• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil penelitian dengan validitas yang lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan edukasi pada pengguna piranti ortodonti cekat untuk melakukan penanganan terhadap traumatik ulser.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lesi Ulserasi

Lesi ulserasi oral adalah salah satu keluhan yang paling sering terjadi pada mukosa mulut. Lesi ulserasi pada mukosa oral sering disebabkan karena trauma fisik.1 Penyebab yang paling umum dari lesi-lesi ini adalah faktor mekanis, penyakit menular, neoplasma, serta penyakit autoimun dan hematologi. Ciri klinis utama dari semua kondisi ini adalah adanya ulser yang didefinisikan sebagai hilangnya semua lapisan epitel, dan adanya erosi yang didefinisikan hilangnya permukaan epitel.11

Istilah erosi digunakan untuk kerusakan pada permukaan epitel (Gambar 1B). Erosi memiliki tampilan berwarna merah karena ada sedikit kerusakan pada dasar lamina propria. Jika kerusakan sampai ketebalan penuh dari epitel, secara khusus kerusakan tersebut akan tertutup oleh eksudat fibrinous dan kemudian akan memiliki tampilan kekuningan.12

Istilah ulser digunakan pada kerusakan yang terjadi pada epitel dan lamina propria (Gambar 1A). Ulser memiliki bentuk seperti kawah, adakalanya secara klinis dibuat lebih jelas oleh adanya edema atau proliferasi yang menyebabkan pembengkakan jaringan di sekitarnya. Halo inflamasi, jika ada, juga menandakan kalau itu ulser, berwarna dasar kuning atau abu-abu dan dikeliliingi warna merah.13

Ulser dan erosi juga bisa menjadi manifestasi dari suatu kondisi. Ulser dan erosi bisa terjadi karena kerusakan epitel akibat trauma; serangan imunologis seperti pada lichen planus, pemfigoid atau pemfigus; kerusakan karena defek imun pada penyakit HIV dan leukemia; infeksi seperti virus herpes, tuberkulosis dan sifilis; kanker dan kekurangan nutrisi seperti kekurangan vitamin.12

Gambar 1 A. Ulser. B. Erosi14

2.1.1 Ulser Aftosa Rekuren

Penyebab utama dari Ulser Aftosa Rekuren masih belum diketahui, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa respon imun memainkan peran utama dalam patogenesis terjadinya ulser. Terdapat juga beberapa faktor predisposisi seperti trauma, alergi, genetik, gangguan endokrin, stres emosional, kekurangan hematologi, dan AIDS.11,15

Ulser Aftosa Rekuren memiliki tiga variasi gambaran klinis yaitu minor, mayor dan herpetiform ulser. Aftosa minor adalah bentuk yang paling umum, ukuranya kecil dengan diameter 3-6 mm, sakit, ditutupi oleh membran putih kekuningan dan dikelilingi oleh lingkaran merah tipis. Lesi mungkin tunggal atau ganda (dua sampai enam), dan dapat sembuh tanpa bekas luka pada 7-12 hari. Aftosa mayor ditandai dengan adanya ulser yang dalam dan sakit, diameter 1-2 cm, yang bertahan selama 3-6 minggu dan dapat menyebabkan bekas luka. Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai lima. Aftosa herpetiform ditandai dengan ukuran yang kecil, sakit, ulser dangkal, diameter 1-2 mm, dengan kecenderungan untuk menyatu menjadi ulser besar yang tidak teratur. Secara karakteristik, lesi yang multiple (10-100), bertahan selama satu atau dua minggu, dan dapat sembuh tanpa bekas luka.11

2.1.2 Traumatik Ulser

Traumatik ulser adalah lesi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, termal ataupun kimia, dan sumber trauma biasanya terlihat jelas di dekat lesi.10 Traumatik ulser dapat disebabkan oleh gigi yang tajam atau rusak, tambalan yang kasar, instrumen dental, tergigit, iritasi gigi tiruan, benda asing yang tajam, maupun piranti ortodonti cekat (Gambar 2). Rata–rata traumatik ulser terjadi karena hasil dari trauma yang tidak terduga dan umumnya muncul di daerah yang berhadapan dengan gigi seperti pada bibir, lidah, dan mukosa bukal.4,11

Traumatik ulser bisa juga iatrogenik yaitu disebabkan secara tidak sengaja oleh seorang praktisi kesehatan melalui perawatan medis atau dengan prosedur diagnostik yang salah. Manipulasi jaringan yang terlalu berlebihan atau terlalu berkonsentrasi dalam mengobati jaringan terutama keras dapat mengakibatkan kecelakaan dan cedera yang sebenarnya bisa dihindari pada jaringan lunak. Traumatik ulser dapat disebabkan karena tidak menggunakan cotton rolls atau isolasi jaringan yang kurang baik, tekanan negatif dari saliva ejector, atau dengan menusuk mukosa secara tidak sengaja dengan instrumen dental.16

Secara klinis traumatik ulser memiliki ciri yang beragam, tetapi biasanya traumatik ulser memiliki ciri: tunggal, sakit, permukaannya berwarna merah muda atau putih kekuning–kuningan dan dikelilingi oleh lapisan tipis eritematosa. Traumatik ulser umumnya lembut saat dipalpasi, dan sembuh tanpa bekas luka dalam 6-10 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan faktor penyebabnya. Traumatik ulser kronis secara klinis mirip seperti karsinoma. Traumatik ulser yang masih terjadi lebih dari 10-12 hari, harus dilakukan biopsi untuk mencegah terjadinya kanker.11

Gambar 2. Traumatik ulser pada pengguna piranti cekat16

2.1.3 Pengaruh Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat terhadap Terjadinya Traumatik Ulser

Selama perawatan ortodonti, baik jaringan intra oral dan ekstra oral berisiko mengalami kerusakan. Piranti ortodonti dengan alat cekat banyak menggunakan komponen yang dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut.4,8 Komponen seperti archwire dan bracket pada saat adaptasi dapat mempengaruhi keadaan mukosa mulut. Menurut penelitian Mei dkk., bahwa pada saat adaptasi alat, terlihat adanya perubahan pada mukosa mulut berupa hiperplasia dan hiperkeratosis epitel ringan sebagai respon dari stimulus mekanik dari alat ortodontik. Perubahan ini terjadi sampai proses epitel renewal berlangsung dalam 25 hari.17

Penelitian yang dilakukan Kavaliauskiene dkk., menemukan bahwa 93 pasien yang menjadi subjek penelitian, semuanya ditemui adanya lesi akibat trauma pada mukosa mulut selama 1 bulan penggunaan alat ortodontik cekat setelah insersi. Rata-rata perubahan mukosa mulut sudah mulai terlihat pada periode 2-4 jam setelah insersi alat dengan lesi ringan dan hal tersebut mulai meningkat hingga periode 1-7 hari.18

Periode awal penggunaan piranti ortodonti, keadaan gigi belum mengalami perubahan dan masih tidak beraturan (gigi torsiversi, bukoversi atau labioversi) sehingga komponen piranti dapat beresiko menyebabkan terjadinya traumatik ulser. Selain itu, piranti yang dibuat dengan kurang baik dan pasien yang tidak kooperatif dapat menimbulkan risiko trauma pada mukosa mulut dan akan menimbulkan traumatik ulser.4,7

2.2 Maloklusi 2.2.1 Definisi

Maloklusi adalah suatu bentuk penyimpangan dari letak gigi dan atau kesalahan hubungan antara lengkung gigi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi juga bisa merupakan variasi biologi sebagaimana variasi biologi yang terjadi pada bagian tubuh yang lain. Terdapat bukti bahwa prevalensi maloklusi meningkat, peningkatan ini sebagian dipercayai sebagai suatu proses evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang bercampur dalam kelompok ras atau bisa juga dikatakan bahwa maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal.19 Banyak komponen yang terlibat pada perkembangan oklusi. Beberapa yang paling penting adalah:20

• Ukuran maksila • Ukuran mandibula • Bentuk lengkung rahang • Ukuran dan morfologi gigi • Jumlah gigi yang ada • Morfologi jaringan lunak • Kebiasaan buruk.

2.2.2 Etiologi Maloklusi

Etiologi maloklusi merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor penyebab terjadinya kelainan oklusi. Pengetahuan mengenai etiologi perlu diketahui oleh dokter gigi yang akan melakukan tindakan preventif, interseptif, dan kuratif.

Penguasaan ilmu tentang faktor etiologi maloklusi memungkinkan dokter gigi melakukan tindakan perawatan secara tepat dan efektif.21

Kondisi maloklusi pada umumnya disebabkan oleh faktor genetik yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara ukuran rahang dengan ukuran gigi secara keselurahan.18 Namun dalam hal ini faktor lokal juga mempengaruhi etiologi dari maloklusi.19 Grabber telah mengenalkan klasifikasi faktor etiologi maloklusi dan membaginya ke dalam dua kelompok yaitu faktor umum dan faktor lokal. Faktor lokal yang merupakan etiologi maloklusi terdiri dari anomali jumlah gigi, anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labial yang abnormal, premature loss gigi desidui, retensi gigi desidui yang berkepanjangan, erupsi gigi permanen yang terlambat, arah erupsi yang abnormal, ankilosis, karies dan restorasi yang tidak baik. Faktor umum yang merupakan etiologi maloklusi terdiri dari herediter, kongenital, lingkungan, keadaan dan penyakit metabolik, nutrisi, kebiasaan buruk dan kelainan fungsional, postur dan trauma.22,23

2.3 Ortodonti

Perawatan ortodonti adalah suatu bentuk perawatan kedokteran gigi yang berperan penting dalam memperbaiki susunan gigi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mastikasi, fonetik, estetik, dan bermanfaat pada kesehatan umum dan mulut, kenyamanan individu dan rasa percaya diri, serta memiliki peran positif dalam meningkatkan kualitas hidup. Perawatan ortodontik, pada dasarnya adalah suatu upaya yang diberikan untuk mengadakan koreksi terhadap struktur dentofasial yang sedang tumbuh atau sudah dewasa. Upaya yang diberikan antara lain menggerakkan gigi, penyelarasan oklusal dan penyesuaian relasi rahang.24

Tujuan utama dari perawatan ortodonti adalah untuk memperbaiki maloklusi agar mencapai oklusi fungsional yang tepat, gigi yang optimal dan wajah yang estetis. Perawatan ortodonti secara umum dapat dibagi menjadi perawatan ortodonti lepasan dan perawatan ortodonti cekat.25

2.3.1 Ortodonti Lepasan

Piranti ortodonti lepasan merupakan piranti yang digunakan dalam perawatan ortodonti yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien.26 Piranti ortodonti lepasan telah banyak digunakan untuk memperbaiki masalah maloklusi dan untuk retensi setelah perawatan. Sikap koperatif pasien merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perawatan, terutama ketika piranti ortodonti lepasan digunakan.27

Piranti ortodonti lepasan memiliki 4 komponen utama yaitu komponen aktif, komponen retensi, plat dasar (baseplate), dan komponen penjangkaran (Gambar 3). Komponen aktif merupakan bagian-bagian dari piranti lepasan yang secara aktif dapat menghasilkan suatu gaya untuk menggerakkan gigi. Komponen retensi merupakan komponen yang menjaga stabilitas dan retensi dari piranti ortodonti lepasan. Plat dasar (baseplate) merupakan bagian yang mendukung komponen-komponen yang lain. Komponen penjangkaran merupakan komponen-komponen-komponen-komponen yang memberikan ketahanan terhadap kekuatan-kekuatan reaksioner yang dihasilkan oleh komponen aktif dari piranti ortodonti lepasan.28

Alat lepasan menghasilkan pergerakan gigi yang terbatas. Alat lepasan pada umumnya menghasilkan pergerakan tipping dari gigi, tetapi dapat juga menghasilkan pergerakan intrusi, ekstrusi dan rotasi dimana tidak seefektif dari alat cekat sedangkan pergerakan bodily atau torque sulit atau tidak mungkin dihasilkan.29

Penggunaan piranti ortodonti lepasan memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat dilepas sehingga mudah dibersihkan, penjangkaran vertikal dan horizontal lebih baik karena baseplate palatal, dapat melakukan pengurangan overbite yang lebih efisien pada anak yang sedang tumbuh, dapat menyalurkan gaya ke seluruh permukaan piranti. Selain keuntungan, terdapat juga kerugian pada piranti ortodonti lepasan yaitu piranti dapat dilepas sehingga bisa diabaikan, gerakan yang memungkinkan hanya gerakan tilting, mempengaruhi pengucapan, memerlukan teknisi dalam pembuatan, gerakan intermaksilari sulit dicapai, tidak efisien untuk pergerakan banyak gigi, piranti lepasan pada rahang bawah sulit ditolerir.30

2.3.2 Ortodonti Cekat

Piranti ortodonti cekat adalah perangkat yang dipasang dan dicekatkan ke gigi oleh operator dengan menggunakan sistem perlekatan (bonding) dan tidak dapat dilepas oleh pasien.6 Sebagian besar peran pasien selama perawatan ditiadakan dalam penggunaan piranti ortodonti cekat. Penggunaan piranti ortodonti cekat memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:

a. Piranti ortodonti cekat sangat serbaguna dan dapat digunakan untuk sebagian besar maloklusi.31

b. Piranti ortodonti cekat dapat menggerakkan gigi dengan berbagai jenis gerakan yaitu gerakan tipping, rotasi, bodily, torque, dan vertikal baik ekstrusi maupun intrusi.29

c. Beberapa gerakan gigi secara simultan dapat dicapai, selalu memperoleh hasil perawatan yang lebih baik daripada piranti lepasan.32

d..Gerakan gigi yang lebih akurat dan detail dari oklusi bisa dilakukan dengan menggunakan piranti cekat.

e. Piranti cekat memiliki kontrol yang lebih baik atas penjangkaran.31 Meski begitu, walaupun memiliki banyak keuntungan, piranti ortodonti cekat juga memiliki beberapa kerugian, yaitu diantaranya:

a. Pemeliharaan kebersihan mulut yang menjadi lebih sulit. Piranti cekat memiliki bracket yang melekat pada permukaan gigi, semakin besar area yang tertutup oleh bracket, semakin besar kompleksitas dari komponen lainnya, hal itu membuat pasien semakin sulit untuk membersihkan gigi. Plak dan sisa-sisa makanan cenderung menumpuk di sekitar perlekatan dan pembersihan gigi menjadi lebih sulit bagi pasien.33

b. Operator memerlukan pelatihan khusus untuk memasang piranti ortodonti cekat dan piranti ortodonti cekat selalu ditangani oleh ortodontis, jika tidak, ada kemungkinan menghasilkan gerakan gigi yang merugikan.

c. Piranti yang rusak dan salah pergerakan tidak dapat diperbaiki oleh pasien. d..Piranti ortodonti cekat secara ekonomis jauh lebih mahal dibandingkan dengan piranti ortodonti lepasan.31

e. Piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut, ulserasi mukosa atau hiperplasia, chemical burns (berkaitan dengan penggunaan etsa), cedera termal, dan trauma karena instrumen dental saat pemasangan atau kontrol.24

2.3.2.1 Komponen Ortodonti Cekat

Piranti ortodonti cekat terdiri dari beberapa komponen yang menyusunnya, ada komponen aktif yaitu komponen yang memberikan gaya dan menyebabkan pergerakan dan ada juga komponen pasif yaitu komponen yang tidak memberikan gaya tetapi mempertahankan posisi dari piranti itu sendiri (Gambar 4), terdapat juga komponen tambahan pada piranti ortodonti cekat.30 Komponen–komponen tersebut yaitu:

1. Komponen Pasif

Bracket bertindak sebagai pegangan untuk mengirimkan gaya dari

Band merupakan cincin stainless steel yang disemen pada gigi. Band membungkus setiap gigi untuk memberikan penjangkaran pada bracket.

Band membantu memperbaiki berbagai perlekatan ke gigi.34

Buccal tube sebagai pengunci yang biasanya dipasang pada gigi molar.

Lingual button untuk mengikatkan rubber elastics dan kawat ligatur.

Lock pin berfungsi untuk mengunci archwire dengan aman.

Ligature tie adalah kawat halus yang mempertahankan posisi archwire

agar tidak berubah posisi.31

2. Komponen Aktif

Archwire merupakan kawat yang bentuknya sesuai dengan tulang

alveolar atau lengkung gigi berfungsi sebagai sumber kekuatan dalam mengoreksi penyimpangan posisi gigi. Sebuah archwire juga dapat digunakan untuk mempertahankan posisi gigi yang ada, dalam hal ini memiliki tujuan retentif.31

Spring, biasanya ditempatkan pada archwire diantara bracket untuk

mendorong, menarik, membuka atau menutup ruang antara gigi.34

Elastic digunakan untuk menutup ruang, untuk memperbaiki open bite,

perawatan cross bite, mengkoreksi hubungan antar lengkung rahang.

Separator digunakan untuk membuka interdental yang rapat.31

3. Komponen Tambahan

Lingual Holding Arch (LHA) adalah komponen yang dicekatkan di

lingual molar satu bawah yang berfungsi untuk mempertahankan ruang. Terdiri dari dua band yang dipasang dan disemen ke molar bawah yang dihubungkan dengan lengkungan logam di sepanjang sisi lidah dari gigi bawah.36

Gambar 4. A. Ligature B. Archwire C. Bracket D. Metal Band E. Elastic Hooks dan Rubber Bands35

Trans Palatal Arch (TPA) dicekatkan pada molar band dan memiliki

omega loop di palatal. TPA berfungsi untuk ekspansi, rotasi, kontraksi, dan torsi dari gigi molar.37

Rapid Palatal Expander (RPE) adalah alat cekat yang dapat

mengekspansi rahang atas. RPE digunakan untuk melebarkan rahang atas dengan memanfaatkan sutura tulang rawan. RPE terdiri dari dua band atau cincin yang dipasang pada gigi molar atas yang melekat pada kerangka kerja pada palatum. Kerangka tersebut memiliki sekrup yang secara berkala melebar 0,25 mm. Setelah ekspansi selesai, RPE tetap diletakan di mulut selama minimal 3 bulan untuk mengurangi relaps.

Quad Helix merupakan jenis lain dari alat ekspansi cekat yang dapat

memutar gigi molar atas ketika sedang ekspansi. Quad Helix juga digunakan untuk memperbaiki crossbite posterior, dan untuk mendapatkan kembali ruang karena premature loss pada gigi desidui.36

Nance Holding Arch (NHA) terdiri dari cincin stainless steel (band)

melengkung dengan akrilik pada daerah palatal. NHA berfungsi untuk mempertahankan posisi gigi molar atas dan untuk menstabilkan posisi gigi ini dari pengaruh pergerakan gigi lainnya. NHA juga dapat digunakan untuk memutar molar ke posisi yang lebih ideal untuk meningkatkan fungsi pengunyahan.38

2.4 Kerangka Teori

`

Ortodonti Lepasan Ortodonti Cekat

Ulser Aftosa Rekuren

Etiologi Definisi Lesi Ulserasi Traumatik Ulser Lesi Imunologis Lesi Reaktif

Komponon Ortodonti Cekat

Komponen Aktif Komponen Pasif Komponen Tambahan

2.5 Kerangka Konsep

Variabel penelitian: • Piranti Ortodonti Cekat • Traumatik Ulser

Variabel Tak Terkendali : • Jenis Maloklusi

• Komponen Cekat yang Dipakai • Mekanoterapi yang Digunakan Variabel Terkendali :

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lesi ulserasi oral adalah salah satu keluhan yang paling sering terjadi pada rongga mulut. Lesi ulserasi ditandai dengan adanya ulser dan erosi yang berarti adanya kerusakan pada jaringan epitel rongga mulut. Prevalensi terjadinya lesi ulserasi oral adalah 25% dari populasi di dunia.1,2

Traumatik ulser adalah lesi ulserasi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Prevalensi traumatik ulser cukup tinggi dibandingkan lesi-lesi mulut lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Castellanos, dkk. pada tahun 2003 di Meksiko terhadap 1000 orang menunjukkan prevalensi traumatik ulser sebesar 40,24%.3 Traumatik Ulser umumnya dapat sembuh dalam beberapa hari tanpa komplikasi. Sumber trauma berada di dekat lesi. Bentuknya sesuai dengan penyebabnya yaitu tidak teratur, soliter dan ukurannya bervariasi tergantung sumber trauma. Permukaannya biasanya tertutup selaput putih kekuningan dan dikelilingi lapisan tipis berwarna merah. Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, termal ataupun kimia. Ulser yang dihasilkan dari cedera traumatis merupakan jenis yang paling umum ditemui dalam praktek kedokteran gigi. Tergigit selama pengunyahan, protesa maupun piranti ortodonti yang tajam dapat menyebabkan traumatik ulser.4,5

Piranti ortodonti cekat merupakan suatu alat yang dicekatkan langsung pada gigi dengan menggunakan sistem perlekatan dan tidak dapat dilepas oleh pasien yang berfungsi untuk memperbaiki maloklusi. Piranti ortodonti dengan alat cekat banyak menggunakan komponen yang dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. Komponen alat ortodonti cekat antara lain adalah bracket, archwire band, dan ligature. Pembuatan alat yang kurang baik dapat menimbulkan risiko trauma pada mukosa mulut dan akan menimbulkan traumatik ulser.6,7

Selama perawatan ortodonti, baik jaringan intra oral dan ekstra oral berisiko mengalami kerusakan. Laserasi pada gingiva dan mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi. Bracket, archwire, band, dan ligature yang tajam juga dapat menyebabkan ulserasi. Gerakan dari otot pipi dan lidah yang berlebihan dapat juga memicu terjadinya traumatik ulser, oleh karena itu dokter harus menilai dan memantau setiap aspek prosedur ortodonti selama dan setelah pengobatan untuk mencapai hasil akhir yang sukses.8

Kvam dkk., dalam penelitiannya mengenai traumatik ulser dan nyeri selama perawatan ortodontik, mendapatkan hasil bahwa 28,7% dari 161 pasien mengeluhkan terkena ulserasi, dimana 75,8% diantaranya mengalami ulserasi ringan, sedangkan 2,5% mengalami ulserasi berat.9 Anindita dkk., telah melakukan penelitian pada mahasiswa pengguna alat ortodontik cekat di PSKG FK UNSRAT dengan menunjukkan hasil bahwa 90,1% pernah mengalami traumatik ulser, dimana perempuan lebih banyak mengalami traumatik ulser dibandingkan laki-laki. Penelitian tersebut menyatakan bahwa 60% responden mengalami traumatik ulser pertama kali terjadi pada periode kurang dari satu bulan setelah penggunaan alat.7 Shintaningrum juga telah melakukan penelitian yang sama pada mahasiswa FKG UNEJ dan memperoleh hasil bahwa 59 subjek dari 87 sampel mengalami traumatik ulser. Kelompok traumatik ulser yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 48 subyek dan berjenis kelamin laki-laki sejumlah 11 subyek. Hal ini menunjukan bahwa 67,8% traumatik ulser terjadi pada mahasiswa yang sedang menjalani perawatan ortodonti cekat.10

Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapakah prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser pada pengguna ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan jenis kelamin. 2. Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan waktu terjadinya. 3. Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan lokasi terjadinya. 4..Untuk mengetahui prevalensi traumatik ulser berdasarkan komponen ortodonti cekat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1..Memberikan informasi jumlah traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik PPDGS RSGMP FKG USU.

2. Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan data penelitian-penelitian berikutnya.

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia Tahun 2016

Muhammad Ilham Ariyanda

Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik PPDGS FKG USU

x + 33 halaman

Traumatik ulser adalah lesi yang paling sering terjadi pada jaringan lunak rongga mulut. Traumatik ulser dapat terjadi karena trauma fisik, termal ataupun kimia, dan sumber trauma biasanya terlihat jelas di dekat lesi. Piranti ortodonti dengan alat cekat banyak menggunakan komponen yang dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan mulut. Selama perawatan ortodonti, baik jaringan intra oral dan ekstra oral berisiko mengalami kerusakan. Laserasi pada gingiva dan mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi yang akhirnya dapat menyebabkan traumatik ulser.

Dokumen terkait