• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa dilakukan pengendalian penyakit dengan mikoriza langsung diberikan pada kebun karet (H. brasiliensis).

39

DAFTAR PUSTAKA

Afriza, T. O. 2010.Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensisMuell Arg.) dengan Pemberian Air Kelapa dan Lama Penyimpanan pada Kertas

Koran. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Alexopoulos, C.J; C.W.Mims & M. Blackwell, 1996. Introductory Micology 4th the edition John Wiley and Sons, New York.869 p.

Anggraini, E. 2009. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan

Produksi Tambakau Deli (Nicotiana Tabacum L.) Pada Kondisi Cekaman Kekeringan.Tesis Fakultas Pertanian USU. Medan.

Anwar C. 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. MiG Crop. Medan.

Aritonang, D. 1998. Kemungkinan pemanfaatan biji karet dalam ransum makanan ternak. J.Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian. 5 (3) : 73-78.

Baharuddin. 1994. Pathological, Biochemical and Serological Characterization of

the Blood Disease Bacterium Affecting Banana and Plantain (Musa spp.) in Indonesia.Ph.D dissertation. Gottingen: Cuvillier.

Balai Penelitian Tanah. 2008. Panduan Praktis Budidaya Tanaman Karet (Hevea

brassiliensis).Balai Penelitian tanah Balai Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Bogor.

Basuki, danWisma, S. 1995. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Akar Putih Pada tanaman Karet, hal: 1-5. dalam Kumpulan Lokakarya Pengendalian

Penyakit Penting Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih.

Basuki. 1986. Peranan Belerang Sebagai Pemicu Pengendalian Biologi Penyakit

Jamur Akar Putih Pada Karet.Disertasi, univ. Gadjah Mada, Yogyakarta.

169 Hal.

Brundrett MC (1991) Mycorrhizas in Natural Ecosystem. Adv Ecol Res 21:171-313. Brundrett, N., B. Bougher, T. Dell, Grove and N. Malajazuk. 1996. Working With

Mycorrhizas In Forestry And Agriculture. Australian Centre For

40

Burns, J. R and D, M. Benson. 2000. Biocontrol of Damping off Catharanthus

roseus Caused by Pythium iltimum with Trichodermavirens and Binucleate Rhizoctonia Fungi.

Contesa, E. 2010. Pertumbuhan Bibit Tanaman Pisang (Musa paradisiacal L.)

FHIA- 25. yang Diinokulasi dengan Beberapa Dosis FMA Glomus sp. + Acaulospora sp. Skripsi Sarjana BiologiFMIPA. Universitas Andalas.

Padang.

Cordier, C.M.J Pozo, J.M. Barea. S. Gianinazzi. And V. Pearson. 1998. Cell Defence Responses Associated with Localized and Systemic Resistance to

Phytoptora parasitica Induced in Tomato by An Arbuscular Mycorrhizal

fungus. Mol plant- microbe Interac. 11: 1017-1028.

Coyne, M. C. 1999. Soil Microbiologic an Exploratotory Approacch. Delmar Publisher. ITP.

Damanik, M. M.D.,B.E.Hasibuan.,Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Delvian 2007. Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Berdasarkan Ketinggian Tempat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus 3:371 – 378

Delvian. 2006. Peranan Ekologi dan Agronomi Cendawan Arbuskula Mikoriza. USU

Repository. Medan.

Dewi, I.R. 2007. Makalah: Peran, Prospek Dan Kendala Dalam Pemanfaatan

Endomikoriza. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Elfiati, D dan Delvian. 2007. Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskula

(CMA) Berdasarkan Ketinggian Tempat.Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Indonesia. Edisi Khusus 3:371 – 378.

Fairuzah, Z., Rahayu, S.T.S., Suryaman, S., dan Zaini, A., 2008. Laporan Pengujian

Efectivitas Biotani Terhadap Perkembangan Jamur Akar Putih (JAP).

Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, hal: 3-5.

Fitrianah, L., S. Fatimah, dan Y. Hidayati., 2012. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Saponin pada Dua Varietas Tanaman Gendola (Basella sp.). Agrovigor, 5(1), 34 – 46.

Gianinazzi, P. V and H.G. Diem. 1982. Endomycorrhizae in the Tropics. In Y.R Dommergues and H.G Diem (eds) Microbiolpogy of Tropical Soils and

41

Plant Productivity. Martinus Nijhoff / Dr W. Junk Pub. London. Pp. 37 – 73.

Goenadi, Didiek Hadjar, et.al. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis

Kelapa Sawit di Indonesia. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian,

Departemen Pertanian RepublikIndonesia.

Hadi, S. 2000. Status Ektomikoriza Pada Tanaman Hutan Di Indonesia. Prosiding

Seminar Nasional Mikoriza I, Bogor 15—16 November 1999. Asosiasi

Mikoriza Indonesia. Bogor.

Harley, J. L and S. E Smith. 1997. Mycorrhizal Symbions. Academic Press, London. Harley, J. L. and Smith, S. E. (1983). Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press.

Toronto.

Harmet. 1999. Peranan G. Fasciculatum dan pupuk fosfor dalam peningkatan

ketahanan tanaman kedelai terhadap penyakit pustul bakteri ( Xcg).

Thesis program pascasarjana Universitas Andalas Padang. 73 hal.

Harran, S dan Ansori, N (Eds). 1992. Bioteknologi Pertanian. Bogor. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Husin, E. F. A. Syarif Kasli. 2012. Mikoriza Sebagai Pendukung Sistem Pertanian

Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Andalas University Press.

Padang.

Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi

Tanah II. Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi,

IPB.

Indraty, I.S. 2005. Tanaman karet menyelamatkan kehidupan dari ancaman karbondioksida.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27 (5): 10-12.

Kasiamdari, R.S Smith. S.E. Smith. F.A, Scott, E.S, 2002. Influence of the Mycorrhizal Fungus, Glomus coronatum, and Soil Phosphorus on Infection and Disease caused by Binucleate rhizoctonia and Rhizoctonia

solani on mung bean (Vigna radiata). Plant Soil 238, 235-244.

Kompas. 2006. Kinerja Ekspor Capai Rekor. Kompas, Rabu, 02 Agustus 2006. Lakita, B. 1995. Fisiologi Tumbuhan perkembangan tanaman. Rajagrafindo Persada.

42

Landecker, E. M., 1982. Fundamental of Fungi. Prentice Hall Inc, Engelwood Cliffs, New Jersay. p. 73.

Laude, S. dan Y. Tambing., 2010. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Daun (Allium

fistulosum L.) pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam. Jurnal Agroland, 17(2), 144 – 148.

Liyanage, A.S., 1976. Control of White Rott Disease Caused by Rigidoporus

(Fomes) lignosus. Bull. Rubb. Res. Inst. Srilangka V: No. 1. pp: 24-29.

Marlina, Nunung, Harapan Baru Tanaman Karet, Kedaulatan Rakyat, 3 Juni 1991. Maspary, 2013. “Kelebihan dan Kekurangan Agensi Hayati”. 21 September 2015.

http://www.gerbangpertanian.com/2013/01/kelebihan-dan-kekurangan agensia-hayati.html.

Moreira, Dilmar dan S. M. Tsai., 2007. Biodiversity dan distribution of arbuscular

mycorrhizal fungi in Araucaria angustifolia forest . Journal agriculture

vol. 64:393-399.

Muas, I. 2002. Kompatibilitas Beberapa Jenis Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskular

terhadap Dua Kultivar Pepaya (Carica papaya Linn) dan Daya Adaptasinya pada Medium Tidak steril.Tesis Program Pascasarjana,

Unpad. Bandung.

Nazarudin dan Paimin. 2006. Klasifikasi Botani Tanaman Karet. Departemen Pertanian.

Novi. 2008. Pertumbuhan Bibit Dari Setek Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Yang

diinokulasi dengan Beberapa Dosis Inokulan Cendawan Mikoriza Arbuskula Glomus fasciculatum.Sripsi Jurusan Biologi. Universitas

Andalas. Padang.

Nurhayati., Fatma &MI Amiruddin. 2010. Ketahanan Enam Klon Karet Terhadap Infeksi Corynespora Penyebab Penyakit Gugur Daun.J. HPT Tropika. Vol

10, No 1: 4, No1: 47-51.

Prawiranata, W. Hrrn. S. Tjondronegoro. P. 1981. Dasar-Dasar Fitologi Tumbuhan

Jilid 1. Departemen Botani Fakultas Pertanian Institut Prtanian. Bogor.

Prayogo, Y. 2006. Upaya Mempertahankan Keefektifan Cendawan Entomopatoge Untuk Mengendalikan Hama Tanaman Pangan.Jurnal Litbang Pertanian

25(2) 47-52.

Pujianto. 2001. Pemanfatan Jasad Mikro, Jamur Mikoriza dan Bakteri Dalam Sistem

43

Sains. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Rahayu, S., Sujatno, dan Pawirosoemardjo, S., 2006. Management Pengendalian

Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet, hal: 258-260, 265. dalam Prosiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Pusat

Penelitian Karet, Sungei Putih.

Salisbury, F.B dan C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid1. ITB. Bandung Santi. 2009. Sejarah Karet Alam Abad 19. Balai Penelitian Teknologi Karet. Bogor. Santoso, D. A. Dan I. Anas. 1992. Pupuk Hayati Bioteknologi Pertanian 2.

Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Scharff, A. M. I. Jakobsen. And L. Rosendahl. 1998. The effect of Symbiotic Microorgamisms on Phytoalexin Content of Soybean Roots. J. Plant

Physiol. 151:716-723.

Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University -Press, Yogyakarta, hal 11-30.

Seragih, D. S. 2009. Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Mikoriza Vesikula

Arbuskula (MVA) Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasilensis Muell. Arg.).Skripsi. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Setiadi, Y ., Mansur, S.W Budi, dan Ahmad. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan. Pusat

Antar Universitas. IPB. Bogor. Hal 47 – 108.

Setiadi, Y. 2001. Status Penelitian dan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Rhizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi.Seminar

Nasional Mikoriza. 15-16 November 1999. Bogor

Setiawan, D. 2000. Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hlm 149-156.

Siahaan, S., Setyaningsih, D., & Hariyadi, 2011, Potensi Pemanfaatan Biji Karet (Hevea BrasiliansisMuell.Arg) Sebagai Sumber Energi Alternatif Biokerosin, Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 19(3), 145-151

Sinulingga, W., 1989. Pengendalian Biologi Penyakit Cendawan Akar Putih Pada

44

Sinulingga, W., dan Eddy, S., 1989, Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih Pada

Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet, sungei Putih, hal: 8-13.

Situmorang, A. 2004. Status dan Manajemen Pengendalian Penyakit Akar Putih

Diperkebunan Karet. Hlm.66-86.

Sivan, A. and I. Chet. 1986. Biological Control of Fusarium spp. in Cotton, Wheat and Muskmelon by Trichoderma harzianum. J. Phytopathology 116: 39-47. Soenartiningsih. 2011. Infeksi jamur mikoriza arbuskular berdampak dalam

meningkatkan ketahanan tanaman jagung. Seminar dan Pertemuan

Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, 7 Juni 2011 di Makassar.

Soepena, 1984, Penyakit Akar Tanaman Karet, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, hal: 1-6.

Suhardi, 1989. Mikoriza Vesikular Arbuskular(MVA). Penerbit UGM Press, Yogyakarta.

Sujatno, Rahayu, S.T.S., Nugroho, P.A., dan Bukit, E., 2007. Evaluasi Pengaruh

Penanaman ubi Kayu Terhadap pertumbuhan tanaman karet tahun tanam 2006 di Kebun Sungei Putih, PTPN-3, Balai Penelitian Karet, Sungei

Putih, hal: 3-4.

Sumaraw, S. M. 1999. Periode Kritis Tanaman Tomat Terhadap Serangan Alternaria

soloni (Ell. & G. Martin) Sot. Dan Faktor Penetunya. Buletin Hama Dan Penyakit Tumbuhan 11 (2) : 67-72.

Suwandi, H. Hamidson, & S. Naito.2004. Distribution of Rigidoporus lignosus Genotypes in a Rubber Plantation as Revealed by Somatic Compatibility.

Mycoscience 45(1): 72-75.

Suwandi. 2006. Mode of dispersal and variation in population of white root fungus

Rigidoponcs microporus as revealed by mycelial incompatibility.

Presented paper at fizter~zational Workshop on Wzite Root Disease on Hevea Rubber. Getas, Indonesia, 28Ih November 2006.

Swadaya. 1999. Panduan Lengkap Karet. Kanisius. Yogyakarta.

Syafiuddin, 1992. Pengelolahan Laboratorium Pusat Penelitian Perkebunan Sungei

Putih, Deli Serdang. Hlm 20.

Talanca, Haris. 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Pada Tanaman. Prosiding Pekan Serealia Nasonal. Balai Penelitian Tanaman Serelaia, Sulawesi Selatan.

45

Widyastuti, H., Guhardja, E., Soekarno, N., Darusman , L.K, Goenadi , D.H dan Smith, S. 2005. Penggunaan Spora Cendawan Mikoriza arbuskula

Sebagai Inokulum untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Menara Perkebunan. Halaman 26-34.

Xie, X., B. Weng, B. Cai, Y. Dong dan C. Yan., 2014. Effects of arbuscular mycorrhizal inoculation and phosphorus supplyon the growth and nutrient uptake of Kandelia obovata (Sheue, Liu &Yong) seedlings in autoclaved soil. Applied Soil Ecology, 75, 162 – 171.

Yunis, 2012. Efektivitas Mikoriza Terhadap Penyakit Layu Fusarium Pada Tomat

(Lycopercicum esculentum Mill) var. Fortuna.Tugas Akhir. Jurusan

Biologi FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.Surabaya.

Yusuf, S., Lubis, L., Arifin, K., dan Zahara, F., 1992. Cara Pengendalian Penyakit

Jamur Akar Putih (Rigidoporus Lignosus(Klotzsh) Imazeki) Dengan Pemakaiyan Fungisida Dinikorosol Pada Tanaman Karet Muda klon GT-1 Fakultas Pertanian, USU-Press, Medan, hal: 1-11. Universitas.

46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Statistik Pertambahan Jumlah Daun Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA Setelah 8 Minggu Pengamatan.

A. Data pertambahan jumlah daun Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Ulangan Perlakuan Total

A B C D E 1 8.00 15.00 5.00 13.00 20.00 72.00 2 9.00 12.00 5.00 12.00 15.00 48.00 3 6.00 12.00 3.00 14.00 20.00 53.00 4 7.00 17.00 5.00 15.00 15.00 62.00 5 6.00 15.00 2.00 10.00 15.00 41.00 Jumlah 36.00 71.00 20.00 64.00 85.00 276.00 Rata-rata 7.20 14.20 4.00 12.80 17.00 55.20

B.Analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan dengan SPSS 16

Dependent Variable : jumlah daun baru

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 564.560a 4 141.140 36.005 0.000 Intercept 3047.040 1 3047.040 777.306 0.000 perlakuan 564.560 4 141.140 36.005 0.000 Error 78.400 20 3.920 Total 3690.000 25 Corrected Total 642.960 24

47

C. Hasil Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% terhadap pertambahan jumlah daun

Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Perlakuan N Subset 1 2 3 4 C 5 4.00 d A 5 7.20 c D 5 12.80 b B 5 14.20 b E 5 17.00 a Sig. 1.00 1.000 0.277 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

48

Lampiran 2. Analisis Statistik Berat Kering Daun Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA Setelah 8 Minggu Pengamatan

A. Data berat kering daun Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Ulangan Perlakuan Total A B C D E 1 1,13 1,04 1,04 1,58 2,70 7,49 2 1,92 1,72 1,14 0,75 0,91 6,44 3 0,84 0,82 0,97 2,04 1,69 6,36 4 1,47 2,17 1,24 0,77 1,02 6,67 5 1,29 1,66 0,41 0,31 1,00 4,67 Jumlah 6,65 7,41 4,80 5,45 7,32 31,63 Rata-rata 1,33 1,48 0,96 1,09 1,46 6,33

B. Data berat kering daun H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan setelah ditransformasi dengan√(x + 0,5)

Ulangan Perlakuan Total

A B C D E 1 1,28 1,24 1,24 1,44 1,79 6,99 2 1,56 1,49 1,28 1,12 1,19 6,63 3 1,16 1,15 1,21 1,59 1,48 6,59 4 1,40 1,63 1,32 1,13 1,23 6,72 5 1,34 1,47 0,95 0,90 1,22 5,89 Jumlah 6,73 6,98 6,01 6,18 6,91 32,82 Rata-rata 1,35 1,40 1,20 1,24 1,38 6,56

C. Perhitungan analisis sidik ragam

Jumlah Total (JT) = 6,73 + 6,98 + 6,01 + 6,18 + 6,91 = 32,82

Faktor Koreksi (FK) = Jt2/ t,r

= (32,82)2/ 5 x 5 = 43,1

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =∑YiJ2

– FK

= (1,282+ 1,242+ 1,242, , , + 1,222) – 43,1 = 44,1 – 42,4

49

Jumlah Kuadrat Perlakuan JKP =∑Ji2

/r – FK

=6,732/5 + 6,982/5 + 6,012/5 + 6,182/5 + 6,912/5 – 43,1

= 43,2 – 43,1 = 0,11

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP = 1,01 – 0,11 = 0,9

Derajat Bebas Perlakuan (dbP) = t – 1 = 5 – 1 = 4

Derajat Bebas Galat (dbG) = t (r – 1) = 5 (5 – 1)= 20 Derajat Bebas Total (dbT) = t.r – 1 = 5 . 5 – 1 = 24 Kuadrat Total Perlakuan (KTP) = JKP / dbP

= 0,11 / 4 = 0,028 Kuadrat Total Galat (KTG) = JKG/dbG

= 0,9 / 20 = 0,045

F H itung = KTP– KTG

= 0,028 /0,045 = 0,62

D. Tabel analisis varian (Anova)data berat kering daun H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Sumber

keragaman DB JK KT F Hit F, Tabel

Perlakuan 4 0,11 0,028 0,62ns 2,87

Galat 20 0,9 0,045

Total 24 1,01

50

Lampiran 3. Analisis Statistik Berat Kering AkarHevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA Setelah 8 Minggu Pengamatan

A. Data berat kering akar Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan Ulangan Perlakuan Total A B C D E 1 1,43 1,98 2,19 1,77 3,66 11,03 2 2,90 3,17 2,41 1,08 0,99 10,55 3 1,33 1,09 0,93 2,73 1,51 7,59 4 1,92 3,17 1,08 1,53 1,93 9,63 5 2,00 1,87 1,01 1,01 1,36 7,25 Jumlah 9,58 11,28 7,62 8,12 9,45 46,05 Rata-rata 1,92 2,26 1,52 1,62 1,89 9,21

B. Data berat kering akar H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan setelah ditransformasi dengan √(x + 0,5)

Ulangan Perlakuan Total

A B C D E 1 1,39 1,57 1,64 1,51 2,04 8,15 2 1,84 1,92 1,71 1,26 1,22 7,94 3 1,35 1,26 1,20 1,80 1,42 7,02 4 1,56 1,92 1,26 1,42 1,56 7,71 5 1,58 1,54 1,23 1,23 1,36 6,94 Jumlah 7,72 8,21 7,03 7,21 7,60 37,8 Rata-rata 1,54 1,64 1,41 1,44 1,52 7,55

C. Perhitungan analisis sidik ragam

Jumlah Total (JT) = 7,72 + 8,21 + 7,03 + 7,21 + 7,60 = 37,8

Faktor Koreksi (FK) = Jt2/ t,r

= (37,8)2/ 5 x 5 = 57,2

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =∑YiJ2

– FK

= (1,392+ 1,572+ 1,642, , , + 1,362) – 57,2 = 58,6 – 57,2

= 1,41 Jumlah Kuadrat Perlakuan JKP =∑Ji2

51

= 7,722/5 + 8,212/5 + 7,032/5 + 7,212/5 + 7,602/5 – 57,2

= 57,23 – 57,2 = 0,03

Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP = 1,41 – 0,03 = 1,38

Derajat Bebas Perlakuan (dbP) = t – 1 = 5 – 1 = 4

Derajat Bebas Galat (dbG) = t (r – 1) = 5 (5 – 1)= 20 Derajat Bebas Total (dbT) = t.r – 1 = 5 . 5 – 1 = 24 Kuadrat Total Perlakuan (KTP) = JKP / dbP

= 0,03 / 4 = 0,0075 Kuadrat Total Galat (KTG) = JKG/dbG

= 1,38 / 20 = 0,069

F H itung = KTP– KTG

= 0,0075 / 0,069 = 0,11

D. Tabel analisis varian (Anova)data kering akar H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Sumber

keragaman DB JK KT F Hit F, Tabel

Perlakuan 4 0,03 0,0075 0,11ns 2,87

Galat 20 1,38 0,069

Total 24 1,41

52

Lampiran 4. Analisis Statistik Berat Kering Batang Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA Setelah 8 Minggu Pengamatan

A. Data berat kering batang Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Ulangan Perlakuan Total A B C D E 1 2,71 2,12 2,59 4,28 3,80 15,50 2 4,24 4,22 3,00 2,37 2,52 16,35 3 1,91 2,35 2,47 4,97 1,12 12,82 4 3,24 4,27 2,50 3,01 2,63 15,65 5 2,28 3,18 2,20 2,00 2,63 12,29 Jumlah 14,38 16,14 12,76 16,63 12,70 72,61 Rata-rata 2,88 3,23 2,55 3,33 2,54 14,52 B. Data berat kering batang H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8

minggu pengamatan setelah ditransformasi dengan √(x + 0,5)

Ulangan Perlakuan Total

A B C D E 1 1,79 1,62 1,76 2,19 2,07 9,43 2 2,18 2,17 1,87 1,69 1,74 9,65 3 1,55 1,69 1,72 2,34 1,27 8,58 4 1,93 2,18 1,73 1,87 1,77 9,49 5 1,67 1,92 1,64 1,58 1,77 8,58 Jumlah 9,12 9,58 8,73 9,67 8,62 45,73 Rata-rata 1,82 1,92 1,75 1,93 1,72 9,15

C. Perhitungan analisis sidik ragam

Jumlah Total (JT) = 9, 12 + 9,58 + 8,73 + 9,67 + 8,62 = 45,73

Faktor Koreksi (FK) = Jt2/ t,r

= (46,73)2/ 5 x 5 = 83,6

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =∑YiJ2

– FK

= (1,792+ 1,622+ 1,762, , , + 1,772) – 83,6 = 85,05–83,6

= 1,45 Jumlah Kuadrat Perlakuan JKP =∑Ji2

/r – FK

= 9,122/5 + 9,582/5 + 8,732/5 + 9,672/5 + 8,622/5 – 83,6

53

= 83,8–83,6 = 0,19 Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP

= 1,45 – 0,19 = 1,26

Derajat Bebas Perlakuan (dbP) = t – 1 = 5 – 1 = 4

Derajat Bebas Galat (dbG) = t (r – 1) = 5 (5 – 1)= 20 Derajat Bebas Total (dbT) = t.r – 1 = 5 . 5 – 1 = 24 Kuadrat Total Perlakuan (KTP) = JKP / dbP

= 0,19 / 4 = 0,048 Kuadrat Total Galat (KTG) = JKG/dbG

= 1,26 / 20 = 0,063

F H itung = KTP– KTG

= 0,048 /0,063 = 0,76

D. Tabel analisis varian (anova)data berat kering batang H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Sumber

keragaman DB JK KT F Hit F, Tabel

Perlakuan 4 0,19 0,048 0,76ns 2,87

Galat 20 1,26 0,063

Total 24 1,45

54

Lampiran 5. Analisis Statistik Berat Kering Total Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA Setelah 8 Minggu Pengamatan

A. Data Berat Kering Total Hevea brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Ulangan Perlakuan Total A B C D E 1 5,27 5,14 5,82 7,63 10,16 34,02 2 9,06 9,11 6,55 4,20 4,42 33,34 3 4,08 4,26 4,37 9,74 4,32 26,77 4 6,63 9,61 4,82 5,31 5,58 31,95 5 5,57 6,71 3,62 3,32 4,99 24,21 Jumlah 30,61 34,83 25,18 30,20 29,47 150,29 Rata-rata 6,12 6,97 5,04 6,04 5,89 30,06

B. Data berat kering total H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan setelah ditransformasi dengan √(x + 0,5)

Ulangan Perlakuan Total

A B C D E 1 2,40 2,37 2,51 2,85 3,26 13,41 2 3,09 3,10 2,66 2,17 2,22 13,23 3 2,14 2,18 2,21 3,20 2,20 11,92 4 2,67 3,18 2,31 2,41 2,47 13,03 5 2,46 2,69 2,03 1,95 2,34 11,48 Jumlah 12,77 13,52 11,71 12,58 12,49 63,07 Rata-rata 2,55 2,70 2,34 2,52 2,50 12,61

C. Perhitungan analisis sidik ragam

Jumlah Total (JT) = 12,77 + 13,52 + 11,71 + 12,58 + 12,49 = 63,07

Faktor Koreksi (FK) = Jt2/ t,r

= (63,07)2/ 5 x 5 = 159,1

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =∑YiJ2

– FK

= (2,402+ 2,372+ 2,512, , , + 2,342) – 159,1 = 162,8 – 159,1

= 3,67 Jumlah Kuadrat Perlakuan JKP =∑Ji2

55

=12,772/5 + 13,522/5 + 11,712/5 + 12,582/5 + 12,492/5– 159,1

= 159,4–159,1 = 0,049 Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP

= 3,67 – 0,049 = 3,62

Derajat Bebas Perlakuan (dbP) = t – 1 = 5 – 1 = 4

Derajat Bebas Galat (dbG) = t (r – 1) = 5 (5 – 1)= 20 Derajat Bebas Total (dbT) = t.r – 1 = 5 . 5 – 1 = 24 Kuadrat Total Perlakuan (KTP) = JKP / dbP

= 0,049 / 4 = 0,012 Kuadrat Total Galat (KTG) = JKG/dbG

= 3,62 / 20 = 0,181

F H itung = KTP– KTG

= 0,012 /0,181 = 0,07

D. Tabel analisis varian (anova)data berat kering total H. brasilensis dengan pemberian JAP dan FMA setelah 8 minggu pengamatan

Sumber

keragaman DB JK KT F Hit F, Tabel

Perlakuan 4 0,049 0,012 0,07ns 2,87

Galat 20 3,62 0,181

Total 24 3,67

56

Lampiran 6. Tabel Rata-rata berat kering tanaman Hevea brasilensisdengan pemberian FMA dosis 5g dan JAP setelah 8 minggu pengamatan (g). Perlakuan (g/tanaman) Rata-rata

berat kering akar Rata-rata berat kering batang Rata-rata berat kering daun Rata-rata berat kering total A (kontrol) 1,92 2,88 1,33 6,12 B (FMA dosis 5g) 2,26 3,23 1,48 6,97 C (JAP) 3,52 2,55 0,96 5,04

D (JAP + FMA dosis 5g) 1,62 3,33 1,09 6,04

57

Lampiran 7. Persentase kolonisasi FMA dosis 5g terhadap pengendalian JAP pada tanaman Hevea brasilensissetelah 8 minggu pengamatan.

% kolonisasi akar= ( )

× 100 %

A ( Kontrol ) = 5/50 × 100% = 4% (Sangat Rendah)

B (FMA ) = 30/50 × 100% = 60% (Tinggi)

C ( JAP ) = 0/50 × 100% = 0% (Sangat Rendah) D ( JAP + FMA ) =25/50 × 100% = 50% (Tinggi) E (FMA + JAP ) = 33/50 × 100% = 66% (Tinggi)

Dokumen terkait