• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka diajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru kelas yang memiliki sikap terhadap anak berkebutuhan khusus dalam kategori baik hendaknya tetap menjaga dan mengembangkan sikap baik tersebut terhadap anak berkebutuhan khusus. Sedangkan untuk guru kelas yang termasuk dalam kategori sangat buruk hendaknya memperdalam pemahaman mengenai perbedaan dan karakteristik anak berkebutuhan khusus melalui media informasi, diskusi, seminar serta forum-forum ilmiah lain. Guru perlu meningkatkan perasaan, toleransi dan tindakan terhadap anak berkebutuhan khusus dalam belajar.

2. Kepala sekolah dapat memberikan motivasi bagi guru kelas yang memiliki sikap yang baik terhadap anak berkebutuhan khusus dengan tujuan untuk

84

mempertahankan atau meningkatkan sikap baik tersebut. Kepala sekolah dapat pula memberikan bimbingan bagi guru-guru kelas yang memiliki sikap cukup baik dan sangat buruk melalui pemberian pelatihan bagi guru kelas, penyelenggaraan sharing permasalahan terkait ABK bagi guru-guru kelas, untuk meningkatkan sikap yang dimiliki guru kelas tersebut.

3. Pimpinan Dinas Pendidikan Kab. Magelang dapat memberikan fasilitas penunjang bagi peningkatan kualitas sikap guru kelas yang termasuk kategori sangat buruk, serta dapat memberikan penguatan bagi guru kelas yang memiliki sikap terhadap anak berkebutuhan khusus kategori sangat baik.

85

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fanani. (2012). Kamus Istilah Populer. Cetakan Ke-III. Yogyakarta:

Mitra Pelajar.

Agus Abdul Rahman. (2014). Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers.

Agus Sukoco dan Santianingrum Soebandhi. (2013). Statistik Deskriptif:

Penyajian Data, ukuran Pemusatan Data, Ukuran Penyebaran Data.

Diakses dari http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/statistik-bisnis/ pada tanggal 24 September 2016 pukul 23.08 WIB.

Alex Sobur. (2013). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Arini Rachmi Putrisyani. (2014). Intimasi Pertemanan Versus Loneliness pada Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi Tidak Diterbitkan.

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Asmadi Alsa. (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi: Satu uraian singkat dan contoh berbagai Tipe penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

A. Sudiarja. (2014). Pendidikan dalam Tantangan Zaman. Sleman : Penerbit Kanisius.

Bimo Walgito. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Edisi 4.

Yogyakarta:Andi Publishing.

Candra Permana. (2014). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Sikap Terhadap Tawuran pada Remaja. Skripsi. Universitas Gunadarma. Depok.

Diakses dari http://publication.gunadarma.ac.id/ pada tanggal 15 November 2016 pukul 14:10 WIB.

Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono.

Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Creswell, John. (2015). Riset Pendidikan Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kealitatif dan Kuantitatif. Edisi 5. Penerjemah: Helly Prayitno Soejipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____. (2014). Research Design: qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Edisi keempat. Singapore: Sage Publication.

86

_____. (2009). Research Design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Edisi 3. Singapore: SAGE Publications.

_____. (2002). Education Reseach: Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative and Quantitative Reseach. New Jersey: Merrill Prentice Hall.

Dani Vardiansyah. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:

Indeks.

Dedy Kustawan. (2012). Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya.

Jakarta: Luxima Metro Media.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Tuna Grahita. Bandung: Refika Aditama.

D’Alonzo, B. J., Giordano, G., & Cross, T. L. (1996). Improving teachers’

attitudes through teacher education toward the inclusion of students with disabilities into their classrooms. The Teacher Educator. Vol.31, Hal 304-312.

Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Filifino Firmansyah. (2012). Modul 7: Etika dalam Teori Perkembangan Moral dari Gilligan. Kode Etik Psikologi. Diakses dari Pusat Bahan Ajar dan Elearning, Http://www.mercubuana.ac.id pada 19 September 2016 pukul 16:13 WIB.

Gary Yukl. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Kelima. Penerjemah:

Budi Supriyanto. Jakarta: Indeks.

Gerungan, W. A. (2002). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. (p.

145). New York: McGraw Hill.

Hallahan, Daniel P. dan James M. Kauffman. (2009). Exceptional Learners: an introduction to special education. edisi ke–11. United States: Pearson Education.

Hamid Darmadi. (2009). Kemampuan Dasar Mengajar: Landasan, Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Hermanto, dkk. (Tanpa Tahun). Kelas inklusif masih banyak dikelola Secara model ekslusif. Diakses dari staff.uny.ac.id. pada 12 Oktober 2015 pukul 22.40 WIB.

87

_____. (2013). Kelas Inklusif Masih Banyak Dikelola Secara Model Ekslusif.

Diakses dari lppm.uny.ac.id pada 05 Oktober 2016 pukul 10.59 WIB.

J. Supranto. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi 6. Editor: Tulus Sihombing dan Ali Said. Jakarta: Erlangga.

Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia No.VI/KONGRES/XXI/PGRI/2013 Tentang KODE ETIK GURU INDONESIA.

King, Laura A. (2014). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif.

Penerjemah: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.

Lewis, Rena B. dan Donald H. Doorlag. (2011). Teaching Students With Special Needs in General Education Classrooms. Edisi 8. New Jersey: Pearson Education.

Mc. Leskey, James, Michael S. Rosenberg dan David L. Westling. (2013).

Inclusion: effective practice for all students. Edisi 2. New Jersey: Pearson Education.

Mercer, Jenny dan Clayton, Debbie. (2012). Psikologi Sosial. Penerjemah:

Noermalasari Fajar Widuri. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mochamad Fadli dan Ali Djamhuri. (2014). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Universitas Negeri Di Kota Malang).

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB; Vol. 2, No. 2. Diakses dari http://jimfeb.ub.ac.id/ pada tanggal 15 November 2016 pukul 15:03 WIB.

Mohammad Efendi. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta:Bumi Aksara.

Mohammad Takdir Illahi. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi.

Jogjakarta: Ar–Ruzz Media.

Mudji Sutrisno. (2005). Transformasi. Teori-Teori Kebudayaan. Editor: Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto. Yogyakarta: Kanisius.

Ngalim Purwanto, M. (2014). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Cet ke – 21.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Novan Ardy Wiyani. (2015). Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

88

Nurdin. (2009). Segregasi Dalam Pengajaran dan Penguasaan Bahasa. Musawa;

Vol. 1, No.1 Juni 2009: 63 – 74. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php pada 19 September 2016 pukul 15:28 WIB.

N. Praptinigrum. (2010). Fenomena Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan Khusus; Vol.7. No.2. Hal 32 – 39.

Papalia, Diane E. Dan Feldman, Ruth Duskin. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia. Edisi 12 – Buku 2. Penerjemah: Fitrianan Wuri Herarti. Jakarta:

Salemba Humanika.

Parkay, Forest. W dan Stanford, Beverly Hardcastle. (2011). Menjadi Seorang Guru. Edisi 8 – Jilid 2. Penerjemah: Wasi Dewanto. Jakarta: PT.Indeks.

Paul Suparno. (2005). Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grasindo.

Risnita. (2012). Pengembangan Skala Model Likert. Edu-Bio; Vol. 3 , 86-99.

Diakses dari http://e-journal.iainjambi.ac.id pada 23 Mei 2016 pukul 15:07 WIB.

Saifuddin Azwar. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2 Cet . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2 Cet - . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2 – Cetakan IX.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____. (2006). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santrock, John W. (2012). Perkembangan Masa Hidup. Edisi 13 – Jilid II.

Penerjemah: Benedictinte Widyasinta. Jakarta: Penerbit Erlangga.

_____. (2013). Psikologi Pendidikan. Edisi 2. Penerjemah: Tri Wibowo B.S.

89

Sarlito Wirawan Sarwono. (2011). Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi Cetakan ke-15. Jakarta: Rajawali Press.

Sears, David O, et al. (1985). Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi 5. Penerjemah:

Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga.

Sauhgnessy, John J, Eugene B. Zechmeister, dan Jeanne S. Zechmeister. (2012).

Metode Penelitian dalam Psikologi. Edisi 9. Penerjemah: Ellys Tjo, M.

Psi. Jakarta: Salemba Humanika.

Shier, Rosie. (2004). Statistics : 2.3 The Mann-Whitney U Test. Diakses dari www.lboro.ac.uk pada tanggal 15 September 2016 pukul 08.30 WIB.

Sofia Arditya K. dan Fifin L. Rahmi. (2007). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Terhadap Operasi Katarak pada Pasien Katarak Senilis di RSUP Dr.

Kariadi Semarang. The Indonesian Journal of Public Health; Vol. 4, No.

1, Hal: 21 – 24.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

_____. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

_____.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suliyanto. (2011). Perbedaan Pandangan Skala Linkert Sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval. Editor: Tatik Widiharih, dkk. Prosiding Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro 2011. hal.51–60. Semarang:

Prodi Statistika FMIPA Universitas Diponegoro.

Sumadi Suryabrata. (2004). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Surajiyo. (2008). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

Tin Suharmini. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:

Kanwa Publisher.

Tulus Winarsunu. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.

Edisi Revisi. Malang: UMM Press.

90

T.Sutjihati Somantri. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Uhar Suharsaputra. (2011). Menjadi Guru Berkarakter. Sleman: Paramitra Publishing.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

91 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian

A. Instrumen Sebelum dilakukan uji Validitas

92 B. Uji Validasi ahli ke-1

HASIL PENILAIAN AHLI

SKALA SIKAP GURU KELAS TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSIF WILAYAH

KABUPATEN MAGELANG Oleh : Dra. Tin Suharmini, M. Si

Tanggal : 26 September 2016

No Pernyataan Perbaikan

1 Tampilan surat permohonan peneliti kepada responden di tampilkan di tengah

halaman.

Penyusunan surat permohonan ditempatkan di tengah halaman.

2 Surat permohonan harus mencantumkan tujuan instrumen tersebut dibuat.

4 Ditambahkan halaman identitas pengisi dan diberikan pilihan untuk bisa diisi

dengan naman samaran.

Ditambah halaman identitas responden di halaman akhir

instrumen.

5 Jumlah butir instrumen perlu ditambahkan untuk mengantisipasi butir instrumen

yang tidak valid.

Menambah butir instrumen menjadi 80 butir.

93 C. Uji Validasi ahli ke-2

HASIL PENILAIAN AHLI

SKALA SIKAP GURU KELAS TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSIF WILAYAH

KABUPATEN MAGELANG Oleh : Dra. Tin Suharmini, M. Si

Tanggal : 30 September 2016

No Pernyataan Perbaikan

1 Dalam pengantar instrumen skala sikap, perlu di tambahkan tempat dan tanggal serta tujuan skala sikap tersebut di buat.

Memberikan tempat dan tanggal serta tujuan skala sikap tersebut dibuat dalam pengantar instrumen

skala sikap guru kelas terhadap anak berkebutuhan khusus.

2 Pernyataan nomor 5 termasuk aspek afektif.

Perlu dirubah dalam aspek kognitif 3 Pernyataan nomor 7 pada kata “selalu

membantu” termasuk aspek psikomotorik.

Tidak perlu perbaikan karena termasuk dalam aspek tersebut 4 Pernyataan nomor 10 termasuk aspek

afektif, belum memahami karakteristik anak berkebutuhan khusus.

Perlu diperbaiki dalam aspek kognitif

5 Pernyataan nomor 12 termasuk aspek afektif.

Perlu diperbaiki dalam aspek kognitif

6 Penyataan nomor 18 termasuk aspek psikomotorik.

Tidak perlu dirubah 7 Pernyataan nomor 24 termasuk dalam

aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

8 Pernyataan nomor 29 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu diperbaiki dalam aspek kognitif

9 Pernyataan nomor 32 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu diperbaiki dalam aspek kognitif

10 Pernyataan nomor 34 termasuk dalam aspek afektif, tidak memahami

karakteristik.

Perlu diperbaiki dalam aspek kognitif

11 Pernyataan nomor 37 bukan termasuk aspek kognitif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

12 Pernnyataan nomor 38 bukan termasuk aspek kognitif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

13 Pernyataan nomor 45 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

14 Pernyataan nomor 47 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

15 Pernyataan nomor 51 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

16 Pernyataan nomor 54 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

94

No Pernyataan Perbaikan

17 Pernyataan nomor 56 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

18 Pernyataan nomor 57 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

19 Pernyataan nomor 58 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

20 Pernyataan nomor 63 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

21 Pernyataan nomor 67 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

22 Pernyataan nomor 70 pada kata saya menganggap dihapus, dan pada kata persiapan diberi huruf kapital pada huruf

pertama.

Menghapus kata saya menganggap, dan mengganti huruf pertama kata

persiapan kedalam huruf kapital 23 Pernyataan nomor 72 termasuk dalam

aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

24 Pernyataan nomor 73 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

25 Pernyataan nomor 75 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

26 Pernyataan nomor 77 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

27 Pernyataan nomor 80 termasuk dalam aspek afektif.

Perlu di perbaiki dalam aspek kognitif

28 Secara keseluruhan aspek afektif sudah baik.

Tidak Perlu Perbaikan 29 Secara keseluruhan aspek kognitif belum

menggambarkan sebagai aspek kognitif.

Perlu di perbaiki dengan dirubah kalimatnya kedalam aspek kognitif 30 Secara keseluruhan aspek psikomotorik

sudah baik.

Tidak memerlukan perbaikan

95 D. Uji Validasi ahli ke-3

HASIL PENILAIAN AHLI

SKALA SIKAP GURU KELAS TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSIF WILAYAH

KABUPATEN MAGELANG Oleh : Dra. Tin Suharmini, M. Si

Tanggal : 05 Oktober 2016

No Pernyataan Perbaikan

1 Perlu perbaikan seluruh aspek konitif Perbaikan seluruh butir pernyataan instrumen skala sikap guru aspek

kognitif.

2 Aspek afektif sudah benar Sudah benar

3 Aspek psikomotorik sudah benar Sudah benar

96 E. Uji Validasi Ahli ke- 4

HASIL PENILAIAN AHLI

SKALA SIKAP GURU KELAS TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH INKLUSIF WILAYAH

KABUPATEN MAGELANG Oleh : Dra. Tin Suharmini, M. Si

Tanggal : 11 Oktober 2016

No Pernyataan Perbaikan

1 Pernyataan nomor 5 perlu diberikan koma setelah kata pekembangan.

Memberikan tanda koma setelah kata perkembangan 2 Peryataan nomor 12 diperbaiki tata

bahasa yang digunakan.

Pada kata auditori dirubah menjadi kata pendengaran.

3 Penyataan nomor 15 pada kata tuhan perlu ditulis huruf kapital di awal kata.

Penulisan huruf kapital di awal kata kata “tuhan” menjadi “Tuhan”.

4 Pernyataan nomor 35 pada kata “yang membatasi” dihapus dan diganti kata

“bahwa” dan kata “untuk” dihapus dari penyataan.

Penggantian kata “yang membatasi” menjadi kata “bahwa”

dan menghapus kata “untuk” dari pernyataan.

5 Mempertanyakan pernyataan nomor 37 pada kata “abstrak” bahwa kata tersebut dapat di pahami oleh guru atau tidak

Tidak perlu dirubah dengan asumsi bahwa guru memahami kata

tersebut.

97 F. Instrumen Sebelum Di Ujicobakan

Yogyakarta, 05 Oktober 2016

Kepada

Bapak/Ibu Guru Di SD Inklusi

Wilayah Kab. Magelang

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi tugas akhir skripsi yang berjudul “Sikap Guru Kelas Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi Wilayah Kabupaten Magelang”. Dengan ini, saya:

Nama : Amin Mustofa

Institusi : Universitas Negeri Yogyakarta

NIM : 12103241077

memohon kesedian bapak/ibu guru untuk mengisi kuesioner ini. Data hasil kuesioner ini akan digunakan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi.

Hormat Kami, ttd.

(Amin Mustofa)

98

Kuesioner Sikap Guru Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Petunjuk Pengisian :

1. Pada setiap pernyataan di bawah, berilah tanda centang ( √ ) pada kolom SS, S, TS atau STS yang sesuai dengan peryataan sikap anda.

2. Ketentuan pengisian pada kolom kesesuaian sebagai berikut.

SS : Sangat Sesuai 1 Saya mengetahui bahwa setiap anak memiliki

kemampuan yang berbeda.

2 Saya bersedia menjaga komunikasi dengan semua anak, termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.

3 Saya siap memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang memiliki hambatan dalam belajar.

4 Saya bersedia membimbing anak yang mengalami hambatan dalam membaca.

5 Saya tahu anak dikatakan memiliki hambatan intelektual dan perkembangan ketika memiliki IQ dibawah 70 dan mampu menyesuaikan diri serta terjadi pada masa perkembangan.

6 Saya merasa memberikan penilaian sesuai kemampuan anak.

7 Saya selalu siap membantu siswa yang membutuhkan bantuan khusus dalam belajarnya.

8 Saya siap menolak jika harus mengajar siswa dengan kemampuan belajar yang dibawah rata-rata.

9 Saya siap mendorong guru lain untuk memberikan perhatian terhadap siswa yang memiliki hambatan khusus dalam pembelajaran.

10 Saya tahu pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dikembangkan berdasarkan kelebihan yang dimiliki.

11 Saya bersedia mengunakan media pembelajaran yang memungkinkan seluruh anak bisa menerima

pembelajaran dengan baik.

12 Saya tahu bahwa anak gangguan penglihatan memiliki kecenderungan belajar dengan memanfaatkan kelebihan auditorinya.

13 Saya memberikan kesempatan setara bagi siswa yang memiliki hambatan emosi sosial dan perilaku dalam belajar.

14 Saya bersedia memberikan pendidikan khusus di dalam kelas bagi anak yang mengalami gangguan autism.

15 Saya meyakini tuhan tidak pernah gagal dalam mencipkatan manusia termasuk menciptakan anak berkebutuhan khusus.

99

No Pernyataan Kesesuaian

SS S TS STS 16 Saya merasa benci jika melihat anak berkebutuhan

khusus yang ikut belajar di kelas saya.

17 Saya merasa memberikan kesempatan mengerjakan tugas lebih lama untuk anak dengan hambatan penglihatan.

18 Saya bersedia mengembangkan kemampuan mengajar anak berkebutuhan khusus dengan mempraktikan langsung terhadap anak.

19 Saya merasa bangga bisa menolak anak dengan hambatan intelektual untuk belajar di kelas saya.

20 Saya selalu siap membagikan ilmu yang saya miliki kepada siapapun termasuk anak berkebutuhan khusus.

21 Saya bersedia sering memperbaiki pemahaman siswa umum terhadap anak berkebutuhan khusus.

22 Saya merekomendasikan anak yang mengalami hambatan persepsi untuk mengikuti pelajaran tambahan.

23 Saya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan penguatan kepada anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan motivasi.

24 Saya yakin anak berkebutuhan khusus yang memiliki minat dalam kegiatan olahraga cukup belajar bagian yang menjadi minatnya.

25 Saya siap memberikan keteladanan dalam berperilaku terhadap anak berkebutuhan khusus.

26 Saya bersedia banyak menggunakan metode ceramah dalam mentransfer pengetahuan bagi peserta didik.

27 Saya mau mendorong seluruh siswa untuk aktif bertanya termasuk anak berkebutuhan khusus.

28 Saya menghendaki seluruh siswa bisa saling

membagikan pengetahuannya dalam forum kelompok.

29 Saya mengetahui bahwa hambatan intelektual dapat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan adaptif.

30 Saya toleransi dengan memberikan kesempatan yang lebih bagi anak berkebutuhan khusus untuk

menunjukan kemampuannya.

31 Saya bersedia sering menggunakan metode praktik untuk pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.

32 Saya mengetahui anak gangguan pendengaran memiliki kelebihan dalam bidang visual.

33 Saya memfasilitasi anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

34 Saya mengerti kekurangan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas saya.

100

No Pernyataan Kesesuaian

SS S TS STS 35 Saya berharap pemerintah membuat kebijakan yang

membatasi anak berkebutuhan khusus untuk hanya bersekolah di sekolah khusus.

36 Saya cenderung mengabaikan anak berkebutuhan khusus yang ada di lingkungan belajar.

37 Saya tahu anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan intelektual dan perkembangan hanya dapat diajarkan pengetahuan abstrak.

38 Saya tahu anak ADHD dalam pembelajaran harus ditempatkan dalam ruang khusus yang terbatas.

39 Saya tahu anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pembelajaran bersama anak normal perlu diberikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan yang dimilikinya.

40 Saya merasa senang bila terbebas dari beban mengajar anak bekebutuhan khusus.

41 Saya merasa bahagia bila melihat anak berkebutuhan khusus dicemooh oleh teman lain.

42 Saya merasa terganggu jika mengajari anak berkebutuhan khusus dengan hambatan bicara.

43 Saya merasa jijik ketika melihat anak berkebutuhan khusus yang tidak bisa menjaga kebersihan diri.

44 Saya bosan ketika menghadapi anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan intelektual.

45 Saya tahu Anak Berkebutuhan Khusus dengan hambatan pendengaran memiliki masalah dalam pengembangan bicaranya.

46 Saya mengabaikan anak yang mengalami gangguan penglihatan.

47 Saya tahu anak Berbutuhan Khusus yang memiliki kemampuan intelektual diatas rata-rata cenderung memiliki tingkat egois yang tinggi.

48 Saya mendukung anak berkebutuhan khusus hanya belajar di rumah.

49 Saya mengevaluasi kemampuan belajar anak berkebutuhan khusus berdasarkan nilai ujian saja.

50 Saya merasa mengabaikan proses anak berkebutuhan khusus dalam belajar.

51 Saya meyakini bahwa anak berkebutuhan khusus dapat belajar diatas batas kemampuan yang dimiliki.

52 Saya mengagumi anak normal yang berkuasa terhadap anak berkebutuhan khusus.

53 Saya merasa cemburu ketika ada anak normal yang membantu anak berkebutuhan khusus dalam belajar.

54 Saya tahu bahwa pembelajaran akademik fungsional diperuntukan bagi anak berkebutuhan khusus dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata.

101

No Pernyataan Kesesuaian

SS S TS STS 55 Saya memiliki waktu yang diluangkan khusus untuk

membimbing anak berkebutuhan khusus.

56 Saya mengetahui bahwa keberbakatan merupakan kombinasi kemampuan diatas rata-rata, tanggung jawab terhadap tugas dan kreatifitas yang tinggi.

57 Saya menyakini pengucilan dari masyarakat merupakan tindakan yang tepat untuk anak dengan gangguan perilaku.

58 Saya tahu anak autis memiliki gangguan psikologis yang berdampak pada hambatan dalam komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.

59 Saya berkeberatan menyediakan media khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas saya.

60 Saya merasa malas untuk menghambat orang lain yang berbuat baik terhadap anak berkebutuhan khusus.

61 Saya sedih ketika melihat anak berkebutuhan khusus yang memiliki prestasi bagus.

63 Saya tahu gangguan emosi dan perilaku dapat diperbaiki dengan modifikasi perilaku.

64 Saya menduga bahwa prestasi anak berkebutuhan khusus merupakan kebohongan.

65 Saya bersedia memaksimalkan potensi belajar anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan metode yang sesuai untuk anak.

66 Saya sanggup mendidik anak berkebutuhan khusus dengan media yang sesuai kondisi kebutuhan anak.

67 Saya tahu bahwa mampu melihat dalam sudut 35º termasuk anak berkebutuhan khusus gangguan penglihatan.

68 Saya mengajak guru lain untuk membiarkan anak berkebutuhan khusus tanpa diberikan layanan pendidikan.

69 Saya merasa bosan mendidik anak berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan komunikasi.

70 Saya merasa persiapan mengajar untuk anak berkebutuhan khusus bisa diabaikan.

71 Saya mengurangi kesempatan yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus dalam hal belajar.

72 Saya tahu anak berbakat biasanya memiliki kemampuan memimpin terhadap anak normal lain.

73 Saya tahu kemampuan melihat huruf terbatas dalam jarak 10 meter yang seharusnya dapat dilihat dalam jarak 21 meter termasuk dalam anak berkebutuhan khusus gangguan penglihatan.

74 Saya senantiasa mendorong anak berkebutuhan khusus menggiatkan belajar.

102

No Pernyataan Kesesuaian

SS S TS STS 75 Saya mengerti bahwa pembelajaran fungsional lebih

SS S TS STS 75 Saya mengerti bahwa pembelajaran fungsional lebih