BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi penelitian selanjutnya adalah dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek yang ditimbulkan kombinasi obat yang berpotensi terjadi interaksi obat pada peresepan pasien TB paru.
2. Bagi pihak RSUD Dr. Soegiri Lamongan adalah perlu dilakukan monitoring terhadap efek interaksi obat pada peresepan pasien TB paru
terutama untuk obat – obat yang dapat menimbulkan interaksi minor yang dapat dilakukan dengan monitoring efek yang ditimbulkan.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adiatama, Tjandra Y. 2000. Tuberkulosis : Diagnosis, Terapi, dan Masalahnya. Jakarta : Laboratorium Mikrobakteriologi RSUP Persahabatan Yakarta. Al–Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2004. Metode Pengobatan Nabi. Jakarta : Griya Ilmu Al-Jazairi, Abu. 2007. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 1. Jakarta Timur : Darus
Sunnah Press
Al–Qur‟an dan Terjemahnya. Departemen Agama RI. Jakarta : Bumi Restu, 1976 Adawy, Al-Musthafa. 2005. Fikih Akhlak. Jakarta : Qisthi Press
Az-zuhaili, Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith. Jakarta : Gema Insani
Arbex, M.A., Varella, M.C.L., Siqueira, H.R, and Mello, F.A.F., 2010. Antituberculosis drug : Drug Interactions, Adverse Effects, and Use in Special Situations Part 1: First – Line Drugs, J Bras Pneumol, 36 (5) : 626 – 640.
Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
As-syiddieqy, Teungku. 2002. Tafsir Al-Qur’an Majid An-Nuur 3. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra
Barbour et al. 1997. Tabacco and Smoking : Environmental Factors that Modify the Host Response (Immune System) and Have an Impact on Periodontal Health. 8 (437) : 448 – 450.
Bartra et al. 2006. Interaksi dari H1 Antihistamin. J Investig Clin Immunol. Vol. 16. Tambahan 1 : 29-36
Baxter, K. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eight Edition. London : Pharmaceutical Press
Baxter, K. 2010. Stockley’s Drug Interaction. Ninth Edition.London : Pharmaceutical Press
Bolhuis et al. 2011. Pharmacokinetic Drug Interactions of Antimicrobial Drugs : A Systematic Review on Oxazolidinones, Rifamycines, Macrolides, Fluoroquinolones, and Beta Lactams. Pharmaceutics. Vol. 3. No. 865 – 913
Chang, William.2001. Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta : Kanisius Danusantoso, H. 2002. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Penerbit Hipokrates Darmanto, Djojodibroto. 2007. Respirologi. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Cetakan
Kedua. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Jakarta : BPPSDMK
Depkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Dinkes DKI Jakarta. 2002. Tuberkulosis Paru Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta : Dinkes DKI Jakarta
Dinkes Jatim. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dirjen P2PI, Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta : Kemenkes RI
Dipiro et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook Sixth Edition. The Mc. Graw Hill Company. USA. Page : 1891 – 1939
Eljaaly dan Alshehri, 2017. An Updated Review of Interactions of Statina with Antibacterial and Antifungal Agents. Journal of translation science. 2017. Volume 3 (3) : 1 – 4
Fradgley, S., 2003. InteraksiObat, dalamAslam, M., Tan., C.,K., dan Prayitno,. A. Farmasi Klinis, 121 – 127, Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Garson, Lauren and Triadafilopoulos. 2001. Proton Pump Inhibitors and Their Drug Interactions : An Evidence – Based Approach. European Journal of Gastroenterology & Hepatology. Vol 13. No.5
Gillespie, S and Bamford, K. 2007. At Glance Mikrobiologi dan Infeksi Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Helmia et al. 2004. TuberkulosisIn : Alsagaff Hood, (Eds.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran Universitas Airlangga, p.11-26.
Hendaningsih S, Muhtadi A, Lestari K, annnisa N. Potensi Interaksi Obat – Obat pada Resep Polifarmasi : Studi Retrospektif pada Salah Satu Apotek di Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia. 2016. Vol. 5 No. 4. Hlm 288 – 292. ISSN : 2252 – 6218
Imelda Lisu Pane. 2012. Hubungan antara pekerjaan, PMO, Pelayanan Kesehatan Dukungan Keluarga dan Diskriminasi dengan Perilaku Berobat Pasien TB Paru.
Juurlink DN et al. 2003. Drug - Drug Interactions Among Elderly Patients Hospitalized for Drug Toxicity. JAMA. 2003. Vol 289. No. 13.
Katsir, Ibnu. 2017. Tafsir Terjemah Ibnu Katsir Jilid 5. Jakarta : Pustaka imam Asy – Syafi‟i
Kamiensky M, Keogh J. 2006. Vitamins and Minerals, In : Pharmacology Demystified. Mc. GrawHill Companies Inc., USA.p.137 - 54
Kemenkes RI. 2002. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Cetakan Ketujuh). Jakarta. Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Khan, Sonia and Jones, Stephanie. 2014. Theophylline Interactions. Pharmaceutical Journal. Vol. 293. No. 7818
Kurnianingsih L, Sudirman I, Utaminingrum W. Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pengobatan Tuberkulosis pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2009. Pharmacy. Vol.07 No.03 Desember 2010. ISSN 1693 - 3591
Linnisaa, U dan Wati, S. Rasionalitas Peresepan Obat Batuk Ekspektoran dan Antitusif di Apotek Jati Medika Periode Oktoner – Desember 2012. IJMS. 2014. Volume 1 Nomor 1. ISSN : 2355 – 1313
Lutfiyati H, Ikawati Z, Wiedyaningsih C. 2014. Efek Samping Penggunaan Terapi Oral pada Pasien Asma. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. 2015. Vol 1, No 1.
Long, 2012 dalam Mahmuda dan Rahmaniati, 2014. Hubungan status rumah sehat dengan kejadian tuberkulosis paru di provinsi banten tahun 2010 (Analisis Data Riset kesehatan dasar 2010). FKM UI.
Ma, Z, Ginsberg, A.M dan Spigelman. 2007. Antimicrobacterium Agents, Global Alliance for TB Drug Development, New York, USA
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 FKUI. Jakarta : Medica
Martiana, Tri., M. Atoillah Isfandiari, Muji Sulistyowati, dan Ira Nurmala. 2007. Analisis Risiko Penularan Tuberkulosis Paru Akibat Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan pada Tenaga Kerja Industri. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 23 No. 1: 28–34.
Medscape. 2018. Drug Interaction Checker (Online),
http://reference.medscape.com/druginteractionchecker, diakses tanggal 10 Maret 2018
Meyer, Urs A. 1996. Interaction of Proton Pump Inhibitors with Cytochrome P450 : Consequences for Drug Interactions. Yale Journal of Biology and Medicine. Pp. 203 – 209
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung :ITB
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit .Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Moscou, Snipe. 2009. Pharmacology For Pharmacy Technicians. Kanada : Mosby Elsevier, 54
NIH (National Institute of Health). 2014. Peripheral Neurophathy. NIH Publication. 15 - 4853
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta
Novita, Emma dan Ismah, Zata. Studi Karakteristik Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Seberang Ulu 1 Palembang. Unnes Journal of Public Health 6 (4). 2017. pISSN 2252 – 6781 eISSN 2584 – 7604
Oemiati R, Sihombing M, Qomariah. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Asma Di Indonesia. Media Litbang kesehatan. 2010. 20 (1) : 41-49
Pratiwi N, Yowani S, Sajinadiyasa I. 2016. Hubungan Lama Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis dengan Efek Samping pada Pasien TB MDR Rawat Jalan di RSUP Sanglah Denpasar. Arc Com Health. Vol.3 No.2 : 39 – 48. ISSN :2527 - 3620
Price,S.A. 1995. Fisiologi Proses – Proses Penyakit Edisi ke – 4. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran, p.753-758.
Rahmawati dkk. 2006. Kajian Retrospektif Interaksi Obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta, Majalah Farmasi Indonesia, hal. 179.
Ruditya, Dea. Hubungan antara Karakteristik Penderita TB dengan Kepatuhan Memeriksakan Dahak selama Pengobatan. Jurnal berkala epidemiologi, Vol.3, No.2 Mei 2015 : 122 – 133.
Sajith, M., et al. 2015. Socio-Demographic characteristics of tuberculosis patients in a tertiary care hospital. International Journal of Medical and Health Research. Vol 1(3) : 25-28.
Sari dkk. 2014. Studi Monitoring Efek Samping Obat Antituberkulosis FDC Kategori 1 di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat. Media Litbangkes. Vol. 24 No.1 : 28 - 35
Setiawati, A. 2007. Interaksi Obat. Dalam Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta. Halaman 862-867
Shibab. M. Quraish. 2011. Membumikan Al-Qur‟an Jilid 2 (Memfungsikan Wahyu Dalam Kehidupan). Tangerang: Lentera Hati.
Sjahadat, Akhmed dan Muthmainah, Siti. 2013. Analisis Interaksi Obat Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit di Palu. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia. Volume2. No. 4
Soedarsono.2002. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru dalam Strategi DOTS. In : Palilingan, J.F., (Eds). Global Management of Tuberculosis to Reach an Indonesian Health for All in The Year of 2010.Surabaya, p.19-36.
Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : Mitra Wacana Media
Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakologi Efek Samping Obat. Jakarta :Salemba Medika
Stampfli M, Anderson G. How Cigarette Smoke Skews Immune Responses To Promote Infection, Lung Disease And Cancer. Imunology. 2009. 9 : 34-9. Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta
Tan, H.T dan Rahardja, K. 2007. Obat – Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek – Efek Sampingnya, Edisi V. Jakarta : Penerbit PT elex Media Komputindo kelompok Gramedia
Tatro, S.D. 1996. Drugs Interaction Facts. United Stated of America : Facts and Compairaons
Tatro, D.S. 2001. Drug Interaction Facts, Edisi 6, Fact and Comparissons, A Wolter Klower, St. Louis
Tatro, D.S. 2007. Drug Interaction Facts; Wolters kluwer health, United states of America, pp.ix – xxix, 10, 294, 574, 834, 1054.
Tatro, Editor. 2009. Drugs Interaction Facts, Fifth Edition.United States of America : Wolters Kluwer Company
Thanacoody. 2012. Drug Interctions. Dalam Buku : Walker R dan Whittlessea Editor. Clinical Pharmacy and Therapeutics Fifth Edition.London : Churchill Livinfstone Elsevier, 50, 51, 57, 58, 59, 119 – 131.
Tjokronegoro, Arjatmo. 1985. Tuberkulosis Paru : Pedoman Penataan Diagnostik dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wahid, Suprapto. 2013. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur : CV Trans Info Media
WHO. 2003. Introduction of Drug Utilization Study. Geneva : World Health Organization
WHO. 2009. WHO Report 2009 :Global Tuberculosis Control Epidemiology, Strategy, Financing. Geneva, Switzerland : WHO Press
Widiyanto, Aris. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru BTA Positif di Puskesmas Delanggu Kabupaten Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No. 1, Mei 2016, hlm 01 – 117
Wijaya, AA. Jurnal tuberkulosis Indonesia. Vol 8. Maret 2012 : Merokok dan Tuberkulosis. Jakarta.
Wulandari, A; Nurjazuli dan Adi, MS. 2015. Faktor Risiko Potensi Penularan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 14 No.1. April 2015.
Yanti, Zeni. 2017. Pengaruh Diabetes Mellitus terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Puskesmas Tanah Kalikedinding. Jurnal Berkala Epidemiologi.. Volume 5 Nomor 2. hlm. 163 – 173.
Yoon, Hyonok and Osun, Babatunde. 2011. Drug Interaction of Warfarin with Simvastatin or Gemfibrozil : High Levels of ALT/AST, Rhabdomyolysis and Acute Renal Failure. Kor. J. Clin Pharm. Vol. 21. No. 3
Zainuddin, Muhammad. 2011. Metodologi Penelitian : kefarmasian dan Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press
Zhang et al. Rhabdomyolysis Induced by Simvastatin – Diltiazem Interaction in Unrecognized Hypothyroidism. Journal of Geriatric Cardiology. Vol 7. No. 2
Zulkifli, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI, hal. 988 - 1000
111 LAMPIRAN
Lampiran 4. Form Pengambilan Data Lembar Pengumpulan Data
No. RM : Jenis Kelamin :
Nama : Umur :
Pekerjaan :
Data obat yang digunakan
Tanggal Nama Obat Jumlah
Obat
Aturan Pakai
Data Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Normal Tanggal
Lampiran 5. Contoh Form Pengambilan Data Sampel LEMBAR PENGUMPULAN DATA
No. RM : 23xxxx Jenis Kelamin : L
Nama : Tn. RDW Umur : 60
Pekerjaan : Wiraswasta Data obat yang digunakan
Tanggal Nama Obat Jumlah
Obat
Aturan Pakai 08 Mei 2017 ISONIAZID/INH 300 TAB
RIFAMPICIN 450 TAB CODEIN 10 MG
SALBUTAMOL 4 TAB
RETAPHYL SR TAB (teofilin 300 mg)
15 15 10 10 10 1 x 1 1 x 1 3 x 1 2 x ½ 2 x 1 24 Mei 2017 ISONIAZID/INH 300 TAB
RIFAMPICIN 450 TAB RANITIDIN TAB CODEIN 15 MG
SALBUTAMOL 4 TAB
RETAPHYL SR TAB (teofilin 300 mg)
15 15 12 14 10 10 1 x 1 1 x 1 2 x 1 2 x 1 2 x ½ 2 x 1 08 Juni 2017 ISONIAZID/INH 300 TAB
RIFAMPICIN 450 TAB CODEIN 10 MG
SALBUTAMOL 4 TAB
RETAPHYL SR TAB (teofilin 300 mg)
15 15 10 10 10 1 x 1 1 x 1 3 x 1 2 x ½ 2 x 1 22 Juni 2017 RIFAMPICIN 450 TAB
ISONIAZID/INH 300 TAB GLIBENCLAMID 5 TAB NEURODEX TAB 15 15 20 15 1 x 1 1 x 1 2 x 1 dc 1 x 1 06 Juli 2017 ISONIAZID/INH 300 TAB
RIFAMPICIN 450 TAB VIT B COMPLEX 15 15 15 1 x 1 1 x 1 1 x 1 03 Agustus 2017 RIFAMPICIN 450 TAB SALBUTAMOL 4 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB CODEIN 10 MG 15 10 15 10 1 x 1 2 x ½ 1 x 1 3 x 1
RETAPHYL SR TAB 10 2 x 1 26 Oktober 2017 NEURODEX TAB PIRAZINAMID TAB 500 MG RIFAMPICIN 450 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB 7 45 15 15 1 x 1 1 x 3 1 x 1 1 x 1
Data Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Normal tanggal 14/9 Mikrobiologi Pewarnaan BTA TCM : + Resisten Rif -
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
No. RM : 23xxxx Jenis Kelamin : L
Nama : Tn. MKD Umur : 54
Pekerjaan : Petani
Data obat yang digunakan
Tanggal Nama Obat Jumlah
Obat
Aturan Pakai
15 Mei 2017 RIFAMPICIN 450 TAB
SALBUTAMOL 4 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB CODEIN 10 MG
RETAPHYL SR TAB (teofilin 300 mg) 15 10 15 10 10 1 x 1 3 x ½ 1 x 1 3 x 1 2 x 1
30 Mei 2017 RIFAMPICIN 450 TAB
ISONIAZID/INH 300 TAB PIRAZINAMID TAB 500 MG ETAMBUTOL 500MG 15 15 30 22 1 x 1 1 x 1 1 x 2 1 x 2
13 Juni 2017 RIFAMPICIN 450 TAB
ISONIAZID/INH 300 TAB PIRAZINAMID TAB 500 MG ETAMBUTOL 500MG NEURODEX TAB 15 15 30 22 15 1 x 1 1 x 1 1 x 2 1 x 2 1 x 1
03 Juli 2017 NEURODEX TAB
PIRAZINAMID TAB 500 MG RIFAMPICIN 450 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB 10 45 15 15 1 x 1 1 x 3 1 x 1 1 x 1 10 Agustus 2017 NEURODEX TAB
RIFAMPICIN 450 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB 15 15 15 1 x 1 1 x 1 1 x 1 17 Oktober 2017 RIFAMPICIN 450 TAB
ISONIAZID/INH 300 TAB CEFADROKSIL 500 TAB PARACETAMOL TAB 500 MG AMBROKSOL TAB ALPRAZOLAM 0.5MG TAB 15 15 14 20 20 7 1 x 1 1 x 1 2 x 1 3 x 1 2 x 1 1 x 1malam
14 Nopember 2017 AMITRIPTILIN TAB 25 MG ASAM MEFENAMAT 500 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB RIFAMPICIN 450 TAB DIAZEPAM 5 TAB
CODIKAF 10 MG TAB (codein)
14 14 15 15 14 14 3 x 1 3 x 1 1 x 1 1 x 1 1 x 1 3 x 1 09 Desember 2017 CIPROFLOXACIN TAB
MELOXICAM 15 TAB RIFAMPICIN 450 TAB ISONIAZID/INH 300 TAB 14 14 15 15 2 x 1 1 x 1 1 x 1 1 x 1
Data Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Normal Tanggal 6/10 7/10 13/10 Hematologi Analyzer Hemoglobin Lekosit LED Diff count PCV Trombosit 11,1 12.700 28-55 0-0-0-72-11-17 34,2 378.000 L : 13,2 – 17,3 g/dI P : 11,7 – 15,5 g/dI L : 3.800 - 10.600/uL P: 3.600 – 11.000/uL 10 – 20/ jam 2-4/0-1/50–70/25-40/2-8 L : 40 – 52 % P : 35 – 47 % 150.000 – 440.000/uL Mikrobiologi Pewarnaan BTA (sewaktu) BTA (pagi) Jamur (spora) (Hippa) + - + + - - - -
Serologi/Imunologi
Anti HIV Reagen
1: Non Reaktif
`
Lampiran 6. Tabel Hasil Penelitian
Tabel. Data Penggunaan Obat Terapi Utama TB Paru
No. Jenis OAT Jumlah jenis OAT
(n=545) Persentase (%) 1. Rifampisin 197 36,14 % 2. Isoniazid 195 35,77 % 3. Pirazinamid 91 16,69 % 4. Etambutol 62 11,4 % Jumlah 545 100 %
Tabel. Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahannya
No. Interaksi Obat
Keparahan Potensi
Interaksi Obat Jumlah % Klasifikasi Jumlah
1. Antar OAT Mayor 193 370 60,16 %
Moderate -
Minor 177
2. OAT – Non OAT Mayor 18 243 39,51 %
Moderate 115
Minor 110
3. Antar Non OAT Mayor - 2 0,32 %
Moderate 1
Minor 1
Lampiran 7. Data penggunaan Obat
Anti Asma Jumlah Kasus Teofilin Salbutamol ProcaterolHcl Total 53 45 1 99
NSAID Jumlah Kasus
Meloxicam AsamMefenamat Paracetamol Total 19 4 1 24 Antitussiva Jumlah Kasus
Codein Total
54 54
Tukak Lambung Jumlah Kasus Ranitidin AntasidaSyr Omeprazol Total 10 4 2 16
Anti Hipertensi Jumlah Kasus Furosemid Spironolakton Propanolol Amlodipin Total 6 2 1 1 10
Anti Inflamasi Jumlah Kasus Methyl
Prednisolon Total
8 8
Vitamin Jumlah Kasus Neurodex Vitamin B6 Vitamin B kompleks Lapibion Neurosanbe Total 50 12 2 2 1 67
Anti Emetik Jumlah Kasus Ondansentron
Total
8 8
Anti Histamin Jumlah Kasus Ceterizin Loratadin Total 6 1 7
Anti Diabetik Jumlah Kasus Glibenklamid
Total
3 3
Anti Kolesterol Jumlah Kasus Simvastatin
Total
3 3 Anti Depresan Jumlah Kasus
Alprazolam Diazepam Amitriptilin Total 3 3 1 7
Mukolitik Jumlah Kasus Ambroxol
Total
6 6
Anti Fibrinolitik Jumlah Kasus AsamTraneksamat
Total
4 4
Antibotik Jumlah Kasus Cefadroxil Ciprofloxacin Cefixime Total 1 1 1 3
Anti Gout Jumlah Kasus Allopurinol
Total
2 2
Laksativa Jumlah Kasus LaxadinSyr
Total
1 1
Mineral Jumlah Kasus Kalk
Total
2 2
Anti Fungi Jumlah Kasus Ketokonazol Total 1 1 Anti Konvulsan Jumlah Kasus Gabapentin Total 2 2
127 No. Kriteria Interaksi Obat Golongan
Obat Nama Obat
Jumlah
Resep % Mekanisme Solusi
1. Mayor Antar OAT
Rifampisin Isoniazid 193 31,33 Penggunaan bersamaan rifampisin dan isoniazid secara umum digunakan dalam terapeutik. Adanya rifampisin dapat meningkatkan insiden hepatotoksik terutama pada asetilator isoniazid lambat yang memungkinkan perubahan dalam metabolisme isoniazid.
- Pemantauan fungsi hati diperlukan untuk melihat tingkat keparahan reaksi. - Mempertimbangkan
penghentian salah satu obat ataupun keduanya jika terjadi perubahan fungsi hati.
- Memberikan selang waktu pemberian obat.
OAT –
Non OAT
Rifampisin Simvas -tatin
3 0,48 Rifampisin akan menurunkan efek simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hati atau usus.
- Hindari penggunaan obat secara bersamaan.
- Menggunakan obat alternatif. Rifampisin Kortiko
-steroid (Metil Pred -nisolon)
8 1,29 Konsentrasi plasma kortikosteroid menurun selama pemberian bersamaan rifampisin. Mungkin disebabkan oleh peningkatan metabolisme kortikosteroid melalui
- Dibutuhkan peningkatan dosis kortikosteroid bila digunakan bersamaan dengan rifampisin.
- Disarankan untuk
menyesuaikan dosis awal Lampiran 8. Lembar Rekapitulasi Potensi Interaksi Obat
Lembar Rekapitulasi Potensi Interaksi Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru Rawat Jalan Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Periode 2017
128
induksi dari sistem enzim mikrosomal P – 450 hepatik.
- kortikosteroid, dosis kortikosteroid ditingkatkan 2 - 3 kali lipat.
- Dosis kortikosteroid dikurangi apabila rifampisin sudah tidak diberikan.
- Apabila memungkinkan hindari kombinasi ini.
Isoniazid Paraceta -mol
1 0,16 Isoniazid menginduksi sitokrom P450 isoenzim CYP2E1. Adanya isoniazid menghambat metabolisme paracetamol di hati.
- Mempertimbangkan kondisi pasien dan memantau toksisitas pasien.
Rifampisin Loratadin 1 0,16 Rifampisin akan menurunkan efek loratadin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hati atau usus.
- Hindari penggunaan obat secara bersamaan.
- Menggunakan obat alternatif. Isoniazid Omepra
-zol
2 0,32 Isoniazid akan meningkatkan efek omeprazol dengan mempengaruhi enzim CYP2C19 di hati.
- Hindari penggunaan kedua obat secara bersamaan
- Menggunakan obat alternatif. Rifampisin Teofilin 52 8,44 Rifampisin menginduksi
metabolisme teofilin di hati
- Penambahan dan
penghapusan rifampisin dari regimen terapi bersama
dengan teofilin
mengharuskan pemantauan kadar teofilin, respon pasien. - Menyesuaikan dosis sesuai
kebutuhan pasien.
129
Non OAT menghambat enzim hati yang
bertanggung jawab untuk memetabolisme teofilin.
secara rutin.
- Menyesuaikan dosis Rifampisin Gliben
-klamid
3 0,48 Adanya rifampisin menyebabkan meningkatnya metabolisme sulfonilurea melalui induksi enzim mikrosomal hepatik di hati.
- Monitoring secara ketat glukosa darah pasien selama pemberian obat – obatan ini. - Dosis sulfonilurea mungkin
perlu ditingkatkan. Rifampisin Asam
Tranek -samat
2 0,32 Peningkatan metabolisme enzim mikrosomal dari anti koagulan terjadi oleh adanya respon rifampisin.
- Meningkatkan dosis anti
koagulan mungkin
diperlukan.
- Memantau secara ketat parameter koagulasi dilakukan ketika penggunaan rifampisin dihentikan untuk menghindari
hipoprothrombinea
berlebihan dan perdarahan. Isoniazid Asam
Tranek -samat
2 0,32 Isoniazid akan meningkatkan efek
anti koagulan dengan
mempengaruhi metabolisme enzim CYP1A2 di hati.
- Mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya respon yang meningkat terhadap anti koagulan. - Perlu pemantauan waktu
protrombin.
- Menyesuaikan dosis yang dibutuhkan pasien.
Rifampisin Amitrip -tilin
1 0,16 Rifampisin sebagai inducer enzim yang dikenal baik dan kuat
- Mempertimbangkan untuk memantau konsentrasi TCA
130
mungkin dapat meningkatkan metabolisme TCA (tricyclic anti depressant) di hati. Sehingga mengurangi efek dari TCA (tricyclic anti depressant).
(tricyclic antidepressant)
ketika memulai,
menghentikan atau mengubah dosis rifampisin - Menyesuaikan dosis TCA. Rifampisin Propa
-nolol
1 0,16 Mungkin karena peningkatan metabolisme di hati melalui induksi enzim oleh rifampisin.
- Memantau secara ketat terhadap respon terapi penting (tekanan darah). - Apabila kondisi klinis
memburuk, maka dosis beta blocker yang lebih tinggi mungkin diperlukan.
Rifampisin Amlo -dipin
1 0,16 Rifampisin akan menurunkan efek amlodipin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hati atau usus.
- Memantau efek penggunaan secara bersamaan rifampisin dan calcium channel blocker. - Waspada akan kebutuhan
peningkatan dosis dari masing – masing obat.
Rifampisin Ketoko -nazol
1 0,16 Rifampisin dapat menginduksi metabolisme ketokonazol. Ketokonazol dapat menggangu penyerapan rifampisin.
- Apabila memungkinkan hindari penggunaan kedua obat secara bersamaan. - Memantau konsentrasi serum
atau aktivitas antimikroba ketokonazol atau rifampisin mungkin diperlukan.
Isoniazid Ketoko -nazol
1 0,16 Isoniazid akan meningkatkan efek ketokonazol dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di
- Mungkin diperlukan pemantauan kadar serum ketokonazol atau aktivitas
131
hati atau usus. anti jamur.
- Apabila memungkinkan hindari penggunaan bersamaan. Teofilin Metil Pred -nisolon
1 0,16 Metil prednisolon akan menurunkan efek teofilin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hati atau usus.
- Apabila muncul tanda – tanda keracunan pada penggunaan teofilin, maka pantau kadar serum dan dosis sesuai kebutuhan.
Antar Non OAT
Rifampisin Pirazina -mid
89 14,44 Tidak diketahui secara pasti. Namun mengindikasikan bahwa pirazinamid mengurangi bioavaibilitas rifampisin.
- Tidak ada tindakan yang diperlukan.
- Apabila dicurigai adanya
interaksi maka pertimbangkan untuk meningkatkan dosis rifampisin. 3. Minor Antar OAT Pirazina-mid
isoniazid 88 14,28 Penggunaan isoniazid dan pirazinamid dapat meningkatkan toksisitas yang lain dengan sinergisme farmakodinamik.
- Pengawasan (monitoring) fungsi hati terutama bagi pasien dengan riwayat gangguan fungsi hati
Isoniazid Vitamin 63 10,22 Isoniazid menurunkan efek piridoksin oleh mekanisme interaksi yang tidak spesifik.
- Tidak ada tindakan yang perlu dilakukan.
OAT –
Non OAT
Isoniazid Gliben -klamid
3 0,48 Isoniazid mengurangi efek glibenklamid oleh mekanisme interaksi yang tidak spesifik.
- Penderita diabetes yang diberikan isoniazid dilakukan pemantauan perubahan dalam pengendalian diabetes. - Penyesuaian dosis yang tepat
132
dari antidiabetes. Isoniazid Metil
Pred -nisolon
8 1,29 Adanya isoniazid kemungkinan peningkatan asetilasi di hati atau klirens di ginjal.
- Tidak perlu tindakan pencegahan khusus.
Rifampisin Melo -xicam
20 3,25 Rifampisin akan menurunkan efek meloxicam dengan mempengaruhi enzim CYP2C9/10 di hati.
- Gabungan penggunaan rifampisin dan meloxicam harus dimonitor dengan baik - Peningkatan dosis meloxicam
jika diperlukan. Rifampisin Parace
-tamol
1 0,16 Rifampisin menginduksi enzim
mikrosomal hati yang
menyebabkan kerusakan
acetaminophen.
- Resiko terbesar adalah ketika terjadi over dosis penggunaan acetaminophen
bersamaan dengan
rifampisin.
- Pada dosis terapeutik acetaminophen dan rifampisin tidak diperlukan penyesuaian dosis khusus ataupun pemantauan. Rifampisin Benzo -diazepin (Dia -zepam, Alpra -zolam)
9 1,46 Rifampisin dapat meningkatkan metabolisme benzodiazepin.
Rifampisin merangsang
metabolisme oksidatif
benzodiazepin kemungkinan dengan menginduksi isozim yang berbeda dari sitokrom P 450.
- Mempertimbangkan untuk meningkatkan dosis benzodiazepin apabila diberikan bersama rifampisin. - Mempertimbangkan untuk menurunkan dosis benzodiazepin apabila penggunaan rifampisin
133 dihentikan. Isoniazid Benzo -diazepin (Dia -zepam, Alpra -zolam)
5 0,81 Isoniazid dapat menghambat
metabolisme oksidatif
benzodiazepin di hati. Isoniazid sebagai inhibitor enzim dapat mengurangi dan menghilangkan metabolisme benzodiazepin dari tubuh. Sehingga dapat meningkatkan dan memperpanjang efek benzodiazepin.
- Apabila efek benzodiazepin muncul secara berlebihan,
maka perlu mempertimbangkan dan menyesuaikan dosis ke bawah. Isoniazid Propa -nolol
1 0,16 Propanolol dapat mengurangi klirens isoniazid dengan menghambat metabolisme asetilasi di hati.
- Peningkatan kadar isoniazid
mungkin hanya
menyebabkan sedikit interaksi obat dengan kepentingan klinis dan tidak terlalu penting.
- Tidak diperlukan tindakan pencegahan khusus.
Omeprazol Dia -zepam
1 0,16 Omeprazol akan meningkatkan efek diazepam dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP2C19 di hati.
- Pasien yang diberi omeprazol dan diazepam mungkin mengalami peningkatan efek diazepam seperti sedatif. Apabila hal itu terjadi, maka pemberian dosis diazepam harus dikurangi.
Antar Non OAT
615 100 Total
134 Lampiran 9. Data Rekapitulasi Rekam Medis
No.
Identitas Pasien
Tgl Check -
up
Data Pengobatan Pasien
Nama
(Inisial) L/P Usia Pekerjaan
Terapi obat yang diberikan (Jumlah Tablet)
Interaksi Obat Kriteria Potensi Data Lab 1. RDW L 60 Wiraswasta 8/5/17 Rifampisin 450 mg 1x1 (15) Isoniazid 300 mg 1x1 (15) Codein 10 mg 3x1 (10) Salbutamol 4 mg 2x1/2 (10) Retapryl SR 2x1 (10) Isoniazid – Rifampisin Isoniazid – Codein Isoniazid – Retapryl SR Rifampisin – Retapryl SR Mayor Moderate Moderate Moderate TCM : + Resisten Rif 24/5/17 Rifampisin 450 mg 1x1 (15) Isoniazid 300 mg 1x1 (15) Ranitidin 2x1 (12) Codein 15 mg 2x1 (14) Salbutamol 4 mg 2x1/2 (10) Retapryl SR 2x1 (10) Isoniazid – Rifampisin Isoniazid – Codein Isoniazid – Retapryl SR Rifampisin – Retapryl SR Mayor Moderate Moderate Moderate TCM : + Resisten Rif