• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Agar pelaksanaan hak asasi manusia harus dijalankan seoptimal mungkin di dalam kerja lapangan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan yang diatur di dalam Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 1995.

2. Perlu peninjauan kembali tentang penilaian terhadap prosedur pemberian hak untuk mendapat remisi, kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat dan mendapat cuti menjelang bebas.

3. Agar sarana dan prasarana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan perlu ditambah dan dilengkapi serta pelayanan terhadap narapidana perlu ditingkatkan dan diharapkan dapat meningkatkan pendidikan, kesejahteraan dan ketrampilan.

4. Perlunya anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih perbesar lagi untuk melengkapi sarana dan prasarana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Agar sarana dan prasarana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dapat ditambah dan dilengkapi serta juga pelayanan terhadap narapidana dapat ditingkatkan sehingga diharapkan juga dapat meningkatkan pendidikan, kesejahteraan dan ketrampilan..

5. Agar pihak yang berwenang dalam hal ini Dirjen Pemasyrakatan Hukum dan Perundang-Undangan RI memberi kelonggaran sserta mempermudah pemberian atas hak-hak narapidana anak, karena hal tersebut mempercepat proses pembinaan kearah yang lebih profesional.

6. Petugas Lembaga Pemasyarakatan Anak perlu memperhatikan bahwa seorang narapidana anak itu hanya dijatuhi pidana hilangnya kemerdekaan, dengan demikian narapidana anak harus diperlakukan secara manusiawi dan harus menghilangkan sifat menindas, maka dalam hal ini diperlukan petugas yang profesional

BAB II

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA

Hak-hak yang merupakan Hak Asasi Manusia Anak yang harus dilindungi.

meliputi :

1. Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

4. Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri Dalam hal karena suatu sebab, orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.

6. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan bakatnya.

7. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang menyandang cacat dan hak mendapatkan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan.

8. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai kesusilaan dan kepatutan.

9. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

10.Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.17

g. Perlakuan salah lainnya, yakni perbuatan cabul terhadap anak. Anak wajib dilindungi dari perlakuan:

a.Diskriminasi, yakni perlakuan menbeda-bedakan jenis kelamin, ras, agama, status hukum anak.

b.Eksploitasi, yakni tindakan memperalat dan memeras anak.

c.Penelantaran, yakni dengan sengaja mengabaikan perawatan dan pengurusan anak.

d.Kekejaman, yakni tindakan yang keji, bengis, tidak menaruh belas kasihan anak.

e.Kekerasan dan penganiayaan, yakni perbuatan mencederai, melukai anak baik fisik, mental maupu n sosial.

f. Ketidak adilan, yakni kesewenang-wenangan terhadap anak. 18

17

Darwan Prinst, 2001, Buku II, Loc.cit

Penangkapan penahanan dan pidana penjara bagi anak dapat dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan dilakukan sebagai upaya terakhir. Hak anak yang diberikan sebagai pelaku tindak kekerasan atau pidana adalah dirahasiakan identitasnya serta mendapat bantuan hukum/biaya.

Anak yang dirampas kebebasannya mempunyai hak : a. mendapat perlakuan manusiawi.

b. ditempatkan dan dipisahkan dari orang dewasa. c. memperoleh bantuan hukum dan biaya.

d. membela diri.

18

e. dirahasiakan identitasnya.19

j. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

Anak berhak memperoleh perlindungan khusus, perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada:

a. Anak dalam situasi darurat, yaitu anak yang menjadi pengungsi, korban kerusuhan, korban bencana alam, dan anak dalam situasi konflik

bersenjata.

b. Anak yang berhadapan dengan hukum. c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi.

d. Anak tereksploitasi secara ekonomi dan / atau seksual. e. Anak yang diperdagangkan.

f. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza).

g. Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan. h. Anak korban kekerasan baik fisik dan / atau mental. i. Anak yang menyandang cacat.

20

Hak Asasi Manusia Narapidana Anak yang diatur di dalam Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 52-66.

A. Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

21

1. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan Negara.

Berikut isi ketentuan pasal-pasal dari Undang-Undang No 39 tahun 1999 Tentang HAM :

1. Pasal52

2. Hak anak adalah Hak Asasi Manusia dan untuk kepentingan hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

19 Ibid, 20 Ibid, 21

Hak Anak adalah hak asasi manusia sejak dalam kandungan mendapat perlindungan dari orang tuanya maupun dari walinya, masyarakat dan negara dan dilindungi oleh hukum

2. Pasal 53

1. Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.

2. Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.

Yang dimaksud dengan “suatu nama” adalah nama sendiri, dan nama orang tua kandung dan atau nama keluarga dan atau nama marga.

3. Pasal 54

Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya Negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan hak Anak yang cacat fisik dan atau mental atas biaya Negara diutamakan bagi kalangan yang tidak mampu.

Anak yang memiliki cacat fisik atau mental berhak mendapatkan penghidupan yang layak yang dibiayai oleh Negara dan lebih diutamakan kepada anak-anak yang taraf kehidupannya tidak mampu.

4. Pasal 55

Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya dibawah bimbingan orang tua dan atau wali.

Anak diberikan hak untuk beribadah dan memeluk agamanya sesuai dengan kemampuan intelektualitasnya dan usianya dan di bawah bimbingan orang tuanya.

5. Pasal 56

1. Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oeh orang tuanya sendiri.

2. Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya dengan baik dan sesuai dengan undang-undang ini maka anak tersebut boleh diasuh atau diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anak berhak mendapatkan pengakuan yang sah siapa yang menjadi orang tuanya atau siapa yang mengasuhnya

6. Pasal 57

1. Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang tua. Anak berhak memperoleh untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua sampai dewas dan jika orang tuanya tidak mampu melakukan kewajibannya terhadap anak, maka anak tersebut berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali.

Pasal 58

1) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuh anak tersebut.

2) Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi maka harus dikenakan pemberatan hukum.

Anak berhak memperoleh perlindungan hukum terhadap semua perbuatan yang dapat mengancam hidup si anak.

1) Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak.

2) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak anak untuk tetap bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya tetap dijamin oleh undang-undang.

Pasal ini berkaitan dengan perceraian orang tua anak, atau dalam hal kematian salah seorang dari orang tuanya, atau dalam hal kuasa asuh orang tua dicabut, atau bila anak disiksa atau tidak dilindungi atau ketidakmampuan orang tuanya.

Pasal 60

1) Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya. 2) Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi mengembangkan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.

Pendidikan yang dimaksud mencakup pendidikan tata krama dan budi pekerti. Pasal 61

Setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan dirinya.

Anak berhak melakukan hubungan interaksi dengan anak-anak yang sebayanya seperti bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai minat, bakat dan tingkat kecerdasannya. Pasal 62

Setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jasmani sosial secara layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya.

Anak berhak memperoleh kesehatan. Pasal 63

Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata, kerusuhan sosial dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan.

Anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan. Pasal 64

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat menggangu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental spritualnya.

Anak mendapatkan perlidungan hukum terhadap tindakan memperalat atau memeras anak dan tidak boleh dipekerjakan layaknya seperti orang yang dewasa.

Pasal 65

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

Anak mendapatkan perlindungan dari setiap kegiatan eksploitasi, pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya.

Pasal 66

1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

2) Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang masih anak.

3) Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum. 4) Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai

dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir.

5) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan diri sesuai dengan manusianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.

Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku. Dan setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk hukum.

Setiap anak memiliki kedudukan yang sama di dalam pengadilan tanpa membedakan harkat dan martabat anak tersebut.

B. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Pemasyarakatan

Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Pemasyarakatan menentukan bahwa warga binaan pemasyarakatan mempunyai hak :22

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya. b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. e. Menyampaikan keluhan.

22

Mr Jeff Christian & Direktorat Jendral Pemasyarakatan & RWI Kantor Jakarta, Buku I, Op.cit., hal., 5

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya. i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (premisi).

j. Mendapatkan kesempatan berassimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. k. Mendapatkan kebebasan bersyarat.

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.

m. Mendapat hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ad.a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menentukan bahwa : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

Ketentuan ini berlaku juga terhadap narapidana anak yang sedang menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan anak karena perumusan pasal di atas merupakan bagian hak asasi manusia yang terdapat di Indonesia.

Menurut Manual Pemasyarakatan, bimbingan dan pendidikan agama di lembaga pemasyarakatan meliputi hal-hal sebagai berikut :23

1) Setiap petugas lembaga pemasyarakatan berkewajiban untuk memelihara dan menjaga ketertiban dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama bagi narapidana.

23

2) Setiap petugas tidak diperkenankan untuk menghalang-halangi atau mencegah bagi narapidana untuk melakukan perintah-perintah agamanya dan mengikuti bimbingan ataupun pendidikan agama.

3) setiap petugas harus bersedia untuk menampung segala keluhan-keluhan ataupun pengaduan-pengaduan narapidana tentang pelaksanaan kewajiban menurut agamanya, dan dalam mengkuti bimbingan ataupun pendidikan agama.

4) Setiap petugas lembaga pemasyarakatan tidak diperkenankan untuk mendorong ataupun menghasut atau membujuk seseorang narapidana untuk berpindah agama. 5) Dalam pelaksanaannya bimbingan dan pendidikan agama, kepala lapas setempat

dapat mengadakan kerjasama dengan jawatan agama setempat ataupun perseorangan.

6) Pelaksanaan kerja sama lebih lanjut akan ditetapkan dalam petunjuk-petunjuk pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama di bawah ini, yaitu sebagai berikut: a. Pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama sehari-hari dilakukan oleh bimbingan sosial pada lembaga pemasyarakatan yang bersangkutan dengan dibantu oleh petugas keamanan.

b. Setelah bimbingan dan pendidikan agama selesai dilakukan petugas keamanan harus segera meneliti dan memeriksa kembali nama dan jumlah narapidana yang telah mengikuti bimbingan dan pendidikan.

c. Petugas bagian keamanan harus selalu menjaga agar pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama berlangsung secara tertib dan lancar.

7) Tiap-tiap narapidana diperbolehkan untuk membaca kitab suci menurut keyakinan agamanya masing-masing.

8) Penyebarluasan brosur-brosur yang menyangkut bimbingan dan pendidikan agama kepada narapidana harus terlebih dahulu dengan sepengetahuan dan seijin kepala lembaga pemasyarakatan.24

Ad.b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan merupakan standar internasional hak asasi manusia yang penting. Hak ini tidak hilang meskipun seseorang menjadi narapidana. Tanggung jawab untuk menjamin penghormatan atas hak ini pindah ke lapas karena narapidana tidak bisa melakukan semua ini secara mandiri.

Lapas memiliki kewajiban untuk melayani narapidana. Ini adalah salah satu dari prinsip-prinsip kunci dalam Peraturan Minimum Standar Perlakuan terhadap narapidana. Itu berarti apabila narapidana tidak dapat mencari perawatan kesehatannya sendiri, maka lapas harus menyediakannya. Karena narapidana tidak bisa berkunjung ke dokter yang ada di luar lapas, maka dokter tersebut yang akan mengunjungi narapidana. Hal tersebut berlaku juga untuk dokter gigi, dan untuk ahli kesehatan jiwa.

Standar perawatan kesehatan di lapas harus sekurangnya sama dengan standar kesehatan yang ada di masyarakat. Tak seorang pun harus menderita karena tidak adanya perawatan kesehatan hanya karena mereka di penjara. Selain itu, karena banyak orang miskin dan yang berpenyakit masuk penjara, otoritas lapas harus memperkirakan kebutuhan peraatan kesehatan yang lebih besar bagi narapidana yang ada di masyarakat pada umumnya.

Paramedis harus memberikan perawatan kesehatan di lapas. Dokter dan perawat yang berkualitas harus tersedia. Petugas lapas juga harus membantu mengidentifikasi narapidana yang mungkin sakit, dan memberikan pertolongan pertama kepada narapidana

24

yang cedera. Petugas lapas tidak boleh menghalangi warga binaan pemasyarakatan yang membutuhkan perawatan kesehatan, justru mereka harus membantu narapidana untuk menemui petugas medis. Ini juga berlaku untuk semua warga binaan pemasyarakatan baik itu yang sangat jahat sekalipun. Semua tergantung petugas medis untuk memutuskan apa yang perlu dilakukan terhadapwarga binaan pemasyarakatan, dan bukan petugas lapas.

Semua narapidana harus menerima pemeriksaan medis ketika masuk ke lapas. Penyakit kronis dan menular adalah yang terutama penting. Obat-obatan harus tersedia bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas harus membantu agar semua ini dapat berjalan dengan lancar.

Petugas lapas perlu memahami apa yang dimaksud dengan kontrol penyakit menular. Mereka harus dilatih dalam pencegahan universal, yang harus selalu mereka terapkan kapan pun juga. Ini adalah cara yang terbukti dapat melindungi mereka, rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini secara gampang berarti memperlakukan semua cairan tubuh sebagai sesuatu yangtertular. Ini berarti air liur, air seni, darah dan tinja. Jika mereka melakukan tindakan ini, tidak perlu ada kekhawatiran khusus tentang terjangkit atau tidaknya narapidana. Ini peraturan yang sederhana. Perlakuan setiap orang seakan-akan mereka telah tertular, termasuk petugas lainnya dan pengunjung.

Selain itu, petugas harus memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan-akan itu menular, dan karenanya, desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan yang telah disetujuidan efektif, seperti pemutih.

Warga binaan pemasyarakatan berpenyakit jiwa merupakan tantangan khusus. Warga binaan pemasyarakatan dengan penyakit jiwa kadang dapat dibantu dengan

obat-obatan, tetapi tidak selalu. Petugas lapas harus mendapat pengarahan dari ahli penyakit jiwa.

Bentuk lain masalah kejiwaan adalah orang yang secara mental cacat, baik karena penyakit, kemalangan atau cedera. Warga binaan pemasyarakatan lain sering menganiaya orang-orang ini. Petugas lapas harus mencegah ini terjadi dan mereka harus tidak melakukannya sendiri. Hal ini terutama penting untuk diingat, karena orang-orang ini dapat sangat menyulitkan dan kadang bahkan berbahaya untuk dikendalikan. Petugas harus menjaga agar tidak menggunakan kekerasan berlebihan atau pengekangan saat mengendalikan mereka.

Warga binaan pemasyarakatan mempunyai hak yang sama akan keberhasilan medis seperti orang lainnya di dalam masyarakat. Tidak perlu bagi petugas lapas mengetahui penyakit khusus yang mungkin diderita oleh narapidana. Jika informasi ini keluar, seringkali sebagian narapidana lainnya dan petugas akan mengejek dan mendiskriminasi narapidana tersebut. Bahkan mungkin ada serangan terhadap narapidana tersebut. Ini tidak benar dan tentunya melanggar hak asasi manusia. Kemungkinan terakhir narapidana akan rentan terhadap pemerasan, terutama bilamana narapidana berasal dari keluarga yang cukup kaya di dalam masyarakat.

Seorang dokter harus ditunjuk sebagai petugas medis di lapas. Dokter ini harus memeriksa penjara untuk mengindentifikasi masalah-masalah kejahatan, atau yang akan menjadi masalah kesehatan. Laporan harus dibuat secara teratur kepada Kepala Lapas dengan menjelaskan masalah pendekatan melindungi petugas dan narapidana dari kondisi yang mungkin berbahaya. Perawatan kesehatan tidak hanya untuk mengobati penyakit. Tanggung jawab untuk menjaga kesehatan warga binaan pemasyarakatan juga berarti

lapas menyediakan kesempatan untuk berolahraga, dan tidak menciptakan kondisi hidup yang tidak sehat bagi warga binaan pemasyarakatan.

Petugas lapas dapat banyak berperan dengan menciptakan kondisi hidup lebih sehat, dan dengan membantu pelaksanaan program rekresi. Petugas pemasyarakatan harus menyediakan pengarahan harian kepada narapidana tentang kebersihan diri mereka, dan upaya mereka untuk menjaga kebersihan tempat tinggal mereka.

Petugas pemasyarakatan dapat pula memberikan kontribusi signifikan pada program rekreasi di dalam lembaga, dan dapat lebih mendorong narapidana untuk partisipasi penuh. Petugas perlu menjaga bahwa partisipasi petugas pada program rekreasi bersama warga binaan pemasyarakatan tidak akan membahayakan hubungan profesional yang seharusnya ada antara narapidana dan petugas.

Menurut Manual Pemasyarakan, mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani adalah menyangkut petunjuk penggunaan dan pemeliharaan pakaian yang dapat diperinci sebagai berikut :25

1) Pengawasan atas pemberian, penggunaan dan pemeliharaan pakaian narapidana dilakukan oleh petugas bagian perawatan di lembaga pemasyarakatan.

2) Segera setelah terhadap narapidana baru, selesai dilakukan pengerollan kepadanya diberikan satu stell pakaian seragam.

3) Selama warga binaan pemasyarakatan menjalani masa pembinaanya, kepada mereka disediakannya dua stell pakaian, yaitu :

a. Satu stell pakaian seragam untuk bekerja b. Satu stell pakaian seragam untuk persediaan

25

Mr Jeff Christian & Direktorat Jendral Pemasyarakatan & RWI Kantor Jakarta, Buku I, Op.Ciit,

Dokumen terkait