• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Penelitian ini hanya meneliti satu jenis konsentrasi ekstrak, oleh karena itu penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti konsentrasi optimal dari ekstrak kayu manis terhadap penurunan akumulasi plak dengan cara membagi perlakuan ke dalam beberapa konsentrasi ekstrak

2. Pada penelitian ini jenis kelamin tidak dikendalikan, oleh karena itu penelitian selanjutnya disarankan untuk mengendalikan jenis kelamin subjek penelitian 3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti penambahan bahan-bahan lain

untuk mengoptimalkan aktivitas anti plak dari obat kumur ekstrak kayu manis dan mengurangi sensasi kurang menyenangkan dari obat kumur ekstrak kayu manis

4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat pengaruh obat kumur ekstrak kayu manis terhadap mikroorganisme di dalam plak

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental

Plak dental merupakan faktor etiologi utama dalam tahap awal dan perkembangan penyakit periodontal.1 Penelitian Löe dkk menunjukkan hubungan sebab-akibat antara akumulasi plak dengan perkembangan gingivitis pada orang dewasa dalam 21 hari.1 Beberapa faktor lokal dan sistemik, dapat memengaruhi akumulasi plak atau mengubah respon gingiva terhadap plak. Hal ini dapat dianggap sebagai faktor etiologi sekunder.3

Infeksi periodontal disebabkan oleh bakteri yang berkolonisasi pada permukaan gigi dan jaringan di sekitar gingiva untuk membentuk plak dental. Plak dental merupakan biofilim polimikrobial yang kompleks. Pengertian dari biofilim telah digunakan untuk menjelaskan komunitas mikroba yang terstruktur dengan baik yang menempel pada benda hidup atau benda mati. Pertumbuhan bakteri pada biofilim yang menempel di permukaan padat dimana mereka bertambah banyak dan membentuk mikrokoloni yang terpendam didalam matriks polimeri ekstraselular, termasuk di dalamnya air dan nutrisi.13

Plak dental tersusun dari mikroorganisme. Satu gram plak (berat basah) berisi 1011 bakteri. Hampir 70-80% plak terdiri dari mikroba dan sisanya merupakan matriks interseluler.3 Penggunaan teknik identifikasi molekuler bersensitifitas tinggi, diperkirakan ada lebih dari 500 filotipe mikroba yang terdapat pada plak dental.2 Plak dental memiliki struktur yang heterogen, dengan bukti yang jelas terdiri dari saluran terbuka berisi cairan yang mengalir sepanjang masa plak.2 Nutrisi berkontak dengan mikrokoloni dengan cara difusi dari saluran ke mikrokoloni, bukan dari matriks.2 Bakteri hidup dan berpoliferasi dalam matriks intraseluler. Matriks memberikan lingkungan khusus yang membedakan bakteri yang hidup dalam biofilim secara bebas (planktonik) dalam cairan saliva atau cairan sulkular. Fungsi matriks biofili adalah sebagai pertahanan. Substansi yang di hasilkan oleh bakteri dalam biofilim dipertahankan dan terkonsentrasi

pada matriks ekstraseluler, meningkatkan interaksi metabolisme antara bakteri yang berbeda.2

Plak secara umum dapat di klasifikasikan sebagai plak supragingiva dan subgingiva. Plak supragingiva terdapat di atas margin gingiva dan dapat berkontak langsung dengan margin gingiva. Plak subgingiva terdapat dibawah margin gingiva, antara permukaan gigi dengan sulkus gingiva.1 Jenis-jenis bakteri penyusun plak supragingiva dan subgingiva memiliki sedikit perbedaan. Lingkungan mikroflora pada plak subgingiva umumnya lebih anaerob, lebih bergerak aktif (motil) dan lebih asakarolitik (penggunaan protein sebagai nutrisi lebih sering dibandingkan karbohidrat).1

Ada beberapa hipotesis plak sehubungan dengan penyakit periodontal. Hipotesis plak non spesifik, menyatakan bahwa penyakit periodontal dihasilkan dari kolaborasi produk-produk noxious oleh seluruh flora plak. Sesuai dengan hal ini, ketika plak hanya dalam jumlah kecil, produk-produk noxious di netralisasi oleh penjamu. Plak dalam jumlah besar akan menghasilkan sejumlah besar produk berbahaya yang pada dasarnya akan merusak pertahanan penjamu.2 Hipotesis plak spesifiknya menyatakan bahwa hanya plak tertentu yang bersifat patogen, dan patogenitasnya tergantung dari kehadiran atau peningkatan dari mikroorganisme spesifiknya.2 Pada tahun 1990, March dkk mengembangkan hipotesis ekologi plak sebagai sebuuah usaha untuk menyatukan teori dari peran plak gigi dalam penyakit periodontal.2 Menurut hipotesis ekologi plak, antara jumlah plak dan komposisi spesifik plak keduanya mungkin berkontribusi dalam perubahan dari sehat ke sakit.2

2.1.1 Proses Pembentukan Plak

Pembentukan plak merupakan proses yang kompleks dan dinamis. Proses ini dapat dijelaskan ke dalam tahap berikut:1-3

1. Pembentukan pelikel 2. Perlekatan awal bakteri

3. Kolonisasi dan pematangan plak

Pelikel terbentuknya hanya dalam beberapa detik setelah pembersihan gigi berupa lapisan tipis dari protein saliva; sebagian besar glikoprotein, yang terdeposit pada permukaan gigi atau permukaan keras lain di rongga mulut. Sifat

pelikel adalah tipis (0,5 μm), licin tidak berwarna (transparan) dan bebas bakteri. Pelikel mempengaruhi kolonisasi bakteri pada permukaan gigi.1

Perlekatan pelikel pada permukaan gigi diperkirakan akibat interaksi ionik antara ion kalsium dan ion posphat pada gugus hidroksiapatit dengan kelompok bermuatan yang berbeda pada glikoprotein saliva. Jenis glikoprotein yang terdapat pada saliva dan beberapa diantaranya kaya akan asam amino-proline. Proline

merupakan asam glikoprotein yang meningkatkan kemampuan pada mikroorganisme spesifik, seperti Actinomyces species, untuk berikatan dengan permukaan gigi. Pelikel terbentuk hanya dari glikoprotein saliva yang berikatan secara selektif pada gigi, dan tidak semua bakteri dapat berikatan dengan pelikel.3

Hanya beberapa menit setelah pembentukan pelikel ditemukan populasi bakteri. Sel-sel bakteri secara berkelanjutan ditransport menuju lapisan pelikel yang menyelubungi gigi melalui saliva, berhubungan dengan diet, atau kontak lain dengan lingkungan luar.1

Dalam beberapa jam pertama, bakteri yang berikatan pada pelikel adalah dari spesies Streptococus dan Actinomyces. Formasi pelikel dari bakteri awal ini merupakan formasi awal plak. Fase ini berlanjut selama 2 hari. Plak supragingiva dibentuk oleh bakteri yang memiliki kemampuan membentuk polisakarida ekstraselular yang memungkinkannya untuk berikatan dengan gigi yang satu dengan yang lainnya seperti Streptococcus mutans, S. sanguis, Actinomyces viscosus dan A. naeslundii.3

Bakteri-bakteri lain masuk ke dalam plak melalui bakteri pembentuk plak primer dan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan yang terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan metabolisme plak primer. Proses pembentukan polisakarida ekstraselular oleh bakteri-bakteri tertentu juga dapat menjadi nutrisi bagi bakteri-bakteri lain pembentuk plak. Pada fase ini telah terdapat bakteri gram negatif seperti spesies Neisseria dan Veillonella.1

Kematangan plak supragingiva disertai oleh perubahan inflamatori gingiva. Terjadi pembentukan plak ke arah apikal ke dalam sulkus gingiva dan terbentuknya plak subgingiva. Pada keadaan ini bakteri dengan kebutuhan metabolik berbeda masuk ke dalam plak termasuk bakteri gram negatif lain

seperti spesies Prevotella, Porphyromonas, Capnocytophaga, Fusobacterium dan

Bacteroides. Fase ini berlangsung selama 4 sampai 7 hari.3

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah pembuangan plak mikroba secara teratur dan pencegahan akumulasi plak pada gigi dan sekitar permukaan gingiva. Kontrol plak mikroba merupakan cara yang efektif untuk merawat dan mencegah gingivitis dan merupakan bagian penting dari seluruh prosedur termasuk perawatan dan pencegahan penyakit periodontal.4

Untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal, dibutuhkan partisipasi aktif dan sikap koperatif pasien dalam melakukan penyingkiran plak supragingiva. Lingkungan oral dapat bebas dari inflamasi karena kontrol plak yang baik. Kontrol plak dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu secara mekanis dan kemis.5

Pengertian dari kontrol plak telah berubah dari sebagai fungsi estetik menjadi upaya pencegahan penyakit. Kontrol plak secara mekanis merupakan metode pencegahan yang paling diterima dalam bidang periodonsia, baik dilakukan oleh personal maupun professional. Kontrol plak secara mekanis dapat berupa tindakan penyikatan gigi, dan pembersihan interdental.5

Kontrol plak secara kemis umumnya dilakukan sebagai tambahan setelah dilakukan kontrol plak secara mekanis untuk mengoptimalkan penyingkiran plak. Penggunaan obat kumur merupakan bentuk kontrol plak secara kemis.5

2.3 Obat Kumur

Peningkatan penggunaan obat kumur menjadi sebuah kunci penting dalam pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Obat kumur diindikasikan untuk dipakai sebagai tambahan setelah menyikat gigi agar tercapai penyingkiran plak yang lebih optimal. Obat kumur dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu: antiseptik, antibiotik, enzim, modifying agent, dan anti adhesive. Penggunaan obat kumur biasanya dipakai adalah kategori antiseptik karena tidak menyebabkan toksisitas sistemik atau resistensi mikroba, dan merupakan agen antimikroba yang berspektrum luas. Beberapa jenis obat kumur yang termasuk kategori antiseptik

adalah: golongan fenol, campuran quaternanry ammonium, agen oksigenasi, ekstrak herbal, bis-biguanida, germisida, dan halogen.7

2.4 Ekstrak Herbal

Banyak penelitian klinis telah menunjukan efek dari penggunaan ekstrak obat kumur herbal, seperti Cinnamon, Myrtus communis, Sanguinarina, Quereucus infectoria, Capparis spinosa dan lain-lain, dalam mencegah akumulasi plak dental dan menurunkan inflamasi gingiva. Salah satu bahan aktif herbal yang telah lama dikenal dan digunakan sebagai obat kumur adalah sanguinarine. Sanguinarina diperoleh melalui pengekstrakan tanaman bloodroot (Sanguinaria canadensis) dengan konsentrasi penggunaan 0,03%. Penggunaan tanaman tertentu pada obat kumur dilakukan karena efektifitas anti bakterinya yang telah terbukti (secara in vitro atau in vivo) serta beberapa alasan lain, misalnya aroma dan rasa.7

2.5 Kayu Manis

Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina. Cinnamomum burmanii merupakan jenis kayu manis yang berasal dari Indonesia. Tanaman ini umumnya diusahakan oleh masyarakat dan daerah penghasil utamanya adalah Sumatera Barat, Jambi, dan Sumatera Utara. Selain digunakan sebagai bahan masakan, kayu manis juga memiliki keuntungan terhadap kesehatan.9

Tanaman kayu manis dapat tumbuh pada dataran rendah, sedang sampai dataran tinggi, tanaman kayu manis selain menghasilkan kulit dari ranting, yang tidak dapat digunakan serta daun yang terbuang dapat diproses menjadi minyak kayu manis atau cinamon oil. Jenis kayu manis yang ditanam di Indonesia adalah

cinammomum burmanii, cinammomum zeylanikum dan cinammomum cassia. Saat ini yang umum diperdagangkan hanyalah jenis cinammomum burmanii yang tumbuh pada daerah dataran tinggi, dan diperdangkan dalam bentuk kulit. Di Indonesia lebih dikenal dengan cassia vera Indonesia.14

Beberapa penelitian menemukan bahwa kayu manis memiliki efek antibakteri dan anti jamur. Namun masih sedikit penelitian yang menjelaskan

bahwa kayu manis memiliki efek untuk melawan bakteri kariogenik khususnya

Streptococcus mutans.11

Gambar 1. Kayu Manis12

Taksonomi dari pohon Kayu Manis :9 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili

Genus

Spesies : Cinnamomum burmannii

Kayu manis merupakan salah satu tumbuhan yang dapat di gunakan untuk perawatan karies dental. Karakteristik rasa dan aroma kayu manis dalam suatu komponen minyak esensial di kenal sebagai cinnamonaldehyde.9

2.5.1 Aktifitas Antibakterial

Komponen-komponen pada ekstrak kayu manis yang memiliki aksi anti bakteri adalah: kamfer, safrol, sinamal aldehid, sinamal asetat, terpen sineol, sitral, sitronela, polifenol dan benzaldehid. Komponen terbesar adalah

sinamaldehid 55%-65% dan eugenol 4%-8%, beberapa jenis aldehida, benzil benzoat dan felandren yang terdapat dalam kulit batangnya.9

Penelitian Mutma Inna dkk (2010) menyatakan bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki dua senyawa aktif anti bakteri yaitu fenolik dan sinamaldehid. Kemampuan anti bakteri dari senyawa tersebut adalah dengan merusak protein sel bakteri sehingga merusak membran sel atau membuat enzim-enzim tertentu menjadi tidak aktif. Penghambatan biofilim yang berhubungan dengan kemampuan senyawa-senyawa fenolik dan aldehid untuk membuat enzim bakteri menjadi tidak aktif, sehingga menyebabkan aktifiktas enzim glukosiltransferase yang di gunakan S. mutans untuk mensintesis sukrosa dalam media menjadi glukan. Akibatnya pembentukan biofilim dapat menjadi terhambat karena jumlah glukosa, sebagai media perlekatan bakteri, sedikit atau terbatas. Hal ini mengindikasikan minyak atsiri kayu manis memiliki aktifitas anti quorum sensing

dalam menghambat pembentukan biofilm.9

Selain senyawa golongan fenilpropanoid seperti eugenol dan sinamaldehid, minyak atsiri kayu manis juga mengandung senyawa golongan terpenoid. Senyawa tersebut adalah hidrokarbon seperti α-pinena dan limonene. Senyawa hidrokarbon dapat terakumulasi dalam jaringan lipid membran bakteri, dan menyebabkan terganggunya struktur dan fungsi membran sel yang disebabkan oleh penambahan volume sel dan perubahan premeabilitas membran sel bakteri.9

Eugenol dalam bidang pengobatan digunakan sebagai antiseptik dan anestesi. Eugenol termasuk senyawa fenol, akan bereaksi dengan alkali hidroksida membentuk senyawa fenolat yang meningkat kelarutannya dalam air. Prinsip ini dipakai untuk memisahkan eugenol dari senyawa lainnya. Fenol adalah senyawa alkohol, dimana gugus alkilnya berupa aril atau sikloalkil. Kandungan eugenol memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm. Menurut penelitian Raaz K dkk (2013) minyak atsiri pada kayu manis memiliki efek antifungal dan antibakteri, jika digunakan dalam jangka waktu panjang dapat merawat Candida albicans.12 Mekanisme penghambatan bakteri oleh minyak atsiri melibatkan beberapa aksi dan hal ini di mungkinkan karena sifat hidrofobisitasnya. Kandungan minyak atsiri dapat memengaruhi lapisan lipid bilayer membrane sel sehingga menjadikannya lebih permeabel, sehingga menyebabkan kerusakan sel

vital. Penurunan aktifitas enzim bakteri juga merupakan mekanisme aksi penghambat bakteri oleh minyak atsiri.9

2.5 Kerangka Teori

Obat Kumur Ekstrak Kayu Manis

Sinamaldehid dan Fenolik Terpenoid Minyak Atsiri

Merusak protein sel bakteri sehingga mengacaukan membran sel atau membuat enzim-enzim tertentu menjadi tidak aktif sehingga kayu

manis memiliki aktifitas

anti quorumsensing

dalam menghambat pembentukan biofilim

Terakumulasi dalam jaringan lipid membran bakteri dan

menyebabkan terganggunya struktur

dan fungsi membran sel disebabkan oleh penambahan volume

sel dan perubahan permeabilitas membran sel bakteri

Memiliki potensi sebagai antibakteri dan

antibiofilim

Mengurangi kapasitas perlekatan bakteri ke dalam pelikel dan mengurangi hidrofobitas permukaan sel bakteri yang dibutuhkan dalam

proses perlekatan bakteri lainnya

Menghambat perlekatan bakteri utama pembentuk plak pada fase kolonisasi awal bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri

Penurunan akumulasi plak

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas :

Obat Kumur Ekstrak Kayu Manis

Variabel Terikat :

Indeks plak Löe & Silness

Variabel Terkendali :

1. Volume obat kumur yang

digunakan

2. Lama penggunaan obat kumur

3. Waktu dan frekuensi menyikat gigi 4. Metode menyikat gigi

Variabel tak terkendali:

1. Jenis pasta gigi dan sikat gigi 2. Diet

3. Cara berkumur

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biofilm plak merupakan agen utama penyebab penyakit periodontal.1 Biofilim terdiri dari sel-sel mikroba terbungkus dalam matriks polimer ekstraselular seperti polisakarida, protein, dan asam nukleat.2 Populasi mikroba pada permukaan gigi (plak dental) adalah contoh yang sangat baik dari komunitas biofilm.2 Beberapa faktor lain, lokal dan sistemik dapat memengaruhi akumulasi plak atau mengubah respon gingiva terhadap plak. Hal ini dapat dianggap sebagai faktor etiologi sekunder.3 Penelitian-penelitian epidemiologik telah menunjukkan korelasi negatif antara kebersihan rongga mulut dengan prevalensi dan keparahan penyakit periodontal. Oleh karena itu, dengan peningkatan praktek kebersihan mulut terjadi penurunan plak sehingga mengurangi inflamasi dan penyakit gingiva.1

Kontrol plak merupakan cara yang efektif dalam merawat dan mencegah gingivitis dan merupakan bagian kritis dari seluruh prosedur termasuk perawatan dan mencegah penyakit periodontal.4 Kontrol plak dapat dilakukan melalui cara mekanis dan kemis. Kontrol plak secara mekanis dapat berupa menyikat gigi, dan pembersihan interdental, sedangkan secara kemis dapat berupa penggunaan pasta gigi dan obat kumur.3 Bahan kimia yang menghambat pertumbuhan plak dan kalkulus turut memegang peran penting dalam mengontrol plak mikroba. Banyak produk jenis kemis yang tersedia sebagai agen penunjang teknik mekanis.4

Banyak jenis agen-agen kimia yang memiliki aksi antiseptik atau antimikroba yang telah digunakan, dengan tingkat kesuksesan yang bervariasi untuk menghambat pertumbuhan plak supragingiva dan perkembangan gingivitis. Beberapa diantaranya adalah Phenolic compound, Bis-biguanida, Pyrimidine, Quaternary ammonium compound, Oxygenationg agents, Halogens,dan Heavy metal salts. Klorheksidin (CHX) merupakan antiseptik paling efektif dalam menghambat pembentukan plak dan mencegah gingivitis.4 Klorheksidin (CHX) sebagai agen antimikroba, efektif dalam melawan bakteri gram positif dan negatif secara in-vitro, jamur dan hifa, serta fakultatif aerob dan anaerob.3

Dalam mengatasi efek samping tersebut, World Health Organization

(WHO) menganjurkan para peneliti untuk meneliti kemungkinan penggunaan produk-produk alami seperti herbal dan ekstrak tanaman. Banyak penelitian klinis telah menunjukkan efek dari penggunaan ekstrak obat kumur herbal, seperti :

Sanguinarina, Myrtus communis, Quereucus infectoria, Capparis spinosa, Cinnamon dan lain-lain, dalam mencegah akumulasi plak dental dan menurunkan inflamasi gingiva.6

Kayu manis (Cinnamomun) merupakan beberapa spesies dari genus

Cinnamomum. Genus ini merupakan anggota dari family Lauraceae yang meliputi tumbuhan berkayu dengan daun tunggal, ordo Polycarpicae (Ranales atau Ranunculales), anak kelas Dialypetalae, dan kelas Dicotyledoneae.8 Kayu manis secara tradisional telah digunakan untuk meredakan sakit gigi dan menghilangkan bau mulut.12 Tanaman ini telah dikenal mempunyai sifat antibakteri dan antibiofilm yang dimiliki oleh minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian yang dilakukan Mutma Inna dkk pada tahun 2010, menunjukan bahwa minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung zat aktif sinamaldehid dan eugenol yang dapat menghambat biofilm oral secara alami. Adanya sifat antibiofilm ini kemungkinan membuat minyak atsiri kayu manis menjadi zat aktif yang dimasukkan ke dalam permen karet, sehingga dapat digunakan sebagai bahan antibiofilm. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal uji sitotoksisitas, sehingga penggunaannya secara klinis dapat dipertanggungjawabkan.9 Penelitian Jinan R dkk pada tahun 2008, menunjukkan ekstrak kayu manis memiliki efektifitas yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan klorheksidin sebagai obat kumur, namun ekstrak kayu manis dapat digunakan untuk menghindari karies.10

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas obat kumur ekstrak kayu manis dalam menghambat pembentukan plak, sehingga penggunaan obat kumur ekstrak kayu manis dapat dijadikan alternatif pengganti obat kumur kimia sintetis yang beredar di pasaran.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh obat kumur yang mengandung ekstrak kayu manis terhadap akumulasi plak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh obat kumur ekstrak kayu manis terhadap akumulasi plak.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh obat kumur ekstrak kayu manis terhadap akumulasi plak.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada masyarakat luas mengenai penggunaan obat kumur herbal dan diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang sehingga dapat dikembangkan untuk digunakan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

Faculty of Dentistry

Departement of Periodontology Year 2014

Brian Merchantara Winato

Effect of cinnamon extract mouthwash on plaque accumulation X + 32 page

Oral hygiene have a negative correlation with the prevalence and severity of periodontal disease. To improve oral hygiene adequate plaque control is necessary. The use of chemicals is done to optimize plaque removal. In dealing with side effects that occurs in the use of synthetic chemicals, World Health Organization (WHO) recommends research towards natural products, such as herbs and plant extracts. Cinnamon tree is a native plant of South Asia, Southeast Asia and China. Cinnamomum burmanii is a type of cinnamon that is originated in Indonesia. These plants are generally cultivated by the community and the main producing area of this plants are West Sumatra, Jambi and North Sumatra. Other than being used as a cooking ingredient, cinnamon also has advantageous effects to health. Cinnamon contains phenolic compounds and aldehydes that can inhibit the formation of biofilm. The purpose of this study is to determine the effect of cinnamon extract mouthwash on plaque accumulation. This research was conducted for 7 days with students from Dentistry Faculty on University of North Sumatra class 2013 as the research subject. Forty subjects were selected based on inclusion and exclusion criteria and divided into two groups at random. Initial examination was performed in both groups. The treatment group was given a mouthwash cinnamon extract and the control group was given a placebo mouthwash. Both groups were instructed to use the mouthwash 2 times a day after brushing their teeth. Loe-Silness plaque index is used to measure the plaque score. The examination was conducted on the first day, the 4th and 7th after using the mouthwash . The results obtained in this study show that the mean plaque index in the treatment group was lower than the control group but shown significantly

starting from the first day of treatment with the plaque index mean ± standard deviation 0,429 ± 0,102 in the treatment group and 0,531 ± 0.149 in the control group ( p = 0.017 ) . There were no side effects in this study, but the research subjects complained that there was a weird smell and bad after taste when finished using the cinnamon extract mouthwash. The cinnamon extract mouthwash has an influence in decreasing the accumulation of plaque . Research are needed to be done to find out the optimal concentration of the cinnamon extract mouthwash to decrease plaque accumulation, also for the additions of other materials to optimize the activity of anti- plaque mouthwash cinnamon extract mouthwash and on reducing the unpleasant sensation of the cinnamon extract mouthwash, also the effects of cinnamon extract mouthwash on microorganisms in the plaque .

Dokumen terkait