• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untukmelakukan fraksinasi dan isolasi senyawa bioaktinya dan meneliti efek sitotoksik dari ekstrak etanol kulit batang Tanjung(Mimusopsi cortex) terhadap sel Vero (sel normal) untuk mengetahui selektivitas ekstrak ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abcam. (2007).T47D (Human ductal breast epithelial tumor cell line) Whole Cell Lysate(ab14899)datasheet. Diunduh dari: http://www. Abcam.com/index.html?datasheet=14899. Diakses tanggal 05 April 2012.

Andriyani,R., Udin, Z. (2010). Studi Potensi Ekstrak Brucea javanica Sebagai Bioaktif Antikanker Payudara Terhadap Sel T47D. JKTI. 12(1): 8-14. Anonima.(2012). Kanker Payudara. Diunduh dari:http://forum.tempo.com

/showthread.php?3623-cara-alami-mengobati-kanker-payudara.html.Diakses tanggal 02 Februari 2012.

Anonimb. (2011). Tanjung (Pohon). Diunduh dari

Tanjung_%28 pohon%29. Diakses tanggal 02 Februari 2012.

Anonimc. (2007). Kanker Payudara. Diunduh dari:

2012.

Ansel, C.H. (2008). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi ke IV. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 605-608.

Chaitali, H.V., More, S.N.,Bharate, S.S., dan Bharate, B.S. (2010). CytotoxicityScreeningofSelectedIndianMedicinalPlantsUsingBrine-ShrimpLethalityBioassay. AdvancesinNaturalandAppliedSciences Journal.4(3): 389-395.

Clark, G.L. (1975). The Tissue Of The Body. London: Oxford University Press. Hal. 39-45.

Cree, I.A. (2011). Cancer Cell Culture: Methods and Protocols.Edisi Kedua. New York: Springer Humana Press. Hal. 237-244.

Depkes R.I. (1979a). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Hal. 33, 649, 659, 748, 781-782.

Depkes R.I. (1979b). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 159, 167-171.

Depkes R.I. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 152.

Depkes R.I. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 300-304, 306.

Depkes R.I. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta. Ditjen POM. Hal. 17, 31-32.

Doyle, A., Griffiths, J.B. dan Newell, D.G. (2000). Cell and Tissue Culture: Laboratory Procedures, Edisi ke III. New York: John Wiley & Son. Hal. 23-24.

Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences.55(3):263.

Filho, M. (2006). Bioactive Phytocompounds: New Approaches in the Phytosciences. In Modern Phytomedicine. Editor: Iqbal Ahmad, Farrukh Aqil dan Mohammad Owais. Germany: Wiley-VCH. Hal. 9-10.

Freshney, I.A. (2000). Culture Of Animal Cells. A Manual of Basic Technique. Edisi ke IV. Toronto: Willey-Liss. Hal. 329-344.

Ganu, G.P., Jadhav, S.S., dan Desphande, A.D. (2010). Antioxidant and antihyperglycemic potential of methanolic extract of barkof Mimusops elengiL. In mice. International Journalof Phytomedicine. 2(2): 116-123. Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid Ke IV. Jakarta: Sarana

Wana Jaya. Hal. 1588-1589.

Kamuhabwa, A., Nshimo, C. & de Witte, P. (2000). Cytotoxicity of Some Medicinal Plant Extracts Used in Tanzanian Tradisional Medicine.

J.Ethnopharmacol. 70(4): 143-149.

Kanadaswami,C.,Lung, T.L.,Ping-PingH.L.,Jiuan, J.H., Ferng, C.K.,Ying, T.H., dan Ming, T.L. (2005).TheAntitumorActivitiesofFlavonoids.InVivo Journal.19(3). Hal. 895-897.

Katzung, G.B. (2004). Basic and Clinical Pharmachology. International Edition. Edisi ke IX. Boston: McGraw-Hill Company. Hal. 898-929.

Kupcsik, Laszlo, dan Martin, J.S. (2011). Mammalian Cell Viability: Methods and Protocols. New York: Humana Press. Halaman 13-18.

Kurnijasanti, R., Hamid, S.I, dan Rahmawati, K. (2008). Efek Sitotoksik In Vitro dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Kultur Sel Kanker Mieloma. MediaEksakta. 7(1): 48-54.

Mangan, Y. (2003). Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hal. 2-23.

Miksusanti. (2010). Proliferasi Sel Limfosit Secara In Vitro oleh Minyak Atsiri TemuKunci dan Film Edibel Anti Bakteri. Jurnal Penelitian Sains.Edisi Khusus (10): 6-7.

Mulyadi.(1997).Kanker: karsinogen & Karsinogenesis dan Anti kanker.Yogyakarta: Tiara Wacana. Hal. 97.

Nafrialdi, dan Gan, S.(1995). Antikanker. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke IV. Jakarta: Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia. Hal. 686-688. Oliveira, A.P., Colaco, A., Chaves, R., Pinto, G.H., Cruz, F.L., dan Lopes, C.

(2007). Chemical Carsinogenesis. An Acad Bras Cienc. 79(4): 597. Priyatno, D. (2009). 5Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta:

Penerbit Andi. Hal. 82. Ren,W.,Qiao,Z.,Wang,H.,Zhu,L.,

danZhang,L.( 2003).Flavonoids:PromisingAnticancerAgents.Medicinal Research Review.23(4): 519-534.

Salim. (2006). Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak air dan Etanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Aktifitas Enzim Tirosin Kinase Secara In Vitro.Skripsi. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas MIPA, IPB.

Rogers, L.S., Megaw, D.W., dan McRobert, R.G. (1952). Tropical Medicine. Edisi ke VI. London: J and A Churchill Ltd. Hal. 349.

Ruddon, R.W. (2007). Cancer Biology.Edisi Keempat. Michigan: Oxford University Press, Hal. 4-5.

Saputra K., Maat, S., dan Soedoko R. (2000). Terapi Biologi Untuk Kanker. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 1, 5-10, 50.

Schafer, J.M., Lee, E.S., O’Regan, R.M., Yao, K., dan Jordan, V.C. (2000).Rapid Development Of Tamoxifen-Stimulated Mutant p53 Breast Tumors (T47D) In Athymic Mice.Clin. Cancer Res. 6(11): 4373-4380.

Siregar, J.P.C. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC. Hal. 336.

Steenis, V., Hoed, D.G., Bloembergen, S., dan Eyma, J.P. (2003). Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Cetakan ke IX. Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 328-329.

Sudiana, K.I. (2008). Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 22-30.

Sukardja, G.D.I. (2000). Onkologi Klinik. Edisi ke II. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 60-61

Tjay, H.T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 208-209.

Vermeulen, K., Bockstaele D.R.V., dan Berneman, Z.N. (2003). The Cell Cycle: A Review Of Regulation, Deregulation And Therapeutic Targets In Cancer.Cell Prolif. 36(1): 132.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Alih Bahasa: S.N. Soewandhi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 564.

World Health Organization. (1998). Quality Control Methods For Medicinal Plant Materials.Geneva: WHO. Hal. 26-27.

Winarno, K.E., Mazda, R., Hindra, dan Winarno, H. (2010). Pengaruh Iradiasi Gamma Pada Aktivitas Sitotoksik daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) (Scheff) Boerl. Jurnal Sains Dan TeknologiNuklir Indonesia.II(2): 72.

Wardoyo, E.R.P., Nugroho L.H., dan Yanti Y.I.(2009). Efek sitotoksik ekstrak kloroform, methanol dan air buah Brucea javanica (l) MERR. terhadap Sel kanker payudara (T47D).Berk Penel Hayati.Edisi Khusus: 4D:13– 16.

Wilbraham, A.C., dan Matta, M.S. (1992). Pengantar Kimia Organik. Penerjemah Suminar Achmadi. Penyunting Sofia dan Nik Solihin. Bandung: ITB. Yadav, V.R., Sahdeo, P., Bokyung, S., Ramaswamy, K., dan Bharat, B.A. (2010).

Review:Targetting Inflammatory Pathways by Triterpenoids for Prevention and Treatment of Cancer. Toxins. 2(1):2428-2466.

Lampiran 1. Hasil identifikasi Simplisia kulit batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Air Simplisia Kulit Batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

No. Berat sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml) 1. 5,003 1,80 2,20 2. 5,026 2,20 2,60 3. 5,035 2,60 3,00 % Kadar air = x100% sampel berat awal volume akhir volume − 1. Kadar air = x100% 7,99% 5,003 1,80 -2,20 = 2. Kadar air = x100% 7,95% 5,026 2,20 -2,60 = 3. Kadar air = x100% 7,94% 5,035 2,60 -3,00 =

% Rata-rata kadar air = 7,96%

3 % 7,94 % 7,95 % 7,99 + + =

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Sari Larut dalam Air Simplisia Kulit Batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

No. Berat sampel (g) Berat sari (g)

1. 5,008 0,014

2. 5,014 0,014

3. 5,007 0,017

% Kadar sari larut dalam air = x100%

20 100 x (g) sampel berat (g) sari berat

1. Kadar sari larut dalam air = x100% 1,40% 20

100 x 5,008

0,014 =

2. Kadar sari larut dalam air = x100% 1,40% 20

100 x 5,014

0,014 =

3. Kadar sari larut dalam air = x100% 1,70% 20

100 x 5,007

0,017 =

% Rata-rata kadar sari larut dalam air = 1,50% 3

1,70% 1,40%

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Sari Larut dalam Etanol SimplisiaKulit Batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

No. Berat sampel (g) Berat sari (g)

1. 5,008 0,023

2. 5,012 0,022

3. 5,007 0,031

% Kadar sari larut dalam etanol = x100% 20 100 x (g) sampel berat (g) sari berat

1. Kadar sari larut dalam etanol = x100% 2,29% 20

100 x 5,008

0,023 =

2. Kadar sari larut dalam etanol = x100% 2,19% 20

100 x 5,012

0,022 =

3. Kadar sari larut dalam etanol = x100% 3,09% 20

100 x 5,007

0.031 =

% Rata-rata kadar sari larut dalam etanol = 2,52% 3

3,09% 2,19%

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Abu Total Simplisia Kulit Batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1. 2,0062 0,0729

2. 2,0041 0,0907

3. 2,0032 0,0851

% Kadar abu total = x100%

(g) sampel berat (g) abu berat

1. Kadar abu total = x100% 3,63% 2,0062

0,0729 =

2. Kadar abu total = x100% 4,52% 2,0041

0,0907 =

3. Kadar abu total = x100% 4,24% 2,0032

0,0851 =

% Rata-rata kadar abu total = 4,13%

3

4,24% 4,52%

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam Simplisia kulit batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

No. Berat sampel (g) Berat abu (g)

1. 2,0047 0,0028

2. 2,0033 0,0025

3. 2,0109 0,0024

% Kadar abu tidak larut dalam asam = x100% (g) sampel berat (g) abu berat

1. Kadar abu tidak larut dalam asam = x100% 0,13% 2,0062

0,0028 =

2. Kadar abu tidak larut dalam asam = x100% 0,12% 2,0041

0,0025 =

3. Kadar abu tidak larut dalam asam = x100% 0,11% 2,0032

0,0024 =

% Rata-rata kadar abu tidak larut dalam asam =

3 % 11 , 0 % 12 , 0 % 13 , 0 + + =0,12%

Lampiran 8. Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung Berat simplisia kering = 200 g

Berat ekstrak =22,683 g Rendemen = ������������

����������������������� %

=

��,���

Lampiran 9. Perhitungan Jumlah Sel pada hemositometer Jumlah sel total (A + B + C + D) = 300 sel

Jumlah sel/ml

∑���/��= ���+ ���+��� + ���

��

:

= 75 x 104 sel/ml Volume Panenan Sel

����������������=����������������������������

������������������/��

:

= 1,33 ml di tambahkan media kultur hingga 10 ml untuk 1 plate.

Lampiran 10. Perhitungan Persen Sel Hidup Dari Berbagai Konsentrasi Larutan Uji Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung(Mimusopsi cortex)

No. Absorbansi Kontrol Sel (a)

Absorbansi kontrol Media (b)

1 0,730 0,159

2 0,695 0,159

3 0,786 0,166

Rata-Rata 0,737 0,161

Rumus Perhitungan Persen Sel Hidup :

Kadar Absorbansi (c) Rata-Rata (c)

% sel Hidup % sel Hidup Rata-rata 1 2 3 1 2 3 500 0,312 0,276 0,322 0,303 26,79 21,82 25,16 24,59 250 0,274 0,292 0,394 0,320 20,14 24,81 36,77 27,24 125 0,440 0,368 0,392 0,400 49,21 38,99 36,45 41,55 62,5 0,564 0,457 0,566 0,529 70,93 55,60 64,52 63,68 31,25 0,634 0,624 0,624 0,627 83,19 82,59 73,87 79,88

Lampiran 11. Perhitungan nilai IC50 Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung

(Mimusopsi cortex) menggunakan analisa Probit SPSS 17.0

Data Information

N of Cases

Valid 5

Rejected Missing 0

LOG Transform Cannot be Done 0 Number of Responses > Number of Subjects 0 Control Group 0 Warnings

Relative Median Potency Estimates are not displayed because there is no grouping variable in the model.

Convergence Information Number of Iterations Optimal Solution Found PROBITa 10 Yes Parameter Estimates

Parameter Estimate Std. Error Z Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PRO BITa

konsentrasi ekstrak -1.344 .145 -9.246 .000 -1.629 -1.059

Intercept 2.758 .310 8.897 .000 2.448 3.068

a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base 10.000 logarithm.)

Chi-Square Tests

Chi-Square dfa Sig.

PROBIT Pearson Goodness-of-Fit

Test

5.450 3 .142b

a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.

b. Since the significance level is less than .150, a heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.

Cell Counts and Residuals Number konsentrasi ekstrak Number of Subjects Observed Responses Expected

Responses Residual Probability

PR OBI T 1 2.699 100 25 19.241 5.759 .192 2 2.398 100 28 32.115 -4.115 .321 3 2.097 100 41 47.610 -6.610 .476 4 1.796 100 64 63.481 .519 .635 5 1.495 100 81 77.312 3.688 .773 Confidence Limits Probability

95% Confidence Limits for konsentrasi ekstrak

95% Confidence Limits for log(konsentrasi ekstrak)b

Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound

PROBITa .010 6072.094 1679.021 185641.373 3.783 3.225 5.269 .020 3806.257 1211.955 78216.743 3.580 3.083 4.893 .030 2830.104 984.510 45246.108 3.452 2.993 4.656 .040 2264.590 841.428 29995.396 3.355 2.925 4.477 .050 1889.035 740.123 21481.855 3.276 2.869 4.332 .060 1618.868 663.260 16175.865 3.209 2.822 4.209 .070 1413.972 602.219 12618.805 3.150 2.780 4.101 .080 1252.618 552.140 10106.818 3.098 2.742 4.005 .090 1121.917 510.040 8262.126 3.050 2.708 3.917 .100 1013.695 473.971 6865.520 3.006 2.676 3.837 .150 666.063 348.268 3203.909 2.824 2.542 3.506 .200 477.041 270.511 1761.881 2.679 2.432 3.246 .250 358.256 215.807 1064.521 2.554 2.334 3.027 .300 277.021 174.124 685.077 2.443 2.241 2.836 .350 218.285 140.501 462.567 2.339 2.148 2.665 .400 174.109 112.226 325.454 2.241 2.050 2.512 .450 139.898 87.876 237.999 2.146 1.944 2.377 .500 112.800 66.927 180.530 2.052 1.826 2.257 .550 90.950 49.378 141.356 1.959 1.694 2.150

.600 73.079 35.269 113.325 1.864 1.547 2.054 .650 58.290 24.377 92.142 1.766 1.387 1.964 .700 45.931 16.254 75.290 1.662 1.211 1.877 .750 35.516 10.369 61.280 1.550 1.016 1.787 .800 26.672 6.227 49.189 1.426 .794 1.692 .850 19.103 3.409 38.376 1.281 .533 1.584 .900 12.552 1.586 28.292 1.099 .200 1.452 .910 11.341 1.317 26.306 1.055 .120 1.420 .920 10.158 1.076 24.314 1.007 .032 1.386 .930 8.999 .861 22.304 .954 -.065 1.348 .940 7.860 .672 20.262 .895 -.173 1.307 .950 6.736 .505 18.167 .828 -.296 1.259 .960 5.619 .362 15.988 .750 -.442 1.204 .970 4.496 .240 13.671 .653 -.620 1.136 .980 3.343 .139 11.112 .524 -.858 1.046 .990 2.095 .058 8.026 .321 -1.234 .904

a. A heterogeneity factor is used. b. Logarithm base = 10.

Lampiran 12. Bagan Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung (Mimusopsi cortex)

Ditambahkan etanol 96%, biarkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk

Disaring

Dicuci kembali dengan etanol 96% Dibiarkan 2 hari ditempat gelap dan Sejuk

Dienaptuangkan Disaring

Dipekatkan dengan rotary evaporator

200 g serbuk simplisia Maserat Ampas Maserat Ampas Ekstrak etanol

Lampiran 13. Bagan Pembuatan Media RPMI

Dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 800 ml aquabidest steril

Dihomogenkan dengan menggunakan stirer magnet Diatur pH 7,2 – 7,4 (HCl 1N atau NaOH 1N) Ditambahkan aquabidest steril samapai 1 l Dilakukan sterilisasi dengan penyaringan Ditampung dalam botol steril

Diberi identitas pada botol media Disimpan pada suhu 2 – 80 C

RPMISachet 2 g Hepes 2 g NaHCO3

Lampiran 14. Bagan Pembuatan Media Kultur Lengkap (MK)

Dicampur

Diberi identitas pada botol MK Disimpan pada suhu 2 – 80C Fetal Bovine Serum (FBS) (10%) Penisilin- Streptomisin (1%) Fungizone (amphotericin B) (0,5%) RPMI ad 100%

Media Kultur Lengkap (MK)

Lampiran 15. Bagan Penumbuhan Sel T47D

Diambil dari tangki nitrogen atau freezer Diambil beberapa tetes

Dimasukkan kedalam konikel yg berisi RPMI Disentrifuge 6000 rpm selama 5 menit

Dibuang supernatan

Ditambahkan 4 ml MK RPMI Di resuspensi hingga homogen Dimasukkan ke dalam flask

Ditambahkan 5 ml MK kedalam setiap flask Dihomogenkan

Diamati kondisi sel dengan mikroskop inverted Diberi identitas pada flask

Disimpan dalam inkubator CO2

Sel T47D

Lampiran 16. Bagan Panen Sel T47D

Dipersiapkan dan dikondisikan

Diamati apakah sel telah konfluen 80% Dibuang MK dari flask dengan mikropipet Dicuci sel 2x dengan PBS

Ditambahkan 400 µl trypsine-EDTA 0,25% Diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 5 menit

Ditambahkan 4 ml MK

Di resuspensi dengan mikropipet

Diamati sel dibawah mikroskop inverted

Di resuspensi kembali jika masih ada sel yang menggerombol Ditransfer sel kedalam tabung konikel

Sel T47D, alat, dan bahan

Lampiran 17. Bagan Penghitungan SelT47D

Diambil 10µl panenan sel

Dipipetkan kedalam hemositometer Dihitung jumlah sel dibawah mikroskop

Kultur Sel T47D

Lampiran 18. Bagan Pembuatan Larutan Uji

Ditimbang sebanyak 5 mg Dimasukkan kedalam polytube Dilarutkan dalam 50 µl DMSO Di vortex

Dibuat pengenceran sampai diperoleh konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml, 125 µg/ml, 62,5 µg/ml, dan 31,25 µg/ml Ekstrak

etanol

Lampiran 19. Bagan Pengujian Sitotoksik

Ditanam pada microplate 96 sumuran dengan kepadatan 1 x 104

Diinkubasi selama 24 jam Dibuang medium

Ditambahkan medium baru Ditambahkan larutan uji Diinkubasi selama 24 jam

Dibuang media dan larutan uji setelah 24 jam Dicuci dengan PBS

Ditambahkan 100 µl MK dan 10 µl MTT (5 mg/ml) Diinkubasi selama 4-6 jam

Ditambahkan SDS (sebagai stopper) Dibungkus dengan aluminium foil Dibiarkan selama 1 malam

Dibaca serapan dengan ELISA reader pada λ 595 nm

Dihitung % sel hidup

Dihitung IC50 dengan analisa probit menggunakan

SPSS 17 Sel T47D

Absorbansi

Lampiran 20. Gambar Sel T47Dyang telah konfluen (dilihat di bawah mikroskop inverted dengan perbesaran 10x10)

Lampiran 21. Gambar Sel T47Ddalam kamar hitung (dilihat di bawah mikroskop inverted dengan perbesaran 10x10)

Lampiran 22. Gambar morfologi sel kanker (dilihat dengan mikroskop inverted dengan perbesaran 10x10) setelah pemberian ekstrak dari konsentrasi tertinggi hingga terendah

Konsentrasi ekstrak 500 µg/ml Konsentrasi ekstrak 250 µg/ml

Konsentrasi ekstrak 125 µg/ml Konsentrasi ekstrak 62,5 µg/ml

Lampiran 23. Gambar Microplate -96 sumuran yang berisi sel dan larutan uji

Lampiran 24. Gambar Mikroskop Inverted, Elisa Reader, dan Inkubator CO2

Keterangan : Elisa Reader

Keterangan : Mikroskop Inverted

Glosarium

Analisis Probit Jenisregresidigunakan untuk menganalisisvariabel responbinomial.

Apoptosis Mekanism

tidak diperlukan oleh tubuh.

Brine-Shrimp Lethality Bioassay

Salah satu metode untuk menguji bahan-bahan yang bersifat sitotoksik. Metode ini menggunakan larva Artemia salina leach sebagai hewan coba.

Cell Line (Sel kultur) Sel yang digunakan dalam penelitian yang dikembangkan dan ditumbuhkan/berploriferasi pada media kutur secara in vitro. Sel kultur dapat diambil dari jaringan asal ataupun memperbanyak sel yang sudah ada.

Continous Cell Line Sekelompokselmorfologisseragam yangdapat diperbanyaksecara in vitrountukwaktu yang tidak tertentu.

FBS(Fetal Bovine Serum):

Serum yang umumnya digunakansebagai suplemen untukmedium pertumbuhanbasal dalamkultur sel Hemositometer Perangkat yang awalnya dirancang untuk

penghitungan sel darah. Sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis lainnya.

Hepes (4-(2-hydroxyethyl)-1-piperazineethanesulfonic acid ) buffer, yang berisi kedua kelompok terionisasi positif dan negatif, dimana kelompok amina sekunder dan tersier memberikan muatan positif dan muatan negatif yang ditawarkan oleh sulfonat dan gugus asam karboksilat.

Kanker Istilah yang digunakanuntuk penyakitdi manasel-sel

abnormalmembelahtanpa kontroldan mampumenyerang jaringan lain. Sel-sel kankerdapat

menyebarke bagian lain daritubuh melaluidarah dan sistemgetah bening (National Cancer Institute)

Kemoterapi (chemotherapy)

Penggunaan zat Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat

Mitokondria tempat berlangsungnya fungsi seperti PBS(Phospate Buffer Saline)

Larutan buffer yang biasa digunakan dalam penelitian biologi. Ini adalah berbasis air garam larutan yang mengandung natrium klorida, natrium fosfat, dan, dalam beberapa formulasi, klorida kalium dan fosfat kalium. Gugus fosfat buffer membantu mempertahankan pH yang konstan. Konsentrasi osmolaritas dan ion dari solusi biasanya cocok dengan tubuh manusia (isotonik).

Proliferasi Fase

tanpa hambatan Media Roswell Park

MemorialInstitute (RPMI)

Salah satu media yang banyak digunakan untuk menumbuhkan sel mamalia, terutama sel suspensi, contohnya sel limfosit manusia. Selain itu, media ini juga dapat digunakan untuk menumbuhkan sel hybrid. Media ini berwarna merah karena adanya phenol red sebagai indikator pH untuk mendeteksi terjadinya perubahan pH akibat metabolisme sel. Jika sisa metabolisme sudah terakumulasi di media, maka warna media akan berubah menjadi kuning. Hal ini menandakan bahwa sel harus dikultur di media baru agar sel tidak mati akibat sisa metabolisme tersebut. Selain itu, RPMI 1640 mengandungCaCl2,Ca(NO3)2.4H2O,

KCl,MgSOz7H2O, NaCl, NaHCO, Na2HPO4.7H2O , glukosa, Glutathione, phenol red, berbagai asam amino (L-aspargie, L-Cystine, tirosin, valin, dan sebagainya), serta vitamin (biotin, pantotenat, kolin) Sel T47D Continous cell line yang diisolasi dari jaringan

tumor duktal payudara seorang wanita berusia 54 tahun.

Sitotoksik Zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan.

Subkultur Pemindahan sel, jaringan atau organ dari media lama ke media baru, baik media itu sama maupun berlainan dengan media semula, dengan tujuan memperoleh pertumbuhan baru ataupun perkembangan dari inokulum.

Uji Sitotoksik Salah satu pengembangan metode untuk memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel.

Viabilitas sel Jumlah sel-sel yang mampu berkembang dalam medium kultur.

Dokumen terkait