• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek MSG terhadap organ lain seperti hati, ginjal dan otak.

DAFTAR PUSTAKA

Ardyanto, T.D. (2004). MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek dan Kontroversinya. Kesehatan. 16(1): 1.

Batista G.C.M., Corona, R.J.R., Gomez, M.B.C., Zamora, P.A.L., Ramos, I.M.L., dan Zuniga, G.G.M. (2006). Micronucleated Erythrocytes In Relation to Maternal Pathology. Enero-Marzo. 17(1): 12.

Bellisle, F., Monneuse, M.O., Chabert, M., Larue, A.C., Lanteaume, M.T., dan Louis, S.J. (1991). Monosodium Glutamate As a Palatability Enhancer in the European Diet. Physiol Behav. 49(5):869-73.

Blaylock, R. (1997). Excitotoxins – The Taste That Kills. Albuquerque: NM. Health Press NA. Halaman 1-2.

Depkes. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 266.

Durling, L. (2008). The Effect on Chromosomal Stability of Some Dietary Constituents.Dissertation.Uppsala: Uppsala Universited.

EPA. (1998). Health Effects Test Guidelines OPPTS 870.5395 Mammalian Erythrocyte Micronucleus Test. Washington: Government Printing Office. Halaman 6.

Farombi, E.O., dan Onyema, O.O. (2006). Monosodium Glutamat-Induced Oxidative Damage and Genotoxicity in the Rat: Modulatory Role of Vitamin C, Vitamin E and Quercetin. Human & Experimental Toxicology. 25(5):251-259.

Franca, L.R., Suescun, M.O., Miranda, J.R., Giovambattista, A., Perello, M., Spinedi, E., dan Calandra, R.S. (2006). Testis Structure and Function in a Nongenetic Hyperadipose Rat Model at Prepubertal and Adult Ages. Endocrinology. 147(3): 1556-1663.

Franco, E.L., dan Rohan, T.E. (2002). Cancer Precursors: Epidemiology, Detection, and Prevention. New York: Springer. Halaman 23.

Indranatan, R. (2012). Pengertian Mutasi dan Sebab-Sebab Mutasi. Diakses 25 Juli

Ismail, N.H. (2012). Assessment of DNA Damage In Testes From Young Wistar Male Rat Treated With Monosodium Glutamate. Life Science Journal. 9(1): 1.

Karmana, O. (2008). Biologi. Editor: Andri Nurdiansyah. Cetakan I. Bandung: Gravindo Media Pratama. Halaman 147-154.

Krishna, G., dan Makoto, H. (2000). In Vivo Rodent Micronucleus Assay: Protocol, Conduct and Data Interpretation. Mutation Res. 455(1-2): 155- 166.

Lusianti, Y., Indrawati, I., Wa’id, A., dan Lubis, M. (1996). Studi Awal Mikronukleus Pada Sel Limfosit Perifer. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 0854-4085.

Macdonald, F., Ford, C.H.J., dan Casson, A.G. (2004). Molecular Biology of Cancer. Edisi II. London: Garland Science/BIOS Scientific Publishers. Halaman 1.

Maidawilis. (2010). Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar Follicle Stimulating Hormon Dan Luteinizing Hormon Mencit (Mus Musculus) Betina Strain Jepang.Tesis. Padang: Universitas Andalas. Miller, R.C. (1973). The Micronucleus Test As An In Vivo Cytogenetic Method.

Environmental Health Perspectives. 6(1): 167-170.

Miskowiak, B., Limanowski, A., dan Partyka, M. (1993). Effect of Perinatal Administration of Monosodium Glutamat (MSG) on the Reproductive System of Male Rat. Endocrynol Pol. 44(4): 497-505.

Nayanatara, A.K., Vinodini, N.A., Damodar, G., Ahemed, B., Ramaswamy, C.R., Shabarianth., dan Rames, B.M. (2008). Role of Ascorbic Acid in Monosodium Glutamat Mediated Effect on Testicular Weight, Sperm Morphology and Sperm Count, in Rat Testis. Journal of Chinese Clinical Medicine. 3(1): 1-5.

Nizzamuddin. (1993). Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat PeroralTerhadap Spermatogenesis dan Kesuburan Tikus Putih Jantan Dewasa Stain LMR. Tesis. Jakarta: Program Studi Biomedik Universitas Indonesia.

Pizzi, W.J., Barnhart, J.E., dan Fanslow, D.J. (1977). Monosodium Glutamat Administration to the Newborn Reduces Reproductive Ability in Female and Male Mice. Science. 196(4288): 452-454.

Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I., Indwiani, A., Hadiwandowo, S., Kristin, E., Muhammad, M., dan Michael, F.K. (2000). The Administration to Indonesians of Monosodium L-glutamat In Indonesian Foods: An Assessment of Adverse Reactions In a Randomized. Journal Of Nutrition. 130(4): 1074-1076.

(Schima wallichii Kort.).Skripsi. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Ruddon, R.W. (2007). Cancer Biology. Edisi IV. New York: Oxford University Press Inc. Halaman 62, 82, 92, 493.

Saleh J., dan Ahmad, K. (2010). Clastogenic Studies on Tandaha Dam Water In Asser.J. Black Sea/ Mediterranean Environment. 16(1): 33.

Salmon, S.E., dan Alan, C.S. (1998). Kemoterapi kanker. Dalam: Farmakologi Dasar dan Klinik. Editor Bertram G.Katzung. Edisi IV. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Halaman 860-861, 865.

Santella, R.M. (2002). Mechanisms and Biological Markers of Carcinogenesis. Dalam: Cancer Precursors. Editor: Eduardo L. Franco dan Thomas E. Rohan. Berlin: Springer-Verlag. Halaman 7.

Sitorus, W. (2012). Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Bunga Jantan Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L.) Pada Mencit Jantan Yang di Induksi Siklofosfamid. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Sudiana, K. (2008). Biologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 45-50.

Sumpena, Y., Sofyan, R., dan Rusilawati, R. (2009). Uji Mutagenisitas Benzo(α)piren Dengan Metode Mikronukleus Pada Sumsum Tulang Mencit Albino (Mus musculus). Cermin Dunia Kedokteran. 36(1): 35. Tan,H.T., dan Rahardja, K. ( 2002). Obat-Obat Penting. Edisi V. Jakarta: PT

Gramedia. Halaman 840.

Tardiff, G., Lohman, M., dan Wogan, G. (1994). Methods to Assess DNA Damage and Repair: Interspecies Comparison. California: John Wiley and Son Ltd. Halaman 99-100.

Wakidi, R.F. (2012). Efek Protektif Vitamin C dan E Terhadap Mutu Sperma Mencit Jantan Dewasa Yang di Pajan Dengan Monosodium Glutamat. Tesis. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Monosodium Glutamat (MSG) yang dicampurkan dengan pelet. a.MSG 3 gram

b. MSG 6 gram

Lampiran 2. Perhitungan dosis

1) Perhitungan dosis pemakaian Pelet yang digunakan:

 Kontrol Normal

Dosis pelet yang diberikan = 10 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 10 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 840 g

 Pembanding

Dosis pelet yang diberikan = 10 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 10 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 840 g

 MSG 3 g

Dosis pelet yang digunakan = 7 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 7 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 588 g

Lampiran 2. (lanjutan)  MSG 6 g

Dosis pelet yang digunakan = 4 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 4 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 336 g

 MSG 9 g

Dosis pelet yang digunakan = 1 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 1 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 84 g

2) Perhitungan dosis pemakaian MSG yang digunakan:

 MSG 3 g

Dosis MSG yang digunakan = 3 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 3 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 252 g

Lampiran 2. (lanjutan)  MSG 6 g

Dosis MSG yang digunakan = 6 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 6 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 504 g

 MSG 9 g

Dosis MSG yang digunakan = 9 g/hari

Perlakuan yang dilakukan adalah 14 hari pada 6 ekor mencit.

Maka,pelet yang digunakan adalah = 9 g/hari x 14 hari x 6 ekor mencit = 756 g

Lampiran 3. Konversi perhitungan dosis dari mencit terhadap manusia Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg 1,0 0,14 0,08 0,04 0,016 0,008 0,0026 7,0 1,0 0,57 0,25 0,11 0,06 0,018 12,25 1,74 1,0 0,44 0,19 0,10 0,031 27,8 3,9 2,25 1,0 0,42 0,22 0,07 64,1 9,2 5,2 2,4 1,0 0,52 0,16 124,2 17,8 10,2 4,5 1,9 1,0 0,32 387,9 56,0 31,5 14,2 6,1 3,1 1,0 (Donatus, 1996)

Dosis pemberian MSG tertinggi yang menyebabkan mutagenik pada mencit yaitu 9 g/kg BB.

Maka, berat MSG yang diberikan untuk mencit dengan berat 20 g yaitu : Berat MSG pada mencit = 20 g__ x 9 g = 0,18 g

1000 g

Faktor konversi dari dosis pada mencit berat 20 g terhadap manusia dengan berat 70 kg adalah 0,18 g, maka dosis yang harus diberikan kepada manusia untuk memberikan efek yang sama yaitu:

Lampiran 4. Konversi perhitungan makanan yang dimakan mencit terhadap manusia.

Contoh dosis MSG yang bersifat mutagenik = 9 g Dosis makanan yang diberikan = 10 g

Rata-rata makanan yang dimakan mencit = 0,9 g

Maka, MSG yang terdapat dalam 0,9 g makanan adalah = 0,9 g x 10 g

9 g

= 1 g

Di konversikan pada manusia dengan BB= 70 kg,maka: 1 g x 387,9 = 387,9 g

Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sekitar 0,6 g/kgBB (Prawirohardjono, dkk., 2000).

BB= 70 kg

Maka, manusia mengkonsumsi MSG= 0,6 g/kg x 70 kg

= 42 g

Apabila manusia mengkonsumsi MSG sekitar 42 g/hari, maka manusia akan menimbulkan mutagenik dengan terbentuknya mikronukleus yang merupakan gejala-gejala penyebab kanker pada manusia adalah:

387,9 g = 9 hari. 42 g/hari

Jadi, manusia dengan BB 70 kg akan menimbulkan genotoksisitas dengan terbentuknya mikronukleus yang merupaan gejala-gejala kanker adalah pada hari ke-9.

Lampiran 5. Bagan pembuatan makanan hewan berupa pelet yang dicampurkan dengan MSG.

Dicampurkan pada lumpang yang berisi air panas Digerus homogen sampai terbentuk massa yang

jernih

Ditambahkan aquadest sampai dengan 100 ml Digerus homogen sampai terbentuk massa yang

jernih

Digerus sampai homogen Ditambahkan 0,1 g nipagin Di tambahkan amylum

Digerus kembali sampai homogen Ditambahkan pelet sampai dengan 10 g Digerus sampai homogen

Dicetak menjadi pelet baru MSG

Pelet baru Amylum

Lampiran 6. Bagan pembuatan preparat/ apusan sumsum tulang femur mencit

Dibunuh dengan cara dislokasi leher

Diambil salah satu tulang femurnya, dan dipotong pada bagian pangkal dan ujungnya

Pada salah satu ujung tulang femur, tusukkan jarum syringe yang telah diisi dengan 0,3 ml serum darah sapi lalu disempritkan isi sumsum tulang dan ditampung dalam mikrotube

Disentrifuge dengan kecepatan 1.200 rpm selama 5 menit

Dibuang bagian supernatan

Diambil dengan mikropipet

Ditaruh pada salah satu ujung sisi objek glas, dan dioleskan hingga menyebar menggunakan objek glas lain

Dibiarkan hingga kering (kira-kira 2 menit)

Difiksasi menggunakan metanol absolut selama 10 menit

Diwarnai dengan Giemsa-Metanol (20% v/v) selama 30 menit

Dicuci dengan air yang mengalir

Dikeringkan pada suhu kamar satu malam Mencit

Endapan sel untuk dibuat apusan

Apusan sumsum tulang femur mencit

Lampiran 7. Alat-alat yang digunakan a. Mikroskop

b.Dynamica, Velocity 18R Refrigerated Centrifuge

c. Spuit

d. Gunting bedah dan pinset

Lampiran 8. Hewan percobaan

a.Mencit

Lampiran 9. Tulang femur mencit dan apusan sumsum fulang femur a. Pengambilan tulang femur mencit

Lampiran 8. Tulang femur mencit dan apusan sumsum fulang femur

Lampiran 10. Tabel jumlah rata-rata mikronukleus ±SD pada masing- masing apusan sumsum tulang femur mencit

Lampiran 11. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 18 a. Uji ANOVA 1.Mencit jantan Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 131832.933 4 32958.233 134.487 .000 Within Groups 2450.667 10 245.067 Total 134283.600 14 2.Mencit betina Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 106274.000 4 26568.500 227.860 .000 Within Groups 1166.000 10 116.600 Total 107440.000 14 b.Tukey HSDa 1.Mencit jantan perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 1 3 .00 3 3 176.67 4 3 190.33 5 3 247.67 2 3 263.33 Sig. 1.000 .818 .738

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Lampiran 11.(Lanjutan) 2.Mencit betina

Tukey HSDa perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 di m en si on 1 1 3 .00 3 3 156.33 4 3 183.00 5 3 221.33 2 3 234.33 Sig. 1.000 .076 .599

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Dokumen terkait