• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Bagi bidan fresh graduate; diharapkan bidan dapat menggunakan strategi coping yang sesuai dan efektif sehingga dapat mencapai kesejahteraan dan mampu bertahan menghadapi situasi-situasi yang menekan. Di samping itu bidan diharapkan tidak mengabaikan masalah pribadi meskipun memiliki porsi kerja yang padat Dengan demikian me reka tidak mengabaikan tugas perkembangannya yang dapat berakibat pada tidak adekuatnya tugas-tugas berikutnya dalam perkembangan.

2. Bagi institusi pendidikan kebidanan/ Akademi Kebidanan; diharapkan dapat melakukan evaluasi dan melakukan tindak lanjut mengingat pengetahuan yang diperoleh calon bidan masih bersifat mendasar dan waktu praktiknya terbilang singkat. Pengetahuan yang lebih dengan waktu praktik yang panjang dapat menambah pengalaman calon bidan agar siap terjun ke dunia kerja sesungguhnya.

3. Bagi lembaga tempat bidan fresh graduate bekerja; diharapkan porsi kerja bidan muda ini disesuaikan dengan keterampilan dan usianya, di samping memberikan bimbingan agar bidan tidak menjadi rendah diri yang dapat mempengaruhi perkembangannya dan kerja profesional selanjutnya.

4. Bagi peneliti lain; diharapkan melakukan penelitian serupa terkait strategi coping dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan dengan jumlah subjek yang lebih banyak. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih representatif.

106

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. (2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anonim. (2003). Fetus or Newborn Problems. www.merck.com, diakses 15 Agustus 2007.

Anonim. (2005). Obstetri dan Ginekologi. www.geocities.com/klinikobgin, diakses 15 Agustus 2007.

Atwater, E. (1994). Psychology for Living: Adjustment, Growth, and Behavior Therapy. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Bishop, G. D. (1994). Health Psychology: Integrating Mind and Body. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Bismoko, J. & Supratiknya, A. (2004). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Burger, J. M. (2000). Personality (5th ed.). Belmant: Wadsworth Thomson Learning.

Chaplin, C. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. (Kartini Kartono, Penerjemah). Jakarta: Rajawali Pers.

Compas, B. E., Connor-Smith, J. K., & Saltzman, H. (2001). Coping with Stress during Childhood and Adolescence: Problems, Progress, and Potential in Theory and Research. Psychological Bulletin, 127, 87 - 127.

Davies, P. (2004). Berkembang Pesat di Bawah Tekanan (Thriving Under Pressure). Yogyakarta: Torrent Books.

Gejali, Yudhi H. (2008). Preeklamsi dan Defisiensi Vitamin D. www.indonesianmedical.blogspot.com, diakses 21 Februari 2008. Sumber: Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 2007.

Hardjana, Agus M. (1994). Stres Tanpa Distres. Yogyakarta: Kanisius

Huffman, K., Vernoy, M. & Vernoy J. (1997). Psychology in Action (4th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Hurlock, Elizabeth. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Kasl, S. V. & Cooper, C. L. (1995) Research Methods in Stress and Health Psychology. England: John Willey & Sons, Ltd.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Moleong, L. J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Oxford University. (1995). Oxford Learner’s Pocket Dictionary. New York:

Oxford University Press.

Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

RIS. (2005). www.gemari.com, diakses 20 Februari 2007.

Rusda, Muhammad. (2004). Anastesi Infiltrasi pada Episiotomi. www.library.usu.ac.id, diakses 15 Agustus 2007

Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. New York: John Willey & Sons.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Taylor, S. E. (1999). Health Psychology (4th ed.). Singapore: McGraw – Hill Book, Co.

Wahyuningsih, H. P., & Zein, A. Y. (2005). Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., & Rachimhadhi, T. (2002). Ilmu Kebidanan (Edisi Ketiga). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

WHO. (2003). Perawatan dan Kelahiran Normal (Burhan, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Zidner, M. & Endler, N. S. (1996). Handbook of Coping: Theory, Research, Applications. New York: John Willey & Sons, Inc.

LAMPIRAN

A. Hasil Wawancara Subjek

B. Hasil Observasi Subjek

C. Analis Data

D. Triangulasi Data

E. Koding Data

A. HASIL WAWANCARA*

HASIL WAWANCARA SUBJEK 1

Wawancara I (SSC.BS1.WwI.26Juli’07) Hari/ tanggal : Kamis, 26 Juli 2007 Waktu : Pukul 19.30 – 20.10 WIB Tempat : Tempat tinggal subjek Keterangan:

P : Peneliti S : Subjek

P : Selamat malam Mbak. S : Iya, selamat malam.

P : Gini Mbak… Seperti yang udah Mbak Cahya bilang mungkin ke Mbak, ee… kalau saya memerlukan subjek untuk penelitian untuk skripsi saya. Penelitian saya ‘tu tentang strategi coping bidan waktu bertugas, ee… maksudnya sih, mm… cara Mbak dalam mengatasi stres saat bekerja gitu, tekanan waktu bekerjalah intinya. Apalagi masih muda gitu ‘kan, ee… ada permasalahan mungkin dengan keluarga, pacar atau lingkungan Mbak. Gitu sih Mbak intinya, gimana?

S : Iya… terus?

P : Karena penelitian saya itu wawancara, jadi apa ya… hanya tanya jawab gitu sih Mbak. Mungkin kalau bisa ee… saya juga melakukan observasi besok-besok di sini (klinik) juga ee… sehari-harinya Mbak.

S : Hm, boleh.

P : Oke. Bisa kita mulai Mbak? Saya rekam tapi ya?

S : Direkam? Aduh… tapi suara saya kayak gini (tertawa). P : Nggak apa-apa kali Mbak.

S : Iya, ayolah.

P : Oke, kita mulai ya.

P : Mbak, ee… menjalani pendidikan kebidanan selama ee… berapa tahun? S : Selama 3 tahun.

P : Itu di Akbid ini…? S : Akbid Depkes Soedarso.

P : Ee… sama seperti ini ya, Mbak Linda kemarin ya? S : Iya sama.

P : Kalau misalnya, pendidikan dan keterampilan yang Mbak peroleh dari Akbid, selain ini… selain maksudnya tentang persalinan… mungkin apalagi?

S : Persalinan… persalinan, asuhan bayi baru lahir, asuhan ibu post partum1… ibu nifasnya, terus keluarga berencana sama mm… banyak sih, pokoknya yang seputar kebidanan gitu.

P : Oke. Kalau misalnya yang apa… apa sih yang diberikan Akbid kepada bidan agar siap bekerja? Ada nggak seperti pelatihan-pelatihan dari Akbid?

S : Pelatihan? Pelatihan kita sih jarang ya, cuma itu biasanya dari ada tenaga obgin2, tenaga dokter-dokter dari obgin, itu yang memberikan kita masukan-masukan, terus apa… ilmu yang sekarang sedang, sedang nge-trend gitu, apa… jadi kita jarang pelatihan, cuma dari obgin aja gitu.

P : Oke. Kalau misalnya dari kayak magang gitu ada nggak Mbak?

S : Magang? Magang kita ada juga, magang di paling rumah sakit, puskesmas, klinik. Itu kitanya, mahasiswanya, kita yang pendidikannya.

P : Itu tapi memang… memang apa ya…

S : Memang wajib, memang program dari kampus.

P : Oke. Kalau misalnya, yang tadi itu ‘kan memang dari Akbid gitu Mbak, kalau misalnya yang di luar dari Akbid seperti apa ya kursus, atau apa ya, kayak workshop atau seminar di luar Akbid, tapi yang memang seputar kebidanan, pernah ikut nggak?

S : Pernah.

P : Bisa kasih contoh mungkin apa gitu Mbak?

S : Seminar… Biasanya sih seminar memang termasuk dari, bukan program dari kampus, cuma kita ‘kan ada kayak ada dies natalis gitu. Itu kita di situ ada seminar dari biasanya dokter obgin, biasa dari juga dari kepala kampus kita itu. Apa ya, kemarin ya? Tentang kebidanan jugalah, apa misalnya… saya udah lupa nih.

P : Tapi…

S : Tapi yang masih menyangkut kebidanan juga tapi… menunjang itulah, menunjang ilmu kita gitulah.

P : Itu juga istilahnya untuk seminar, misalnya untuk kesiapan untuk bekerja selanjutnya gitu?

S : Iya.

P : Oke. Sekarang Mbak bekerja di mana?

S : Saya bekerja di klinik Kharitas Bakti di jalan Siam, Gajah Mada. P : Berapa lama udah bekerja di situ Mbak?

S : Saya sih baru. Masuknya bulan Januari, awal Januari. P : Januari 2007?

S : Iya… sampai sekarang.

P : Itu, sebelum di situ udah pernah apa…

S : Sebelum di situ pernah kerja juga di klinik Bidan Mariana, rumah bersalin. Itu cuma 3 bulan.

P : Hm. Oke, terus baru pindah ke situ? S : Iya, baru pindah ke Kharitas.

1

Masa setelah melahirkan/ persalinan (www.merck.com)

2 Dokter obstetri ginekologi/ dokter ahli dalam tata laksana kehamilan dan persalinan serta ilmu kandungan, termasuk gangguan haid, pendarahan, mioma, menopause, dll

P : Oke. Kalau misalnya saya tanya tentang tugas-tugas bidan yang dijalani, apa aja sih Mbak?

S : Hm…

P : Kayak yang saya tahu ‘kan ada yang mengawasi ibu-ibu hamil, atau terus apa ya… membantu persalinan atau mengawasi ibu dan bayi dalam masa nifas. Kalau misalnya selain itu ada nggak Mbak?

S : Ini selama kuliah atau kerja?

P : Ya dari kuliah sampai kerja, terutama kerja, selama kerja ini.

S : Hm… Selama kerja ini, kita di sini ‘kan kalau selama kuliah ‘kan kita cuma diberi dasar aja ‘kan. Kalau selama kerja ini kita jadi apa, ada yang kita ndak tahu ‘tu kita jadi tahu. Misalnya ini, bayi-bayi yang sakit itu selama kuliah atau kita praktik di lapangan itu ‘kan kurang… kurang mendapat ilmunya. Terus di sini ‘ni kita memang ada perawatan juga bayi sakit, tapi bayi baru lahir juga. Ee… terus yang, intinya sih memang ibu- ibu post partum, terus ibu yang kita ‘kan ada operasi caesarea (baca: cesar) juga di sana.

P : Oh ada?

S : Iya, perawatan setelah itu, post SC3, perawatan ibu ‘kan. Selanjutnya ada juga kita perawatan nifas, nifas ke rumah, seperti biasa itulah.

P : Oh kayak gitu? Itu jadi sistemnya sekalian jalan sekalian belajar ini ya Mbak. S : Iya, kita juga, biasanya apa, ada…

P : Di sana ada dilatih dengan bidan senior juga?

S : Ada. Bidan seniornya ada. Kemarin pas kita juga ada, kita bikin surat izin praktik itu ada diorientasi dari bidan-bidan senior untuk… ha’a, bidan-bidan senior supaya itu apa melatih lagi apa… merekap ulang ilmu yang didapat dari kampus ‘tu, terus sama yang sekarang sedang berkembang gitu ‘kan. Jadi ilmu ‘kan berkembang terus, kemarin kuliah ndak dapat ini sekarang berubah jadi nambah, gitu.

P : Pembaharuan juga ya? S : Hm. Pembaharuan.

P : Kalau peran, peran yang Mbak jalani ‘tu apa? Kalau misalnya peran bidan? S : Peran bidan, perannya…

P : Sebagai pelaksana atau mungkin juga yang lain…

S : Sekarang sih masih sebagai pelaksana saja, iya (tertawa). P : Oke, kita masuk ke ini ya Mbak, ke kondisi stres.

S : Hm...

P : Pasti pernah dong, kalau misalnya ini apa, mungkin dalam bekerja Mbak merasakan kondisi tertekan? Mungkin pada saat ini ya, membantu persalinan atau kayak gimana?

S : Tertekan sih sering. Sering, kayak apa deg-degan gitu. Kalau misalnya pas lagi nolong partus4 pas lagi pasiennya ada masalah itu kita deg-degan. Cuma kita ‘kan selalu harus konsultasi sama dokter, jadi kita ndak terlalu beban ke kita benar gitu ‘kan.

P : Contohnya Mbak, misalnya…

3 Masa setelah operasi pada proses persalinan (sectio caesarea)(www.medterms.com)

S : Misalnya pasiennya ee… partus letak sunsang. Letak sunsang itu ‘kan pasti kita harus konsultasi dokter ‘kan, ndak hanya kita sendiri yang nanganin. Kalau dia bisa lahir normal ya kita tanganin sendiri.

P : Kalau dalam keadaan mendesak gitu Mbak gimana? S : Mendesak?

P : Dia datang sunsang gitu ‘kan, memang udah harus brojol gitulah istilahnya… S : Kalau memang misalnya dia bisa normal kita tunggu sampai partus spontan.

Hm, tapi kita juga tetap harus konsultasi sama dokter, konsultasi terus.

P : Oke. Kalau misalnya pada saat awal-awal Mbak ini, ee… praktik kebidanan. Misalnya udah tamat terus ee… kerja, itu ‘tu ada nggak sih… istilahnya tanggung jawab, tanggung jawab otomatis besar ‘kan Mbak kalau misalnya kayak gitu, misalnya udah nggak ada dosen, nggak ada bidan senior, itu pernah nggak sih pada awal-awal gitu stres?

S : Hm. Awal-awalnya sih dulu, pertama-tama kali kerja, apa pas turun setelah dari pendidikan itu rasanya, aduh rasanya kok nol sekali, rasanya kurang sekali gitu. Apa… kita praktiknya…

P : Down gitu ya?

S : Ha’a. Praktiknya ‘kan biasanya cuma ke panthom5, tapi ini langsung benar-benar harus ke manusia. Kita sebagai bidan turun sendiri gitu, jadi benar-benar-benar-benar ada itulah, perasaan gimana.

P : Yang pernah Mbak alami contohnya kayak gimana Mbak? Pada saat-saat apa ya… awal memang harus kerja…

S : Awal-awal kerja itu misalnya, kita ‘kan kalau di klinik rumah bersalin ‘tu ‘kan biasa terima kasus ndak hanya kebidanan ‘kan. Bayi yang sakit itu ‘kan, kita ‘kan, apa… kita ilmu kita ‘kan dikit dari itu ‘kan dari pendidikan harus cari sendiri ‘kan. Itu kalau bayi sakit, misalnya kita udah sakitnya parah, kita ‘kan jadi bingung gitu, mau apa pengobatannya. Kita paling ngasih pengobatan awal itu ‘kan. Itu aja itu rasanya udah membingungkan. Kita ‘kan ngertinya cuma kebidanan. Itu ‘tu udah njelimetlah itu, jadi kepikiran sampai ke rumah kadang-kadang.

P : Jadi apa, malah nambah-nambah beban?

S : Hm… Malah beban, benar nggak sih obat yang dikasih, apa… P : Pernah ngerasa seperti itu Mbak?

S : Pernah, sering.

P : Takut salah ngasih obat gitu?

S : Hm. Takut salah dosis atau salah apa, jenis obatnya gitu.

P : Apalagi bagi yang apa istilahnya, bagi yang… ilmu yang kurang juga ya? S : Pasien-pasien umum gitu ‘kan, kita ‘kan lebih fokusnya ‘kan kebidanan. P : Kalau misalnya, pernah nggak sih menghadapi kondisi sulit saat persalinan

itu? Apa ya, yang memang Mbak alami sendiri. Misalnya kadang-kadang ‘kan ibu darah tinggi atau gimana, itu ‘kan benar-benar…

S : Pre-eklamsi6 gitu ya? Hm…

P : Hm, atau apa ya, misalnya bayi, posisi bayi yang nggak normal.

5 Boneka tiruan manusia (www.medterms.com)

6 Suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan dalam masa kehamilan > 20 minggu (www.indonesianmedical.blogspot.com)

S : Itu udah panik, udah saya itu… (tertawa). P : Itu, kalau kayak gitu konsultasi gitu nggak?

S : Konsultasi, kita langsung telepon dokter atau kita langsung apa suruh dokternya cepat segera datang gitu.

P : Kalau misalnya memang harus ditangani send iri?

S : Ditangani sendiri kayaknya kita nggak bisa, kita langsung rujuk. ‘Kan pasti resikonya lebih besar kalau kita tangani sendiri, itu ‘kan bukan dari wewenang kita lagi, kalau misalnya pasiennya lebih bermasalah lebih banyak ‘kan? P : Jadi otomatis harus rujuk?

S : Iya harus rujuk, jadi kita ndak bisa ngambil keputusan sendiri memang. P : Terus kalau misalnya, pernah nggak Mbak mengalami gagal, apa, menangani

gagal persalinan atau mungkin ibu atau bayi yang mungkin nggak selamat atau gimana?

S : Selama ini sih belum pernah sih. Moga- moga ke depannya ndaklah.

P : Kalau misalnya, kalau misalnya dalam kondisi gini, apa ya terkait dengan isu etik, sosial gitu. Ee… di satu sisi Mbak sebagai bidan ‘kan harus apa ya, nyelamatin nyawa ibu dan bayi gitu ‘kan, misalnya keselamatan yang diutamakan. Tapi di satu sisi ‘tu, ee… bertentangan dengan nilai agama dengan moral. Misalnya seperti inilah aborsi, itu pernah nggak dialami? S : Aborsi…

P : Mungkin, mungkin bukan hanya aborsi aja ya. Memang apa ya…

S : Yang melanggar etik gitu ya, kode etik. Misalnya sih selama menjalani tugas ini belum pernah mendapat kasus gitu‘kan. Ah kalau misalnya pasien minta aborsi sama kita, kita ‘tu pokoknya anjurkan kita pokoknya, memberi dia pengarahan kalau aborsi itu nggak benar, pokoknya itu bertentangan sama ini agama atau sama hukum, terus kita harus ini apa anjurkan dia untuk konsul ke dokter, terutama ke dokter obginnya itu ya. Aa… jadi biar dokter obgin itu yang menjelaskan sendiri, aa… mengapa ini harus, apa mengapa dia minta aborsi, apakah ada misalnya indikasi ‘kan, kalau misalnya dia minta aborsi karena kriminalis gitu ‘kan, provokatus misalnya, minta sendiri gitu ‘kan, aa… itu sebenarnya ndak boleh ‘kan. Itu tergantung lagi dari dia ‘kan misalnya takut dia, kondisi dia yang nanti lebih gimana, lebih parah kalau dia ndak aborsi gitu ‘kan. Nah, jadi kita harus konsulkan sama dokter gitu.

P : Tapi sampai saat ini belum ya?

S : Belum. Belum pernah sih nerima kasus-kasus kayak gitu.

P : Kalau misalnya, Mbak ‘kan jadi bidan, bidan praktik di sini ‘kan mungkin harus stand by juga. Istilahnya kalau misalnya ada mendadak perlu, yang Mbak dipanggil harus siap. Kadang-kadang ‘kan apa ya, membebani Mbak nggak sih untuk hal yang kayak gitu? Misalnya pada saat itu Mbak juga mungk in perlu refreshing atau ada keperluan pribadi seperti itu?

S : Hm. Selama saya kerja sih, mm… pas disuruh stand by ‘tu belum pernah pas ada juga kegiatan. Jadi pas lagi kosong, lagi lowong gitu, jadi selalu pergi gitu kalau disuruh. Misalnya on call, panggilan gitu, mau ada operasi terus stand by, kita pergi.

P : Kadang kerasa nggak sih Mbak, maksudnya apa ya, mungkin pada saat itu memang pas lagi kosong. Tapi kadang dalam hati, kadang-kadang kenapa sih…

S : Ya kadang sih kepikiran. Aduh, ngapa sih jadi kok misalnya jadi kayak gini, gitu. Sering dipanggil ‘kan capek juga, nanti jadi kebiasaan dipanggil terus gitu (tertawa). Nggak sih, apa jadi tapi ah ndak apa-apalah daripada kita nanti ndak enak juga sama teman-teman gitu.

P : Kalau misalnya apa ya… Kalau misalnya menghadapi, menghadapi stres gitu ‘kan pernah nggak sih Mbak sampai merasa, apa ya kalau misalnya kayak tadilah yang menghadapi bayi-bayi sunsang atau apa gitu dalam kondisi stres pada saat bekerja. Reaksi fisik yang Mbak alami ‘tu kayak gimana?

S : Biasa ‘tu langsung cepat capek, benar-benar… lemas, rasanya pengen marah terus, ee… pokoknya nggak enak gitulah. Terus mau ngerjakan apa-apa ‘tu jadinya malas gitu.

P : Kalau misalnya mual- mual gitu? Apa ya kalau misalnya stres ‘kan kadang ada juga orang yang mual apa deg-degan.

S : Kadang langsung pusing. Nggak sih mual, pusing. Pasti pusing itu.

P : Oke. Kayak gituya. Mm… misalnya pada saat apa ya, menghadapi peristiwa yang menekan seperti itu gimana perasaan Mbak? Ada nggak sih rasa, aduh sedih, kadang-kadang ada juga orang yang sedih kenapa sih aku nggak bisa ngelakuin gitu atau gimana?

S : Kalau misalnya gagal gitu? P : Hm.

S : Kadang itu benar-benar rasa bersalah sekali, rasanya takut sekali. Pokoknya takut dimarahin, takut ada apa-apa sama pasiennya.

P : Itu yang dalam kondisi seperti apa? Maksudnya peristiwanya kayak gimana? S : Misalnya kita salah… salah melakukan tindakanlah pokoknya. Salah

misalnya, salah pemberian obat, salah dosis. Itu pasti kepikiran sampai sekarang masih ingat ‘tu. Kejadian itu pasti masih diingat.

P : Oke, jadi membekas?

S : Ha’a. Jadi tapi berusaha supaya ndak diulangi lagi. Jadi sekarang ‘tu dikontrol lagi, misalnya suntikannya, misalnya berapa dosisnya. Jadi kita benar-benar nanyain lebih akurat lagi.

P : Itu jadi istilahnya membawa perubahan dalam diri Mbak jugalah ya? S : Iya.

P : Oke. Kalau misalnya pada saat menghadapi masalah- masalah seperti itu, ada nggak sih apa ya, pemikiran apa sih ya Mbak, mm… pikiran yang Mbak muncul, sorry, pikiran Mbak yang muncul, misalnya ‘kan ada juga orang yang ya udah dihadapin aja tapi ada juga orang menghindari atau gimana?

S : Yang misalnya hadapin masalah yang gimana?

P : Yang masalah tadi misalnya dalam kerja ya terutama mengenai pasien gitu. Ee… muncul nggak sih pemikiran apakah memang harus menghadapi atau misalnya ya mau nggak mau kadang-kadang kita harus menghadapi tapi ada juga ada mungkin lebih baik menghindarilah.

S : Sebenarnya sih memang mau nggak mau harus dihadapi. Jadi itu ‘kan memang apa, tugas kita. Daripada kita nanti dapat kasus kayak gini lagi ‘kan,

lebih baik kita dapat sekarang. Misalnya pas memang ada kasusnya. Jadi selanjutnya kita jadi bisa ngerti, jadi kita bisa ambil tindakan yang seperti apa untuk kasus itu, gitu.

P : Oke. Kalau misalnya seperti Mbak bilang membawa rujukan ke dokter, itu menurut Mbak, ee… itu menurut Mbak itu menghindari atau ee… secara prosedural gitu?

S : Itu sebenarnya ndak menghindari cuma itu ‘kan ada prosedurnya. Tindakan bidan itu ‘kan ada wewenangnya, wewenang dan batas-batasannya ‘kan. Batasannya itu sampai di mana. Kalau misalnya kita ndak bisa tangani sampai batas itu, batas kerja bidan, baru kita rujuk. Itu bukan menghindari.

P : Jadi memang, memang apa ya… udah memang model prosedurnya ya. S : Iya, kotaknya itu istilahnya.

P : Kalau misalnya secara psikologis, kalau misalnya ee… ada nggak sih pada saat stres dalam bekerja gitu kognitif Mbak terganggu? Maksudnya kognitif di sini, misalnya Mbak jadi mudah lupa atau apa ya…

S : Itu sering itu… (tertawa).

P : Sering ya? Apalagi selain itu Mbak? Pernah nggak?

S : Sering mudah lupa, kadang kita banyak pasien gitu‘kan, jadi banyak pesan-pesannya, ee… banyak tindakan-tindakan yang dilakukan. Itu kadang ‘tu ada satu yang kelewat gitu.

P : Berarti nggak konsen ya?

S : (Tertawa). Udah dicoba konsenkan tapi kok bisa kelupaan gitu.

P : Udah kacau bangetlah ya? Kalau misalnya sampai memunculkan emosi-emosi negatif, misalnya Mbak marah, atau apa ya mungkin kecewa, kesal, sedih, gimana gitu?

S : Biasanya sih nggaklah. Cuma paling apa rasanya, merasa bersalah aja. P : Oo… lebih sering merasa bersalah ya?

S : Iya (tertawa). Merasa bersalah kayak tadi.

P : Kalau ini, tadi itu ‘kan udah di ee… ini ya reaksinya. Kalau misalnya cara Mbak untuk mengatasi sumber stres dalam bekerja itu biasanya gimana? S : Maksudnya gimana?

P : Misalnya, coba misalnya kasus yang tadi deh, Mbak menghadapinya seperti

Dokumen terkait