• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Sebaiknya dilakukan sosialisasi kembali sistem pelaporan narkotika dan psikotropika terbaru secara online yaitu dengan SIPNAP agar penanggung jawab di Puskesmas masing-masing Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur memahami alur pelaporan dan juga penanganan jika terjadi kendala dalam memasukkan data.

b. Segera menyempurnakan program SIPNAP sehingga dapat meminimalisir terjadinya gangguan dalam sistem ini.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1332 Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1202 Tahun 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Penetapan Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 Tahun 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011a). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011b). Peraturan Menteri

Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Data Dasar Puskesmas

Kondisi Desember Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2002). Keputusan Gubernur

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008. (2008).

Organisasi Perangkat Daerah.

Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: Pemerintah

Republik Indonesia.

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2012). Quality Manual Suku Dinas

UNIVERSITAS INDONESIA

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSAT KESEHATAN

MASYARAKAT KECAMATAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 220 PERIODE 17 JUNI – 28 JUNI 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DEBIE PUSPA TARI, S.Farm.

1206329455

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN SAMPUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 4 2.2 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ... 8

2.3 Pengadaan Obat di Puskesmas ... 11 2.4 Pengelolaan Obat di Puskesmas... 13 2.5 Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas ... 21 2.6 Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas ... 25 2.7 Puskesmas Kecamatan Jatinegara ... 31

BAB 3. METODOLOGI ... 34

3.1 Waktu dan Lokasi ... 34 3.2 Metode Pengumpulan Data ... 34

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi di Puskesmas ... 36 4.2 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Kecamatan

Jatinegara ... 36 4.3 Monitoring Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas 4.3 Monitoring Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara ... 43

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1. Kesimpulan... 45 5.2. Saran ... 46

Tabel 1. Daftar Jumlah Kunjungan Puskesmas Kecamatan Jatinegara

Periode Januari-Mei 2013... 42

Tabel 2. Indikator Peresepan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara

Lampiran 1. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Jatinegara... 48

Lampiran 2. Data Tenaga Kefarmasian di Puskesmas Kecamatan

Jatinegara ... 49

Lampiran 3. Form Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO) ... 50

Lampiran 4. Laporan Indikator Peresepan di Puskesmas Kecamatan

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat,baik secara fisik, mental, spirital maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial maupun ekonomis (Undang-Undang No.36 Tahun 2009,2009).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, sistem pemerintahan yang dianut saat ini adalah sistem desentralisasi. Hal ini bermakna bahwa pemerintah daerah wajb mengembangkan dan mengelola daerahnya secara mandiri, termasuk bidang kesehatan dimana pengembangan dan pengelolaan tersebut diterapkan untuk memajukan tingkat kesehatan masyarakat di daerahnya.

Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, merupakan perangkat daerah tingkat kota administrasi (kotamadya) yang salah satu fungsinya yaitu sebagai pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam kegiatan penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, maupun keahlian dimana dalam hal ini puskesmas termasuk di dalamnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, puskesmas termasuk fasilitas pelayanan kefarmasian yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian yang bermutu perlu diterapkan oleh puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan demi terbentuknya kecamatan yang sehat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Aspek-aspek pelayanan kefarmasian dalam lingkup puskesmas melipuuti pengelolaan sumber daya (SDM, sarana dan prasarana, sediaan farmasi, dan pernekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan/penyimpanan resep) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

Untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker dalam hal sistem pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian di puskesmas, maka Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 17 Juni 2013 hingga 28 Juni 2013.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur adalah agar mahasiswa program profesi apoteker Fakultas Farmasi UI dapat:

a. Mengetahui tugas pokok dan fungsi bagian farmasi di puskesmas

b. Mengetahui alur pekerjaan kefarmasian di puskesmas mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan resep, dan penyerahan berikut pelayanan informasi obat

c. Mengetahui persentase obat generik dalam pengadaan obat melalui sumber dana APBD

d. Mengetahui jumlah kunjungan periode Januari-Mei 2013 di puskesmas e. Mengetahui tentang kegiatan PIO dan konseling di puskesmas

f. Mengetahui dan menganalisa data tentang penggunaan obat rasional (POR) di puskesmas

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Berdasarkan KEPMENKES RI No. 128/MENKES/SK/II/2004 mengenai Kebijakan Pusat Dasar Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas merupakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 (empat) indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi: 1) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

2.2 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

2.2.1 Upaya Kesehatan

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

a. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan.

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya

kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut serta upaya pembinaan pengobatan tradisional.

2.2.2 Pelayanan di Puskesmas

Penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat dibidang kesehatan yaitu puskesmas diukur kinerjanya sesuai dengan standar yang ada yang disebut Standar Pelayanan Minimal. Fungsi standar pelayanan minimal puskesmas:

a. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata.

b. Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat.

c. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan.

d. Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang kesehatan dalam melakukan pengevaluasian dan monitoring pelaksanaan pelayanan kesehatan.

e. Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat.

f. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.

g. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang dibutuhkan.

h. Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya. i. Mendorong terwujudnya checks and balances.

j. Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan puskesmas.

Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas meliputi kegiatan dibawah ini: a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar

1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

Pelayanan kesehatan di puskesmas pada ibu termasuk pada ibu hamil yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit empat kali hingga triwulan semester ketiga kehamilan. Selain itu, komplikasi kebidanan pada kehamilan, persalinan, dan nifas juga dapat dilayani di Puskesmas. Proses pelayanan persalinan di Puskesmas dimulai pada saat persalinan serta pelayanan kepada ibu

nifas sedikitnya 3 kali yaitu pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan tiga hari pada minggu ke-2. Selain itu Puskesmas juga menyiapkan pelayanan dan pada minggu ke VI termasuk persiapan dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan untuk ibu yang baru saja melahirkan. Pada bayi baru lahir yaitu pada umur 0 – 28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian dapat ditemukan pelayanannya di Puskesmas.

2) Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Pra Sekolah

Pelayanan keshatan pada bayi di Puskesmas yaitu pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan serta imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Selain itu pelayanan di Puskesmas lainnya adalah pemantauan pertumbuhan dan pemantauan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari. Balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas sesuai dengan kondisi gizi buruk yang terjadi pada wilayah puskesmas itu sendiri pada kurun waktu tertentu.

3) Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Pemeriksaan pada pelayanan di Puskesmas termasuk kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru, dokter kecil.

4) Pelayanan Kesehatan Usia Subur

Pelayanan di Puskesmas diperuntukkan pada pasangan suami – isteri, yang istrinya berusia 15 – 49 tahun. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para Pasangan Usia Subur (PUS). 5) Pelayanan Kesehatan Kerja

6) Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 7) Pelayanan Imunisasi

8) Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat 9) Pelayanan Pengobatan / Perawatan

b. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

1) Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi dasar (Kebidanan, Bedah, Penyakit Dalam, Anak).

2) Pelayanan kegawat daruratan.

3) Pelayanan laboratorium kesehatan yang mendukung upaya kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.

4) Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan c. Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular

1) Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

2) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio 3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru 4) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria 5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta 6) Pencegahan & Pemberantasan Penyakit ISPA 7) Pencegahan & Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS 8) Pencegahan & Pemberantasan Penyakit DBD 9) Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Diare 10) Pencegahan & Pemberantasan Penyakit Filariasis d. Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat 1) Pemantauan pertumbuhan balita

2) Pemberian suplemen gizi 3) Pelayanan gizi

4) Penyuluhan gizi seimbang

5) Penyelenggaraan kewaspadaan gizi e. Penyelenggaraan Promosi Kesehatan 1) Penyuluhan perilaku sehat

2) Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan f. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 1) Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi

2) Pengendalian vektor

3) Pelayanan Hygiene Sanitasi di tempat umum

g. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain

1) Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Napza) yang Berbasis Masyarakat

h. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian dan Pengamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan serta Makanan dan Minuman

1) Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar. 2) Penyediaan dan pemerataan pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan

kesehatan.

3) Pelayanan Pengamanan Farmasi Alat Kesehatan.

2.3 Pengadaan Obat di Puskesmas

2.3.1 Perencanaan Obat di Puskesmas

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan dan kebenaran data di puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kab/Kota.

Tujuan dilakukan perencanaan obat adalah untuk :

a. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

b. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat c. Meningkatkan penggunaaan obat rasional

Dalam melakukan proses perencanaan obat, terdapat tiga tahapan yang perlu dipertimbangkan agarproses perencanaan obat berjalan dengan baik. Ketiga tahapan tersebut yaitu :

a. Menentukan Jenis Permintaan Obat

Terdapat dua jenis permintaan obat dalam proses perencanaaan obat di puskesmas, yaitu permintaan rutin dan permintaan khusus. Pada permintaan rutin, kegiatannya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh Dinas Kesehatan Kabuoaten/Kota untuk masing-masing puskesmas. Permintaan ini tidak mengalami banyak perubahan dikarenakan jumlah dan jenis obat yang akan disediakan berdasarkan laporan penggunaan obat periode sebelumnya. Sedangkan pada permintaan khusus, kegiatannya dilakukan diluar jadwal distribusi rutin dimana hal ini dikarenakan antara lain :

1) Kebutuhan meningkat 2) Terjadi kekosongan

3) Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/bencana) b. Menentukan Jumlah Permintaan Obat

Dalam menentukan jumlah permintaan obat, diperlukan data-data yang diperlukan dalam rangka menentukan jumlah permintaan obat antara lain :

1) Data pemakaian obat periode sebelumnya 2) Jumlah kunjungan resep

3) Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabuoaten/Kota 4) Sisa stok

c. Menentukan Kebutuhan Obat

Kebutuhan obat di suatu puskesmas dapat dilihat dari dua indikator, yaitu stok optimum dan jumlah. Jika diasumsikan jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya maka dapat dilakukan perhitungan stok optimum dengan rumus dibawah ini :

SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan rumus : Permintaan = SO – SS

Keterangan :

SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)

SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada periode waktu kekosongan obat SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time) SP = Stok penyangga

SS = Sisa stok

2.3.2 Permintaan Obat di Puskesmas

Dokumen terkait