• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian dibandingkan antara unjuk kerja mesin diesel generator set dengan sistem

dual fuel terhadap sistem single fuelsupercharged agar dapat dilihat sejauh mana perubahan karakter unjuk kerja terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum sistem dual fuel solar dan syngas batubara dengan penambahan

syngas batubara sebagai bahan bakar dapat menggantikan porsi minyak solar (solar tersubstitusi) hingga rata-rata 55,59 % pada tekanan syngas 1,5 bar dan pada tekanan ini hasil tertinggi dicapai pada saat beban listrik 4 kW, yaitu 57,24 % sedangkan pada saat beban listrik penuh mencapai 54,2 %.

2. Secara keseluruhan konsumsi minyak solar pada sistem dual fuel berkurang hingga rata-rata 42,2 % dari rata-rata konsumsi solar 2,16 liter/h pada single fuel supercharged. Sedangkan konsumsi solar terkecil pada saat tekanan

syngas 1,5 bar, yaitu rata-rata sebesar 44,17 %.

3. Nilai sfc sistem dual fuel mengalami peningkatan hingga rata-rata 11,52 kali lipat dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged, kemudian sfc sistem dual fuel terkecil diperoleh pada saat tekanan syngas 0,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 1,5 kg/kW.h.

4. Nilai sfc solar sistem dual fuel mengalami penurunan hingga rata-rata 40,09 % dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged dan scf solar terkecil didapat pada saat tekanan syngas 1,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 0,11 kg/kW.h.

5. Dengan penambahan supercharger, mass flowrate udara dan AFR pada sistem

single fuelsupercharged mengalami peningkatan rata-rata 22,47 % dan 25,75 % dari kondisi standar (naturally aspirated).

88

6. Mass flowrate udara pada sistem dual fuel mengalami penurunan yang cukup besar hingga rata-rata 40,51 % dari mass flowrate udara pada sistem single fuel supercharged.

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian dibandingkan antara unjuk kerja mesin diesel generator set dengan sistem

dual fuel terhadap sistem single fuelsupercharged agar dapat dilihat sejauh mana perubahan karakter unjuk kerja terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum sistem dual fuel solar dan syngas batubara dengan penambahan

syngas batubara sebagai bahan bakar dapat menggantikan porsi minyak solar (solar tersubstitusi) hingga rata-rata 55,59 % pada tekanan syngas 1,5 bar dan pada tekanan ini hasil tertinggi dicapai pada saat beban listrik 4 kW, yaitu 57,24 % sedangkan pada saat beban listrik penuh mencapai 54,2 %.

2. Secara keseluruhan konsumsi minyak solar pada sistem dual fuel berkurang hingga rata-rata 42,2 % dari rata-rata konsumsi solar 2,16 liter/h pada single fuel supercharged. Sedangkan konsumsi solar terkecil pada saat tekanan

syngas 1,5 bar, yaitu rata-rata sebesar 44,17 %.

3. Nilai sfc sistem dual fuel mengalami peningkatan hingga rata-rata 11,52 kali lipat dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged, kemudian sfc sistem dual fuel terkecil diperoleh pada saat tekanan syngas 0,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 1,5 kg/kW.h.

4. Nilai sfc solar sistem dual fuel mengalami penurunan hingga rata-rata 40,09 % dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged dan scf solar terkecil didapat pada saat tekanan syngas 1,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 0,11 kg/kW.h.

5. Dengan penambahan supercharger, mass flowrate udara dan AFR pada sistem

single fuelsupercharged mengalami peningkatan rata-rata 22,47 % dan 25,75 % dari kondisi standar (naturally aspirated).

88

6. Mass flowrate udara pada sistem dual fuel mengalami penurunan yang cukup besar hingga rata-rata 40,51 % dari mass flowrate udara pada sistem single fuel supercharged.

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian dibandingkan antara unjuk kerja mesin diesel generator set dengan sistem

dual fuel terhadap sistem single fuelsupercharged agar dapat dilihat sejauh mana perubahan karakter unjuk kerja terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum sistem dual fuel solar dan syngas batubara dengan penambahan

syngas batubara sebagai bahan bakar dapat menggantikan porsi minyak solar (solar tersubstitusi) hingga rata-rata 55,59 % pada tekanan syngas 1,5 bar dan pada tekanan ini hasil tertinggi dicapai pada saat beban listrik 4 kW, yaitu 57,24 % sedangkan pada saat beban listrik penuh mencapai 54,2 %.

2. Secara keseluruhan konsumsi minyak solar pada sistem dual fuel berkurang hingga rata-rata 42,2 % dari rata-rata konsumsi solar 2,16 liter/h pada single fuel supercharged. Sedangkan konsumsi solar terkecil pada saat tekanan

syngas 1,5 bar, yaitu rata-rata sebesar 44,17 %.

3. Nilai sfc sistem dual fuel mengalami peningkatan hingga rata-rata 11,52 kali lipat dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged, kemudian sfc sistem dual fuel terkecil diperoleh pada saat tekanan syngas 0,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 1,5 kg/kW.h.

4. Nilai sfc solar sistem dual fuel mengalami penurunan hingga rata-rata 40,09 % dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged dan scf solar terkecil didapat pada saat tekanan syngas 1,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 0,11 kg/kW.h.

5. Dengan penambahan supercharger, mass flowrate udara dan AFR pada sistem

single fuelsupercharged mengalami peningkatan rata-rata 22,47 % dan 25,75 % dari kondisi standar (naturally aspirated).

88

6. Mass flowrate udara pada sistem dual fuel mengalami penurunan yang cukup besar hingga rata-rata 40,51 % dari mass flowrate udara pada sistem single fuel supercharged.

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian dibandingkan antara unjuk kerja mesin diesel generator set dengan sistem

dual fuel terhadap sistem single fuelsupercharged agar dapat dilihat sejauh mana perubahan karakter unjuk kerja terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum sistem dual fuel solar dan syngas batubara dengan penambahan

syngas batubara sebagai bahan bakar dapat menggantikan porsi minyak solar (solar tersubstitusi) hingga rata-rata 55,59 % pada tekanan syngas 1,5 bar dan pada tekanan ini hasil tertinggi dicapai pada saat beban listrik 4 kW, yaitu 57,24 % sedangkan pada saat beban listrik penuh mencapai 54,2 %.

2. Secara keseluruhan konsumsi minyak solar pada sistem dual fuel berkurang hingga rata-rata 42,2 % dari rata-rata konsumsi solar 2,16 liter/h pada single fuel supercharged. Sedangkan konsumsi solar terkecil pada saat tekanan

syngas 1,5 bar, yaitu rata-rata sebesar 44,17 %.

3. Nilai sfc sistem dual fuel mengalami peningkatan hingga rata-rata 11,52 kali lipat dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged, kemudian sfc sistem dual fuel terkecil diperoleh pada saat tekanan syngas 0,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 1,5 kg/kW.h.

4. Nilai sfc solar sistem dual fuel mengalami penurunan hingga rata-rata 40,09 % dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged dan scf solar terkecil didapat pada saat tekanan syngas 1,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 0,11 kg/kW.h.

5. Dengan penambahan supercharger, mass flowrate udara dan AFR pada sistem

single fuelsupercharged mengalami peningkatan rata-rata 22,47 % dan 25,75 % dari kondisi standar (naturally aspirated).

88

6. Mass flowrate udara pada sistem dual fuel mengalami penurunan yang cukup besar hingga rata-rata 40,51 % dari mass flowrate udara pada sistem single fuel supercharged.

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian dibandingkan antara unjuk kerja mesin diesel generator set dengan sistem

dual fuel terhadap sistem single fuelsupercharged agar dapat dilihat sejauh mana perubahan karakter unjuk kerja terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum sistem dual fuel solar dan syngas batubara dengan penambahan

syngas batubara sebagai bahan bakar dapat menggantikan porsi minyak solar (solar tersubstitusi) hingga rata-rata 55,59 % pada tekanan syngas 1,5 bar dan pada tekanan ini hasil tertinggi dicapai pada saat beban listrik 4 kW, yaitu 57,24 % sedangkan pada saat beban listrik penuh mencapai 54,2 %.

2. Secara keseluruhan konsumsi minyak solar pada sistem dual fuel berkurang hingga rata-rata 42,2 % dari rata-rata konsumsi solar 2,16 liter/h pada single fuel supercharged. Sedangkan konsumsi solar terkecil pada saat tekanan

syngas 1,5 bar, yaitu rata-rata sebesar 44,17 %.

3. Nilai sfc sistem dual fuel mengalami peningkatan hingga rata-rata 11,52 kali lipat dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged, kemudian sfc sistem dual fuel terkecil diperoleh pada saat tekanan syngas 0,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 1,5 kg/kW.h.

4. Nilai sfc solar sistem dual fuel mengalami penurunan hingga rata-rata 40,09 % dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged dan scf solar terkecil didapat pada saat tekanan syngas 1,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 0,11 kg/kW.h.

5. Dengan penambahan supercharger, mass flowrate udara dan AFR pada sistem

single fuelsupercharged mengalami peningkatan rata-rata 22,47 % dan 25,75 % dari kondisi standar (naturally aspirated).

88

6. Mass flowrate udara pada sistem dual fuel mengalami penurunan yang cukup besar hingga rata-rata 40,51 % dari mass flowrate udara pada sistem single fuel supercharged.

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian dan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian dibandingkan antara unjuk kerja mesin diesel generator set dengan sistem

dual fuel terhadap sistem single fuelsupercharged agar dapat dilihat sejauh mana perubahan karakter unjuk kerja terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum sistem dual fuel solar dan syngas batubara dengan penambahan

syngas batubara sebagai bahan bakar dapat menggantikan porsi minyak solar (solar tersubstitusi) hingga rata-rata 55,59 % pada tekanan syngas 1,5 bar dan pada tekanan ini hasil tertinggi dicapai pada saat beban listrik 4 kW, yaitu 57,24 % sedangkan pada saat beban listrik penuh mencapai 54,2 %.

2. Secara keseluruhan konsumsi minyak solar pada sistem dual fuel berkurang hingga rata-rata 42,2 % dari rata-rata konsumsi solar 2,16 liter/h pada single fuel supercharged. Sedangkan konsumsi solar terkecil pada saat tekanan

syngas 1,5 bar, yaitu rata-rata sebesar 44,17 %.

3. Nilai sfc sistem dual fuel mengalami peningkatan hingga rata-rata 11,52 kali lipat dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged, kemudian sfc sistem dual fuel terkecil diperoleh pada saat tekanan syngas 0,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 1,5 kg/kW.h.

4. Nilai sfc solar sistem dual fuel mengalami penurunan hingga rata-rata 40,09 % dari rata-rata 0,275 kg/kW.h pada sistem single fuel supercharged dan scf solar terkecil didapat pada saat tekanan syngas 1,5 bar dengan beban listrik penuh, yaitu 0,11 kg/kW.h.

5. Dengan penambahan supercharger, mass flowrate udara dan AFR pada sistem

single fuelsupercharged mengalami peningkatan rata-rata 22,47 % dan 25,75 % dari kondisi standar (naturally aspirated).

88

6. Mass flowrate udara pada sistem dual fuel mengalami penurunan yang cukup besar hingga rata-rata 40,51 % dari mass flowrate udara pada sistem single fuel supercharged.

5.2 Saran

Dari serangkaian pengujian, perhitungan, dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk dikaji sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut pada alat penambah/sistem pasokan udara untuk pengoperasian generator set sistem dual fuel, dikarenakan mass flowrate

udara mengalami penurunan yang cukup besar dibanding saat pengoperasian dengan sistem single fuel.

2. Perlu dilakukan pengujian dengan variasi tekanan udara bakar agar didapat AFR yang optimal, dikarenakan AFR pada sistem dual fuel masih di bawah kisaran operasional yang ideal atau dengan kata lain jumlah udara bakar sangat kurang/sedikit.

3. Untuk pengukuran aliran udara maupun syngas sebaiknya menggunakan venturimeter karena pada alat ini pressure drop yang dihasilkan lebih kecil dibanding menggunakan tabung pitot sehingga pengukuran lebih akurat.

91

LAMPIRAN A

DATA HASIL PENGUJIAN

1. Data unjuk kerja mesin diesel generator set dengan bahan bakar solar dengan pasokan udara naturally aspirated (N/A).

Beban

Listrik AFR Ne Mt BMEP SFC Ƞth

kW kW kg.m kg/cm2 kg/kW.h % 0 101,82 4 61,04 3,35 2,18 4,62 0,36 22,1 8 42,21 6,53 4,23 8,99 0,268 29,76 12 30,28 9,74 6,32 13,42 0,25 31,87 15,5 23,37 12,13 7,87 16,71 0,26 30,63 Rata-rata 51,74 7,94 5,15 10.93 0,285 28,59

2. Data unjuk kerja mesin diesel generator set dengan bahan bakar solar dengan pasokan udara menggunakan supercharger (S/C).

Beban

Listrik AFR Ne Mt BMEP SFC Ƞ

th kW kW kg.m kg/cm2 kg/kW.h % 0 128,79 4 77,39 3,4 2,21 4,69 0,343 23,24 8 52,28 6,68 4,33 9,2 0,259 30,8 12 37,67 9,7 6,29 13,36 0,247 32,22 15,5 29,2 12,4 8,05 17,09 0,249 31,96 Rata-rata 65,07 8,05 5,22 11,08 0,275 29,56

92

3. Data unjuk kerja mesin diesel generator set dengan bahan bakar ganda solar dan syngas batubara dengan tekanan gas masuk 0,5 bar.

Beban

Listrik AFR Ne Mt BMEP

SFC Fuel

Subs. Ƞth

Dual Solar Gas

kW kW kg.m kg/cm2 kg/kW.h % % 0 4,52 4 4,41 3,43 2,23 4,72 4,873 0,261 4,612 23,75 10,72 8 4,34 6,63 4,3 9,14 2,559 0,175 2,385 32,49 18,8 12 4,21 9,75 6,33 13,43 1,795 0,172 1,623 30,26 23,3 15,5 4 12,38 8,03 17,06 1,489 0,212 1,277 15,1 23,09 Rata-rata 4,3 8,05 5,22 11,09 2,679 0,205 2,474 25,4 18,98

4. Data unjuk kerja mesin diesel generator set dengan bahan bakar ganda solar dan syngas batubara dengan tekanan gas masuk 1 bar.

Beban

Listrik AFR Ne Mt BMEP

SFC Fuel

Subs. Ƞth

Dual Solar Gas

kW kW kg.m kg/cm2 kg/kW.h % % 0 2,91 4 2,85 3,44 2,23 4,74 5,318 0,182 5,136 46,95 11,09 8 2,79 6,54 4,24 9 2,861 0,155 2,706 40,02 18,2 12 2,71 9,71 6,3 13,38 1,982 0,162 1,821 34,63 22,65 15,5 2,6 12,41 8,05 17,09 1,619 0,193 1,425 22,49 23,29 Rata-rata 2,77 8,02 5,21 11,05 2,945 0,173 2,772 36,02 18,81

93

5. Data unjuk kerja mesin diesel generator set dengan bahan bakar ganda solar dan syngas batubara dengan tekanan gas masuk 1,5 bar.

Beban

Listrik AFR Ne Mt BMEP

SFC Fuel

Subs. Ƞth

Dual Solar Gas

kW kW kg.m kg/cm2 kg/kW.h % %

0 Putaran mesin terendah 1642 rpm

4 2,43 3,38 2,19 4,66 6,335 0,147 6,188 57,24 10,05

8 2,41 6,58 4,27 9,06 3,297 0,116 3,181 55,34 17,79

12 2,37 9,75 6,33 13,44 2,258 0,113 2,145 54,2 23,62

15,5 Temperatur mesin mencapai 98 oC

Rata-rata

2,4 6,57 4,26 9,05 3,963 0,125 3,838 55,59 17,15

6. Data unjuk kerja mesin diesel generator set dengan bahan bakar ganda solar dan syngas batubara dengan tekanan gas masuk 2 bar.

Beban

Listrik AFR Ne Mt BMEP

SFC Fuel

Subs. Ƞth

Dual Solar Gas

kW kW kg.m kg/cm2 kg/kW.h % %

0 Putaran mesin terendah 1978 rpm

4 2,25 3,38 2,19 4,65 4,851 0,167 4,685 51,41 12,15

8 2,2 6,56 4,26 9,04 2,56 0,149 2,411 42,51 19,89

12 2,14 9,66 6,27 13,31 1,786 0,149 1,637 39,8 24,91

15,5 Generator set trip

Rata-rata

94

95

LAMPIRAN B

96

97

LAMPIRAN C

98

89

DAFTAR PUSTAKA

Azimov, U., Tomita, E., Kawahara, N. and Harada, Y. (2011), Effect of Syngas Composition on Combustion and Exhaust Emission Characteristics in A Pilot-Ignited Dual-Fuel Engine Operated in PREMIER Combustion Mode, International Journal of Hydrogen Energy, vol. 36, no. 18.

Bedoya, I.D. (2009), Effect of Mixing System and Pilot Fuel Quality on Diesel-Biogas Dual Fuel Engine Performance, Bioresearch Technology, Colombia. Bergman, T.L., Lavine, A.S., Incropera, F.P. dan Dewitt, D.P. (2011), Introduction

to Heat Transfer, 6th Edition, John Wiley and Sons, Denver.

Fox, R.W., McDonald A.T. dan Pritchard, P.J. (2003), Introduction to Fluids Mechanics, 6th Edition, John Wiley and Sons, Denver.

Heywood, J.B. (1988), Internal Combustion Engine, Mc.Graw Hill, London. http://energyefficiencyasia.org, 20 Juni 2011.

https://elearning.pln-pusdiklat.co.id, Teknik Listrik Terapan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, PT PLN (Persero).

Luft, S. (2008), Attempt to Compare Basic Combustion Parameters of A Dual-Fuel Compression Ignition Engine for Various Main Fuels and Their Delivery Modes, Wydawnictwo Politechniki Krakowskiej, Krakowskiej.

Mathur, M.I. dan Sharma R.P. (1980), A Course in Internal Combustion Engine, 3rd Edition, Dhanpat Rai and Sons, Nai Sarak, Delhi.

Nasution, A.S. (2010), Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin dan Solar Ramah Lingkungan, Pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi, Jakarta.

90

Praptijanto, A.B., Santoso, W. dan Putrasari, Y. (2009), Simulasi Uji Performance pada Motor Diesel Injeksi Langsung (1 Silinder) 677 CC Menggunakan Bahan Bakar Dual Fuel (Diesel-Sekam Padi), Lab. Motor Bakar Puslit Telimek, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung.

Santoso, A.B. (2013), Karakterisasi Unjuk Kerja Mesin Diesel Generator Set Sistem Dual Fuel Solar dan Biogas dengan Penambahan Fan Udara sebagai Penyuplai Udara, Surabaya.

Sauliar, J.N. (2010), Desain Mekanisme Sistem Dual-Fuel dan Uji Unjuk Kerja Motor Diesel Stasioner Menggunakan Gas Hasil Gasifikasi dan Minyak Solar, Jurusan Teknik Mesin FTI–ITS, Surabaya.

Sudarmanta, B. (2011), Aplikasi Proses Gasifikasi pada Sistem Dual Fuel Engine, Presentasi: Gasifikasi untuk PT. Pelindo, Surabaya.

Sudarmanta, B. (2009), Dual Fuel Engine Performance Using Biodiesel and Syn-gas from Rice Husk Downdraft Gasification for Power Generation, dalam International Seminar on Sustainable Biomass Production and Utilization: Callenges and Oportunities.

Sugiyono, A., Permana, A.D., Boedoyo, M.S. dan Adiarso (2013), Pengembangan Energi dalam Mendukung Sektor Transportasi dan Industri Pengolahan Mineral, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Sungkono, K.D. (2011), Motor Bakar Torak (Diesel), Jurusan Teknik Mesin FTI– ITS, Surabaya.

Suyitno (2008), Teknologi Gasifikasi Biomasa untuk Penyediaan Listrik dan Panas Skala Kecil Menengah, Dalam Kumpulan Potret Hasil Karya IPTEK. UNS Press. Surakarta.

Tippawong, N.A., Promwungkwa, P., Rerkkriangkrai (2006), Long-term Operation of A Small Biogas/Diesel Dual Fuel Engine for On-farm Electricity Generation, Chiang Mai University, Thailand.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Dokumen terkait