• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.2 Saran

Untuk pasien :

Saran penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

1. Agar dapat menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.

2. Agar dapat mengekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain.

3. Agar mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.

4. Agar klien minum obat secara teratur sesuai dengan ketentuan dokter. 5. Agar klien tetap kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit. Untuk di Rumah Sakit :

1. Dapat mempertahankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.

2. Dapat mempertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :

1. Untuk meningkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, dalam mengelola kasus agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.

2. Untuk mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Perilaku Kekerasan

Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan ( Stuart & Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009 ). Perilaku kekerasan sangat berhubungan dengan kemarahan. Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis ( Berkowitz, dikutip dari Harnawati, 1993 dalam Fitria, 2010 ).

Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian ( Stuart & Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2010 ). Suatu keadaan di mana individu mengalami yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( Towsend, 1998 dalam Fitria, 2010 ). Dan suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang – barang ( Maramis, 1998 dalam Fitria, 2009 ). Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik ( Ketner et al, 1995 dalam Fitria, 2009 ).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat kita lihat dari beberapa sudut pandang diantaranya yaitu ; Fisik : mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, dan ketus. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak lingkungan, amuk / agresif. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. Intelektual :

mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata – kata bernada sarkasme. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu – raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran. Serta pada Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

Rentang Respon

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agrersif kekerasan Gambar Rentang Respons Perilaku Kekerasan

Sumber : Purba, dkk ( 2008 )

a. Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.

b. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya hambatan dalam proses pencapaian.

c. Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan.

d. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai kekerasan.

e. Kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif ( kekerasan ) maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan. Individu merasa perilaku kekerasan merupakan cara yang dirasakan dapat menyelesaikan. Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik ( mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh ), psikologis ( emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang ), spritual ( merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral ) ( Stuart & Laraia, 1998 dalam Purba, 2008 ).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Ada 4 faktor yang mencakup perilaku tersebut, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku individu. Morrison ( 1993 dalam Purba, dkk, 2008 ) menambahkan bahwa perilaku kekerasan seperti perilaku mencederai orang lain dapat berupa ancaman melukai diri sendiri ; perilaku merusak lingkungan berupa seperti perabot rumah tangga, membanting pintu ; ancaman verbal berupa kata – kata kasar, nada suara yang tinggi dan bermusuhan.

2.1.1 PENGKAJIAN Faktor Predisposisi

Faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural ( Dalami & Suliswati, 2009 ).

1. Faktor biologis

a. Instinctual drive theory ( teori dorongan naluri )

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

b. Psycomatic theory ( teori psikomatik )

Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbvik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

2. Faktor psikologis

a. Frustasion aggresion theory ( teori agresif frustasi )

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

b. Behaviororal theory ( teori perilaku )

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Existensial theory ( teori eksistensi )

Bertindak sebagai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif. 3. Faktor sosial kultural

a. Sosial environment theory ( teori lingkungan )

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam ( pasif agresif ) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima. b. Social learning theory ( teori belajar sosial )

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

Faktor Presipitasi

Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stresor yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain –

lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan lain – lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan

adalah mekanisme pertahanan ego seperti diplacement, sublimasi, proyeksi, depresi, denial dan reaksi formasi.

Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : 1. Menyerang atau menghindar

Pada keadaan ini respons fisiologi timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom reaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat, disertai ketegangan otot seperti ; rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.

3. Memberontak

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilaku Kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukkan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2.1.2 ANALISA DATA

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji Perilaku Kekerasan Subjektif :

 Klien mengancam.

 Klien mengumpat dengan kata – kata kotor.  Klien mengatakan dendam dan jengkel.  Klien mengatakan ingin berkelahi.

 Klien menyalahkan dan menuntut.  Klien meremehkan.

Objektif :

 Mata melotot / pandangan tajam.  Tangan mengepal.

 Rahang mengatup.

 Wajah memerah dan tegang.  Postur tubuh kaku.

 Suara keras.

2.1.3 RUMUSAN MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi

Regimen Terapeutik Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial Kronis

Koping Individu Inefektif

Berduka Disfungsional

Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Perilaku kekerasan.

2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.

4. Harga diri rendah kronis. 5. Berduka disfungsional.

6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif. 7. Koping individu inefektif.

Faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah. 2. Stimulus lingkungan.

3. Konflik interpersonal. 4. Status mental.

5. Putus obat.

6. Penyalahgunaan narkoba / alkohol.

2.1.4 PERENCANAAN

Tindakan keperawatan untuk klien

Tujuan :

a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. b. Klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan.

c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

d. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.

e. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya. f. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spritual,

Tindakan :

No. Kemampuan / Kompetensi

A Kemampuan Merawat Pasien

1. ( SP1 )

1. Mengidentifikasi penyebab PK. 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK. 3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan. 4. Mengidentifikasi akibat PK.

5. Menyebutkan cara mengontrol PK.

6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I. 2.

( SP2 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. 3.

( SP3 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih paien mengontrol PK dengan cara verbal.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. 4.

( SP4 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih mengontrol PK dengan cara spritual.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 5.

( SP5 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B Kemampuan Merawat Keluarga

1. ( SP1 )

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK.

3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK. 2.

( SP2 )

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK. 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

PK.

( SP3 ) minum obat ( discharge planning ).

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus

PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

2.2.1 PENGKAJIAN BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 34 Tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Security

Alamat : Desa Pertempuran Dsn. III P. Batu Tanggal Masuk RS : 14 Juni 2013

No. Register : 02.58.37 Ruangan / Kamar : Sibual - buali Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Skizofrenia

I. KELUHAN UTAMA

Klien masuk ke Rumah Sakit Jiwa karena sering memukul, marah, mengamuk dan bahkan melempar adik dan pamannya di rumah, akibat permintaan klien tidak disetujui oleh keluarga yaitu klien ingin bertani dan berhenti dari kerjanya sebagai security di rumah sakit.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative / Palliative

1. Apa penyebabnya

Klien stres karena apa yang diinginkannya tidak dibolehkan oleh keluarganya.

2. Hal – hal yang memperbaiki keadaan

Jika keluarga mengizinkan memberi lahan orang tua mereka untuk ditanam cabai atau bertani oleh klien.

B. Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan stres berada di rumah sakit jiwa. 2. Bagaimana dilihat

Jika dilihat, klien tampak mondar – mandir seperti orang bingung atau gelisah.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan dulu pernah mengalami halusinasi pendengaran, namun tidak lama dan tidak terlalu mengganggu.

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan bahwa keluarganya menyerahkan ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan melalui IGD kemudian dirawat.

C. Pernah dirawat / dioperasi

Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan di ruang Sorik Merapi pada tahun 2011.

D. Lama dirawat

Klien mengatakan pernah dirawat selama ± 1 bulan.

E. Alergi

Klien mengatakan tidak menderita alergi apapun.

F. Imunisasi

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Klien mengatakan bahwa ayahnya mengalami Gagal Ginjal.

B. Saudara kandung

Klien mengatakan tidak ada saudara kandungnya yang sakit.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan di keluarganya.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan hanya dia lah yang mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal.

F. Penyebab meninggal

Klien mengatakan bahwa ayahnya meninggal akibat penyakit yang diderita yaitu Gagal Ginjal.

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien menilai dirinya biasa – biasa saja.

B. Konsep diri :

- Gambaran diri :

Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya karena ciptaan Tuhan.

- Ideal diri :

Klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang. - Harga diri :

Klien merasa kurang dihargai oleh orang semenjak dirawat di RSJ. - Peran diri :

Klien berperan sebagai anak kandung pertama dari tiga bersaudara. - Identitas :

Klien tamatan SMA memiliki ijazah kemudian langsung kerja menjadi security rumah sakit.

C. Keadaan emosi

Klien mengatakan sulit mengontrol emosinya jika mengingat masalah dengan keluarga.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti :

Klien mengatakan orang tua dan adik – adiknya lah yang berarti. - Hubungan dengan keluarga :

Klien anak kandung pertama dari tiga bersaudara. - Hubungan dengan orang lain :

Klien sering berinteraksi dengan orang lain dan mengikuti kegiatan di masyarakat seperti gotong – royong dan ronda malam.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

E. Spritual :

- Nilai dan keyakinan :

Klien beragama kristen protestan dan yakin adanya Tuhan. - Kegiatan ibadah :

Klien jarang mengikuti ibadah Gereja.

VI. STATUS MENTAL

Tingkat kesadaran yang dialami klien compos mentis, dapat berorientasi, penampilan rapi, jika berbicara cepat, keras, seperti tergesa – gesa dengan menunjukkan wajah merah, namun masih sesuai. Dilihat dari alam perasaan, klien tampak lesu seperti putus asa, tetapi dalam perbincangan klien menunjukkan ekspresi rasa ingin marah, tegang, dan tengan mengepal. Interaksi kooperatif dan kontak mata ada. Klien pernah mengalami gangguan persepsi halusinasi pendengaran, proses pikir dengan berbicara sesuai dengan apa yang dialami, penuh dengan obsesi dan memiliki ide yang terkait. Tidak ada waham yang dialami, kemampuan memori klien masih dapat mengingat kejadian dulu dan sekarang.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Klien tampak biasa saja, hanya sedikit gelisah dan mondar – mandir di ruangan.

B. Tanda – tanda vital

- Suhu tubuh : 36o C

- Tekanan darah : 120 / 80 mmHg - Nadi : 80 kali /menit - Pernafasan : 24 kali /menit - Skala nyeri : -

- TB : 175 cm

- BB : 70 kg

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala

- Bentuk : bentuk bulat sedikit lonjong. - Ubun – ubun : posisi tepat dan normal. - Kulit kepala : keadaan kulit kepala bersih. Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata dan rambut bersih.

- Bau : rambut tidak berbau. - Warna rambut : hitam.

Wajah

- Warna kulit : hitam.

- Struktur wajah : struktur lengkap. Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : mata lengkap dan simetris. - Palpebra : normal.

- Konjungtiva dan sklera : tidak dijumpai tanda anemia. - Pupil : kontraksi isokor ( +/+ ).

- Cornea dan iris : tidak terdapat kelainan, iris : cokelat.

- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan. Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : bentuk simetris, tidak ada kelainan.

- Lubang hidung : bersih, dan tidak ada sekret / benda asing. - Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan.

Telinga

- Bentuk telinga : bentuk telinga normal. - Ukuran telinga : ukuran telinga normal.

- Lubang telinga : tidak terdapat penumpukan serumen atau cairan yang keluar.

- Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran bagus, klien dapat membedakan suara.

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : bentuk simetris, mukosa kering.

- Keadaan gusi dan gigi : gusi kering, klien menggunakan 4 gigi palsu di bagian depan, ada karies.

- Keadaan lidah : lidah sedikit kotor. - Orofaring : reflek menelan bagus. Leher

- Posisi trachea : posisi tachea simetris.

- Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. - Suara : suara normal.

- Kelenjar limfe : tidak ada kelainan.

- Vena jugularis : tampak ketika klien berbicara. - Denyut nadi karotis : teraba.

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : kulit sedikit kering. - Kehangatan : kulit terasa hangat.

- Warna : hitam.

- Turgor : turgor kulit cepat < 2 detik - Kelembaban : kelembaban kulit kurang.

- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan. Pemeriksaan thoraks / dada

- Inspeksi thoraks ( normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis ) : thoraks normal.

- Pernafasan ( frekuensi, lama ) : 24 kali /menit. - Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan. Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi ( bentuk, benjolan ) : bentuk normal, dan tidak terlihat benjolan.

- Auskultasi : peristaltik normal.

- Palpasi ( tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien ) : tidak ada nyeri tekan, benjolan ( - ), ascites ( - ).

- Perkusi ( suara abdomen ) : tympani.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI A. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan /hari : 3 kali/hari.

- Nafsu / selera makan : klien sangat nafsu makan. - Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri.

- Alergi : tidak ada alergi makanan. - Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.

- Tampak makan memisahkan diri : klien makan bersama teman di ruangan.

- Waktu pemberian makan : pagi 08.15 WIB, siang 12.30 WIB, dan malam 17.30 WIB.

- Jumlah dan jenis makanan : satu porsi nasi dan sayur.

- Waktu pemberian cairan / minum : setelah makan dan saat haus. - Masalah makan dan minum ( kesulitan, menelan, mengunyah ) : tidak

B. Perawatan diri / personal hygiene

- Kebersihan tubuh : klien mandi 2 – 3 kali /hari.

- Kebersihan gigi dan mulut : klien menyikat gigi 1 – 2 kali /hari. Namun pada pemeriksaan mulut masih terdapat karies pada gigi dan mukosa mulut kering.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan bersih.

C. Pola kegiatan / aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :

Klien melakukan kegiatan seperti makan dilakukan sesuai dengan ketentuan aturan di rumah sakit, kemudian untuk mandi, eliminasi, dan ganti pakaian dilakukan secara mandiri.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit : Klien mengatakan tidak pernah beribadah selama dirawat.

D. Pola eliminasi 1. BAB

- Pola BAB : 1 – 2 kali /hari. - Karakter feses : normal.

- Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan. - BAB terakhir : pagi.

- Diare : tidak ada diare.

- Penggunaan laktasif : tidak ada penggunaan laktasif.

2. BAK

- Pola BAK : 2 kali atau lebih /hari. - Karakter urine : normal.

- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : tidak ada nyeri atau kesulitan. - Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : tidak ada.

- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik - Upaya mengatasi masalah : tidak ada.

E. Mekanisme koping

Koping adaptif yang dapat dilakukan klien adalah teknik relaksasi, sementara pada koping maladaptif, klien sering mabuk – mabukkan, bahkan sampai mau menghancurkan barang – barang di rumahnya.

2.2.2 ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1.

2.

3.

4.

Ds : Klien mengatakan ingin berkelahi, bahkan mengatakan jengkel dengan pamannya ketika dilarang untuk bertani. Do : Klien mengeluarkan suara keras dan wajah memerah.

Ds : Klien mengatakan semenjak permasalahan itu, klien tidak semangat untuk beraktivitas dan melanjutkan pekerjaannya.

Do : klien tampak menolak terhadap kemampuan dirinya sendiri.

Ds : Klien mengetakan merasa malas untuk gabung dengan teman –

temannya, karena takut ada yang memancing emosinya.

Do : Klien terlihat sering menyendiri, kecuali saat makan.

Ds : Klien mengatakan jika bermasalah, klien sering mabuk – mabukan.

Do :

-Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

2.2.3 RUMUSAN MASALAH

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Mekanisme Koping Individu Inefektif

Diagnosa Keperawatan

I. Perilaku Kekerasan II. Harga Diri Rendah III. Isolasi Sosial

2.2.4 PERENCANAAN

Hari / Tanggal

No. Dx Perencanaan Keperawatan

Senin / 17-6-2013 I. II. III. IV. I.

Tujuan dan Kriteria Hasil : Tujuan :

Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan dengan beberapa cara ( fisik, verbal, spritual dan obat ).

SP1 dan SP2 : Klien dapat membina hubungan saling percaya, dapat mengidentifikasi penyebab, tanda – tanda, jenis yang dilakukan, akibat, serta cara mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara fisik.

SP3 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara verbal.

SP4 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara melakukan kegiatan spritual sesuai kepercayaannya.

SP5 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya dengan minum obat.

SP1 : Klien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

SP1 : Klien dapat mengungkapkan penyebab, keuntungan dan kerugian Isos, dan mampu memulai dengan berkenalan kepada satu teman.

Klien dapat mempertahankan koping adaptif.

Rencana Tindakan Rasional

SP1 dan SP2 :

-Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

-Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam

Selasa / 18-6-2013

I

-Identifikasi penyebab PK, tanda gejala PK, PK yang

Dokumen terkait