5.1Kesimpulan
a. Hasil karakterisasi simplisia batang tanaman patah tulang diperoleh kadar air 5,97%, kadar sari yang larut dalam air 12,22%, kadar sari yang larut dalam etanol 17,37%, kadar abu total 3,21% dan kadar abu yang tidak larut asam 0,78%.
b. Golongan senyawa kimia simplisia batang tanaman patah tulang adalah, alkaloid, flavonoid, tanin dan triterpen/steroid.
c. Hasil pengukuran spektrum secara spektrofotometri UV isolat memberikan absorbsi maksimum pada panjang gelombang 202,60 nm. Hasil pengukuran spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus C-O, C=O, -CH2,-CH3, C-H alifatis dan -OH.
5.2Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk elusidasi struktur dari senyawa triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak n-heksan ranting tanaman patah tulang.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aksara, R.,Musa W., J.,A., La Alio. (2013). Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Ekstrak Metanol Kulit Mangga (Mangifera indica L.). Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Halaman 4.
Aldhani, E. (2014). Penapisan Kandungan Fitokimia pada Buah Labu Kuning. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Halaman 4.
Dachriyanus.(2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. Halaman 1-18, 21-37.
Dalimartha, S. (2003).Atlas tanaman obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwidya.Halaman 130-132.
Dalimartha, S. (2007).Atlas tanaman obat Indonesia. Puspa swara. Jakarta.Hal 149.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 300-304, 306.
Depkes RI. (1986).Cara Pengelolaan Simplisia yang Baik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Halaman 3-4.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-11.
Farnsworth, N. R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plant.Journal of Pharmaceutical Sciences.55(3). Halaman 262-263.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Schwarting, A.E. (1985).Introduction to Cromatography. Penerjemah: Kokasih Padmawinata (1991) .Pengantar Kromatografi.Edisi 2. Bandung: ITB. Hal.107-146.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi.Yogyakarta. Pustaka Pengajar. Hal. 59-118, 155-243, 284-226, 329-359.
37
Harborne, J.,B. (1984). Phytochemical Methods .Penerjemah: Padmawinata,K., danSooediro, I. (1987).Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.Edisi 2. Bandung: ITB. Halaman 102-103, 147-149, 234.
Lata, N., dan Dubey, V. (2010). Preliminary Phytochemical Screening of Eichhornia crassipes: The World’s Worst Aquatic Weed. Journal of Pharmacy Research3(6).
Mwine, J., Van Damme, P., Hastilestari, B.R., Papenbrock, J. (1999). The Miracle Tree: Curent Status of Knowledge.Uganda: Uganda Martyrs University. Halaman 4-6.
Robinson, T.(1991).The Organic Constituents of Higher Plant. Penerjemah: Padmawinata, K. (1995) .Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Halaman 123-157, 191.
Rohman, A. (2009). Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 51.
Roslizawaty., Ramadani, N.Y., Fakhrurrazi., dan Herialfian. (2013). Aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan rebusan sarang semut (Myrenecodia sp.) terhadap bakteri Escherichia coli.Jurnal medika veterinaria 7(2): 91-93. Saifudin, A., Rahayu, V., dan Teruna, H.Y. (2011). Standarisasi Bahan Obat
Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 1-2.
Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 11-12, 22-23.
Sastrohamidjojo,H. (1991). Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 22-36.
Sarker, S.D., Zahid L., dan Alexander, I.G. (2006).Natural Products Isolation.Edisi Kedua.New Jersey: Humana Press Inc. Halaman 332.
Setiorini, M. S., Soegihardjo C.,J , Atmojo K. (2014). Potensi Antimikroba Krim Ekstrak Ranting Patah Tulang(Euphorbia Tirucalli Linn.) terhadap Propionibacterium Acnes ATCC 11827 dan Candica Albicans ATCC 24433. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Halaman 2-7. Sirait, M. (2007).Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: ITB. Halaman
158.
Stahl, E. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwany Soediro. Bandung: ITB. Halaman 3-18.
38
Supriyanto dan Luviana, L.A.I. (2010). Pengaruh Pemberian Getah Tanaman Patah Tulang Secara Topikal terhadap Gambaran Histopatologis dan Ketebalan Lapisan Keratin Kulit.Semarang: Universitas Negeri Semarang. Halaman1.
.
Wagner, H., Bladt, s., dan Zyainski, E., M. (1984).Plant Drug Analysis a Thin Layer Chromatography Atlas.Translated by Th. A. Scott. New York: Springer Verlay. Halaman 301.
World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medicinal Plant Material. Switzerland: WHO. Halaman 19-25.
40
41
42 Lampiran 3.Bagan kerja penelitian
Batang Patah tulang
Dibersihkan dengan air mengalir Ditiriskan
Dipotong
Dikeringkan dilemari pengering Diserbuk
43 Lampiran 3. Lanjutan
Serbuk simplisia
dimasukkan ke dalam wadah
dimasukkan n-heksan sampai serbuk terendam sempurna
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk
disaring
Maserat Ampas
dimaserasi kembali dengan pelarut n-heksan
dienap tuang
Maserat Ampas
diuapkan dengan rotary evaporator pada 40oC Ekstrak n-heksan kental
44 Lampiran 3. Lanjutan
Ekstrak n-heksan kental
Kromatogram
Isolat murni
Spektrum Di KLT:
- fase gerak : n-heksana-etilasetat (90:10), (80:20), (70:30)
- fase diam = plat lapis tipis
Di KLT preparatif:
- fase gerak : n-heksana-etilasetat (80:20)
- fase diam : silikagel 60 F254
Kromatogram
Isolat-isolat
Diisolasi secara KLT
preparatif kemudian di KLT satu arah dan dua arah Isolat
Dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV dan IR Noda (ungu) dikerok
45
Lampiran 4. Gambar kromatogram ekstrak n-heksana batang patah tulang
70 : 30 80 : 20 90 : 10
Keterangan : Fase gerak n-heksanaetilasetatdanfasediam plat lapis tipis, jarak rambat 8 cm, TP = 1 cm, BP= 1 cm.
TP = titik penotolan, BP = batas penotolan
46
Lampiran 5.Gambar kromatogram dari ekstrak n-heksan
B
Keterangan: TP = titikpenotolan, BP = bataspenotolan
Dilihatsetelahpenyemprotandengan Liebermann-bourchard Gambar 3:Gambar kromatogram dari ekstrak n-heksan
BP
47
Lampiran 6.Gambar kromatogram KLT satuarahdanduaarah
A
B
Keterangan : TP = titik penotolan, BP = batas penotolan
A. KLT satu arah n-heksana:etilasetat = 8 ml:2 ml(Rf 0,78) B. KLT dua arah n-heksana:etil asetat = 8 ml : 2 ml (Rf 0,78) Toluen : etil asetat = 9 ml : 1 ml
Gambar 4:Gambar kromatogram KLT satuarahdanduaarah TP
BP
BP
48
Lampiran 7.Gambar alat spektrofotometer yang digunakan analisis isolat murni
A
B
Keterangan : A. Spektrofotometer ultraviolet B. Spektrofotometer inframerah
49
Lampiran 8. Gambar spektrum senyawa triterpenoid hasil isolasi dengan spektrofotometer ultraviolet.
Gambar 8:Gambar spektrum senyawa triterpenoid hasil isolasi dengan spektrofotometer ultraviolet
50
Lampiran 9. Gambar spektrum senyawa triterpenoid hasil isolasi dengan spektrofotometer inframerah isolat
Tabel hasil analisis spektrum inframerah dengan isolat murni triterpen No. Bilangan gelombang (cm-1) Ikatan kimia / gugus fungsi
1 1720,50 C=O
2 2935,66 -CHalifatik
3 1377,17 -CH3
4 1107,14 C-H
5 3429,43 -OH
Gambar 7:Gambar spektrum senyawa triterpenoid hasil isolasi dengan spektrofotometer inframerah isolat
51 Lampiran 10.Perhitungan hasil penetapan kadar a. Perhitungan hasil penetapan kadar air
No. Berat sempel Volume air
1 5,012 g 0,3 ml
2 5,013 g 0,3 ml
3 5,034 g 0,3 ml
Kadar air =volume air (ml)
berat sampel (g)
� 100%
1. Kadar air = 0,3 5,012x
100%
= 5,98 %v b�2.
Kadar air = 0,3 5,013x
100%
= 5,98 %v b� 3. Kadar air = 0,3 5,034x
100%
= 5,95 %v b�Kadar air rata – rata = 5,98%+5,98%+5,95%
3 = 6,64%v b�
b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air
No. Berat sampel Berat sari
1 5,004 g 0,166 g
2 5,025 g 0,195 g
3 5,053 g 0,163 g
Kadar sari larut air = berat sari
berat sampel x
100
20 x 100% 1. Kadar sari larut air = 0,166
5,004 x 100
20 x 100% = 16,59% 2. Kadar sari larut air = 0,195
5,025 x 100
20 x 100% = 19,40% 3. Kadar sari larut air = 0,163
5,053 x 100
20 x 100% = 16,12%
Kadar sari larut air rata – rata = 16,59%+19,40%+16,12%
52
c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
No. Berat sempel Berat sari
1 5,004 g 0,142 g
2 5,020 g 0,104 g
3 5,001 g 0,124 g
1. Kadar sari larut etanol
=
0,1425,004
x
10020
x
100% =
13,94% 2. Kadar sari larut etanol=
0.1045,020
x
10020
x
100%=
10.35% 3. Kadar sari larut etanol=
0,1245,001
x
10020
x
100% = 12.39% Kadar sari larut etanol rata-rata = 13,94%+10,35%+12,39%3 = 12,22% d. Perhitungan hasilpenetapankadarabu total
No. Berat sampel Berat abu
1 2,0010 g 0,0649 g
2 2,0015 g 0,0660 g
3 2,0010 g 0,0662 g
1. Kadar abu total
=
0,06492,0010
x
100% =3,24%2. Kadar abu total
=
0,06602,0015
x
100% = 3,29%3. Kadar abu total
=
0,06622,0010
x
100% = 3,21% Kadarabu total rata-rata = 3,24%+3,29%+3,21%3 =3,21%
e. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
No. Berat sempel Berat abu
1 2,0010 g 0,0172 g
2 2,0015 g 0,0155 g
3 2,0012 g 0,0143 g
Kadar sari larut etanol = berat sari
berat sempel
x
10020
x 100%
Kadar abu total
=
berat abu53 1. Kadar abu tidak larut asam
=
0,01722,0010
x
100% = 0,86%2. Kadar abu tidak larut asam
=
0,01552,0015
x
100% = 0,77%3.Kadar abu tidak larut asam
=
0,01432,0012
x
100% = 0,71% Kadarabu tidak larut asam rata-rata= 0,84%+0.77%+0,71%3 = 0,78%
Kadar abu tidak larut dalam asam = berat abu