• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

D. Saran

e. Dana 11, 12

2. Perogranisasian a. Organisasi 13, 14 15 b. Sumber Daya Manusia 16, 17, 18, 19 c. Sarana dan Prasarana 20, 21

3. Pemimpinan a. Directing 22, 23, 24

b. Pembinaan 25, 26, 27

4. Pengawasan a. Evaluasi 28, 29, 30, 32

melakukan uji validitas pada butir-butir soal, peneliti melakukan uji validitas konstrak terlebih dahulu. Konstrak merupakan kerangka dari suatu konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam literatur dan didefinisikan sendiri oleh peneliti. Pada uji validitas konstrak, peneliti menggunakan Expert Judgement. Para ahli yang digunakan untuk Expert Judgement dalam penelitian ini adalah Sulistyono, M, Pd. Dengan tambahan masukan berupa perbaikan butir pernyataan dan penentuan sub indikator disesuaikan dengan teori yang ada. Instrument yang telah memenuhi validitas konstrak tersebut kemudian diujicobakan pada sekelompok responden yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

Langkah validitas selanjutnya melakukan analisis butir soal yaitu menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total (r hitung ), kemudian membandingkan dengan nilai kritis (r tabel ) dengan kriteria: Butir valid jika r hitung > r tabel dan butir tidak valid jika r hitung < r tabel. Validitas instrument dapat diketahui melalui beberapa prosedur, antara lain: Menghitung skor fungsi dari skor butir dan menghitung korelasi momen tangkar antara butir dengan rumus (Arikunto, 2005: 171). Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi X = Skor item butir soal Y = jumlah skor total tiap soal N = jumlah responden

(Arikunto, 2005: 171) Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956:145) terdapat pada tabel berikut:

Tabel 6. Indeks Validitas

Hasil perhitungan dari uji coba yang telah dilakukan (menentukan kriteria uji validitas berdasarkan r tabel) dari jumlah responden sebanyak 6 orang dengan taraf signifikasi 5% (df = n-2) sehingga diperoleh r tabel sebesar 0,729. Apabila butir soal memiliki r hitung ≥ 0,729, maka butir tersebut valid, sedangkan apabila r hitung < 0,729, maka butir dinyatakan

tidak valid sehingga harus diperbaiki atau dibuang / drop (Sugiyono, 2008: 126).

2. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliabel yang berarti dapat dipercaya, sehingga dapat dipertanggungjawabkan (Suharsimi Arikunto, 2010: 221). Dalam penelitian ini, instrument penelitian menggunakan empat alternatif jawaban sehingga untuk mengukur reabilitas daripada instrument menggunakan rumus Alpha Chronbach. Rumus Alpha digunakan setelah menemukan jumlah varian butir dari total kemudian dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

Keterangan :

= Reliabilitas tes

k = Banyaknya soal

= Jumlah varians skor tiap-tiap item

= Varians total (Arikunto, 2005: 180)

Penentuan kategori dari reliabilitas instrumen yang mengacu pada pengklasifikasian reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956: 145) terdapat pada tabel berikut:

Tabel 7. Indeks Reliabilitas

Hasil perhitungan dari uji coba yang telah dilakukan dari jumlah responden sebanyak 6 menggunakan rumus Alpha Chronbach yaitu ditemukan skor sebesar 0,951. Skor tersebut mengindikasikan bahwa secara keseluruhan klasifikasi reliabilitas dari instrumen ini termasuk kategori sangat tinggi.

Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hasil dari uji coba instrumen setelah dilakukan uji validitas dari 36 butir item yang digunakan adalah 21 butir dinyatakan valid dan 15 butir dinyatakan tidak valid / drop. Selain itu, hasil validitas semua butir item pernyataan dapat diketahui menggunakan rentang dari hasil tertinggi dan terendah (R = xb– xk)yaitu : R = 0,958 – 0,281 = 0,677. Skor tersebut mengindikasikan bahwa secara keseluruhan klasifikasi validitas dari instrumen ini termasuk kategori tinggi / baik. Berikut ini hasil perhitungan butir pernyataan yang dinyatakan valid dan tidak valid atau drop dalam bentuk tabel.

Tabel 8. Validitas Item

No Butir Item Butir Nomor

1 Valid 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 25, 26, 28, 29, 33, 35, 36 2 Drop 1, 5, 7, 13, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 30, 31, 32, 34

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Agung Sunarno dan Syaifullah D. Sihombing (2011: 93) menjelaskan pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket

Menurut Arikunto, (2006: 151) “angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”

.

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 142). Teknik angket cocok digunakan bilamana; a) jumlah responden cukup besar dan

tersebar di wilayah yang luas, b) adanya keterbatasan waktu, biaya maupun tenaga. Angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung maupun dikirim melalui pos ataupun internet.

Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Manajemen Ekstrakurikuler Olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

2. Observasi

Merupakan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010: 199). Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan

Variabel Indikator Nomor Butir

Positif Negatif

1. Perencanaan a. Kurikulum 1, 2,

b. Program 3, 4,

c. Sarana dan Prasarana 5, 6

d. Dana 7, 8

2. Perogranisasian a. Struktur Organisasi 9, 11 10 b. Sumber Daya Manusia 12, 13

3. Pemimpinan a. Pengarahan 14, 15

b. Pembinaan 16, 17

4. Pengawasan a. Evaluasi 18, 19

berkomunikasi dengan subyek, maka observasi tidak terbatas pada subyek, melainkan dengan obyek-obyek lain.

Menurut Sugiyono (2009: 146), “observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur”. Adapun dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah terstruktur, dimana peneliti mempersiapkan secara sitematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen yang baku, yaitu menggunakan pedoman observasi.

3. Wawancara

Merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan tertentu (Narbuko, dkk. 2005: 83). Sugiyono menambahkan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan juga dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. (Sugiyono, 2009: 138).

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Merupakan wawancara di mana peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan merupakan kisi-kisi garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Guna meningkatkan validitas data, peneliti harus

menentukan responden, dan situasi maupun kondisi yang tepat pada saat melakukan wawancara. (Sugiyono, 2009: 140-141).

Tabel 10. Kisi-kisi Pertanyaan Pedoman Wawancara

4. Dokumentasi

Menurut W Gulo (2010: 123) Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan di waktu lalu. Dokumentasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian, foto dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi sebagai langkah ketiga dalam mengumpulkan data kualitatif setelah dilakukan observasi maupun wawancara. Dikarenakan dokumentasi dapat memberikan bukti nyata untuk memberikan data-data Indikator Sub-Indikator Butir Pertanyaan

1. Perencanaan a. Tujuan Kegiatan 2

b. Program 3

c. Sumber Daya 5

2. Perogranisasian a. Struktur Organisasi 3 b. Sumber Daya Manusia 3 3. Pemimpinan a. Pengarahan 2 b. Pembinaan 2 4. Pengawasan a. Evaluasi 2 b. Tindak Lanjut Kegiatan 2

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian mixed method, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Menurut Sugiyono (2009: 147) kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti dan melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan masalah. Menganalisis data yaitu melakukan kategorisasi, penataan manipulasi data, peringkasan data untuk memperoleh jawaban bagi pertanyaan penelitian, serta menggunakan rumus-rumus tertentu untuk tiba pada pengujian hipotesis (Agung Sunarno dan Syaifullah D. Sihombing, 2011: 100). Untuk penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak diperlukan.

Penelitian ini menggunakan data berupa kualitatif dan kuantitatif, dengan menekankan analisis deskriptif kuantitatif persentase, yaitu data dari angket yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan persentase dengan tambahan transkip wawancara berupa data kualitatif sebagai pendukung. Berikut ini prosedur analisis data kuantitatif maupun kualitatif;

1. Kuantitatif

Hasil pengambilan data yang telah dilakukan menggunakan angket maka selanjutnya setiap butir jawaban yang telah didapat, diberikan skor dalam bentuk skala Likert yang telah dimodifikasi dengan alternatif jawaban yang diberikan sebagai berikut :

Tabel 11. Skala Penskoran

No Aternatif Jawaban Kode Skor Positif Skor Negatif

1 Selalu S 4 1

2 Sering SR 3 2

3 Jarang K 2 3

4 Tidak Pernah TP 1 4

Selanjutnya dari hasil penilaian skala likert tersebut, data keseluruhan responden dikategorikan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dengan acuan klasifikasi kategori lima skala yang bertujuan untuk menentukan kelas interval masing masing responden secara keseluruhan.

Tabel 12. Pengkategorian Skor

No Kategori Rentang Skor

1 Sangat Tinggi X ≥ M + 1,5 SD 2 Tinggi M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD 3 Sedang M - 0,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD 4 Kurang M - 1,5 SD ≤ X < M - 0,5 SD 5 Sangat Kurang X < M - 1,5 SD Keterangan: M : Mean SD : Standar Deviasi

Kemudian data dikelompokkan dalam setiap kategori dan dicari persentase masing-masing data menggunakan rumus persentase sesuai dengan rumus Anas Sudijono (2011: 43) sebagai berikut :

f

P = − x 100%

N

Keterangan: P : Persentase F : Frekuensi

N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu.

2. Kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2009:246). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data serta kesimpulan dan verifikasi (Miles dan Huberman, dalam Sugiyono, 2009:246).

a) Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Menurut Sugiyono

(2009: 247) mengatakan bahwa “reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Data yang penulis dapatkan dari lapangan diteliti dan dirinci, karena seiring dengan waktu yang penulis habiskan untuk menghimpun data, data yang terhimpun akan lebih banyak”.

Dalam Penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Penelitian difokuskan pada tanggapan guru penjasorkes sebagai pelatih terhadap penerapan fungsi-fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Dari pernyataan yang muncul kemudian dipilah kembali mana saja yang sudah sesuai untuk dituliskan dalam transkip wawancara dengan menambahkan kolom catatan bilamana ada tambahan informasi yang belum didapatkan dalam tahapan pengumpulan data sebelumnya.

b) Display Data

Menurut Sugiyono (2009: 249) dalam penelitian kualitatif, “penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”. Penyajian data kualitatif paling sering menggunakan teks yang bersifat naratif.

gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Berkaitan dengan metode penelitian yang penulis pilih yaitu deskriptif analitis, maka display data yang dilakukan oleh penulis lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat. Dengan fokus utama pada pembahasan sub-indikator masing-masing fungsi manajemen ekstrakurikuler olahraga pada sampel penelitian.

c) Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mendapatkan suatu kesimpulan yang sahih (valid), kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, untuk menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan dalam kesimpulan akhir yang akurat. Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara sehingga, akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten ketika peneliti

kembali mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2009:252). Dengan demikian kesimpulan dalam data kualitatif dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai data pendukung dalam menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sejak awal.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis mixed method (penelitian kombinasi) dengan metode pengamatan penelitian lapangan (field research) yang disajikan secara deskriptif. Tujuan menggunakan penelitian mixed

method dengan strategi embedded konkuren adalah untuk mendeskripsikan

secara keseluruhan tentang manajemen ekstrakurikuler olahraga dilihat berdasarkan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pelaksanaan manajemen sendiri dilihat melalui fungsi-fungsi yang terkait didalamnya yaitu fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), pengawasan (evaluating) (dalam Nanang Fattah, 2013: 13). Berikut ini peneliti akan mendeskripsikan secara keseluruhan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yang menjadi dasar pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas melalui pendekatan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Langkah pertama dalam mengukur bagaimana pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menggunakan angket yang terdiri dari 21 pernyataan yang diisi oleh 6 responden. Hasil penelitian dari 6 sekolah menggunakan guru penjasorkes sebagai respondennya, kemudian akan dimasukkan kedalam tabel penilaian. Berikut ini daftar data keseluruhan dari hasil penilaian angket:

Tabel 13. Data Hasil Angket Keseluruhan Responden N 6 Mean 63,50 Nilai maksimum 76 Nilai minimum 54 Modus 65 Median 64 Standar Deviasi 7,5

Selanjutnya dari hasil penghitungan data secara keseluruhan menggunakan program SPSS 22 Windows 7 32bit version (hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran), maka data tersebut akan dikategorisasikan menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan 5 skala (Sangat rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, Sangat Tinggi) berdasarkan nilai mean dan standar deviasi. Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berdasarkan hasil tanggapan dari keseluruhan responden.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase

1 ≥ 74,75 Sangat Tinggi 1 16, 66 % 2 67,25≤ - < 74,75 Tinggi - -3 59,75≤ - < 67,25 Sedang 3 50 % 4 52,25≤ - < 59,75 Rendah 2 33.34 % 5 <52,25 Sangat Rendah - -Jumlah 6 100 %

Berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh dari pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. masuk kategori sedang dengan nilai rata-rata sebesar 63,50 dengan interval 59,75 – 67,25. Sedangkan apabila data diperinci berdasarkan jumlah responden 6 sekolah yaitu sebanyak 2 sekolah (33,34%) memiliki manajemen ekstrakurikuler olahraga rendah, 3 sekolah (50%) memiliki manajemen ekstrakurikuler olahraga sedang, 1 sekolah (16,66%) memiliki manajemen ekstrakurikuler olahraga sangat tinggi.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa frekuensi pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. mayoritas responden berada pada interval 59,75 – 67,25 dan memperoleh kategori sedang dengan

total responden sebanyak 50 %. Uraian hasil selengkapnya berdasarkan data diatas dapat dilihat melalui deskripsi data berikut sajian gambar diagram batang yang diperoleh.

Gambar 4. Histogram pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Langkah selanjutnya, berikut ini data yang telah di paparkan akan di deskripsikan secara rinci melalui fungsi-fungsi yang mendasari pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

1. Perencanaan (Planning)

Pada penelitian ini, fungsi perencanaan meliputi 5 sub-indikator yaitu; kurikulum, program, sarana dan prasarana serta dana / anggaran. Dalam penelitian ini, fungsi perencanaan dijabarkan melalui 8 item

0 33,34% 50% 0,00% 16,66% 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Frekuensi

instrumen penelitian pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Tabel 15. Data Skor Fungsi Perencanaan

N 6 Mean 27,83 Nilai maksimum 30 Nilai minimum 25 Modus 28 Median 28 Standar Deviasi 1,72

Selanjutnya dari hasil penghitungan data secara keseluruhan menggunakan program SPSS 22 Windows 7 32bit version (hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran), maka data tersebut kemudian dikategorisasikan menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan 5 skala (Sangat rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, Sangat Tinggi) berdasarkan nilai mean dan standar deviasi. Mengacu pada kategorisasi tersebut, maka berikut ini tabel distribusi frekuensi pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Manajemen Ekstrakurikuler Olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

No Kelas Interval Kategori Frekuensi Persentase

1 ≥ 30,41 Sangat Tinggi - -2 28,69≤ - < 30,41 Tinggi 2 33,34 % 3 26,97≤ - < 28,69 Sedang 3 50 % 4 25,25≤ - < 26,97 Rendah 1 16.66 % 5 <25,25 Sangat Rendah - -Jumlah 6 100 %

Berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh dari fungsi perencanaa manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. mayoritas responden masuk kategori sedang dengan interval 26,97 – 28,69. Sedangkan apabila data diperinci berdasarkan jumlah responden 6 sekolah yaitu sebanyak 1 sekolah (16,66%) memiliki fungsi perencanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga rendah, 3 sekolah (50%) memiliki fungsi perencanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga sedang, 2 sekolah (33,34%) memiliki fungsi perencanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga tinggi.

0% 16,66% 50% 33,34% 0,00% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Perencanaan

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gambar 5. Histogram fungsi perencanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh dari keseluruhan responden, terkait fungsi perencanaan manajemen ekstrakurikuler olahraga di SD Negeri gugus III di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah., memperoleh kategori sedang atau sebesar 50%. Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa sekolah di SD Negeri dalam lingkup gugus III Karanglewas cukup baik dalam membuat perencanaan. Selanjutnya diperlukan hasil wawancara yang dapat menyimpulkan data tersebut sesuai atau tidak dengan fakta dilapangan. Peneliti akan mengungkapkan keterangan dari wawancara berkaitan dengan sub-indikator tujuan kegiatan, program, dan sumber daya dalam fungsi perencanaan.

a) Tujuan Kegiatan

Dalam menentukan kegiatan mana saja yang diadakan sekolah sebagai bagian dari ekstrakurikuler olahraga, tentunya sekolah mempunyai pertimbangan khusus sebelum menetapkan kebijakan tersebut. Seluruh sampel penelitian menjelaskan dalam menentukan cabang kegiatan ekstrakurikuler mana saja yang diadakan, masih menggunakan sistem menyesuaikan dengan event perlombaan tahunan seperti O2SN, POPDA, dsb. Hal tersebut tentu saja berimbas pada belum terdapat inovasi penentuan cabang olahraga yang diselaraskan dengan pengembangan minat maupun bakat peserta didik. Salah satu narasumber AP dari SDN 1 Tamansari menjelaskan “Kegiatan ekstrakurikuler olahraga belum menyesuaikan dengan bakat maupun minat peserta didik. Dikarenakan sekolah memiliki keterbatasan berkaitan dengan sumber daya sehingga sekolah memutuskan unntuk menggagendakan ekstrakurikuler olahraga khusus cabang yang diperlombakan”.

b) Program Latihan

Keterangan dari beberapa narasumber, pembinaan ekstrakurikuler olahraga di Sekolah memiliki program latihan yang cukup baik mengingat adanya koordinasi antara pembina maupun Kepala sekolah dalam perumusan program latihan.

latihan dibuat oleh guru penjasorkes yang kemudian dibahas dalam rapat bersama kepala sekolah”.

Namun masih ada satu sekolah yang belum menentukan program latihan, menurut penuturan BW di SDN 2 Karanggude “ Tahun ini program latihan belum disusun dikarenakan ada pergantian guru penjasorkes disekolah tersebut sehingga masih dalam tahap peralihan pembina ekstrakurikuler olahraga ”. Program latihan yang diterapkan pada masing-masing cabang tersebut hampir semua sekolah menggunakan guru penjasorkes sebagai pelatih dengan durasi waktu latihan maksimal 2 jam perhari.

c) Sumber Daya

Ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah belum sepenuhnya terpenuhi, hampir semua guru penjasorkes menjelaskan kebutuhan sarana dan prasarana disediakan oleh sekolah dengan mengajukan pengadaan kepada Kepala sekolah setiap awal tahun. Menurut BW dari SDN 1 Karanggude “ Untuk sarana sendiri lumayan terpenuhi mulai dari ketersediaan lapangan sepakbola dan lapangan bola voli meskipun dalam pelaksanaannya berbagi dengan SDN 2 Karanggude. Terkait dengan jumlah alat masih kurang sebenarnya, dikarenakan pengadaan sendiri harus menunggu carinya dana BOS”.

Selain itu ketersediaan alat yang sudah terpenuhi tidak diimbangi dengan kualitas alat yang memadai, banyak sekolah mengeluhkan penggunaan alat dengan standar buruk cenderung membuat program latihan tidak berjalan maksimal. Menurut PH dari SDN Karangkemiri “ Bisa berjalan dengan baik dari segi jumlah, beberapa masih belum memadai namun sementara masih bisa digunnakan meskipun belum sesuai standar “.

Sektor anggaran untuk kegiatan ekstrakurikuler olahraga disemua sekolah menggunakan dana BOS untuk kebutuhan program. Perbedaan mendasar terletak dari penggunaan alokasi anggaran masing-masing sekolah yang disesuaikan dengan kondisi maupun kegiatan sekolah. Menurut AP di SDN 1 Tamansari “ Alokasi dana ditentukan langsung oleh Kepala sekolah disesuaikan dengan kebutuhan disetiap sektor, termasuk ekstrakurikuler olahraga ”.

Keterlibatan orang tua siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler masih terbatas pada pemberian motivasi maupun dukungan. Untuk partisipasi orang tua dalam anggaran belum diperlukan. Sekolah menegaskan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler olahraga telah disiapkan dana untuk semua kebutuhan menyerap dari dana BOS.

Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya terkait dengan fungsi perencanaan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa data kuantitatif yang mengatakan fungsi perencanaan masuk kategori sedang atau sebesar 50% dapat diperkuat dengan hasil data kualitatif. Data kualitatif menjelaskan beberapa sampel sudah cukup baik dalam menjalankan fungsi perencanaan secara administratif. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bukti dokumen berupa matriks program latihan. Meskipun begitu fungsi perencanaan di SDN gugus III Karanglewas diperlukan peningkatan dari beberapa sektor. Masih banyak ditemukan kekurangan dari segi perencanaan cabang ekstrakurikuler olahraga yang belum diselaraskan dengan bakat dan minat anak hanya terbatas pada event perlombaan tertentu, maupun minimnya sarana dan prasarana dengan kualitas memadai yang dimiliki sekolah.

Dokumen terkait