• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II. Tinjauan Pustaka

2.3 Seks Pranikah

Pada masa remaja perkembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar lawan

jenis, baik itu interaksi antarteman maupun interaksi ketika berkencan. Dalam berkencan dengan

pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara, seperti

memberikan bunga, tanda mata, bergandengan tangan, kissing, dan sebagainya. Atas dasar

dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai

diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis.Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks,

ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan eksperimen dalam kehidupan

perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman hingga

melakukan hubungan seksual

Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat

seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem

regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam

masyarakat.Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara

mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual,

seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut

dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual

(nopanova1.blogspot.co.id).

Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam.Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan,

sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor

ekonomi. Berikut faktor–faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual

pranikah adalah:

1. Adanya dorongan biologis

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari

berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.Dorongan dapat meningkat

karena ada pengaruh dari luar.Misalnya dengan membaca buku atau melihat film atau

majalah yang menampilkan gambar-gambar yang membangkitkan erotisme.Di era

teknologi informasi yang tinggi sekarang ini. Remaja sangat mudah mengakses

gambar-gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu dibawa dalam setiap langkah

2. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan

keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan seks

pranikah karena mengingat ini merupakan dosa besar yang harus

dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat

sirna dan tidak tersisa bila remaja dipengaruhi oleh obat-obat misalnya psikotropika.

Obat ini akan mempengaruhi pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai-nilai

agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan tentang

reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh

memberi gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual.

Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga

saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangan kurang.

4. Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seksual pra nikah sangat penting untuk

dipertimbangkan karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu, maka

hubungan seks pranikah tidak akan terjadi.

5. Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja.

Tuntutankebutuhan orang hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja diluar rumah

dan menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-masing, sehingga perhatian

6. Pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan.

Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas,

misalnya menginap di hotel atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini

sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah.

7. Pergesaran nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang

mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan

remaja yang menginap di hotel atau motel adalah hal biasa. Sehingga tidak ditanyakan

atau dipersyaratkan untuk menunjukkan akte nikah.

8. Kemiskinan.

Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk

melakukan hubungan seks pranikah.Karena kemiskinan ini remaja putri terpaksa

bekerja.Namun sering kali mereka tereksploitasi. Bekerja lebih dari 12 jam sehari atau

bekerja diperumahan tanpa dibayar hanya diberi makan dan pakaian bahkan beberapa

mengalami kekerasan seksual (dr-sparyanto.blogspot.com).

9. Teman sebaya (peers group)

Remaja cenderung untuk membuat standar seksual sesuai dengan standar teman sebaya

secara umum, remaja cenderung untuk menjadi lebih aktif secara seksual apabila

memiliki kelompok teman sebaya yang demikian, serta apabila mereka mempercayai

bahwa teman sebayanya aktif secara seksual (disamping kenyataan bahwa teman

sebayanya sebenarnya memang aktif atau tidak secara seksual) pengaruh kelompok

teman sebaya pada aktivitas seksual remaja terjadi melalui dua cara yang berbeda,

namun saling mendukung, pertama, ketika kelompok teman sebaya aktif secara seksual,

yang dapat diterima, kedua, teman sebaya menyebabkan perilaku seksual satu sama

lainnya secara langsung, baik melalui komunikasi diantara teman ataupun dengan

pasangan seksualnya

10.Kencan yang lebih awal

Remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya

memiliki kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas. Untuk

menjadi lebih aktif secara seksual dan untuk memiliki hubungan dengan lebih banyak

pasangan daripada mereka yang mulai pacaran pada usia yang lebih lanjut.

11.Usia saat menstruasi pertama

Makin muda saat usia menstruasi pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks

pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi

berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan

dengan lawan jenis.

12.Pacar

Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks bebas daripada

remaja yang belum memiliki pacar

13.Daya tarik seksual

Mereka yang merasa paling menarik secara seksual dan sosial ternyata memiliki tingkat

yang paling tinggi dalam sikap permisif dalam melakukan seks bebas.

14.Standar orang tua vs standar teman

Remaja yang orangtuanya konservatif dan menjadikan orangtua sebagai acuan yang

utama lebih kurang kemungkinannya untuk melakukan seks bebas daripada mereka yang

15.Kecenderungan pergaulan yang makin bebas

Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas

antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan

pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.

16.Penyebaran informasi melalui media massa

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi

dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi yang

semakin berkembang (video kaset, foto kopi, vcd, hp, internet) menjadi tidak terbendung

lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa

yang dilihat atau didengarnya dari media massa (http://kesehatan.kompasiana.com)

Bentuk perilaku seksual adalah tingkat perilaku yang dilakukan pasangan dengan lawan

jenis dan bentuk perilaku disusun berdasarkan adanya ukuran kepuasan seksual.

Bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono, yang biasa dilakukan oleh pelajar adalah sebagai

berikut:

a. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai

dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan

seksual.Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan.

Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut

french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/soul kiss

b.

Necking

Berciuman di sekitar leher ke bawah.Neckingmerupakan istilah yang digunakan untuk

c. Petting

Petting merujuk pada ciuman, pelukan, belaian, dan meraba–raba tubuh yang terjadi

antara pasangan.Petting juga merupakan pemanasan atau kegiatan yang mempersiapkan

sepasang suami istri untuk melakukan hubungan seks. Selama petting, anak laki – laki

akan meremas–remas buah dada dan genitalia anak perempuan, dan anak perempuan

akan menggosok–gosok organ seks milik anak laki–laki (Wuryani, 2008: 257).

d.

Intercrouse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang

ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan

kepuasan seksual

Perilaku seks bebas pada remaja akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di

kalangan remaja itu sendiri. Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini menurut

BKKBN meliputi :

1. Masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS

Masalah Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS dapat menyebabkan masalah

kesehatan seumur hidup,termasuk kemandulan dan rasa sakit kronis, serta meningkatkan

resiko penularan HIV.Kasus HIV/AIDS yang ditemukan dari tahun ke tahun kian

meningkat. Menurut WHO (2007) jumlah penderita AIDS di dunia ada sebanyak

33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri

dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir

menjadi 270.000 orang.

HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Ketika virus ini masuk ke

dalam tubuh, tidak timbul gejala sakit apa–apa sehingga orang yang terinfeksi tampak

segar dan sehat, walaupun virus tersebut telah berpotensi menular kepada orang lain.

Selama 5–10 tahun sejak terinfeksi, orang bersangkutan tampak sehat, tergantung

dengan perilaku hidupnya. Ketika daya tahan tubuh mulai berkurang jumlahnya maka

muncul gejala–gejala penyakit biasa seperti batuk, flu, diare, yang susah disembuhkan.

Ketika daya tahan tubuh semakin merosot, banyak penyakit muncul yang pada akhirnya

masukke dalam fase AIDS, yaitu munculnya beberapa gejala penyakit (sindrom) yang

akan membawa kematian (Endah Lasmadiwa, 2005 : 14 – 15)

Penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut,

yaitu: jalur hubungan seksual (homoseksual/ heteroseksual), jalur pemindahan darah atau

produk darah seperti jalur transplantasi alat tubuh, jalur transplasental (jalur dalam

kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan infeksi perinatal). Cara penularan yang

paling nyata adalah melalui hubungan seksual.AIDS saat ini bisa memasuki kehidupan

siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan, atau gaya

hidup. Yang membuat orang mempunyai resiko tinggi adalah perilakunya.Apa yang

dilakukannya itu yang menentukan resiko tinggi terhadap penularan HIV, tidak peduli

apapun kelompoknya (Dr. Soetomo, 2008: 234).

Menurut Muma dan Borucki, kegiatan dan/atau perilaku yang dianggap mempunyai

resiko tinggi dan seringkali ada hubungannya dengan infeksi HIV antara lain hubungan

seseorang terinfeksi oleh HIV. Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan

terjadinya infeksi HIV antara lain :

a. Anilungus: menginduksi hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan lidah.

b. Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris dengan menggu

nakan lidah (resiko lebih tinggi terutama saat menstruasi).

c. Fellatio: menginduksi hubungan intim di daerah genital pria dengan menggunakan

lidah dan penghisapan (resiko lebih tinggi bila terjadi ejakulasi di dalam mulut ).

d. Fisting: memasukkan atau meletakkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan

bawah kedalam rektum atau vagina.

e. Urolagnia: menginduk si hubungan intim dengan cara mengeluarkan urin ke kulit

(lebih beresiko bila terdapat luka terbuka pada kulit, oral, vagina, atau rektum).

f. Memakai benda-benda seks pada rektum dan/atau vagina: memasukkan sex toyspada

rektum/vagina dapat menyebabkan perobekan pada mukosa, dimana luka yang

terjadi dapat merupakan jalan masuk bagi virus.

2. Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah.Yang paling

menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak

diinginkan.Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan

aborsi.Menurut para medis aborsi menunjuk pada akhir suatu kehamilan.Ada dua jenis

aborsi yaitu “aborsi spontan” atau keguguran dan “aborsi yang disengaja” (ketika janin

sengaja dihilangkan).Aborsi spontan dapat terjadi jika ada sesuatu yang salah pada

kehamilan dan embrio keluar dari dalam rahim.Penyebab aborsi spontan tidak selalu

rahimibu. Dalam beberapa kasus, aborsi ini dilakukan dengan cara menyedot, dan cara

lainnya dengan menggunakan tang (Sri Esti, 2008: 239)

Menurut BKKBN (2006), 21 persen dari 63 persen remaja yang telah pernah

berhubungan seksual melakukan aborsi. Menurut WHO (2009)sekitar 16 juta perempuan

berusia 15 - 19 tahun melahirkan tiap tahun, 95% kelahiran tersebut terjadi pada negara

dengan pendapatan yang rendah dan menengah. Memiliki anak di luar nikah merupakan

hal yang tidak biasa di banyak negara, sehingga bila terjadi kehamilan di luar nikah

biasanya akan berakhir dengan tindakan aborsi. Sekitar 14% dari kejadian aborsi yang

tidak aman pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah dilakukan oleh

remaja berusia 15-19 tahun, sekitar 2,5 juta remaja dilaporkan melakukan aborsi tiap

tahun.

Kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat pada remaja seperti dikucilkan

oleh masyarakat, diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak

enak dalam masyarakat.Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mendatangkan upaya

aborsi yang tidak aman oleh tenaga non profesional.Aborsi yang disengaja (induced

abortion) seringkali beresiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada wanita

yang lebih tua.Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena

tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin mereka tidak sadar

atau tahu bahwa mereka hamil.

Menurut BKKBN (2008), lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan

komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi

dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap

abortion).Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara

langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian.Dampak

jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.Secara

psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui

dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan

kegagalan setelah menikah, sertapenghinaan terhadap masyarakat. Menurut WHO

(2003), kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian lebih tinggi 2-4 kali

Dokumen terkait