphinotalamus lateral diteruskan langsung ke thalamus dan singgah di formation retikularis membawa impus fast pain dibagian

thalamus dan korteks serebri inilah individu melokalisir, menggambarkan, dan berespon terhadap nyeri. Beberapa implus nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalamus pada bangian tengah medulla spinalis. Implus memasuki formation retikularis dan sistem limbik yang mengantar emosi dan kignitif. Slow

painakan membangkitkan emosi, sehingga tibul respon terkejut, tekanan darah

meningkat, keringat dingin, jantung berdebar-debar (Prasetyo, 2010).

Teori Pengontrol Nyeri (Gate Control)

Teori ini menyatakan nyeri dan persepsi nyeri dipengaruhi oleh interaksi dua sistem (Melzack & Wall, 1965) yaitu : substansi glatinosa pada dorsal horn di medulla spinalis dan sistem yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) pada batng otak. Serabut A delta berdiameter kecil membawa implus nyeri cepat, sedangkan serabut C membawa dengan lambat. Serabut A-Beta berdiameter lebih lebar membawa implus yang dihasilkan oleh stimulus taktil. Didalam gelatinosa implus ini bertemu pada “ gerbang” yang membuka dan menutup berdasarakan siapa yang lebih mendominasi. Apabila serabut nyeri yang berdiameter kecil melebihi yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta maka ngerbang akan terbuka sehingga nyeri tidak terhalangi, dan sebaliknya apabila serabut taktil lebih mendominasi maka ngerbang akan tertutup, inilah alasan mengapa dengan massase dapat mengurangi durasi dan intensitas nyeri (Presetyo, 2010)

Disamping itu, endhorpin yang merupakan zat penghalang nyeri yang diproduksi secara alami oleh tubuh penhambat tranmisi nyeri yang bertindak sebagai

neurotranmitter. Kadar endhorpin berbeda pada setiap orang inilah yang menyebabkan mengapa rasa nyeri setiap orang itu berbeda (Lusiananh& Suratun, 2012).

Klasifikasi nyeri

Berdasarkan lama serangannya

A. Nyeri Akut

Nyeri akut awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik . Nyeri akut mengidentifikasikan kerusakan atau cedera telah terjadi. Nyeri ini umumnyaterjadi kurang dari enam bulan. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan (Smelzer & Bare, 2002). Adapun respon otonom yang muncul yaitu frekuensi jantung yang meningkat, volume sekuncup meningkat, tekanan darah meningkat, tegangan otot meningkat, dilatasi pupil meningkat, motilitas gastrointestinal menurun, aliran saliva menurun dan anxietas. Respon yang muncul mengerang, waspada, mengerutkan dahi, menyeringai dan mengeluh sakit (Prasetyo, 2010).

Nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan cedera spesifik. Nyeri kronik sering didefinisikan dan sering nyeri yang berlangsung selama enam bula atau lebih (Smelzer & Bare, 2002). Nyeri kronik tidak menimbulkan respon otonom, vital sign dalam batas normal, depresi, keputusaan, mudah tersinggung, dan menarik diri. Respon yang muncul keterbatasan gerak, kelesuan, penurunan libido, kelemahan, menegeluh sakit ketika dikaji (Prasetyo, 2010).

Berdasarkan tempatnya

A.Nyeri Kutaneus / superficial

Ada dua macam bentuk nyari superficial, yang pertama nyeri dengan onset yang tiba-tiba kualitas yang tajam, kedua nyeri dengan onset yang lambat disertai rasa terbakar. Superficial dengan terjadi seluruh permukaan kulit pasien (Prasetyo, 2010)

B. Nyeri Somatis

Nyeri somatis bersifat menyebar berasal dari tendon, fascia dalam, ligamen, pembuluh darah, tulang periostium, dan nervus (Prasetyo,2010)

C.Nyeri Visceral

Cederung bersifat difusi (menyebar) sulit untuk dilokalisir, samar-samar, bersifat tumpul berasal dari abdomen, thorak, pelvis, dan iskemik jaringan (Prasetyo, 2010)

D.Reffered Pain (nyeri alihan)

Diakibatkan gangguan dari visceral atau somatic dalam (otot, ligament, dan vertebra), keduanya dirasakan menyebar sampai kepermukaan kulit. Contoh pada

iskemik miokard, klien tidak mungkin merasakan sebagai nyeri pada jantungnya,

akan tetapi merasa nyeri pada lengan kiri, bahu atau rahangnya (Prasetyo, 2010)

E. Nyeri Psikogenik

Nyeri yang tidak diketahu secara fisik, timbul karena pengaruh psikologis, mental, emosional, dan perilaku (Prasetyo, 2010)

Nyeri berdasarkan sifatnya

- Incidental Pain

Nyeri yang timbul sewaktu-waktu hilang. - Steady Pain

Nyeri yang timbul dan menetap dirasakan dalam waktu yang lama - Paroxymal Pain

Nyeri yang di rasak berintensitas tinggi dan kuat, menetap lebih kurang 10-15 menit, lalu hilang kemudian muncul kembali (Asmadi, 2008)

Nyeri berdasarkan berat rintangannya

- Nyeri ringan : Nyeri dengan intensitas rendah - Nyeri sedang : Nyeri yang menimbulkan reaksi

- Nyeri berat : Nyeri dengan intensitas tinggi (Prasetyo, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :

A.Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang amsih kecil mempunyai kesulitan dalm memahami nyeri serta belum dapat mengucapkan kata-kata dalam mengungkapkan secara variabel dan mengekspresikan nyeri kepada kedua orangtuanya. Pada lansia perawat harus melakukan pengkajian lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri, seringkali sumber nyeri lebih dari satu (Prasetyo,2010). Lansia mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan resiko lebih tubuh terhadap massa otot lebih besar dibanding individu yang berusia lebih muda, sehingga analgesik dosis kecil cukup untuk menghilangkan nyeri (Lusina, Indaryani, & Suratun, 2012)

B.Jenis Kelamin

Penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat tolenransi terhadap nyeri. Hormon testosteron menaikkan ambang nyeri pada percobaan binatang, sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan / sensivitas terhadap nyeri (Prasetyo, 2010)

C.Kebudayaan

Budaya mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri. Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi resepsi nyeri. Keyakinan suatu budaya yang berbeda yang mengalami nyeri dengan intensitas yang sama dapat tidak melaporkan atau berespon terhadap nyeri dengan cara yang sama. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan seperti menangis yang berlebihan, harapan budaya pasien mungkin menerima orang untuk menangis ketika nyeri. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mampu memiliki pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien (Smeltzer & Bare, 2002)

D.Makna nyeri

Makna nyeri pada individu mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara individu beradaptasi terhadap nyeri. Wanita yang menahan nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lain yang nyeri karena dipukul suaminya (Prasetyo, 2010).

E. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada tiap individu. Orang yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan orang yang terkena luka bakar (Prasetyo, 2010)

F. Perhatian

Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedaangkan distraksi dihubungkan dengan penurunan respon nyeri (Prasetyo, 2010)

G.Ansietas

Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antar ansietas dan nyeri, juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri pasca operatif. Namun, ansietas yang relevan atau hubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2002)

H.Keletihan

Keletihan yang dirasakan individu akan meningkatkan sensasi nyeri yang mampu menurunkan koping individu (Prasetyo, 2010)

I. Pengalaman Sebelumnya

Lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwabmenyakitkan yang akan diakibatkan. Individu itu mungkin akan lebih mentoleransi nyeri, akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah (Smeltzer & Bare, 2002)

J. Dukungan Keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri sering membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain. Kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesakitan dan kesepian (Prasetyo, 2010).

Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah nyeri

Joint Commision on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) 1999

membuat standar di dalam penanganan terhadap nyeri, yaitu:

- Mengenali hak-hak klien untuk dapat melakukan pengkajian dan penanganan nyeri yag sesuai.

- Mengkaji keberadaan nyeri pada klien, kemudian menentukan jenis dan intensietas nyeri pada semuan klien

- Mendokumentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan sebagai data dasar untuk pengkajian dan tindak lanjut.

- Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan didalam pengkajian dan penanganan nyeri serta mengenalkan pada tenanga kesehatan yang baru tentang teknik pengkajian dan penanganan nyeri.

- Menetapkan kebijakan dan prosedur yang mendukung keefektifan di dalam pelayanan pengobatan nyeri.

- Memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan kepada pasien beserta anggota keluarga mengenai penanganan nyeri yang efektif.

- Menjelaskan atau menegenalkan kebutuhan klien terhadap penanganan gejala yang timbul dalam discharge planning (Prasetyo, 2010).

1. Pengkajian

Pengakajian nyeri yang terkini, lengkap dan akurat memudahkan perawat dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi nyeri yang diberikan (Prasetyo, 2010). Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, varifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan klien (Potter & Perry, 2005).

Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian atau skill seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif (Tarwoto & Wartonah, 2006). Banyak fasilitas kesehatan membuat pengkajian nyeri sebagai tanda vital kelima. Karena nyeri adalah

pengalaman subjektif dan dialami secara unik oleh setiap individu, perwat perlu mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri. Frekuensi pengkajian nyeri biasanya bergantung pada upaya pengendalian nyeri yang digunakan dan bergantung pada kondisi klinis. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama yaitu riwayat nyeri untuk mendapatkan fakta klien dan observasi langsung respon klien (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Berikut komponen yang dapat dikaji oleh perawat :

a. Karekteristik Nyeri (Metode P, Q, R, S, T) - Faktor Pencetus (P : Provocate)

Faktor ini mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri, maka perawat harus dapat mengekspor perasaan klien.

- Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan suatu hal yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat : tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain, diman setiap klien mempunyai kualitas nyeri yang berbeda-beda.

- Lokasi (R : Region)

Dalam melokalisasi nyeri yang lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk mencari daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan sifatnya difus (menyebar). Saat mendokumentasikan lokasi nyeri perawat dapat menggunakan petunjuk tubuh seperti proksimal, distal, medial, lateral, dan disfusi (Fozier, Erb, Berman & Snyder, 2010)

- Durasi (T:Time)

Perawat akan menanyakan pada klien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan :” kapan nyeri mulai dirasakan? ”,” sudah berapa lama nyeri dirasakan? “,” apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari? “,” seberapa sering nyeri kambuh? “ atau dengan kata-kata lain yang bermakna sama (Prasetyo, 2010).

Skala Deskriptif Verbal (VDS), merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebuh bersifat objektif. Skala Dekriptif Verbal ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Perawat menunjukkan intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan (Prasetyo, 2010). Skala Analogi Visual (SAV) skala ini terbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan ujungnya mengindentifikasi nyeri lebih hebat. Pasien diminta untuk menunjukan titik pada garis yang menunjukan letak nyeri terjadi disepanjang rentang tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Untuk mengukur sekala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat yang dinamakan “oucher”. Seorang anak diminta untuk menunjukan ke sejumlah pilihan gambar untuk mendiskripsikan nyeri (Prasetyo, 2010).

1. Respon Fisiologis

Respon fisiologis yang timbul akibat adanya nyeri yaitu :

a. Respon simpatik : peningkatan frekuensi pernapasan, dilantasi saluran bronkiolus, peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah, peningkatan tegangan otot, peningkatan kadar glukosa darah, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas saluran cerna). b. Respon parasimpatik : pucat, ketengangan otot, penurunan denyut jantung atau tekanan darah, pernafasan cepat dan tidak teratur, mual dan muntah, kelemahan atau kelelahan (Prasetyo, 2010)

2. Respon Perilaku

Respon perilaku klien terhadap nyeri dapat mencakup pertanyaan verbal, vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, ataupun perubahab respon terhadap lingkungan. Individu yang menglami nyeri akut dapat menangis, merintih, merengut, tidak menggerakan bagiantubuh, mengepal, ayau menarik diri (Smeltzer & Bare, 2002).

3. Respon Afektif

Respon ini bervariasi sesuai situasi, derajat, durasi, interpretasi, dan faktor lain. Perawat perlu mengeksplor perasaan ansietas, takut, kelelahan, depresi, dan kegagalan klien (Kozier, Erb, Berman, & Sndyder, 2010).

4. Pengaruh Nyeri terhadap kehidupan kita

Klien yang setiap hari merasakan nyeri akan mengalami gangguan dalam kegiataan sehari-hari. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan sehari-hari, sehingga perwat mengetahui sejauh mana ia dapat membantu aktivitas yang dilakukan oleh pasien (Prasetyo, 2010).

5. Persepsi Klien terhadap nyeri

Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana klien dapat menghubungkan antara nyeri yang ia rasakan dengan prosespenyakit atau hal lain dalam diri maupun lingkungan disekitar klien ( Prasetyo, 2010).

6. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri

Tiap individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi terhadap nyeri. Dalam hal ini, perawat perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasanya selalu dilakukan klien untuk menurunkan rasa nyeri yang ia rasakan. Apabila cara yang dilakukan oleh klien tersebut tidak efektif, maka perawat dapat memasukkannya dalam rencana tindakan (Prasetyo, 2010).

2. Analisa Data

North American Nursing Diagnosis Assoation (NANDA, 2001) merencanakan

diagnosa untuk klien mengalami nyeri atau ketidak nyamanan yaitu nyeri akut atau nyeri kronik (Koizer, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Nyeri akut didefinisikan sebagai “suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun pontensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dengan intensitas yang ringan sampaiberat dapat diprediksi untuk berakhir dan durasi kurang dari enam bulan (NANDA, 2001). Nyeri kronik didefenisikan sebagai “suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkana sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktul maupun potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dengan intensitas yang ringan samapi berat tidak dapat diprediksi untuk berakhirnya dan durasi lebih dari enam bulan (NANDA, 2001)

3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat terlebih dahulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005).

4. Perencanaan

Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah teori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dari intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawat kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Poter & Perry, 2005).

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

I. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

1. Pengkajian BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.N

Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 63 Tahun Status Perkawinan : Janda Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pedagang Alamat : Jln Bajak 2H Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 19 Mei 2015 Tanggal operasi : 12 April 1885 Diognosa Medis : Asam Urat

KELUHAN UTAMA

Pada saat dikaji klien mengatakan nyeri daerah persendian jari kaki dan tangan sulit untuk digerakan dengan skala nyeri 7 dan kelihatan sudah membengkak, nyeri timbul sampai 3 hari, klien mengatakan sulit untuk istirahat atau tidur karena rasa nyeri yang dirasakannya, dan klien juga mengatakan susah jalan ketika rasa nyeri datang.

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Klien memiliki kebiasan makan dengan porsi sedikit hanya satu porsi kecil dengan sayur kangkung dan kacang-kacangan.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan klien yaitu dengan mengurangi mengkonsumsi sayur kangkung dan kacang-kacangan, merendam kaki dan tangan dengan air hangat ketika nyeri timbul.

Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Nyeri yang dirasakan klien pada daerah kaki dan tangan seperti di tertusuk-tusuk.

2. Bagaimana dilihat

Ketika nyeri muncul klien tampak memejamkan mata menahan nyeri, memegangi area yang sakit dan wajah tampak merigis.

Region

1. Dimana lokasinya

Klien mengatakan nyeri dirasakan pada daerah persendian jari kaki dan tangan

2. Apakah menyebar

Klen mengatakan nyeri yang dirasakan menyebar ke otot betis kaki.

Severety

Klien mengatakan derajat nyeri pada angka 7 dan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktifitas

Time

Klien mengatakan nyeri muncul ketika klien selesai makan kacang-kacangan.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit kista pada tahun 1885

2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan berobat ke RS dr Pringadi Medan

3. Pernah dirawat/dioperasi

Klien mengatakan pernah dirawat pada tahun 1885 dan dioperasi.

4. Lama dirawat

Klien mengatakan dirawat lebih kurang dua minggu di RS dr Pirngadi Medan.

5. Alergi

Klein mengatakan alergi makanan yang mengandung ayam sejak dua tahun

6. Imunisasi

Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan imunisasi.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Orang tua

Klien mengatakan orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit sakit

Saudara kandung

Klien mengatakan tidak ada saudara kandung klein yang memiliki riwayat sakit.

Penyakit keturunan yang ada

Pada garis keturunan, keluarga klien tidak memiliki penyakit turunan.

Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan salah satu anggota keluarga pernah mengalami gangguan jiwa

Jika ada, hubungan keluarga

Kien mengatakan yang mengalami gangguan jiwa anak klien Gejala

Anak klien sering berbicara sendiri dan merendam didalam bak kamar mandi Riwayat pengobatan/perawatan

Klien mengatakan anak klien pernah dirawat di Rs Jiwa

Anggota keluarga yang meninggal

Anggota keluarga yang meninggal yaitu suami klien dan anak klien.

Penyebab meninggal

Klien mengatakan suami klien meninggal mengalami kecelakan dan anak klien meninggal ketika dirawat di Rs jiwa

RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien berpersepsi bahwa penyakit yang diderita pasien sudah biasa pada usia lanjut.

b. Konsep diri

Gambaran diri

Klien menerima seluruh bagian tubuhnya, tanpa merasa ada yang kurang Ideal diri

Idealnya klien ingin sembuh, agar bisa melaksanakan semua aktivitas. Harga diri

Klien cukup dihargai di lingkungan sekitar dan dalam pengambilan keputusan dalam lingkungan keluarga

Peran diri

Klien berperan sebagai orangtua yang memiliki anak enam, dan sebagai nenek bagi cucunya, dilingkungan masyarakatklien berperan sebagai anggota pengajian ibu-ibu

Identitas

Klien sebagai seorang janda yang ditinggal mati olehsuaminya dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.

c.Keadaan emosi

Keadaan emosikien stabil, mampu memecahkan masalah dengan berdiskusi pada anak atau menantunya.

d.Hubungan sosial

Orang yang berarti

Anak adalah orang yang berarti bagi klien Hubungan dengan keluarga

Hubungan dengan Keluarga baik terlihat ketika klien berjualan di bantu oleh

Dokumen terkait