BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, apoteker harus lebih menunjukkan jati dirinya sebagai seorang profesional untuk lebih mengoptimalkan terapi obat
dengan mencapai outcome yang nyata ke arah peningkatan kualitas hidup pasien. Seorang apoteker juga harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
DAFTAR ACUAN
Anief, M. Manajemen farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2001. Dessele, Shahne & Zgarrick, David. (2009). Pharmacy management : Essentials
for all practice settings. New York : Mc Graw Hill
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/V/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 Tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2396/A/SK/VII/86 Tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997
Tentang Narkotika. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Quick, J.D. (1997). Managing drug supply: The selection, procurement,
distribution, and use of pharmaceuticals (2nd ed.). Connecticut: Kumarian Press, 629-639.
Lampiran 1. Kartu stok obat
Lampiran 3. Salinan / copy resep
Lampiran 6. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) PT. KIMIA FARMA APOTEK
APOTEK No.298 Benhil
BON PERMINTAAN BARANG APOTEK
NOMOR BPBA : TANGGAL :
No. Nama Obat
Ktgr Stock Avg.Jual Jumlah Kemasan Jml.brg Hrg.Satuan Jml. Pembayaran
Total
Lampiran 7. Bukti dropping barang PT. Kimia Farma Apotek
Kantor BM Jaya 1 JL. ST. Hasanuddin No 1 JAKARTA 12160
DROPING KE : APT. KF NO. 298
TAHUN DROPING : TAHUN BPBA:
NOMOR DROPING: NOMOR BPBA:
TANGGAL DROPING:
No. Nama
Lampiran 11. Rekapitulasi laporan psikotropika
Nama Satuan Saldo Awal
Pemasukan Penggunaan Saldo
Akhir Dari Jumlah Untuk Jumlah
Laporan Psikotropika Bulan Agustus Tahun 2011
Unit Layanan : KIMIA FARMA BENHIL
Data ini sudah diverifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek: ADHITIA S.Si.,Apt Tanggal :
Lampiran 12. Rekapitulasi laporan narkotika
Nama Satuan Saldo
Awal
Pemasukan Penggunaan Saldo
Akhir
Dari Jumlah Untuk Jumlah
Laporan Narkotika Bulan Agustus Tahun 2011
Unit Layanan : KIMIA FARMA BENHIL
Data ini sudah diverifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek: ADHITIA S.Si.,Apt Tanggal :
PENYAKIT DAN PENGOBATAN MALARIA
TUGAS KHUSUS
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
INDAH PURNAMA SETIAWAN PUTRI, S.Farm. 1306343694
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2014
PENYAKIT DAN PENGOBATAN MALARIA
TUGAS KHUSUS
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
INDAH PURNAMA SETIAWAN PUTRI, S.Farm. 1306343694
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2014
PENYAKIT DAN PENGOBATAN MALARIA
TUGAS KHUSUS
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
INDAH PURNAMA SETIAWAN PUTRI, S.Farm. 1306343694
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2014
HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Malaria ... 3 2.2 Vektor Malaria ... 4 2.3 Parasit Malaria ... 6 2.4 Patologi dan Gejala Klinis ... 12 2.5 Diagnosis ... 16 2.6 Terapi Farmakologi ... 18 2.7 Terapi Non-Farmakologi ... 19 2.8 Pencegahan dan Pemberantasan ... 19 2.9 Resistensi Malaria ... 20
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ... 22
3.1 Lokasi dan Waktu ... 22 3.2 Metode Pengkajian ... 22 3.3 Pengolahan Data ... 22
BAB 4 PEMBAHASAN ... 23
4.1 Lini Terapi Malaria ... 23 4.2 Contoh Obat Malaria ... 25
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1 Kesimpulan ... 36 5.2 Saran ... 36
DAFTAR ACUAN ... 37 LAMPIRAN ... 38
Gambar 2.1. Morfologi nyamuk Anopheles ... 4 Gambar 2.2. Daur hidup Plasmodium ... 6 Gambar 4.1. Struktur kimia pirimetamin ... 25 Gambar 4.2. Struktur kimia proguanil ... 26 Gambar 4.3. Struktur kimia primakuin ... 27 Gambar 4.4. Struktur kimia klorokuin ... 28 Gambar 4.5. Struktur kimia kina ... 30 Gambar 4.6. Sediaan Camoquin ... 32 Gambar 4.7. Sediaan Fansidar ... 33
Lampiran 1. Penatalaksanaan malaria tanpa komplikasi ... 38 Lampiran 2. Penatalaksanaan malaria pada ibu hamil ... 39
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah tersebut.
Penyebaran yang luas serta kemampuan untuk menginfeksi yang tinggi menyebabkan penyakit ini sulit untuk dikendalikan. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahun dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara sedang berkembang. Penyakit ini setiap tahun terjadi 300 – 500 juta kasus yang menyebabkan 2 juta kematian (1 dalam 30 detik) dan lebih dari 90% penderita adalah anak balita (Tetriana, 2007). Terhitung bahwa 0,9 – 2,3 juta kematian pada anak di sebabkan oleh malaria yang terjadi di sub Sahara Afrika (Vilamor et al., 2003). Angka kematian bayi dan anak di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia hampir 10 kali lipat dari angka kematian bayi dan anak di negara maju. Setiap tahun 12 juta anak meninggal sebelum usia 5 tahun, 70 % di antaranya meninggal karena pneumonia, diare, malaria, campak malnutrisi dan juga komplikasi dari penyakit/keadaan tersebut di atas (Heryati, 2002).
Berdasarkan The World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia termasuk Eropa Timur. Secara keseluruhan terdapat 3,2 miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika yaitu di sebelah selatan Sahara dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria dan malaria muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia, sebagai
salah satu negara yang masih berisiko Malaria (Risk-Malaria), pada tahun 2009, terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis dan 350 ribu kasus di antaranya dikonfirmasi positif. Sedangkan tahun 2010 menjadi 1,75 juta kasus dan 311 ribu di antaranya dikonfirmasi positif. Sampai tahun 2010 masih terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan peningkatan kasus malaria di 8 propinsi, 13 kabupaten, 15 kecamatan, 30 desa dengan jumlah penderita malaria positif sebesar 1256 penderita, 74 kematian. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009, dimana terjadi KLB di 7 propinsi, 7 kab, 7 kec dan 10 desa dengan jumlah penderita 1107 dengan 23 kematian. Penyakit malaria menarik untuk dipelajari mengingat masih tingginya angka mortalitas dan morbiditasnya di Indonesia.
1.2 Tujuan
Laporan tugas khusus ini bertujuan untuk:
a. Memahami secara umum mengenai penyakit malaria, antara lain etiologi, gejala dan diagnosis penyakit.
2.1 Malaria
2.1.1 Sejarah dan Hospes Penyakit Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Keempat spesies tersebut adalah parasit malaria yang menyebabkan malaria pada manusia. Beberapa spesies Plasmodium lainnya adalah Plasmodium knowlesi menyerupai Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae, Plasmodium
rodhaini pada simpanse di Afrika dan Plasmodium brasilianum pada kera di
Amerika Selatan yang menyerupai Plasmodium malariae.
Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Gejala klinis penyakit malaria khas dan mudah dikenal, karena demam yang naik turun dan teratur desertai menggigil. Selain itu ditemukan kelainan limpa yaitu splenomegali, limpa membesar dan menjadi keras, sehingga dahulu penyakit malaria disebut juga sebagai demam kura. Malaria diduga disebabkan oleh hukuman dewa, karena pada waktu itu ada wabah di sekitar kota Roma. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah rawa yang mengeluarkan bau busuk ke sekitarnya, sehingga disebut “malaria” (mal aria = udara buruk = bad air).
Pada abad ke-19, Laveran menemukan stadium gametosit berbentuk pisang dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian Ross (1897), menemukan bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di sekitar rawa. Tahun 1938 Countess d’El Chinchon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari penyakit malaria dengan kulit pohon kina, kejadian ini yang menyebabkan nama quinine diganti dengan cinchona.
2.1.2 Distribusi Geografik Penyakit Malaria
Malaria ditemukan 64o lintang utara sampai 32olintang selatan, dan dari daerah rendah 400 m di bawah permukaan laut sampai 2600-2800 km di atas
permukaan laut. Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh kepulauan, terutama di kawasan timur Indonesia.
2.2 Vektor Malaria
Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vektor malaria hanyalah genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus Anopheles Jumlahnya ± 2000 spesies, 60 spesies di antaranya sebagai vektor malaria. Jumlah nyamuk anophelini di Indonesia ± 80 spesies dan 16 spesies telah dibuktikan berperan sebagai vektor malaria, yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain bergantung pada bermacam-macam faktor, seperti penyebaran geografik, iklim dan tempat perindukan.
Gambar 2.1. Morfologi nyamuk Anopheles.
2.2.1 Daur Hidup Nyamuk Anopheles
Nyamuk anophelini mengalami metamorfosis sempurna. Telur menetas menjadi larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali; lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara. Tempat perindukan nyamuk anophelini bermacam-macam tergantung kepada spesies dan dapat dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman, kaki gunung dan kawasan gunung.
Di kawasan pantai dengan tanaman bakau di danau pantai atau laguna (lagoon), rawa dan empang sepanjang pantai, ditemukan Anopheles sundaicus. Selain An. sundaicus, dapat juga ditemukan An. subpictus di tempat perindukan tersebut terutama danau di pantai dan empang. Di kawasan pedalaman yang ada sawah, rawa, emapang, saluran irigasi dan sungai ditemukan An. conitus, An.
barbirostris, An. farauti, An. bancrofti, An. subpictus, An. nigerisrismus dan An. sinensis. Di kawasan kaki gunung ditemukan An. maculatus.
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur, jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 - 48 jam setelah keluarnya dari kepompong.
2.2.2 Perilaku Anophelini
Aktivitas nyamuk Anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu. Umumnya Anophelini aktif mengisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang Anophelini biasanya 0,5-3 km, tetapi dapat mencapai puluhan km karena dipengaruhi oleh transportasi (kendaraan, kereta api, kapal laut dan kapal terbang) dan kencangnya angin. Umur nyamuk dewasa Anophelini di alam bebas 1-2 minggu.
2.3 Parasit Malaria
2.3.1 Morfologi dan Daur Hidup Plasmodium
Daur hidup keempat spesies Plasmodium pada manusia umumnya sama. Proses tersebut terdiri atas fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk
Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrata. Fase
aseksual mempunyai 2 daur, yaitu:
a. Daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit).
b. Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati.
Hasil penelitian pada malaria primata menunjukkan bahwa ada dua populasi sporozoit yang berbeda, yaitu sporozoit yang secara langsung mengalami perumbuhan dan sporozoit yang tetap dormant selama periode tertentu (disebut hipnozoit), sampai menjadi aktif kembali dan mengalami skizogoni.
2.3.2 Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara) 2.3.2.1 Fase Jaringan
Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam peredaran darah dan setelah ½ - 1 jam masuk dalam sel hati. Banyak yang dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati (hepatosit) dan berkembang biak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit atau eksoeritrosit primer. Inti parasit membelah diri berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan ini disertai pembelahan sitoplasma yang mengelingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti satu dengan ukuran 1,0 sampai 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak ada reaksi di sekitar jaringan hati.
Fase ini berlangsung beberapa waktu, tergantung dari spesies parasit malaria. Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati tetapi beberapa difagositosis. Pada P. vivax dan P. ovale sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu (beberapa bulan sampai 5 tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses tersebut dianggap sebagai penyebab timbulnya relaps yaitu parasit ditemukan kembali dalam darah setelah pemberian obat skizontisida darah. P.falciparum dan
P.malariae tidak mempunyai fase eksoeritrosit sekunder, sehingga kekambuhannya disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik dan dikenal sebagai rekrudesensi. Hal ini dapat disebabkan skizontisid darah tidak seluruhnya mengeliminasi stadium parasit yang ada di sel darah merah, berkurangnya imunitas alami atau adanya varian parasit baru yang tidak dikenali hospes.
2.3.2.2 Fase Aseksual dalam Darah
Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi disebut masa pra-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit
malaria. Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai menyerang eritrosit. Sisi anterior merozoit melekat pada membran eritrosit, kemudian membran merozoit menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan invaginasi, membentuk vakuol dengan parasit berada di dalamnya. Seluruh proses ini berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Stadium termuda dalam darah disebut trofozoit, berbentuk bulat, kecil dan beberapa di antaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran, maka parasit muda disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan, bentuknya berubah menjadi tidak teratur. Parasit mencernakan hemoglobin dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin). Pigmen yang mengandung zat besi dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning kecoklatan hingga coklat kehitaman yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni. Inti parasit membelah diri menjadi sejumlah inti yang lebih kecil. Kemudian dilanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon. Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil, terdiri atas inti dan sitoplasma yang disebut merozoit. Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepasakan dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni berlangsung secara berulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan parasitemia yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh respons imun hospes.
Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit, misalnya sitoplasma bertitik-titik pada P.vivax. Perubahan ini khas untuk spesies parasit. Periode skizogoni juga berbeda-beda, tergantung spesiesnya. Daur skizogoni (fase eritrosit) berlangsung 48 jam pada P. vivax dan P. ovale, kurang dari 48 jam pada P. falciparum dan 72 jam pada P. malariae.
2.3.2.3 Fase Seksual dalam Darah
Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit tumbuh menjadi stadium seksual. Proses ini disebut gametogoni
(gametositogenesis). Stadium seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai spesies. Pada
P.falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang, pada spesies lain
bentuknya bulat. Pada semua spesies Plasmodium, gametosit betina
(makrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir pigmen.
2.3.3 Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif) 2.3.3.1 Eksflagelasi
Bila Anopheles mengisap darah hospes manusia yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4 - 8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung beberapa menit pada suhu yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut mikrogamet, makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk, mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang membentuk tonjolan kecil tempat masuk mikrogamet sehingga pembuahan dapat berlangsung. Hasil pembuahan disebut zigot.
2.3.3.2 Sporogoni
Pada permulaan, zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak, tetapi dalam waktu 18-24 jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak. Stadium seperti cacing ini berukuran panjang 8- 24 mikron dan disebut ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung melalui sel epitel ke permukaan luar lambung dan menjadi bentuk bulat, disebut ookista. Jumlah ookista pada lambung Anopheles berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus. Ookista makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan semi-trasnparan, berukuran
40-80 mikron dan mengandung butir-butir pigmen. Letak dan besar butir pigmen serta warnanya khas untuk tiap spesies Plasmodium. Bila ookista makin membesar hingga berdiameter 500 mikron dan intinya membelah, pigmen tidak tampak lagi. Inti yang sudah membelah dikelilingi protoplasma yang merupakan bentuk memanjang pada bagian tepi sehingga tampak sejumlah besar bentuk-bentuk yang kedua ujungnya runcing dengan inti di tengahnya (sporozoit) dan panjangnya 10-15 mikron. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur. Nyamuk sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk menghisap darah setelah menusuk kulit manusia, sporozoit masuk ke dalam luka tusuk dan mencapai aliran darah. Sporogoni yang dimulai dari pematangan gaemtosit sampai menjadi sporozoit infektif, berlangsung 8 sampai 35 hari, bergantung pada suhu lingkungan dan spesies parasit.
2.3.4 Cara Infeksi
Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit infektif dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu:
a. Secara alami melalui vektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk.
b. Secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya melalui transfusi, suntikan atau kongenital (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah plasenta).
2.3.5 Jenis Parasit a. Plasmodium vivax
Spesies Plasmodium ini menyebabkan penyakit “malaria tertiana
benigna” atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta
bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan sub tropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan oleh P.
dengan periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap eritrosit. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu. Plasmodium vivax hanya menyerang eritrosit muda (retikulosit), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang eritrosit yang masak. Skizogoni dalam eritrosit memakan waktu 48 jam. Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang terinfeksi parasit ini.
b. Plasmodium malariae
P. malariae menyebabkan demam yang muncul kembali pada interval
sekitar tiga hari (demam kuartana), lebih lama dari interval hari parasit malaria yang lain, maka nama lainnya adalah malaria kuartana. Plasmodium malariae adalah yang spesies yang paling sering dipelajari dari empat spesies yang menginfeksi manusia, sebagian karena prevalensi rendah dan manifestasi klinis