• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Balai POM Depkes Profinsi Sulawesi Selatan kiranya selalu melakukan pembinaan secara berkesinambunagan dan berkala kepada produsen tahu atau bahan pangan lain di kompleks Pasar Pa’baeng-baeng Kota Makassar. 2. Diharapkan kepada pihak yang bertanggung jawab pada pengelola pasar sebagai penanggung jawab mengawasi langsung para penjual dikhawatirkan masih ada yang menambahkan bahan tambahan pangan pada produk lain.

3. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya yang dianalisis bahan pengawet yang diperbolehkan seperti natrium benzoat, karena walaupun diperbolehkan harus dalam kadar yang ditentukan.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bahan pangan lainnya yang sering dikomsumsi oleh masyarakat oleh masyarakat.

91 5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bahan pengawet lain yang

digunakan oleh produsen.

6. Perlu dilakukan penyuluhan pada Teknik Hygienitas dan Sanitasi Pengolahan Pangan.

7. Chitosan sebagai alternatif alami pengganti formalin yang dapat digunakan pada makanan untuk mengawetkan makanan maupun bahan makanan.

92

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.

Abdulloh, Abu Isa. “Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi.” http://islamic.net63.net. Diakses pada tanggal 26 Juli 2012.

Anwal, Faisal,dkk,. 2009. Makanan Tepat, Badan Sehat.Bumi Aksara

Adrin, Fitriani. 2011.Penggunaan zat pengawet dan zat pewarna pada makanan jajanan di SD Kompleks Sudirman Makassar.Skripsi.Universitas Islam Negeri Makassar.

Astawan, M, 2004. Solusi Sehat, Kiat Menjaga Tubuh Tetap Sehat. Jakarta.Tiga serangkai

Ayuningtyas, Dian. 2010. Bahan Tambahan Pangan (BTP).

http://toorestpoenya.blogspot.com/2010/07/bahan-tambahan-pangan-btp.html. diakses tanggal 28 februari 2012

Badan POM RI. Boraks dan Formalin Bahan Kimia Terlarang untuk Pangan. Brosur.

Buku Kompas. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Kompas. Jakarta

Cahyadi, Wisnu. 2009. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara. Jakarta. Cahyadi, Wisnu.2009. Analisis dan Aspek Kesehatan.Bumi Aksara

CP, Buletin. Formalin Bukan Formalitas. Edisi Januari 2006. Jakarta: Divisi Agro Feed Business Charoen Pokphand Indonesia. http://www.ciptapangan.com. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2012. Deman, John.1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB

Desroisier, Norman.2008. Teknologi Pengawetan Makanan. Universitas Indonesia Elmatris, Asterina.,Sukma, Bratama. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif kandungan formalin Pada Beberapa Bahan Makanan yang Beredar di Pasar Raya Padang dan sekitarnya.

Hayati, Elok Kamila. 2009. Pengawet Makanan, Sebuah Bahasan Untuk Penetapan Halalan Toyyiban.

http://elokkamilah.wordpress.com/kimia-93

farmasi-dan-medisinal-2/pengawet-makanan-sebuah-bahasan-untuk-penetapan-halalan-toyyiban/. diakses tanggal 28 februari 2011

Hastuti, Sri. 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin di Madura. Skripsi . Universitas Trinojoyo. Madura

Judarwanto, Widodo. Pengaruh Paparan Formalin Terhadap Sistem Tubuh. Majalah Farmacia Edisi Februari 2006, Vol. 5 No. 7. http://www.majalah-farmacia.com. Diakses Pada Tanggal 28 Februari 2012.

Khomsan, Ali, 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo.2005.Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta.Rineka Cipta

Nawawi, Imam. Syarah Arba’in Nawawiyah: Petunjuk Rasulullah SAW Dalam

Mengarungi Kehidupan. Terj. Abdul Rosyad Shiddiq. Jakarta: Akbar Media, 2010.

Peraturan Mentri Kesehatan RI No:722/Menkes/per/IX/88. Tentang Bahan Tambahan Makanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Planck, Nina.2007. Hidup Bebas Penyakit Dengan makanan Alami.PT Gramedia Pustaka Utama

Puspita Ni Luh, 1997. BTP, Manfaat Dan resiko Penggunaanya. Bogor. Pelatihan Pengendalian mutu dan Keamanan Pangan Bagi staf Pengajar.

Qauliyah, Asta. 2008. Bahan \Makanan Tambahan.

http://astaqauliyah.com/2008/02/bahan-makanan-tambahan/. diakses tanggal 28 februari 2011

Ratna. 2009. Efek BTM Terhadap Kesehatan.Jakarta.Tribun Kesehatan

RSS. 2009. Hidup Sehat diakses tanggal 25 februari 2012 at http:// www. Blog at WordPress.com

Santoso, Lukman.1986.Pengantar Sanitasi Makanan.Bumi Aksara

Shihab, M Quraish. 2009. Tafsir Al Misbah.Volome 3. Penerbit lentera hati. Shihab, M Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah.Volome 3. Penerbit lentera hati. Subroto, Ahkam.2008.Makanan Sehat Untuk Hidup Lebih Sehat.Agro Media

94 Sukarniati. 2011. Gambaran Kualitas Minuman Jajanan Di Kompleks SD. Sudirman Makassar. Skripsi. Universitas Islam Negeri Makassar. Makassar Syanai, Ahmad.2005.Nilai Kesehatan Dalan syariat Islam.Bumi Aksara

Tranggono, Sutardi, Haryadi, Slamet, Sudarmadji., Kapti, Rahayu., Sri, Nasali., Mary, A. 1990. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta.Pusat Antar Universutas Pangan dan Gizi UGM.

Trimulyadi Rekso, Gatot. Chitosan sebagai Bahan Pengawet Tahu.

http://www.slideshare.net/gatot2811/chitosan-sebagai-bahan-pengawet-tahu diakses pada tanggal 19 Juli 2012.

Winarno, F.G.,dkk, 1980.Pengantar Teknologi Pangan.Jakarta.PT Gramedia Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:

DOKUMENTASI

Wawancara responden Pada produsen tahu

Wawancara responden Pada produsen tahu

Wawancara responden Pada produsen tahu

Wawancara responden Pada produsen tahu

Sampel Tahu Dalam Kemasan

Sampel tahu dalam kemasan

Sampel Tahu dalam Kemasan

Sampel Tahu dalam Kemasan

Sampel Tahu di timbang Sampel Tahu Di haluskan

Persiapan sampel tahu di destilasi

Persiapan sampel tahu di destilasi

Sampel tahu setelah Di berikan aquqades

Sampel tahu dalam Labu erlenmayer

Sampet tahu di masukkan Dalam labu erlenmenyer

Kondensor (alat destilasi)

Hasil sulingan Hasil sulingan

Di masukkan dalam tabung reaksi Penambahan Kaliumferisianida 1% K3FECN6 1 ml Penambahan Phenyhydrrasin C6H8N2 2

Hasil Uji Sampel

Hasil Uji Sampel

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1168/MENKES/PER/X/1999

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 722/MENKES/PER/IX/1988 TENTANG

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil penelitian, penggunaan kalium bromat dalam makanan dan minuman dapat membahayakan kesehatan karena bersifat karsinogenik, oleh karena itu perlu dilarang penggunaannya;

b. bahwa penggunaan kalium bromat sebagai bahan tambahan makanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 masih diperbolehkan dalam batas-batas yang diizinkan;

c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan tersebut huruf a dan b perlu merubah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 dengan Peraturan Menteri;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang Produksi dan Peredaran Makanan;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558/Menkes/SK/1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 722/MENKES/PER/IX/1988

TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN.

Pasal I

1. Menghapus angka 4, pada Romawi V Lampiran I, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 sehingga selengkapnya menjadi sebagaimana terlampir dalam Lampiran I.

2. Menambah angka 10 baru pada Lampiran II, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 sehingga selengkapnya menjadi sebagaimana terlampir dalam Lampiran II.

Pasal II

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Oktober 1999 MENTERI KESEHATAN PROF. Dr. F.A. MOELOEK

Lampiran I

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/per/IX/

1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN

V. PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG (FLOUR TREATMENT AGENT)

NO NAMA BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS

JENIS /BAHAN MAKANAN BATAS MAKSIMUM

PENGGUNAAN

1. Asam Askorbat Ascorbic Acid Tepung 200 mg/kg

2. Aseton Peroksida Aceton Peroxide Tepung Secukupnya

3. Azodikarbonamida Azodicarbonamide Tepung 45 mg/kg

4. Kalsium Stearoil-2 Calcium Stearoyl-2- -laktilat lactylate

1. Adonan kue

2. Roti dan sejenisnya

5 g/kg bahan kering

3,75 g/kg tepung

5. Natrium Stearyl Sodium Stearil Fumarat Fumarate

Roti dan sejenisnya 5 g/kg tepung

6. Natrium Stearoil-2 Sodium Stearoyl-2 -laktilat - lactylate

1. Roti dan sejenisnya 2. Wafel dan tepung

Campuran wafel 3. Adonan kue 4. Serabi dan tepung

Campuran serabi 3,75 g/kg tepung 3 g/kg bahan kering 5 g/kg bahan kering 3 g/kg bahan kering 7. L – Sisteina L-Cysteine (Hidroklorida) (Hydrochloride) 1. Tepung 2. Roti dan sejenisnya

90 mg/kg sexukupnya

MENTERI KESEHATAN

LAMPIRAN II

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/

Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan.

BAHAN TAMBAHAN YANG DILARANG DIGUNAKAN DALAM MAKANAN

1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya

2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt) 3. Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC) 4. Dulsin (Dulcin)

5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate) 6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)

7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils) 8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)

9. Formalin (Formaldehyde)

10. Kalium Bromat (Potassium Bromate)

MENTERI KESEHATAN,

PROF. Dr. F. A. MOELOEK

Dokumen terkait