• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti logam berat timbal pada biota laut yang berasal dari pesisir pantai Tapak Tuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum

Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Menurut Anonimd (2009), laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu:

1.Tempat rekreasi dan objek riset penelitian. 2. Tempat hidup sumber makanan.

3. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin. 4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun. 5. Tempat barang tambang.

6. Salah satu sumber air minum (desalinasi).

7. Sebagai jalur transportasi air dan tempat cadangan air di bumi. 9. Tempat membuang sampah berbahaya (fungsi buruk).

Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Lautan dapat menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfer, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker dan pengeboran minyak lepas pantai (Darmono, 2001).

Menurut Darmono (2001), biasanya daerah pantai memiliki kandungan logam lebih tinggi daripada daerah laut lepas. Sifat logam pada kondisi kadar garam tinggi dan suhu air rendah jumlah dan toksisitas logam meningkat. Air sungai di dekat muara mempunyai kandungan logam yang berbeda dengan air sungai di daerah hulu. Hal ini disebabkan daerah muara merupakan tempat akumulasi perjalanan air dari berbagai daerah hulu yang dalam perjalanan air tersebut mengalami beberapa kontaminasi. Selain sumber alamiah, proses industri berpengaruh juga memberikan dampak negatif pada air, dengan melalui bahan sisa industri atau limbah yang berbentuk padat maupun cair yang masuk ke perairan sehingga air menjadi tercemar dan merubah kualitasnya. Kandungan logam berat dalam perairan dipengaruhi oleh parameter fisika seperti arus, suhu, salinitas dan kimiawi yaitu, padatan tersuspensi dan derajat keasaman (pH). Pada umumnya faktor oseanografi yang paling berperan dalam penyebaran bahan pencemar adalah arus, pasang surut, gelombang.

Perairan sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik diantaranya berbagai jenis logam berat berbahaya yang banyak dihasilkan dari proses industri. Ada 4 jenis logam yang berbahaya bagi manusia yaitu: arsen (As), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg). Logam-logam tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun. Jika kandungan logam dalam perairan naik sedikit demi sedikit, maka logam tersebut dapat diserap dalam jaringan tubuh organisme dari yang terkecil yang berperan sebagai produsen hingga organisme terbesar yang berperan sebagai konsumen akhir rantai makanan seperti ikan, udang, kerang dan akhirnya tertimbun dalam jaringan hewan tersebut (Darmono, 2001).

Rukaesih (2004), menyatakan bahwa setelah memasuki perairan pesisir dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor atau beberapa jalur dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai berikut:

1. Terencerkan dan tersebar oleh adukan turbulensi dan arus laut. 2. Dipekatkan melalui

a. Proses biologis dengan cara diserap ikan, plankton nabati atau oleh ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya dimakan oleh pemangsanya.

b. Proses fisik dan kimiawi dengan cara absorpsi, pengendapan, pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan mengendap di dasar perairan.

3. Terbawa langsung oleh arus dan biota (ikan).

Menurut Connel dan Miller (1995), secara umum sumber-sumber pencemaran logam berat di laut dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Logam berat yang masuk ke perairan laut secara alami, berasal dari tiga sumber yaitu:

a) Dari daerah pantai (coastal supply) yang berasal dari sungai-sungai dan hasil abrasi pantai oleh aktivitas gelombang.

b) Dari laut dalam (deep sea supply) meliputi logam-logam yang dibebaskan oleh aktivitas gunung berapi di laut dan logam-logam yang dibebaskan dari partikel/sedimen-sedimen dari proses kimiawi.

c) Dari lingkungan dekat daerah pantai, termasuk logam-logam dari atmosfer sebagai partikel-partikel debu.

2. Sumber buatan manusia (man made) adalah: a) Limbah dan buangan industri.

c) Aktivitas perkapalan (pelayaran). d) Aktivitas pertanian.

e) Cairan limbah rumah tangga. f) Aktivitas pertambangan. g) Perikanan budi daya.

Menurut Anonimc (2010), secara umum tipe sampel lingkungan dibedakan menjadi:

1. Sampel sesaat (grab sample)

Adalah contoh air yang diambil sesaat pada satu lokasi tertentu. Sampel sesaat dapat diambil dari air (air limbah), tanah (lumpur/sedimen) atau mikroorganisme. Hasil pengujian sampel sesaat hanya dapat menunjukkan kualitas lingkungan yang mewakili kondisi pada waktu sampel diambil. Pengambilan sampel sesaat hanya dapat dilakukan apabila kondisi lokasi homogen atau konstan.

2. Sampel gabungan waktu (composite sample)

Adalah campuran sampel yang diambil dari satu titik pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama. Pengambilan sampel gabungan sangat bermanfaat dalam menentukan konsentrasi parameter uji selama periode pengambilan untuk mengetahui karakteristik lingkungan di lokasi pengambilan. Disamping itu, biaya uji sebuah sampel gabungan lebih murah dibandingkan dengan biaya uji beberapa sampel sesaat yang diambil pada periode yang sama.

3. Sampel gabungan tempat (Integrated sample)

Adalah campuran contoh yang diambil dari titik yang berbeda pada waktu yang sama, dengan volume yang sama.

2.2 Logam Berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn dan Ni. Logam berat Cd, Hg dan Pb dina makan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Darmono, 1995).

Logam berat masih termasuk golongan logam denga kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini masuk kedalam tubuh organisme hidup. Unsur logam berat baik itu logam beracun seperti timbal, bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh (Palar, 2008).

Logam berat diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Kondisi perairan yang terkontaminasi oleh berbagai macam logam akan berpengaruh nyata terhadap ekosistem perairan baik perairan darat maupun perairan laut. Timbal (Pb) merupakan logam yang banyak dimanfaatkan oleh manusia sehingga logam ini juga menimbulkan dampak kontaminasi terhadap lingkungan (Fardiaz, 1992; Palar, 2008).

Logam berat umumnya berbahaya karena memiliki kerapatan massa yang tinggi dan dalam jumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Beberapa dari logam ini merupakan logam bahan berbahaya dan beracun (logam B3) yang

pada umumnya secara alami merupakan komponen tanah. Logam ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau melalui udara (Darmono, 1995).

Penggunaan logam-logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), khromium (Cr) dan nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz, 1992).

Menurut Widowati, dkk., (2008), logam berat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:

1. Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.

2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat yang non esensial dapat bersenyawa dengan protein jaringan dan tertimbun serta berikatan dengan protein, sehingga senyawanya disebut metalotionein yang dapat menyebabkan toksik.

2.3 Timbal

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Timbal atau lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Timbal merupakan logam lunak, tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, mempunyai titik lebur rendah yaitu 327,5ºC dan mempunyai kerapatan yang tinggi (Palar, 2008).

Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan kerapatan yang tinggi, mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (Vogel, 1979).

Timbal terdapat di alam dan digunakan dalam industri. Untuk menaikkan angka oktan, bahan bakar bensin biasanya diberi tambahan (aditif) yang disebut sebagai senyawa anti ketukan (anti knocking compound). Produsen bensin biasanya mencampur atau menambahkan senyawa tertentu ke dalam bensin agar lebih mudah terbakar, sehingga memungkinkan mobil berlari lebih kencang. Senyawa aditif tersebut adalah tetra ethyl lead (TEL) dengan rumus kimianya (CH3CH2)4Pb. Senyawa aditif lainnya adalah tetra methyl lead (TML). Penambahan senyawa tersebut dapat menaikkan kekuatan bensin hingga 10 oktan (Mukhlis, 2009).

Fardiaz (1992) menyebutkan bahwa timbal mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:

1) Merupakan logam yang lunak, sehingga mudah dipotong dan dibentuk menjadi bentuk lain.

2) Merupakan logam tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis.

3) Mempunyai kerapatan lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri.

4) Merupakan penghantar listrik tidak baik

5) Bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Timah hitam adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna coklat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangaan-pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan timah hitam ini adalah sering menyebabkan keracunan. Keracunan Pb ini kebanyakan disebabkan oleh pencemaran lingkungan atau udara, terutama di kota-kota besar (Darmono, 1995).

Penggunaan dalam jumlah yang paling besar adalah untuk bahan produksi baterai pada kenderaaan bermotor. Elektroda dari aki (baterai) biasanya mengandung 93% Pb dan 7% Sb (antimoni). Timbal (Pb) ini berbentuk PbO2 dan Pb logam. Produksi logam-logam lainnya biasanya juga mengandung 50-95% Pb. Logam Pb juga digunakan dalam industri percetakan (tinta). Karena titik leburnya yang rendah, Pb juga sangat bagus digunakan untuk sekering dan alat listrik lainnya sehingga mudah putus bila terkena panas yang agak tinggi (konsluiting) (Darmono, 1995).

Timbal murni biasanya digunakan untuk melapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat, misalnya pipa-pipa yang dialiri bahan-bahan kimia yang bersifat

korosif. Timbal murni ini juga digunakan untuk melapisi kabel-kabel listrik bawah tanah atau pipa-pipa air. Lebih dari 200.000 ton Pb digunakan dalam industri kimia yang berbentuk tetra etil Pb, yang biasanya dicampur dengan bahan bakar minyak untuk melindungi mesin supaya lebih awet. Supaya Pb juga digunakan untuk campuran pembuatan cat sebagai bahan pewarna, karena daya larutnya yang rendah dalam air. Yang sering digunakan ialah Pb putih atau Pb(OH)22PbCO3; Pb merah atau Pb3O4 yang berwarna merah cerah dan dapat melindungi bahan yang dicat terhadap bahan korosif. Cat yang berwarna kuning dapat dibuat dari campuran Pb dan krom yaitu PbCrO4 yang menghasilkan warna kuning kemerahan (Darmono, 1995).

Timbal yang bersifat toksik terhadap manusia, bisa berasal dari tindakan mengkonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit dan mata. Logam timbal tidak dibutuhkan oleh manusia sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkanya. Orang dewasa mengabsorbsi timbal sebesar 5-15% dari keseluruhan timbal yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorbsi timbal lebih besar 41,5% (Widowati, dkk., 2008).

Toksisitas timbal dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sistem darah, sistem saraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem gastrointestinal, sistem kardiovaskular, sistem reproduksi, sistem endokrin. Timbal dalam tubuh terutama terikat pada gugus –SH dalam molekul protein dan menyebabkan terjadinya hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Timbal bersirkulasi dalam darah setelah diabsorbsi dari usus, terutama hubungannya dengan sel darah merah (eritrosit). Selanjutnya didistribusikan ke dalam jaringan lunak seperti tubulus

ginjal dan sel hati, lalu disimpan dalam tulang, rambut dan gigi, dimana 90% deposit terjadi dalam tulang dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak (Darmono, 1995).

Di dalam tubuh manusia, timbal bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin dan sebagian kecil timbal dieksresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut. Menurut Widowati, dkk., (2008), termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi akan bisa menimbulkan beberapa gejala, antara lain:

1. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut yang biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang hebat.

2. Gangguan neurologi, seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau, dan pingsan.

3. Gangguan fungsi ginjal dan gagal ginjal yang akut dapat berkembang dengan cepat.

Ekskresi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar kereacunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak (Darmansjah dan Wiria, 2007).

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Aotm-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyao cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur

bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Dasar analisis menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Khopkar, 1985).

Cara kerja spektroskopi serapan atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (untratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), dan pelaksanaannya relatif sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007). Atom memiliki dua bentuk keadaan yaitu keadaan dasar dan keadaan tereksitasi. Sejumlah energi yang spesifik dibutuhkan untuk memindahkan suatu elektron dalam suatu atom dan menghasilkan keadaan tereksitasi. Energi dapat diberikan pada atom dengan berbagai cara. Energi tersebut dapat dalam bentuk cahaya, muatan listrik atau panas. Teknik ini digunakan untuk menetapkan kadar ion logam tertentu dengan jalan mengukur intensitas emisi atau serapan pada panjang

gelombang tertentu oleh uap atom unsur yang ditimbulkan dari bahan, misalnya dengan mengalirkan larutan zat ke dalam api (Ditjen POM, 1995).

Menurut Darmono (1995), kelebihan yang dimiliki oleh metode spektrofotometri serapan atom (SSA), yaitu:

1. Menganalisis konsentrasi logam berat dalam sampel secara akurat karena konsentrasi yang terbaca pada alat SSA berdasarkan banyaknya sinar yang diserap yang berbanding lurus dengan kadar zat.

2. Menganalisis sampel sampai pada kadar rendah, sedangkan pada metode lain seperti volumetrik hanya dapat menganalisis pada kadar yang tinggi (%). 3. Analisis sampel dapat berlangsung lebih cepat.

Sedangkan kekurangan penggunaan metode SSA menurut Darmono (1995), yaitu:

1. Hanya dapat menganalisis logam berat dalam bentuk atom-atom. SSA menganalisis logam berat dari atom-atom karena tidak berwarna.

2. Sampel yang dianalisis harus dalam suasana asam, sehingga semua sampel yang akan dianalisis harus dibuat dalam suasana asam dengan pH antara 2 sampai 3.

3. Biaya operasional lebih tinggi dan harga peralatan yang mahal.

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), bagian instrumentasi spektrofotometri serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Lampu ini terdiri atas tabung tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi

dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Bila antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis.

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

2. Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas

asetilen-udara suhunya sebesar 2200oC. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi.

3. Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif.

Pemanasan tabung ini dilakukan dengan arus listrik yang biasa berlangsung dalam tiga tahap, yaitu pengeringan, pengabuan dan pembakaran dari cairan sampel, yang masing-masing dengan temperatur 500ºC, 700ºC, 3000ºC. Semua proses tahapan tersebut berjalan secara elektrik dan otomatik yang dikontrol dengan komputer (Darmono, 1995).

c. Monokromator

Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam monokromator terdapat

chopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari

detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout).

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi.

Gangguan-gangguan (interference) yang ada pada spektrofotometri serapan atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4.1 Proses Pengatoman pada Spektofotometri Serapan Atom Graphite Furnace

Sistem pengatoman pada spektrofotometri serapan atom menurut Ganjar dan Rohman (2007), dibagi melalui tiga tahapan yaitu:

1. Pengeringan (Drying)

Pengeringan membutuhkan suhu yang lebih rendah yaitu 100ºC untuk menguapkan pelarut.

2. Pengabuan (Ashing)

Pengabuan membutuhkan suhu yang lebih tinggi yaitu 400-500ºC untuk menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi dan pirolisa senyawa organik.

3. Pengatoman (Atomising)

Pengatoman membutuhkan suhu yang sangat tinggi yaitu 2000-3000ºC untuk menghasilkan puncak absorbsi.

2.4.2 Gangguan-gangguan Pada Spektrofotometer Serapan Atom

Interferensi secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu interferensi spektral dan interferensi kimia. Interferensi spektral disebabkan karena adanya gangguan absorbansi antara bahan pengganggu dengan bahan yang diukur, karena rendahnya resolusi monokromator. Karena sempitnya garis emisi pada sumber hallow cathode maka interferensi garis spektral atom jarang terjadi. Sedangkan interferensi kimia disebabkan adanya reaksi kimia selama atomisasi, sehingga merubah sifat-sifat absorbsi. Interferensi kimia ini dapat dieliminasi dengan tempratur nyala yang tinggi (Khopkar, 1985).

Gangguan-gangguan pada spektroskopi serapan atom berupa peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam spektrofotometri serapan atom sebagai berikut:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi

Dokumen terkait