• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TANGGUNG JAWAB BANK PENERBIT L/C

B. Hubungan Hukum Antara Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam

2. Hak dan kewajiban eksportir dan importir dalam penerbitan

Begitu banyak ahli hukum yang mencoba untuk memasukkan L/C ke dalam konstruksi hukum tersendiri. Di antaranya ada para pakar yang mengkonstruksikannya ke dalam:

1. Suatu konstruksi hukum dimana bank merupakan jaminan bagi pembeli

2. Konstruksi hukum dimana bank dipandang sebagai jaminan aval bagi pembeli

3. Konstruksi hukum dimana L/C dipandang sebagai pemenuhan kewajban pembayaran bagi pembeli

4. Konstruksi hukum dimana pembukaan L/C adalah pelaksanaan suatu syarat bagi kepentingan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam pasal 1317 KUHPerdata

5. Konstruksi hukum bahwa L/C tidak bisa dicabut harus dipandang sebaga delegasi yang penuh (onvolkomen delegative) seperti yang diatur dalam pasal 1417 KUH Perdata

6. Konstruksi hukum dimana L/C dipandang sebagai perjanjian sui generis (HMN Purwosutjipto, SH termasuk pengikut jenis konstruksi hukum ini45

Dari konstruksi hukum yang disebutkan di atas, nampaklah bawa sifat dari L/C tersebut tidak bisa disamakan dengan bentuk perjanjian yang telah ada, yaitu perjanjian-perjanjian yang telah diatur dalam KUH Perdata dan KUH Dagang. Karena sesuai dengan pendapat H.M.N. Purwosutjipto, SH, bahwa L/C dipandang sebagai sui generis. Sui generis maksudnya ganjil, aneh (ajaib), sesuatu yang tidak bisa dimasukkan ke dalam rumusan umum.46

Selain yang tersebut di atas, dalam perkembangannya L/C merupakan suatu lembaga yang pelaksanaannya didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam praktek perdagangan. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui hak dan kewajiban

45

H.M.N. Purwosutjipto, SH, op.cit, hal 98-99

46

dari pihak importir dan eksportir sehubungan dengan diterbitkannya L/C, maka perlu diperhatikan dalam prakteknya untuk apa lembaga L/C tersebut dibentuk.

Dasar dari pembukaan L/C adalah syarat-syarat L/C yang telah ditetapkan oleh eksportir dan importir yang berkaitan dengan upaya untuk merealisasikan suatu perjanjian jual beli yang dituangkan dalam sales contract, dimana syarat-syarat tersebut dipaparkan di dalam aplikasi (permohonan) yang ditujukkan pada bank pembuka L/C tersebut.

Menurut M. Yahya Harahap, S.H., bahwa:

“Tentang persetujuan jual-beli dianggap sudah berlangsung antara pihak penjual dan pembeli apabila mereka telah menyetujui dan bersepakat keadaan barang dan harga benda tersebut; sekalipun barangnya belum diserahkan dan harganya belum dibayarkan (Pasal 1458 KUH Perdata); JUal beli tiada lain dari persetujuan kehendak (wills overeenstemming) antara penjual dan pembeli mengenai barang dan harga. Barang dan hargalah yang menjadi esensi dari perjanjian jual beli. Tanpa ada barang yang dijual tidakah mungkin terjadi perjanjian jual beli. Sebaliknya, jika objek jual beli tidak dibayar dengan suatu harga, maka jual beli dianggap tidak ada.”47

47

Selanjutnya dalam hubungan antara importir dengan eksportir berkaitan dengan diterbitkannya L/C, Munir Fuady, S.H., L.LM., mengatakan:

“Sebenarnya hubungan antara eksportir dengan importir dalam kaitan pembukaan L/C tetap mengenai hubungan jual beli, dimana L/C adalah sebagai cara pembayaran. Menurut Pasal 1458 KUH Perdata, maka jual beli tresebut telah terjadi pada saat “mutual concept” terbentuk, tanpa harus menunggu levering (penyerahan). Sehingga hak dan kewajiban dari jual beli sudah terbentuk, termasuk pembukaan L/C yang disyaratkan dalam L/C, sedang pada waktu pembukaan L/C tidak ada hak dan kewajiban tambahan karena pada prinsipnya pembukaan L/C hanyalah mengkonfirmasi kembali apa yang sudah distipulasi dalam perjanjian jual beli.”

Memperhatikan uraian di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi dasar pembukaan L/C adalah perjanjian jual beli, ataupun syarat-syarat lainnya yang sudah ditetapkan dalam perjanjian jual beli, dimana suatu jual beli terjadi pada saat kata sepakat antara kedua belah pihak.

Dalam suatu kontrak perdagangan internasional yang juga biasanya terdapat syarat-syarat lain, seperti Free On Board (FOB), Free Alongside Ship (FAS), dan sebagainya. Demikian juga dalam pembayaran biasanya dilakukan dengan cara membuka L/C untuk kepentingan eksportir agar mendapatkan pembayaran, dan untuk kepentingan importir agar mendapatkan barang yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam sales contract.

Dalam hal ini pemakaian L/C adalah sebagai cara pembayaran perdagangan luar negeri yang mengandung arti bahwa dengan dibukanya L/C oleh importir menunjukkan bahwa eksportir berhak mendapatkan pembayaran apabila ia telah melaksanakan kewajibannya, yaitu untuk mengirimkan barang-barang kepada importir sesuai dengan dokumen-dokumen dan syarat-syarat yang ditentukan dalam sales contract. Begitu pula sebaliknya, importir harus melaksanakan kewajiban pembayaran kepada eksportir apabila barang-barang dan dokumen-dokumen yang dikirim eksportir telah sesuai dan dia berhak untuk memiliki barang yang dikirimkan kepadanya.

A. LATAR BELAKANG

Pada masa sekarang hampir semua negara saling mengadakan hubungan dagang untuk menunjang pembangunan ekonominya. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi jelas akan sangat meningkatkan bisnis internasional. Peningkatan bisnis internasional, pasti pula akan meningkatkan intensitas lalu lintas pembayaran ekspor-impor antar negara di dunia pada abad ke-21 mendatang. Sebab¬sebab terjadinya perdagangan internasional, yaitu:

1. Perbedaan sumber daya alam (SDA).

2. .Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 3. .Perbedaan kebudayaan.

4. .Mencari keuntungan.

5. . Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Selain itu juga, banyak teori-teori dan doktrin yang berkembang di dunia saat ini tentang perdagangan internasional. Teori-teori itu pada umumnya membahas secara lebih rinci mengenai tujuan serta prinsip-prinsip yang dijalankan oleh suatu Negara yang melakukan kegiatan perdagangan internasional, beberapa diantaranya adalah :

a. Teori Merkantilisme

Teori Merkantilisme, yaitu paham yang mengajarkan bahwa kemakmuran perekonomian suatu negara dengan memaksimalkan surplus perdagangan.

1. Teori Merkantilisme mempunyai prinsip:Mencari logam mulia sebanyak-banyaknya

2. Mengusahakan neraca perdagangan aktif 3. .Monopoli perdagangan

4. .Memperluas daerah jajahan

5. Membatasi impor dan meningkatkan ekspor b. Teori Keuntungan Mutlak (Adam Smith)

Teori Keuntungan Mutlak berdasarkan pada pembagian kerja internasional yang menimbulkan spesialisasi dan afisiensi produksi dalam menghasilkan suatu barang. Teori keuntungan mutlak mempunyai prinsip:

1. Kemampuan negara untuk mengembangkan produksi melalui perdagangan.

2. Macam keuntungan ada dua, yaitu karena ilmiah dan teknologi.

3. Dalam perdagangan, masing-masing negara akan mengadakan spesialisasi kerja pada produksi yang mempunyai keunggulan mutlak, yaitu jam kerja per hari yang paling kecil.

c. Teori Keuntungan Komparatif oleh David Ricardo

Teori Keuntungan Komparatif berdasarkan pada perbandingan biaya yang dikeluarkan suatu negara dalam memproduksi suatu barang dibandingkan dengan negara lain sehingga negara dengan biaya rendah akan mengimpor dan negara dengan biaya yang tinggi mengekspor barang tersebut.

Secara umum kegiatan perdagangan tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. kegiatan menjual barang (ekspor); dan

b. kegiatan membeli hasil produksi negara lain (impor).

Dari setiap kegiatan tersebut pada dasarnya ada 2 (dua) pihak yang berperan, pihak eksportir dan pihak importir. Perlu diingat dalam kegiatan ini, kedua belah pihak terpisah satu sama lain baik secara geografis maupun oleh batas kenegaraan yang dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam pembayaran bila pihak pembeli tidak memiliki devisa, maksudnya adalah alat pembayaran yang diterima dalam lalu lintas pembayaran internasional atau suatu mata uang internasional

Bisnis internasional, atau lebih spesifik lagi perdagangan internasional ( Ekspor-Impor ) merupakan area bisnis yang penuh resiko dan sangatlah kompleks. Dikatakan demikian karena secara logika biasanya lokasi importer dan eksportir terpisah baik secara geografi maupun geopoitik, bahkan terkadang keduanya saling tidak mengenal secara pribadi.

Selain tidak mengenal secara pribadi, kultur yang sangat berbeda antara kedua belah pihak juga kerap kali menjadi penyebab kompleksnya untuk membangun hubungan bisnis internasional. Perbedaan bahasa, budaya, mata uang, dan lain sebagainya dianggap sebagai suatu penyebab sulitnya untuk menjalin komunikasi bisnis internasional.

Hal-hal seperti inilah yang menjadi pertimbangan pebisnis untuk melakukan suatu transaksi bisnis internasional. Karena terlalu banyak resiko yang menghadangnya. Salah satu contohnya : bahasa, yang mungkin memiliki arti berbeda antara yang sudah diterjemahkan dan maksud aslinya, perbedaan kurs

mata uang antar Negara, belum tentu harga mata uang saat perjanjian mulai dibuat sama dengan harga mata uang ketika pembayaran hendak dilakukan, dan tentu saja masalah yang paling utama dan terutama yang menjadi ketakutan paling besar para pebisnis untuk memulai suatu tranksaksi internasional adalah masalah pembayaran.

Hal ini tentu akan sangat berisiko bagi kedua belah pihak. Di satu sisi, ekportir ragu jika akan mengirimkan barangnya ke luar negeri karena belum tentu nanti barangnya akan dibayar di kemudian hari oleh importer. Kemudian pihak importir dia ragu jika ingin melakukan pembayaran di awal, kekhawatiran kemudian muncul apabila pihak eksportir tidak mengirimkan barangnya. Belum lagi resiko bahwa barang yang ia terima tidak sesuai dengan keinginannya1

Untuk menjembatani keinginan tersebut, juga untuk meminimalisirkan resiko yang timbul baik kepada pihak pembeli (importir) maupun pihak penjual (eksportir) maka perlu digunakan sarana pembayaran yang saling menguntungkan. Sarana pembayaran ini akan menjamin pembayaran yang diinginkan penjual

. Tanpa jaminan dari pihak pembeli tidak mungkin penjual berani melepas barang dagangannya. Begitu pula bagi pihak pembeli perlu ada jaminan untuk memperoleh barang dengan disertai jumlah dan kualitas yang diinginkannya. Bagi mereka yang berdagang masih dalam satu pulau atau masih dalam satu negara hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius. Tetapi bagi mereka yang dibatasi oleh jarak yang jauh dan waktu yang lama, apalagi antar negara jelas masalah pengiriman barang dan pembayaran akan menjadi masalah besar.

1

Julius R. Latumaerissa, S.E., M.M, Esensi-Esensi Perbankan Internasional, Bumi aksara, 1995

dengan mengirim barangnya. Jaminan diberikan pula kepada pihak pembeli bahwa akan menerima jumlah dan kualitas barang yang diinginkan. Sarana pembayaran semacam ini dibuat melalui jaminan bank sebagai lembaga pembayar yang dikenal dengan nama Letter of Credit atau L/C. untuk membantu baik pihak eksportir maupun importir dalam melakukan kegiatan bisnis internasional tanpa harus dihantui oleh kekhawatiran-kekhawatiran di atas.

Letter Of Credit atau dalam bahasa sederhananya disebut surat piutang . Letter of credit adalah surat kredit berdokumen yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang berupa penagguhan pembayaran pembelian oleh pihak pembeli sejak LC dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.

Selanjutnya menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 5/11 /PBI/2003 tentang Pembiayaan Transaksi Impor, Letters Of Credit adalah janji membayar dari bank penerbit kepada penerima jika penerima menyerahkan kepada bank penerbit dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C.

Ditinjau secara umum L/C digunakan untuk membiayai sales contract jarak jauh antara pembeli dan penjual (importir dan eksportir) yang belum saling mengenal dengan baik. Singkat kata, kehadiran L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Menurut ketentuan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCPDC 600), L/C merupakan janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C. Inti dari pengertian L/C di sini

adalah bahwa L/C merupakan “janji membayar”. Sedangkan menurut Bank Indonesia, L/C merupakan janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan kondisi L/C tersebut.2

L/C sebagai alat pembayaran sangat disukai secara internasional karena unsur janji pembayaran yang ada pada instrumen ini. Penerima yang menjual barang kepada pemohon merasa aman dibayar dengan cara L/C karena adanya janji pembayaran dari bank penerbit kepadanya. Sebaliknya, pemohon juga merasa aman membeli barang dengan cara L/C karena akan menerima dokumen-dokumen yang dikehendakinya sebab pemenuhannya merupakan syarat pembayaran L/C3

Kemudian pihak bank tersebut akan menghubungi bank kedua yang berada di wilayah Negara eksportir dan membuatkan Letter Of Credit bagi eksportir tersebut. Setelah L/C ada dalam tangan eksportir tersebut maka sang eksportir

Selain sebagai sistem pembayaran yang paling aman dipandang dari sudut kepentingan eksportir dan importir, L/C yang secara prinsip menganut Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP 600) adalah suatu sarana yang paling efektif, yang ditawarkan oleh bank-bank devisa dalam penyelesaian pembayaran transaksi bisnis internasional

.Cara kerja dari Letter Of Credit adalah pihak eksportir meminta pihak importir untuk membuka Letter Of Credit atas namanya di suatu bank di Negara importir ( Opening Bank ).

2

Ramlan Ginting, Letter of Credit: Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), hal. 33-34.

Ramlan Ginting, Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal. 12.

harus segera mengirimkan barang yang diminta oleh importir. Setelah pengiriman telah dilakukan, maka importir segera melakukan pembayaran bertahap kepada bank yang menerbitkan L/C tersebut. Kemudian apabila importir telah menerima barang, dan barang yang diterima sesuai dengan perjanjian dan keinginannya, importir harus segera melakukan pelunasan untuk menebus barang yang dikirim oleh eksportir tersebut. Sedangkan pihak eksportir dapat mulai menguangkan L/C tersebut apabila dia telah mengirimkan barang yang diperjanjikan.4

. Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan, sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta sebagi lembaga yang memberikan jaminan kepada nasabahnya

Jadi bank yang bersangkutan akan menjamin untuk mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik tersebut asal pihak eksportir memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam surat tersebut.

5

Bank memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Hamper semua orang menggunakan jasa bank dalm menunjang kehidupan sehari-hari mereka, dan juga untuk kegiatan berbisnis. Fungsi utama

Dari penjelasan diatas dapatlah dilihat begitu besar peranan dari bank. Baik pihak ekportir ataupun importir sangatlah bergantung kepada bank, entah itu Opening Bank ataupun Advising Bank

4

http://wikipedia.org

5

Lebih jelas mengenai usaha bank lihat ketentuan Pasal 6 dan Pasal 7 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

bank yaitu jelaslah sebagai tempat untuk menabung dan meminjam uang. Bank sebagai tempat menabung merupakan pelaksanaan tugas bank sebagi penghimpun dana dari masyarakat.

. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Perbankan, kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit merupakan salah satu tujuan bank yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain sebagai tempat menyimpan uang, bank berfungsi juga sebagai salah satu media dalam melakukan transaksi perdagangan Tidak dipungkiri, bahwa bank bukanlah seorang ibu peri baik hati, bank melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan, walupun tak dipungkiri juga bahwa bank berperan cukup besar dalam membantu kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dan bahkan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

a) penghimpun dana

untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:

1. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.

3. Dana yang bersumber dari lembaga keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang berupa kredit lekuiditas dan call money (dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam)

b) Penyalur/ pemberi kredit bank

c) Fungsi investasi yaitu menyalurkan dana yang terkumpul oleh bank untuk membeli surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap

d) Memberikan pelayanan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “ pelayanan lalu-lintas pembayaran uang” melakukan berbagai aktifitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya

Bank sebagai salah satu kegiatan usaha, tentu saja tidak terlepas dari resiko-resiko yang ada dalam menjalankan suatu kegiatan usaha, termasuk resiko pailit. Perhatian khusus kepada bank diberikan oleh Pemerintah di bidang pailit mengingat begitu besarnya peran bank dalam memajukan taraf hidup rakyat banyak.

Jika melihat ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ( selanjutnya disebut Undnag-Undang Kepilitan dan PKPU ), maka kreditur dan debitur sendiri dapat mengajukan permohonan pailit kepada debitur asalkan memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Pemohon usaha yang dinyatakan pailit itu mrmiliki lebih dari 1 utang 2. Sekurang-kurangnya satu utang tersebut telah jatuh tempo

Perhatian khusus yang diberikan kepada kepailitan bank dapat dilihat dari ketentuan Pasal 2 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa, apabila debitur adalah bank maka yang berhak mengajukan permohonan pailit hanyalah Bank Indonesia. Dengan demikian jelaslah bahwa nasabah tidak dapat mengajukan permohonan pailit terhadap bank.

Maka berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas dan menuangkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul “Tanggung jawab Bank Penerbit L/C ( issuer bank )yang diputus pailit terhadap eksportir dan importir berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan beberapa hal di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab bank penerbit L/C terhadap L/C yang diterbitkannya?

2. Bagaimana kepailitan dalam suatu bank?

3. Bagaimana tanggung jawab serta ketentuan penyelesaian kewajiban bank penerbit L/C terhadap eksportir dan importer apabila bank penerbit L/C dinyatakan pailit ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Secara umum penulisan skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan kepahaman hukum di bidang kepailitan. Dengan adanya pemahaman yang

lebih mendalam terhadap ketentuan hukum yang berlaku, maka dalam menghadapi kasus-kasus kepailitan, praktisi-praktisi dan penegak hukum dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan hukum yang berlaku.

Penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kepailitan di bank. Karena dengan adanya suatu pemahaman yang baik, baik kepada masyarakat awam ataupun praktisi hukum, maka ketika terjadi kepailitan di bank, langkah yang diambil untuk melindungi nasabah ataupun masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kepilitan dalam bank dapat diambil secara tepat.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana tanggung jawab bank penerbit L/C terhadap L/C yang dikeluarkannya dan hubungannya dengan pihak-pihak terkait

b. Untuk mengetahui serta menganalisis pertanggungjawaban bank terhadap nasabah, yaitu importer ataupun eksportir apabila diputus pailit pada saat tranksaksi L/C berlangsung

D. MANFAAT PENULISAN

1. Secara teroritis

Apabila pandangan Enid Campbell yang menyatakan bahwa “In his or her professional career, the lawyer as well as legal scholar will find it

necessary to discover the legal principle relevant to a particular problem”6

2. Secara praktis

dipahami, dapat dikemukakan bahwa penelitian hukum bukan hanya untuk para praktisi hukum, melainkan juga untuk akademisi hukum.

Untuk itu secara teoritis atau akademis tentu penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembuat undang-undang melalui kontribusi pemikiran serta pengembangan doktri-doktrin hukum atau teori-teori hukum bagi penyempurnaan sejumlah perangkat peraturan, umumnya bagi perkembangan dunia hukum perbankan, khususnya mengenai kepailitan bank dan juga mengenai transaksi pembayaran yang bersifat L/C.

Secara praktis, penulis berharap penulisan skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan pembaca. Dan juga bermanfaat bag para praktisi hukum, umumnya bagi kepentingan kliennya dibidang hukum bisnis, khususnya hukum perbankan dan juga transksaksi bisnis internasional. Selain itu penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat bagi para pengusaha eksportir-importir karena berkaitan dengan aspek hukum L/C. Sasaran akhir suatu ekspor ialah pembayaran. Pembayaran ini akan lebih pasti jika ada janji pembayaran dari bank yang diwujudkan dalam bentuk penerbitan L/C. L/C dengan demikian memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan ekspor. Dengan demikian,

6

Enid Campbell et.al., sebagaimana yang dikutip oleh oleh Peter Mahmud Marzuki dalam

pemahaman yang baik bagi pengusaha eksporti-importir terhadap aspek hukum L/C sangat diperlukan.

E. KEASLIAN PENULISAN

Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan yang dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi yang membahas judul “Tanggung Jawab Bank Penerbit Letter Of Credit ( issuer bank ) yang diputuskan pailit terhadap eksportir dan importer berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004” belum pernah dilakukan baik dalam judul, topik, dan objek permasalahan yang sama. Dengan demikian hal tersebut dapat menjadi acuan bahwa topic yang diangakat oleh penulis adalah murni merupakan hasil pemikiran dari penulis sendiri.

F. METODE PENULISAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti berdasarkan suatu metode tertentu, sitematis berarti berdasarkan suatu system, dan konsisten berarti tidak ada hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka terntentu.7

Melakukan penelitian hukum setidaknya diperlukan langkah-langkah yang dapat diterapkan baik terhadap penelitian untuk kebutuhan praktis maupun akademis. Berdasarkan karakter ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas

7

aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum8

5. memberikan preskriptif berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam kesimpulan

.

Oleh sebab itu di dalam penelitian hukum perlu dilakukan langkah-langkah, yakni:

1. mengidentifikasi fakta hukum dan mengeleminir hal-hal yang tidak relevan untuk menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan;

Dokumen terkait