BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
2. Saran
2.1.Bagi Pelaksana Keperawatan
Pelayanan keperawatan diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik pada wanita yang menghadapi menopause. Asuhan yang dapat diberikan meliputi pendidikan kesehatan dalam bentuk pemberian penjelasan tentang proses menopause.
2.2.Bagi Pendidikan Keperawatan
Perlunya diberikan penekanan materi tentang adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause sehingga perawat memiliki kompetensi untuk mendukung wanita yang menghadapi menopause.
2.3.Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause misalnya hubungan pengalaman masa lalu dengan adaptasi psikososial wanita menopause, hubungan status gizi dengan adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Menopause 1.1.Defenisi Menopause
Menopause dari bahasa Latin, Mensis, bulan, dan bahasa Yunani pausis, berhenti merujuk hanya pada periode menstruasi terakhir. Menopause baru bisa ditentukan dengan pasti satu tahun setelah menstruasi berhenti. Usia rata- rata terjadinya menopause alami ialah 51,4 tahun, dengan rentang umur dari 35 sampai 60 tahun Bobak (2005). Menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary menopause adalah periode menstruasi terakhir dan terjadi ketika hormon-hormon yang mengontrol siklus menstruasi berada dalam kadar yang sangat rendah sehingga menstruasi tidak mungkin terjadi lagi. Dimana, kadar estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespons FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (Luteinising hormone) yang diproduksi oleh kelenjar hipopisa yang ada di otak Kasdu ( 2002). Nirmala (2003) juga mendefenisikan menopause adalah kejadian biasa yang dihadapi wanita menopause ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian wanita menimbulkan rasa cemas dan risau, sementara
7
Dengan demikian dapat disimpulkan menopause adalah masa berakhirnya reproduksi wanita yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang ditandai dengan berhentinya menstruasi seiring dengan bertambahnya usia ditandai dengan gejala perubahan fisik dan psikologis.
1.2.Tahap Terjadinya Menopause
Klimakterium (perimenopause) adalah fase transisi di mana fungsi ovarium dan produksi hormon menurun. Fase ini mempunyai rentang waktu sejak awitan penurunan ovarium pramenopause sampai masa pascamenopause, yakni saat gejala-gejala berhenti. Menopuase bisa ditentukan dengan pasti satu tahun setelah menstruasi berhenti Bobak (2005).
1.3.Perubahan Wanita Menopause
Perubahan pada wanita menopause menurut Kasdu ( 2002) adalah : Perubahan organ reproduksi pada rahim yang mengalami atropi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis serta jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut secara berlebihan). Leher rahim menyusut tidak menonjol ke dalam vagina bahkan lama-lama akan merata dengan dinding vagina dan saluran telur menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut. Ukuran indung telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput, terjadi sklerosis (penebalan) dini pada sistem pembuluh darah indung telur sehingga diperkirakan sebagai penyebab utama gangguan vaskulirisasi (pembuluh
8
darah) indung telur. Serviks juga mengalami pengerutan dan memendek, otot vagina mengalami kontraktur (melemahnya otot jaringan). Jaringan vulva (mulut kemaluan) menipis karena berkurang dan hilangnya jaringan lemak serta jaringan elastik. Payudara mengecil, mendatar, dan mengendor. Perubahan hormonyang berlebihan atau kurang tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi. Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang dan perubahan pada hormon lainnya, seperti progesteron serta mempengaruhi langsung kondisi fisik dan juga psikis. Selain perubahan fisik, Perubahan Psikisjuga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause, mereka cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik.
1.4.Gejala Fisik Wanita Menopause
Menurut (Northrup, 2006, livito, 2006) gejala fisik pada wanita menopause, seperti, serangan rasa panas terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau yang bergantung pada kadar estrogen yang menurun. Pancaran panas diperkirakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh. Gejala yang terjadi
9
akibat dari ketidakseimbangan antara syaraf simpatik dan parasimpatik, serta sering berkaitan dengan ketakutan dan kecemasan. Disfungsi seksual sebagai akibat wajar dari menopause. Sementara keinginan seksual secara alami berkurang seiring dengan meningkatnya usia, merupakan tantangan tersendiri untuk melanjutkan seks setelah menopause. Tanpa estrogen yang mempertahankan kesehatan vagina, vagina menjadi kering, rapuh dan mengalami atrofi, membuat hubungan seks menyakitkan dalam berhubungan. Hilangnya hasrat seksual atau menurunnya libido karena kadar hormon estrogen yang menurun atau menipisnya jaringan vagina. Beberapa wanita juga mengalami penurunan dalam kadar testosteron, ini dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual.
1.5.Gejala Psikologis Wanita Menopause
Menurut (Yatim, 2001, Kasdu, 2002) gejala psikis wanita menopause berupa, gejala emosi seperti rasa tegang dan cemas, rasa tertekan, mudah tersinggung, sedih tidak menentu dan emosi berubah-ubah. Perubahan prilaku dengan menghindari hubungan sosial dan mengasingkan diri, perubahan gairah seksual, bisa meningkat atau berkurang. Mungkin perubahan ini hanya merupakan bagian dari tumbuh menjadi tua, tetapi perubahan ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang menopause. Karena pengetahuan yang cukup akan membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan baik. Selain itu, latar belakang masing-masing wanita sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita dalam menjalani masa
10
menopause, misalnya apakah wanita tersebut menikah atau tidak, mempunyai suami, anak, cucu atau keluarga yang membahagiakannya, serta yang mengisi aktivitas sehari-harinya.
2. Adaptasi Psikososial 2.1.Defenisi Adaptasi
Adaptasi adalah proses di mana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespons terhadap stres. Proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme Potter & Perry (1999). Menurut Gerungan (2009) adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (taks oriented) ketika tingkah laku mengganggu integritas individu, hal ini dianggap maladaptif.
Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri) Sunaryo (2002).
Adaptasi mengacu pada proses dan hasil dimana pemikiran dan perasa’an orang sebagai individu maupun kelompok, menggunakan kesadaran dan pilihan untuk membuat integrasi manusia dan lingkungan Tomey & Alligood
11
Sarwono (2009). Menurut Nadia (2006) psikososial adalah menyangkut aktivitas dan masalah sosial yang timbul sehubungan dengan faktor psikologis atau proses mental.
Adaptasi psikososial cara individu untuk menyesuaikan status mental dan emosionalnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungan sosialnya Nadia (2006).
Erikson dalam Keliat (2007) menjelaskan perkembangan individu terjadi secara simultan antara dimensi fisik, kognitif, psikososial moral, dan spiritual. bahwa perkembangan psikososial mempunyai delapan tahap perkembangan, yaitu bayi, kanak-kanak, prasekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa, dan lanjut usia.
2.3.Adaptasi Psikologis wanita menopause
Masa menopause memiliki nilai penting yang besar dalam kehidupan wanita, karena masa ini menimbulkan berbagai gangguan psikis yang krusial. Perubahan hormon yang terjadi pada tubuh wanita menimbulkan pengaruh psikologis. Menopause memiliki tahap pengantar, sama dengan tahap pra- balig pada masa pubertas. Wanita menopause pada masa ini mengalami proses biologis yang bersifat internal sebelum mengalami perubahan- perubahan fisik yang bersifat eksternal. Tanda-tanda internal disertai tanda- tanda penuaan dini, sehingga wanita semakin memperhatikan dirinya. Pada diri wanita muncul semacam konflik dalam mempertahankan kewanitaannya sampai menjelang terjadinya stagnasi pada organ reproduksinya. Akibatnya, kegiatan wanita semakin berlipat ganda dan kegiatan itu mengarah kepada
12
pusat-pusat yang mengancam ego (Ibrahim, 2005). Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan timbulnya satu krisis dan dimanifestasikan diri dalam simton-simtom psikologis antara lain adalah depresi, murung, mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah.
Menopause sangat tergantung pada masing-masing individu. Pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang menopause. Beberapa wanita yang memasuki masa menopause dengan penuh kecemasan. Mereka cemas dengan berakhirnya era reproduksi yang berhentinya nafsu seksual dan fisik. Keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun lingkungan sosialnya Kasdu (2002).
3. Konsep Sosial 3.1.Defenisi sosial
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari Sarwono (2009). Menurut Nadia (2006) sosial adalah segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
13
positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Pemikiran yang irasional (tidak rasional) merupakan salah satu tanda kurang sehatnya kondisi psikososial seseorang. Sering munculnya prasangka buruk atau pikiran negatif (negatif thinking) terhadap banyak hal yang ada dalam hidup adalah salah satu wujud nyata dari kondisi psikososial yang buruk, yang bisa mengarah pada hubungan sosial yang buruk pula.
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial adalahmasalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibatterjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang dapat menimbulkangangguan jiwa.
3.2.Bentuk interaksi sosial
Menekankan pada hubungan yang dekat dan dinamis, dekat antara aspek psikologis dari pengalaman sesorang (pemikiran, perasaan, tingkah laku) dan pengalaman sosial yang ada disekelilingnya (hubungan dengan orang lain, tradisi, budaya), yang secara terus menerus saling mempengaruhi satu sama lain. Keberadaan para saudara, teman dan rekan sejawat dalam menghadapi stress atau masalah yang dapat menganggu keberlangsungan hidupnya sehari- hari. Dukungan sosial memiliki 2 aspek utama, dukungan sosial struktural dan dukungan sosial fungsional. Dukungan struktural menyangkut jaringan hubungan sosial yang dimiliki individu, misalnya status pernikahan, dan
14
jumlah teman yang dimiliki. Dukungan sosial fungsional lebih menekankan pada kualitas dari hubungan sosial yang dimiliki, seperti keharmonisan rumah tangga Widury(2005)
Dalami (2009) menyebutkaninteraksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Ada empat bentuk interaksi sosial, berupa : Kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict), akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation).
3.2.1. Interaksi Sosial Asosiatif
Asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Pembagiannya, kerja sama (cooperation) bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. 4 macam kerjasama, yaitu, kerja sama spontan (spontaneous cooperation) kerjasama yang timbul secara spontan. Kerja sama langsung (directed cooperation) kerjasama karena adanya perintah atasan/penguasa. Kerja sama kontrak (contractual cooperation) kerjasama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang disetujui dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama tradisional (traditional cooperation) kerjasama karena sistem tradisi yang kondusif. Akomodasi (accomodation) adala`h proses penyesuaian
15
Mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta. Mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.Asimilasi (assimilation)proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama.Akulturasi (acculturation)proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
3.2.2. Interaksi Sosial Disosiatif
Disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan perpecahan. Pembagiannya :Persaingan (competition)perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik. Kontraversibentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Pertentangan / Konflik Sosialproses sosial antarperorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam jurang pemisah diantara mereka(Sunaryo, 2002, Badrujaman, 2008).
Larasati (2000) menjelaskan dalam beberapa kasus wanita yangmengalami menopause mulai menarikdiri dari pergaulan sosial karena merasa dirinya tidak ada harganya dan merasa tidak berguna lagi. Seperti membatasi untuk berinteraksi sosial dengan teman maupun dengan keluarga. Mereka lebih suka menyendiri jauh dari keramaian. Wanita yang
16
mengalami menopause akan membutuhkan keluarga dan teman-teman terdekat sebagai dukungan agar tidak minder dalam beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu adanya motivasi dari dirinya untuk menjalani hidupnya dengan penuh semangat (kualitas hidup yang baik).
3.3. Psikososial Wanita Menopause
Kehadiran masa menopause pada wanita memiliki dampak psikologis yang perlu dipahami untuk menjaga kesejahteraan hidup manusia fisik dan nonmoral. Individu yang mengalami transisi dalam kehidupannya, baik dalam pekerjaan, rumah tangga, hubungan sosial, yang semunanya itu dapat memicu timbul nya stress pada wanita menopause Irmawati (2008). Menurut Kasdu (2002) wanita yang memasuki menopause, tidak jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai wanita. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan psikologis. Jika tekanan ini tidak diatasi akan berkembang menjadi stres yang berdampak buruk pada kehidupan sosial seorang wanita. Selain perubahan fisik yang dialami wanita menopause, perubahan psikologis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah mudah merasa tegang dalam kehidupan wanita seperti merawat orang tua lanjut
1 BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara umum menopause merupakan fase terakhir perdarahan haid dan kemampuan reproduksi wanita berakhir dan terjadi secara alamiah Kasdu (2002). Northrup (2006) mendefenisikan menopause secara klinis dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode mentruasi. Menurut Nirmala (2003) menopause adalah kejadian biasa yang dihadapi wanita menopause ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian wanita menimbulkan rasa cemas dan risau, sementara bagi wanita yang lain mendatangkan rasa percaya diri. Jika dipersiapkan dengan baik, menopause dapat menjadi masa regenarasi bagi wanita. Masalahnya, lingkungan tidak membantu persiapan ini dan perhatian meraka jauh lebih dicurahkan untuk mendampingi wanita dalam mempersiapkan pertunangan, perkawinan, persalinan, kelahiran, dan tuntutan mendampingi anak balita, remaja dan seterusnya.
Umumnya gejala fisik dan psikologis pada wanita menopause, seperti hot flushes (rasa panas) pada wajah, leher, dada yang berlangsung selama beberapa menit, pusing dan lemah. Sedangkan gejala psikologis berupa mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana hati (mood) yang tidak menentu, dan susah untuk berkonsentrasi spencer (2007). Menurut nirmala (2003) wanita menopause juga mengeluh mengalami kerontokan rambut, sulit tidur, atau tidak lagi menikmati hubungan seksual. Kasdu (2002) menjelaskan kseluhan psikis pada menopause
2
sifatnya individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi.
Persoalan perubahan fisik pada tubuhnya yang ditandai dengan menurunnya produksi hormon, menstruasi tidak teratur dan keadaan fertilitas digantikan dengan infertilitas, sedangkan perubahan psikologis terjadi karena produksi hormon estrogen di indung telur tiba-tiba berhenti, biasanya di tandai dengan terjadinya perasaan mudah cemas dan depresi (Monopausel depression) Palupi (2012).
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping, dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi Potter & Perry (1999). Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres Sunaryo (2002).
Psikososial adalah hubungan interaksi perilaku antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok Sarwono (2009). Menurut larasati (2000) wanita yang mengalami menopause mulai menarikdiri dari pergaulan sosial karena merasa dirinya tidak ada harganya dan
3
lingkungan dan adanya motivasi dari dirinya untuk menjalani hidupnya dengan penuh semangat.
Adaptasi psikososial merupakan cara individu untuk menyesuaikan status mental dan emosionalnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungan sosialnya nadia (2006).Adaptasi psikososial melibatkan cara seseorang menyesuaikan diri secara emosional dan mental sebagai self sistem. Hubungan individu dengan orang lain dan pada masyarakat pada umumnya Sari (2011).Menurut Ibrahim (2005) kegiatan wanita pada masa menopause merupakan salah satu mekanisme pertahanan ego, di mana ia berusaha untuk merespon kematian parsial yang mengancamnya dan merasa bahwa ia berada di depan pintu penuaan serta muncul semacam konflik dalam mempertahankan kewanitaannya sampai menjelang terjadinya stagnasi pada organ reproduksinya. Perubahan yang terjadi di masa menopause tidak hannya mencakup terhentinya produksi fisiologis, tetapi juga berarti adanya gangguan total dan mengarah kepada pusat-pusat yang mengancam ego. Sedikit demi sedikit wanita kehilangan yang pernah ia raih di masa pubertas, sehingga kecantikannya mulai sirna. Pada saat inilah perilaku wanita berubah.
Hasil penelitian Crhristiani, sofia & Esti (2002) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hasil perhitungan dengan menggunakan Teknik Korelasi Product Moment (dengantaraf signifikansi 0,01) diperoleh koefisien korelasi sebesar – 0,568, berarti terdapat hubungan yang negatif antara persepsi tentang menopause dengan tingkat kecemasan pada wanita yang sedang menghadapi menopause. Semakin positif persepsi seorang wanita tentang menopause, maka akan semakin
4
rendah tingkat kecemasannya. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif persepsiseseorang tentang menopause, maka akan semakin tinggi tingkat kecemasannya, menopause suatu masa transisi dari periode reproduktif ke periode non reproduktif, menuntut penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan peranan. Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis dan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa ada tingkat kecemasan pada wanita yang menghadapi menopause. Wanita yang memiliki persepsi negatif tentang menopause akan menganggap menopause merupakan persoalan yang mengganggu dirinya, akibatnya muncul simtom-simtom, baik simtom fisiologis maupun psikologis. Sebaliknya persepsi yang positif tentang menopause akan membuat wanita menganggap menopause sebagai peristiwa yang wajar yang akan dialami oleh setiap wanita.
Perubahan psikis sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Di kabupaten Aceh Tenggara ditemukan wanita menopause yang kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya, mudah tersinggung dari pergaulan sosial karena banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan fisik, psiko, sosial dan spiritual khususnya pada wanita menopause, peneliti ingin
5
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah fenomena adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause di Kabupaten Aceh Tenggara.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untukmenggali fenomena adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause.
4. Manfaat Penenlitian
4.1.Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penilitian ini diharapkan sebagai pengembangan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause.
4.2.Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penilitian ini diharapkan sebagai pengembangan informasi dan pengetahuan bagi perawat dalam adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 4.3.Bagi penelitian keperawatan
Hasil penilitian ini diharapkan sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan adaptasi psikososial wanita yang menghadapi menopause.
Title of the Thesis : Psychosocial Adaptation in Menopause Women in Aceh Tenggara Regency
Name of Student : Fitri Mayang Sari Student ID Number : 141121021
Department : S-1 (Undergraduate) Nursing Academic Year : 2016
ABSTRACT
Menopause is the last period of menstruation and occurs when hormones which control menstruation cycles are in the lowest content so that menstruation will stop. Here, estrogen and progesterone content dramatically decreases because ovary stops responding follicle stimulating hormone (FSH) and Luteinising hormone (LH) produced by pituitary gland in brain. The research used in-depth interview method and elicited a lot of information from participants by conducting open interview prepared by the researcher. The criteria of the participants were as follows: women who underwent menopause for one year, women who had menopause because of age and not because of the removal of the uterus, no hormone replacement therapy (HRT), women who could hear and talk clearly, and women who could speak Indonesian well. The research used phenomenological design which was aimed to explore psychological adaptation of a woman whgo underwent menopause in Aceh Tenggara Regency. It also used qualitative method with Collaizi data analysis. The result of the research showed that there were three themes: the respondents accepted their psychological changes, their sexual desire decreased, and they expressed their complaint to other people. It is recommended that nurses practitioners be able to provide nursing care holistically through health education in the form of explanation for menopause women.
x
ADAPTASI PSIKOSOSIAL WANITA YANG MENGHADAPI
MENOPAUSE DI KABUPATEN ACEH TENGGARA
SKRIPSI
Oleh
Fitri Mayang Sari
141121021
iv PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Studi Fenomenologi: Adaptasi Psikososial Wanita Yang Menghadapi
Menopause Di Kabupaten Aceh Tenggara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas