• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

1. Komputer yang digunakan sebaiknya yang memiliki spesifikasi khusus untuk proses simulasi agar metode dapat dilakukan dengan sempurna dan simulasi dapat dilakukan dengan cepat.

2. Sebaiknya simulasi dapat dilakukan dengan data yang sebenarnya untuk kecepatan superfisial, tekanan dan suhu supaya mempermudah proses simulasi.

70

Biksono, Damawidjaya. 2006. “Karakteristik dan Visualisai Aliran Dua Fasa Pada Pipa Spiral”. Jurnal Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra. 8(2): 69-74. Boyun, Guo. 2005. “Offshore Pipelines”. University of Louisiana at Lafayette.

Fauzi, Muhammad, Widya Wijayanti dan Agung Widodo. 2014. “Karakteristik Aliran Dua Fase (Air-Udara) Pada Horizontal Circular Channels Melalui Orifice”. Jurnal Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Hlm. 1-7.

Hermawan. 2015. “Deteksi Mulai Terbentuknya Aliran Cincin Pada Pipa Horizontal Menggunakan Sensor Electrode”. Seminar Nasional Teknik Mesin (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada).

Irsyad, Muhammad. 2012. “Pengaruh Aliran Dua Fasa Gas-Cair Terhadap Fluktuasi Gaya Pada Dinding Pipa Horizontal”. Jurnal Mekanikal (jurnal ilmiah Teknik Mesin, Universitas Lampung). 3(1): 205-212.

Korawan, Agus Dwi. 2015. “Pola Aliran Dua Fase (Air-Udara) Pada Pipa Horizontal Dengan Variasi Kecepatan Superfisial Air”. Jurnal Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Renggolawe. 14(1): 57-63.

Mandhane, J.M., Gregory, G.A. and Aziz, K.A. 1974. “A Flow Pattern Map For Gas- Liquid Flow In Horizontal Pipes”. Int. J. Multiphase Flow, Vol. 1. 537-553. Munson, Bruce. R., Donald Young and Ted Okiishi. 2013. “Fundamental of

Mechanics 7th Edition”. Jhon Wiley & Son, Inc.

Purnomo, Guntur. 2013. Tugas Akhir “Kajian Eksperimen Mengenai Topologi Dasar dari Aliran Annular Air-Udara Pada Pipa Horizontal”. Yogyakarta: Teknik Mesin UGM.

Roul, Manmatha. K., and Sukanta K. Dash. 2012. “Numerical Modeling Of Pressure Drop Due To Single-Phase of Water and Two-Phase Flow of Air-Water Mixtures Through Thick Orifices”. International Journal of Engineering Trends and Technology. 3(4): 544-551.

Sadatomi, Michio, Akimaro Kawahara, Masatoshi Masuo and Katsuhiro Ishimura. 2010. “Effects of Surface Tension On Two-Phase Gas-Liquid Flows In Horizontal Small Diameter Pipes”. Journal of Power and Energy Systems.

Nasional Teknik Mesin XII (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada). Hlm. 65-70.

Sukamta, Indarto, Purnomo dan Tri Agung Rohmat. 2010. “Identifikasi Pola Aliran Dua Fasa Uap-Kondensat Berdasarkan Pengukuran Beda Tekanan Pada Pipa Horizontal”. jurnal ilmiah semesta teknika. 13(1): 83-94.

Suryadi, Indarto dan Deendarlianto. 2013. “Distribusi Liquid Hold-Up Pada Aliran Cincin (Annular) Air-Udara di Pipa Horizontal Menggunakan C.E.C.M”.

Seminar Nasional Teknik Mesin (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada). No.8. Hlm.39-43.

Tuakia, Firman. 2008. Dasar-dasar CFD Menggunakan FLUENT. Bandung: Informatika Bandung.

Tzotzi, Christina, Vasilis Bontozoglou and Nikolas Andritsos. 2010. “Effect of Fluid Properties On Flow Patterns In Two-Phase Gas-Liquid Flow In Horizontal and Downward Pipes”. Department of Mechanical Engineering, University of Thessaly.

Versteeg, H.K., and W. Malalasekera. 1995. An Introduction To Computational Fluid Dynamics The Finite Volume Method. England : Longman Scientific & Technical.

Yaou, Jun, Yufeng Yao, Antonini Arini, Stuart Mciiwain and Timothy Gordon. 2016. “Modelling Air And Water Two-Phase Annular Flow In Small Horizontal Pipe”. International Journal of Modern Physics. Vol. 42. 1-12.

1 Sukamta, Thoharuddin, Achmad Virza Mubarraqah

1,2,3Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

1[email protected], 3[email protected]

Intisari :

Aliran dua fasa dapat dibedakan menurut arah alirannya, yaitu searah dan berlawanan arah. Dapat juga dibedakan menurut salurannya yaitu horizontal, vertikal dan miring. Pola aliran dua fasa cair-udara pada pipa horizontal paling banyak ditemukan pada pola aliran bubble, aliran stratified, aliran stratified wavy, aliran plug, aliran slug dan aliran annular.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pola aliran annular dengan menggunakan

softwareComputational Fluid Dynamics (CFD) Ansys FLUENT 15.0. Model yang digunakan Volume Of Fluid (VOF) dengan jenis aliran turbulensi K-� realizable. Fluida kerja yang digunakan adalah air- udara dengan panjang pipa 1000 mm, diameter dalam 19 mm dan diameter luar 25,4 mm. Besar kecepatan superfisial air (JL) adalah 1 m/s, 1,5 m/s, 2 m/s dan 2,5 m/s, sedangkan besar kecepatan

superfisial udara adalah 35 m/s, 45 m/s, 55 m/s dan 65 m/s.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dalam simulasi CFD pola aliran annular dapat terlihat dengan jelas karena udara mengalir ditengah pipa dalam jumlah yang lebih besar dan membentuk cincin (annular), sedangkan air mengalir lebih sedikit disepanjang pipa. Pada dasar permukaan pipa, air mengalir lebih banyak dibandingkan diatas permukaan pipa. Pola aliran tidak konstan atau berubah- ubah bentuk tergantung dari kecepatan superfisial udara (JG) dan kecepatan superfisial air (JL) serta

waktu pengambilan data. Semakin lama waktu yang diambil maka aliran annular yang dihasilkan semakin sempurna.Kenaikan nilai JG akan menyebabkan tingginya gelombang dan aliran air yang ada

diatas permukaan pipa semakin sedikit.

Kata kunci : aliran air-udara, aliran annular, CFD, VOF 1. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari banyak

dijumpai berbagai macam aliran fluida. Jika ditinjau dari fasanya, aliran fluida dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu aliran satu fasa dan aliran dua fasa. Sebuah aliran dikatakan satu fasa apabila media yang mengalir dalam suatu pipa berupa satu jenis fluida saja (cair atau gas). Sedangkan aliran dua fasa apabila media yang mengalir dalam suatu pipa berupa dua jenis fluida, yaitu cair-gas, padat-cair, padat- gas dan sebagainya. Aliran dua fasa banyak

ditemui pada pada ketel uap, kondensor, reaktor nuklir, proses produksi minyak bumi.

Suryadi (2013) melakukan penelitian tentang distribusi liquid hold up pada aliran cincin (annular) air-udara di pipa horizontal menggunakan C.E.C.M. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai liquid hold-up sangat tergantung pada besar dan kecilnya kecepatan superfisial gas. Hal ini ditandai dengan nilai liquid hold-up yang tinggi yang sebanding dengan menurunnya nilai kecepatan superfisial gas.

2

yang lebih tinggi dibandingkan dengan liquid hold-up air 100%.

Hermawan (2015) melakukan penelitian tentang deteksi mulai terbentuknya aliran cincin pada pipa horizontal menggunakan sensor elektrode. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kecepatan superfisial udara terhadap kecepatan superfisial air yang konstan menghasilkan tebal film rata-ratanya semakin menipis.

Biksono, D (2006) melakukan penelitian tentang karakteristik dan visualisasi aliran dua fasa pada pipa spiral. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien gesek dua fasa lebih besar dibandingkan data satu fasa. Aliran transisi lebih cepat terjadi pada aliran dua fasa, yaitu pada bilangan reynold ( ) antara (1.600-1.700). Efek penambahan variasi kecepatan udara (�), menyebabkan kenaikan nilai koefisien gesek.

Tzotzi, C, dkk (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh properti pada pola aliran gas-cair dua fasa pada pipa horizontal dan pipa bawah. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan tegangan permukaan dari 72 mN/m (air) ke 35 mN/m (dengan menggunakan butanol) hasil penurunan gas dari tingkat yang lebih besar diperlukan untuk terjadinya ganguan pertama untuk tingkat cairan yang sama.

Roul, K. M, dkk (2012) melakukan penelitian tentang permodelan numerik dari penurunan tekanan akibat aliran satu fasa dan aliran dua fasa dari udara-air melalui lubang tebal. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran melalui lubang tipis (s/d = 0.025), kontak vena terbentuk diluar pembatasan, sedangkan untuk lubang tebak (s/d = 0.59) kontak vena selalu terbentuk

kecil. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat cair dan diameter pipa berpengaruh kuat pada transisi pola aliran, terutama dalam masa transisi aliran slug dan

bubble.

Purnama, G (2013) melakukan penelitian tentang kajian eksperimen mengenai topologi dasar dari aliran annular air-udara pada pipa horizontal. Adapun hasil penelitian menunjmukkan bahwa terjadi perubahan mean liquid hold-up, wave velocity, dan wave number tergantung pada kecepatan superficial cairan dan gas. Mean liquid hold-up berkurang terhadap peningkatan kecepatan superficial gas dan meningkat terhadap kenaikan kecepatan superficial cairan. Selanjutnya wave velocity dan wave number meningkat terhadap peningkatan kecepatan superficial cairan dan gas.

Isyad, M (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh aliran dua fasa gas-cair terhadap fluktuasi gaya pada dinding pipa horizontal. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya terbesar terjadi pada saat pola aliran gelembung (bubble), sedangkan pada pola aliran sumbat liquid lebih menunjukkan gaya yang ditimbulkan lebih berfluktuasi dibandingkan dengan pola aliran yang lain.

Fauzi, M, dkk (2014) melakukan penelitian tentang karakteristik aliran dua fase (air-udara) pada horizontal circular channel melalui

orifice. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi tekanan pada aliran dua fase memiliki kecenderungan yang sama dengan aliran satu fasa.

Sukamta, dkk (2010) melakukan penelitian tentang identifikasi pola aliran dua fasa uap- kondensat berdasrkan pengukuran beda tekanan pada pipa horizontal. adapun hasil

3

stratified, wavy, plug, pre-slug dan slug.

2. METODE PENELITIAN

Gambar 1. Diagram Alir Simulasi CFD Menggunakan Ansys Fluent

Secara umum proses simulasi CFD dibagi menjadi 3 yaitu pre-processing, Processing

dan post-processing.

Pre-processing adalah tahap awal dalam simulasi CFD yang perlu dilakukan, seperti: membuat geometri dan melakukan pengecekan

mesh.

Processing (program inti pencari solusi) CFD menghitung kondisi-kondisi yang diterapkan pada saat pre-processing.

Post-processing merupakan langkah terakhir dalam analisis CFD. Hal yang dilakukan pada langkah ini adalah mengorganisasi dan menginterpretasi data

Sebuah sketsa geometri yang digunakan dalam simulasi ini adalah pipa berdiameter 19 mm dan panjang pipa 1000 mm. Menggunakan 2 inlet yaitu inlet air dan inlet udara serta 1 outlet.

Gambar 2. Pipa tampak samping

Setelah geometri dibuat, perlu dilakukan proses meshing (membagi volume menjadi bagian-bagian kecil) agar dapat dianalisis pada program CFD.Ukuran mesh yang terdapat pada suatu obyek akan mempengaruhi ketelitian dan daya komputasi analisis CFD. Semakin kecil/halus mesh yang dibuat, maka hasil yang didapatkan akan semakin teliti, namun dibutuhkan daya komputasi yang makin besar pula.

Pada penelitian ini mesh yang digunakan jenis triangle atau tidak terstruktur. Setelah itu tiap pipa diberi nama sesuai dengan fungsi dan bagian pipa.

Gambar 2.2. Hasil meshing

4

epsilon dengan model realizable. Pada kasus simulasi ini, Realizable k-epsilon dipilih karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibanding metode standard k-epsilon

ataupun RNG k-epsilon. Material yang digunakan adalah acrylic flexyglass sedangkan untuk fluidanya menggunakan water-liquid

dan air.Simulasi ini menggunakan skema

SIMPLE, persamaan yang digunakan untuk aliran transient atau untuk mesh yang mengandung cells dengan skewness yang lebih tinggi dari rata-rata. Metode ini didasarkan pada tingkatan yang lebih tinggi dari hubungan pendekatan antara faktor koreksi tekanan dan kecepatan. Dalam proses iterasi

tidak menunggu konvergensi dikarenakan ini jenis aliran transient. Dengan tingkat akurasi time stepnya 0,0001.Dengan variasi kecepatan superfisial air (JL)= 3 m/s, 5 m/s, 7 m/s, 8 m/s

dan kecepatan superfisial udara (JG) = 25 m/s,

27 m/s, 30 m/s, 33 m/s.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Kecepatan Superfisial Udara (JG) Terhadap Kecepatan

Superfisial Air ( JL) = 2 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 35

m/s dan JL = 2 m/s

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 45

m/s dan JL = 2 m/s

m/s dan JL = 2 m/s

e) Skala warna dan koordinat

Gambar 3.1. Hasil simulasi pola aliran annular

terhadap pengaruh kecepatan superfisial udara (JG) dengan JL = 2 m/s, pada saat t = 0,1 detik,

serta skala warna dan koordinat Pembahasan :

Simulasi dengan JL = 2 m/s menunjukkan

bahwa telah terjadi aliran annular yang ditandai dengan udara berada ditengah pipa sedangkan air berada di atas dan bawah permukaan pipa. Pada simulasi dengan JG = 65

m/s dan JL = 2 m/s terjadi wavy yang

disebabkan karena kecepatan udara mulai bertambah dan akan terbentuk gelombang pada antar-muka disepanjang arah aliran. Semakin besar kecepatan superfisial udara (JG)

yang masuk kedalam pipa maka tekanan yang masuk kedalam pipa semakin besar pula. Air

Air Udara

5

m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 35

m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 35

m/s pada saat t= 0,05 detik

d) Pola aliran air-udara dengan JG = 35

m/s pada saat t = 0,07 detik

e) Pola aliran air-udara dengan JG = 35

m/s pada saat t = 0,09 detik

Gambar 3.2. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 35 m/s

dengan JL = 2 m/s, serta skala warna dan

koordinat Pembahasan :

Simulasi aliran air-udara dengan JG = 35

m/s dan JL = 2 m/s, pola aliran yang dihasilkan

pada detik ke 0,03 terjadi disturbance wave

karena gelombang pada aliran annular yang memiliki amplitudo yang besar dan aliran air- udara yang masuk kedalam pipa dengan tekanan yang tinggi, sedangkan pada detik ke 0,09 terjadi wavy yang disebabkan karena kecepatan udara mulai bertambah dan akan terbentuk gelombang pada antar-muka disepanjang arah aliran.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam simulasi CFD pola aliran annular

dapat terlihat dengan jelas karena udara mengalir ditengah pipa dalam jumlah yang lebih besar dan membentuk cincin

(annular), sedangkan air mengalir lebih sedikit disepanjang pipa. Pada dasar permukaan pipa, air mengalir lebih banyak dibandingkan diatas permukaan pipa.

2. Pola aliran tidak konstan atau berubah- ubah bentuk tergantung dari kecepatan superfisial udara (JG) dan kecepatan

superfisial air (JL) serta waktu

pengambilan data. Semakin lama waktu yang diambil maka aliran annular yang dihasilkan semakin sempurna.

6

dan Visualisai Aliran Dua Fasa Pada

Pipa Spiral”. Jurnal Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra. 8(2): 69-74. Fauzi, Muhammad, Widya Wijayanti dan

Agung Widodo. 2014. “Karakteristik

Aliran Dua Fase (Air-Udara) Pada Horizontal Circular Channels Melalui Orifice”. Jurnal Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Hlm. 1-7.

Hermawan. 2015. “Deteksi Mulai

Terbentuknya Aliran Cincin Pada Pipa Horizontal Menggunakan Sensor

Electrode”. Seminar Nasional Teknik Mesin (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada).

Irsyad, Muhammad. 2012. “Pengaruh Aliran

Dua Fasa Gas-Cair Terhadap Fluktuasi

Gaya Pada Dinding Pipa Horizontal”. Jurnal Mekanikal (jurnal ilmiah Teknik Mesin, Universitas Lampung). 3(1): 205-212.

Purnama, Guntur. 2013. Tugas Akhir “Kajian Eksperimen Mengenai Topologi Dasar dari Aliran Annular Air-Udara Pada

Pipa Horizontal”. Yogyakarta: Teknik

Mesin UGM.

Roul, Manmatha. K., and Sukanta K. Dash.

2012. “Numerical Modeling Of

Pressure Drop Due To Single-Phase of Water and Two-Phase Flow of Air- Water Mixtures Through Thick

Orifices”. International Journal of Engineering Trends and Technology.

3(4): 544-551.

Sadatomi, Michio, Akimaro Kawahara, Masatoshi Masuo and Katsuhiro

2013. “Pengaruh Viskositas Terhadap

Liquid Hold-Up dan Kecepatan Gelombang Aliran Annular Dua Fase Gas-Cair Pada Pipa Horizontal”.

Seminar Nasional Teknik Mesin XII (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada). Hlm. 65- 70.

Suryadi, Indarto dan Deendarlianto. 2013.

“Distribusi Liquid Hold-Up Pada Aliran Cincin (Annular) Air-Udara di Pipa Horizontal Menggunakan

C.E.C.M”. Seminar Nasional Teknik Mesin (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada).

Tzotzi, Christina, Vasilis Bontozoglou and

Nikolas Andritsos. 2010. “Effect of

Fluid Properties On Flow Patterns In Two-Phase Gas-Liquid Flow In

Horizontal and Downward Pipes”. Department of Mechanical Engineering, University of Thessaly.

Sukamta, Indarto, Purnomo dan Tri Agung

Rohmat. 2010. “ Identifikasi Pola

Aliran Dua Fasa Uap-Kondensat Berdasarkan Pengukuran Beda

Tekanan Pada Pipa Horizontal”. jurnal ilmiah semesta teknika. 13(1): 83-94.

JL (m/s) JG (m/s)

1 35 45 55 65

1,5 35 45 55 65

2 35 45 55 65

2,5 35 45 55 65

Lampiran 2. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 45

m/s Dengan JL = 1 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara degan JG = 45 m/s pada saat t = 0,05 detik

d) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,07 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 1. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 45 m/s

dengan JL = 1 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 3. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 55

m/s Dengan JL = 1 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,05 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 2. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 55 m/s

dengan JL = 1 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 4. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 65

m/s Dengan JL = 1 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,03 detik

e) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,09 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 3. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 65 m/s

dengan JL = 1 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 5. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 45

m/s Dengan JL = 1,5 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,01 detik

d) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,07 detik

e) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t= 0,09 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 4. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 45 m/s

dengan JL = 1,5 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 6. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 55

m/s Dengan JL = 1,5 m/s

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,05 detik

d) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,07 detik

e) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,09 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 5. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 55 m/s

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,05 detik

d) Pola aliran air udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,07 detik

e) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,09 detik

f) Skala warna serta koordinat

Gambar 6. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 65 m/s

Lampiran 8. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 45

m/s Dengan JL = 2 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,05 detik

d) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,07 detik

Gambar 7. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 45 m/s

dengan JL = 2 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 9. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 55

m/s Dengan JL = 2 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,05 detik

d) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,07 detik

Gambar 8. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 55 m/s

dengan JL = 2 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 10. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 65

m/s Dengan JL = 2 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,05 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 9. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 65 m/s

dengan JL = 2 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 11. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 45

m/s Dengan JL = 2,5 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 45 m/s pada saat t = 0,05 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 10. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 45 m/s

dengan JL = 2,5 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 12. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 55

m/s Dengan JL = 2,5 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 55 m/s pada saat t = 0,05 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 11. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 55 m/s

dengan JL = 2,5 m/s, serta skala warna dan koordinat

Lampiran 13. Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Superfisial Udara (JG) = 65

m/s Dengan JL = 2,5 m/s

a) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,01 detik

b) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,03 detik

c) Pola aliran air-udara dengan JG = 65 m/s pada saat t = 0,05 detik

f) Skala warna dan koordinat

Gambar 12. Hasil simulasi pola aliran terhadap pengaruh waktu pada JG = 65 m/s

dengan JL = 2,5 m/s, serta skala warna dan koordinat

Dokumen terkait