BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti golongan dari tiap senyawa hasil skrining fitokimia tumbuhan tuba saba dan uji toksisitas kandungan zat aktifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, (2008). Pemanfaatan Obat Tradisionalhttp:/
Anonim b, (2008). Tanaman Obat Asli milik Masyarakat Bangsa dan Negara RI http:/ www. Bmf.litbang.depkes.go.id
Anonim c, (2008). Polygonum caespitosum Blume
http:/
Chatim, A., (1994). Mikrobiologi Kedokteran: Sterilisasi dan Desinfeksi. Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal. 42-43, 125
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1977). Materia Medika Indonesia. Jilid Satu. Jakarta : Depkes RI, Hal 85
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1977). Materia Medika Indonesia. Jilid Satu. Jakarta : Depkes RI, Hal 85
Difco., (1977), Difco Manual Of Dehydrated Culture Media and Reagent for
Microbiological and Clinical Laboratory Procedures, Ninth Edition, USA:
Detroit, Michigan. Hal: 62
Dirjen POM., (1965). Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Pertama. Jilid Kedua. Jakarta : Hal 67, 388
Dirjen POM., (1979). Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Hal 649, 748
Dirjen POM., (1995). Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta : Hal 847
Dwidjoseputro, (1978). Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.jakarta. hal. 106-107
Dzen, S.M., dkk., (1994). Bakteriologi Medik. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Bayumedia Publishing. Malang. Hal. 31-32, 120
Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia. Judul Asli : Syhtochemical Methods. Penerjemah : Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Terbitan Kedua. Bandung : Penerbit ITB, hal 49, 71, 87, 147, 152
Irianto, K., (2006), Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme, Jilid I, Bandung : Penerbit CV. Yrama Widya. Hal : 79, 126.
Jay, M. J. (1992). Modern Food Microbiology. 4th
Lay, b.W., dkk., (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Edisi Pertama. Penerbit Raja Grafino Persada. Jakarta. Hal. 72
Edition. London : Chapman & Hall. Page 27-32
Nurwantoro, dkk., (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani dan Nabati. Penerbit Knaisius. Yogyakarta. Hal. 65
Volk dan Wheeler, F. M. (1989). Mikrobiologi Dasar. Penterjemah : Markham. Edisi Kelima. Jilid Kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hal 97-99
Lampiran 2.
Lampiran 3
Ditambah Metanol didiamkan 5 hari, diaduk disaring Ditambah Metanol didiamkan 5 hari,diaduk disaring Ditambah Metanol didiamkan 5 hari, Diaduk, disaring Dirotavaporasi
Bagan 1. Bagan ekstraksi pembuatan ekstrak metanol dari serbuk daun
700 g serbuk daun Polygonum caespitosum Ampas Ekstrak Metanol I Ampas Ekstrak Metanol II
Ekstrak Metanol III Ampas
Ekstrak Metanol I+II+III
Lampiran 4
Dilarutkan dengan 100 ml air
+ 25ml n-heksana, dikocok,dipisahkan Dilakukan sebanyak 3 kali
+ 25ml CHCl3, dikocok Diuapkan dipisahkan
Dilakukan 3 kali
Diuapkan + 25ml etil asetat, dikocok Dipisahkan
Dilakukuan 3 kali
Diuapkan Ekstrak metanol kental
50,00 g Residu Fraksi I+II+III Fraksi I+II+III Fraksi n-heksan Fraksi CHCl3 Residu Residu Fraksi I+II+III
Media padat Stok Kultur
Mikroba Uji
Bagan 2. Bagan fraksinasi bertingkat ekstrak metanol dari serbuk daun tuba saba
Lampiran 5
diambil 1 ose, disuspensikan kedalam 10 ml NaCl 0,9%
diinkubasi pada 37 oC selama tiga jam, diukur %T sampai didapat %T 25%
Dimasukkan 15 ml media NA steril kedalam cawan petri, dibiarkan memadat
Dipipet sebanyak 0,1 ml kedalam cawan petri dihomogenkan
ditanamkan 3 cincin pencadang logam
ditetesi 0,1 ml ekstrak dengan konsentrasi berbeda
Media padat Stok Kultur
Mikroba Uji
Diukur diameter zona
Bagan 3. Bagan Pengujian Aktivitas antibakteri dari daun Tuba Saba Lampiran 6
diambil 1 ose disuspensikan kedalam 10 ml NaCl 0,9 %
diukur %T sampai didapat %T 25%
Dimasukkan 15 ml media PDA steril kedalam cawan petri, dibiarkan memadat
Dipipet sebanyak 0,1 ml kedalam cawan petri dihomogenkan
ditanamkan 3 cincin pencadang logam
ditetesi 0,1 ml ekstrak dengan konsentrasi berbeda
Bagan 4. Bagan Pengujian Aktivitas antifungi dari daun Tuba Saba Lampiran 7. Data hasil pengukuran daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus oleh ekstrak metanol dan fraksi etil asetat dari
daun Tuba Saba
Konsentrasi (mg/ml)
Diameter hambatan pertumbuhan bakteri Ekstrak metanol Fraksi etil asetat
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* 500 19,4 18,05 19,35 18,93 16,25 17,15 16,45 16,61 400 16,25 17,05 18,1 17,13 15,15 15,25 15,05 15,51 300 16,3 16,2 16,0 16,16 14 14,25 14,15 14,13 250 15,1 15,35 15,2 15,21 13,05 13,0 13,15 13,06 200 14,45 14,4 14,1 14,31 12,25 13,1 12,05 12,46 150 14,2 14,05 13,45 13,9 11,45 12,15 11,0 11,53 125 11,3 11,0 11,25 11,18 11,45 11,25 11,05 11,25 100 9,05 9,2 9,15 9,13 10,30 10,15 10,25 10,23 75 - - - 9,30 9,15 9,20 9,21 Blanko - - - - Keterangan:
D = Diameter hambatan pertumbuhan bakteri
- = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri Blanko = etanol
Lampiran 8. Data hasil pengukuran daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes oleh ekstrak metanol dan fraksi etil asetat dari daun Tuba Saba
Konsentrasi (mg/ml)
Diameter hambatan pertumbuhan bakteri
Ekstrak metanol Fraksi etil asetat
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* 500 18,2 17,2 18,15 17,85 14,35 15,25 14,40 14,66 400 16,05 15,3 16,1 15,81 13,4 13,30 13,05 13,25 300 15,45 14,35 15,4 15,06 12,25 12,05 12,15 12,15 250 15,3 14,15 15,45 14,96 12,0 11,45 12,05 11,83 200 13,15 13,3 14,05 13,5 11,35 11,25 11,15 11,25 150 12,25 12,4 13,05 12,7 10 10,15 10,05 10,06 125 10,25 10,4 10,35 10,33 10 10,1 10,05 10,05 100 9,45 9,2 9,05 9,23 9,45 9,25 9,05 9,25 75 - - - - Blanko - - - - Keterangan:
D = Diameter hambatan pertumbuhan bakteri
D* = Rata-rata diameter hambatan pertumbuhan bakteri dengan tiga kali pengukuran
- = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri Blanko = etanol
Lampiran 9. Data hasil pengukuran daerah hambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa oleh ekstrak metanol dan fraksi etil asetat dari
daun Tuba Saba Konsentrasi
(mg/ml)
Diameter hambatan pertumbuhan bakteri Ekstrak metanol Fraksi etil asetat
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* 500 16,45 16,25 17,2 16,63 14,3 14,15 14,05 14,16 400 15,05 15,4 15,1 15,18 13,3 14,05 13,25 13,53 300 11,3 14,2 14,3 13,26 12,35 13,15 13,05 12,85 250 11,1 14,2 14,4 13,23 12,0 12,35 12,15 12,16 200 12,25 13,1 13,15 12,83 11,45 11,25 11,0 11,23 150 10 12,25 12,45 11,56 10,2 10,05 10,1 10,11 125 9,4 9,05 9,25 9,23 9,35 9,45 9,25 9,35 100 8,2 8,45 8,05 8,23 8,45 8,35 8,35 8,38 75 - - - - Blanko - - - -
Keterangan:
D = Diameter hambatan pertumbuhan bakteri
D* = Rata-rata diameter hambatan pertumbuhan bakteri dengan tiga kali pengukuran
- = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri Blanko = etanol
Lampiran 10. Data hasil pengukuran daerah hambatan pertumbuhan Jamur Micosporum oleh ekstrak metanol dan fraksi etil asetat dari daun Tuba
Saba
Konsentrasi (mg/ml)
Diameter hambatan pertumbuhan jamur
Ekstrak metanol Fraksi etil asetat
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* 500 14,4 14,25 14,35 14,33 13,45 13,3 13,4 13,38 400 13,1 13,05 13,25 13,13 13 13,05 13 13,01 300 13 12,45 13,05 12,83 12,35 12,45 12,35 12,38 250 12,35 12 12,05 12,3 11 11,1 11 11,03 200 11,3 11,05 11 11,11 10,25 10,15 10,3 10,23 150 10,3 10,45 10,15 10,3 9,45 10 9,4 9,61 125 10,2 10,05 9,45 9,9 - - - - 100 - - - - 75 - - - -
Blanko - - - -
Keterangan:
D = Diameter hambatan pertumbuhan jamur
D* = Rata-rata diameter hambatan pertumbuhan jamur dengan tiga kali pengukuran
- = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan jamur Blanko = etanol
Lampiran 11. Data hasil pengukuran daerah hambatan pertumbuhan jamur Trichophyton oleh ekstrak metanol dan fraksi etil asetat dari daun
Tuba Saba
Konsentrasi (mg/ml)
Diameter hambatan pertumbuhan jamur
Ekstrak metanol Fraksi etil asetat
D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* 500 19,1 18,45 18,2 18,58 16,2 16,35 16,05 16,2 400 17,45 17,05 17,15 17,21 15 15,25 15,05 15,1 300 16,15 16 16,25 16,13 14,2 14,25 14,1 14,18 250 15,05 15,35 15 15,13 14 14,05 14,05 14,03 200 14,45 14,2 14,15 14,23 13,1 13,2 13,05 13,11 150 13,2 13,1 13,15 13,15 12,3 12 12,25 12,18 125 13 13,05 13 13,01 11,1 11,35 11,05 11,16 100 12,1 12,3 12,25 12,21 10 9,45 9,3 9,58
75 11,35 11,0 10,45 10,93 - - - -
Blanko - - - -
Keterangan:
D = Diameter hambatan pertumbuhan jamur
D* = Rata-rata diameter hambatan pertumbuhan jamur dengan tiga kali pengukuran
- = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan jamur Blanko = etanol
Lampiran 12. Gambar 2. Hasil Uji aktivitas antibakteri daun Tuba saba terhadap
bakteri Streptococcus pyogenes
(b)
Keterangan :
a: ekstrak metanol daun Tuba Saba b: fraksi etil asetat daun Tuba Saba
Lampiran 13. Gambar 3. Hasil Uji aktivitas antibakteri daun Tuba saba terhadap
(a)
(b) Keterangan:
(a) : ekstrak metanol daun Tuba Saba (b) : fraksi etil asetat
Lampiran 14. Gambar 4. Hasil Uji aktivitas antibakteri daun Tuba saba terhadap
(a)
(b) Keterangan:
(a) : ekstrak metanol daun Tuba Saba (b) : fraksi etil asetat
Lampiran 15. Gambar 5. Hasil Uji aktivitas antifungi daun Tuba saba terhadap
jamur Trichophyton
(a)
(b) Keterangan:
(a) : ekstrak metanol daun Tuba Saba (b) : fraksi etil asetat
Lampiran 16. Gambar 6. Hasil Uji aktivitas antifungi daun Tuba saba terhadap
jamur Micosporum
(a)
(b) Keterangan :
(a) : ekstrak metanol daun Tuba Saba (b) : fraksi etil asetat