• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Kepada Dinas Pertanian Daerah

Diharapkan kepada Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Langkat untuk membuat pelatihan kepada petani untuk menghasilkan produk yang maksimal dalam kualitas maupun kuantitas.

2. Kepada Petani

Diharapkan kepada petani untuk menuruti takaran jumlah input sesuai rekomendasi dan tepat waktu.

3. Kepada Peneliti selanjutnya

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pelatihan petani terhadap produksi kedelai.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi tanaman pangan utama seperti halnya padi (Supadi,2009).

Menurut Sumarno (2011) kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746, menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi. Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang. Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada.

Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan sebagai

bahan pangan terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88 persen untuk tahu dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih (Sudaryanto dan Swastika,2007).

Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2010).

Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat, maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja menghabiskan banyak devisa negara. (Zakiah, 2011).

Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani enggan untuk menananam kedelai, dalam hal ini faktor utama yang membuat petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan (Faiq, 2012).

2. 2. Landasan Teori

Analisis SWOT adalah instrument yang digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Drs. Robert Simbolon, MPA (1999), analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkunganya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Analisis yag tepat dalam menyusun strategi adalah analisis SWOT. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2001).

SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan-kekuatan), weaknesses (kelemahan-kelemahan), opportunities (peluang-peluang) dan treaths (ancamanancaman).

Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :

Kekuatan (strength)

Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relative terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan.

Kelemahan (weaknesses)

Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.

Peluang (opportunities)

Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan

Ancaman( threaths)

Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan (Amin, 1994).

Langkah menyusun analisis SWOT 1. Pengumpulan data

2. Tahap analisis

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang berhubungan erat dengan studi dan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder.

Data primer didapat melalui beberapa metode yaitu: a. Metode pengamatan langsung

Metode ini adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

b. Metode dengan menggunakan pertanyaan

Metode ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kuesioner atau sebuah set pernyataan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dimana yang menulis isiannya adalah responden. Cara yang kedua adalah dengan wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab dengan alat yang dinamakan panduan wawancara (interview guide).

2. 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Barus (2015) mengenai Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Secara serempak, harga kedelai, harga pakan ternak,harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai. Secara individu, harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan kedelai,

sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam. Secara serempak, harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai. Secara individu, harga kedelai dan luas areal kedelai berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai, sedangkan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran kedelai di Sumatera Utara. Keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232 per kg dan jumlah produksi kedelai sebesar 12.309.000 kg.

Penelitian Komalasari (2008) mengenai Analisis Permintaan Kedelai menyatakan Kedelai merupakan salah satu komoditas palawija yang prospek pengembangannya masih sangat besar di masa yang akan datang. Berdasarkan Angka Ramalan III tahun 2008 (BPS), luas panen kedelai di Indonesia adalah 579,59 ribu hektar, produktivitasnya adalah 13,13 ku/ha dan produksi 761,21 ribu ton. Laju pertumbuhan permintaan kedelai adalah 0,05% per tahun. Berdasarkan model yang disusun, tahun 2009 dan 2010 diperkirakan Indonesia masih akan defisit kedelai sebesar 771 ribu ton untuk tahun 2009 dan 705 ribu ton untuk tahun 2010. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan penyusunan kebijakan yang tepat untuk dapat mencukupi kebutuhan akan kedelai dalam negeri.

Penelitian Riana dan Hardiyanto (2011) mengenai Analisis Peramalan Konsumsi Kedelai (Glycine max L.) di Indonesia tahun 2010-2019 menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi kedelai di Indonesia secara nyata

adalah pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Sedangkan harga kedelai, harga jagung dan konsumsi kedelai tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi kedelai di Indonesia. Hasil Peramalan variabel-variabel bebas yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Indonesia adalah sebagai berikut : Harga kedelai cenderung meningkat dari Rp 2.831,52 per kilogram Pada tahun 2010 kemudian akan meningkat menjadi Rp 3.342,33 per kilogram pada tahun 2019. Harga jagung cenderung meningkat. Pada tahun 2010 harga jagung akan mencapai Rp 2.608,10 per kilogram kemudian akan menjadi Rp 4.231,60 per kilogram pada tahun 2019. Jumlah penduduk cenderung meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk akan mencapai 240.668 juta jiwa kemudian akan menjadi 267.106 juta jiwa pada tahun 2019. Pendapatan penduduk cenderung meningkat. Pada tahun 2010 pendapatan penduduk akan mencapai Rp. 1.969.513 kemudian akan menjadi Rp. 3.276.272 pada tahun 2019.

Hasil peramalan konsumsi kedelai di Indonesia menunjukan hasil bahwa selama tahun 2010-2019, di prediksikan variabel konsumsi akan mengalami peningkatan dari 2.303,32 juta ton per tahun pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 2.864,84 juta ton per tahun pada tahun 2019. Peningkatan ini terjadi pada konsumsi, namun hal tersebut tidak diseimbangkan dengan peningkatan produksi.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija (kacang-kacangan) yang diusahakan dan dikelola petani. Kedelai merupakan pangan penting setelah padi dan jagung Kedelai adalah komoditas yang sangat potensial di Sumatera Utara. Menurut

data Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 di Sumatera Utara, produksi kedelai sebesar 3.229 ton, sementara impor kedelai sebesar 9.336. Angka ini jelas sangat menjadi permasalahan mengingat Sumatera Utara memiliki potensi dalam produksi tanaman kedelai. Di Sumatera Utara, Langkat merupakan daerah sentra produksi kedelai. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi peningkatan produksi kedelai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksikacang kedelai di Kabupaten Langkat dan strategi utama apa yang dapat meningkatkan produksi kedelai guna mengembangkan pendapatan petani kedelai di kabupaten Langkat dan peningkatan produktivitas kedelai untuk menambah devisa negara. Penelitian mengenai strategi peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kedelai di Kabupaten Langkat. Untuk mengetahui alternatif strategi peningkatan produksi kedelai, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis dengan analisis SWOT.

Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana strategis peningkatan produksi kedelai Kabupaten Langkat yang didukung oleh hasil analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengusulkan strategi komprehensif sehingga yang diusulkan akan sesuai dengan kondisi Kabupaten Langkat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pemikiran berikut ini:

Pengembangan Kedelai

Keterangan : : Ada Hubungan Faktor-Faktor Strategis

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan

Peluang Ancaman

Strategi Pengembangan Kedelai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang yang berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara) (Suhartono,dkk. 2008).

Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34% sehingga sangat diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah dibandingkan dengan protein hewan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan produk yaitu: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007).

Kedelai juga digunakan sebagai pangan fungsional penyakit degenaratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Tidak hanya itu, akibat berkembangnya industri peternakan terutama unggas, telah mendorong berkembangnya industri pakan ternak, dimana bungkil kedelai banyak digunakan sebagai sumber protein dalam komposisi pakan unggas (Tangendjaja,dkk, 2003).

Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan kedelai dalam negeri. Dalam data BPS tahun 2013 yang disajikan pada Tabel 1.1

terlihat bahwa kebutuhan akan kedelai masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan sedangkan produksi kedelai dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.

Tabel 1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai Indonesia tahun 2006 – 2012 dalam Ton

Tahun Produksi Impor Ekspor Kebutuhan

Dalam Negeri % 2006 747.611 1.132.144 1.732 1.878.023 0.398 2007 592.534 1.411.589 1.872 2.002.251 0.296 2008 775.710 1.173.097 1.025 1.947.782 0.040 2009 974.512 1.314.620 446 2.288.686 0.426 2010 2011 2012 907.031 851.290 779.740 1.740.505 2.087.986 1.902.700 385 1.100 - 2.647.151 2.938.176 2.682.440 0.343 0.029 0.029 Pada Tabel 1.1 dapat dilihat kebutuhan dalam negeri setiap tahun akan kedelai cenderung mengalami peningkatan. Hampir rata- rata setiap tahun kita membutuhkan kedelai sebesar 2,3 juta ton dan produksi kedelai hanya di kisaran 800 ribu ton, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita melakukan impor kedelai setiap tahun dengan rata-rata 1,5 juta ton.

Suswono (Menteri Pertanian) mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan produksi kedelai lokal saat ini masih terkendala adalah para petani yang kurang berminat menanam kedelai, sehingga pemerintah terpaksa mengimpor. (AntaraNews.com, 2013).

Kepala Sub Bagian Program Dinas Pertanian Sumut Lusiantini mengungkapkan, bahwa hal ini terjadi dikarenakan petani sulit diarahkan untuk mengembangkan kedelai. Menurut petani, kedelai dianggap bukan sebagai komoditas yang

menguntungkan mereka. Akibatnya semakin lama petani kedelai di Sumut semakin menyusut jumlahnya. Begitupun, dengan hasil produksi yang dapat dihasilkan (Medanbisnisdaily, 2015).

Menanggapi kebutuhan kedelai dalam negeri yang terus meningkat maka Pemerintah menargetkan tahun 2014 merupakan tahun bagi Indonesia untuk berswasembada kedelai. Untuk mendukung upaya swasembada kedelai maka pemerintah akan menambah areal tanam kedelai seluas 340 ribu hektare. Areal tanam tersebut tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Daerah tersebut di antaranya Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan dan ada provinsi yang cukup besar ditargetkan dalam menghasilkan kedelai, di antaranya Jambi, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Banten, dan Sulawesi Barat (Tempo,2014).

Sumatera Utara sebagai salah satu daerah yang ditargetkan dalam mengahasilkan kedelai, merupakan provinsi yang mempunyai produksi kedelai berfluktuatif. Hal ini terlihat dari tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) 2000 12.113 12.881 10.63 2001 10.003 10.719 10.72 2002 9.705 10.197 10.51 2003 9.910 10.466 10.56 2004 11.706 12.333 10.54 2005 13.787 15.793 11.45 2006 6.311 7.042 11.16 2007 3.747 4.345 11.60 2008 9.597 11.647 12.14 2009 11.494 14.206 12.36 2010 7.803 9.439 12.10 2011 2012 11.413 5.475 11.426 5.419 10.01 9.90

Dalam data pada Tabel 1.2 terlihat bahwa setiap tahunnya Sumatera Utara mengalami fluktuasi produksi kedelai. Pada tahun 2005, Sumatera Utara mencapai produksi kedelai tertinggi yaitu 15.793 ton dalam kurun tahun 2000 - 2012. Tetapi untuk tahun selanjutnya terus mengalami naik turun produksi yang cenderung tajam.

Pemerintah dalam menghadapi permasalahan produksi kedelai yang berfluktuatif melakukan beberapa upaya yaitu upaya pencapaian sasaran produksi kedelai secara khusus yang dikelola melalui Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dengan kegiatan antara lain: (1) pelaksanaan SL-PTT kedelai seluas

350 ribu hektar di 35.000 unit/kelompok SLPTT; (2) pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk kedelai sebanyak 14.000 ton benih untuk luasan tanam 350 ribu hektar dan benih bersubsidi sebanyak 2.500 ton; (3) pemberdayaan penangkar benih kedelai 2.500 ha; (4) penurunan susut hasil produksi kedelai 0,50%; dan (5) pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang disalurkan ke seluruh provinsi khususnya di daerah endemi OPT (Deptan,2013).

Untuk di Sumatera Utara, Pemerintah sudah mengalokasikan benih kedelai gratis sebanyak 7.640 ton ke petani Sumut pada tahun 2012 (Razali, 2012). Selain itu pengadaan pupuk bersubsidi juga telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan gairah petani menanam kedelai.

Melihat permintaaan yang meningkat setiap tahun dan produksi yang cenderung menurun, maka peneliti tertarik untuk melaukan penelitian mengenai strategi peningkatan produksi kacang kedelai.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain:

1. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan kacang kedelai di daerah penelitian?

2. Apa saja faktor-faktor internal yang mempengaruhi perkembangan kacang kedelai di daerah penelitian penelitian?

3. Bagaimana strategi pengembangan kacang kedelai yang cocok dilakukan di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor internal yang mempengaruhinproduktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis strategi pengembangan yang cocok dilakukan di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Pertanian Langkat untuk mengambil langkah-langkah dalam peningkatan produksi kacang kedelai ke berbagai wilayah di Indonesia.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani untuk meningkatkan produksi ke berbagai wilayah di Indonesia.

3. Sebagai bahan informasi atau referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

DONNA RUTH HUTAGALUNG: Strategi Peningkatan Produksi Kacang Kedelai (Studi Kasus: Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara), dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi dan Ibu Ir.Diana Chalil M.Si,Ph.D.

Kacang Kedelai adalah tanaman pangan yang penting tetapi mengalami penurunan produksi setiap tahunnya sehingga kita memilih untuk mengimpor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peninhgkatan produksi dan menganalisis strategi peningkatan produksi yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dengan metode analisis deskriptif menggunakan matriks SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Faktor Internal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai, yaitu: Program Pengembangan Kedelai, Bantuan Pemerintah, Fungsi Lembaga Pendukung, Pelatihan, Kebijakan Harga. Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan), Permintaan Kedelai, Harga Jual Kedelai, Permodalan, Serangan Hama, Pengalaman Bertani.Berdasarkan analisis Strenghts Weakness Opportunities Threats (SWOT) dalam peningkatan produksi kedelai, strategi berada di kuadran 1 yaitu growth : Memanfaatkan bantuan pemerintah seperti pupuk, bibit, dan pestisida dan digunakan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yg sejalan dengan pengalaman bertani, meningkatkan program pengembangan kedelai untuk meningkatan permintaan kedelai, mengadakan pelatihan kepada petani agar dapat meminimalkan serangan HPT, dibuat kebijakan harga agar menolong petani disaat harga kedelai sedang turun, menggunakan bantuan pemerintah (pestisida) dalam pemberantasan HPT, Kelompok Tani membagi lahan yang ada untuk dikelola oleh petani, mengadakan pelatihan dalam menggunakan lahan secara maksimal.

Kata Kunci : kacang kedelai, faktor internal, faktor eksternal, dan strategi peningkatan produks

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI KACANG KEDELAI

(Glycine Max)

(Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh :

DONNA RUTH HUTAGALUNG 110304069

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI KACANG KEDELAI

(Glycine Max)

(Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH :

DONNA RUTH HUTAGALUNG 110304069

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi ) (Ir. Diana Chalil,MSi,Ph.D)

2016

NIP. 196309281998031001 NIP. 19670303199802001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

ABSTRAK

DONNA RUTH HUTAGALUNG: Strategi Peningkatan Produksi Kacang Kedelai (Studi Kasus: Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara), dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi dan Ibu Ir.Diana Chalil M.Si,Ph.D.

Kacang Kedelai adalah tanaman pangan yang penting tetapi mengalami penurunan produksi setiap tahunnya sehingga kita memilih untuk mengimpor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peninhgkatan produksi dan menganalisis strategi peningkatan produksi yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dengan metode analisis deskriptif menggunakan matriks SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Faktor Internal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai, yaitu: Program Pengembangan Kedelai, Bantuan Pemerintah, Fungsi Lembaga Pendukung, Pelatihan, Kebijakan Harga. Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan), Permintaan Kedelai, Harga Jual Kedelai, Permodalan, Serangan Hama, Pengalaman Bertani.Berdasarkan analisis Strenghts Weakness Opportunities Threats (SWOT) dalam peningkatan produksi kedelai, strategi berada di kuadran 1 yaitu growth : Memanfaatkan bantuan pemerintah seperti pupuk, bibit, dan pestisida dan digunakan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yg sejalan dengan pengalaman bertani, meningkatkan program pengembangan kedelai untuk meningkatan permintaan kedelai, mengadakan pelatihan kepada petani agar dapat meminimalkan serangan HPT, dibuat kebijakan harga agar menolong petani disaat harga kedelai sedang turun, menggunakan bantuan pemerintah (pestisida) dalam pemberantasan HPT, Kelompok Tani membagi lahan yang ada untuk dikelola oleh petani, mengadakan pelatihan dalam menggunakan lahan secara maksimal.

Kata Kunci : kacang kedelai, faktor internal, faktor eksternal, dan strategi peningkatan produks

RIWAYAT HIDUP

Donna Ruth Hutagalung, lahir pada tanggal 29 Juli 1993 di Medan, merupakan anak dari Ayahanda Drs.M.Hutagalung. Sinaga dan Ibunda R.Rajagukguk. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1999 masuk di Sekolah Dasar Swasta Antonius V Medan

2. Tahun 2005 masuk di Sekolah Menengah Pertama Swasta Trisakti 1 Medan. 3. Tahun 2008 masuk di Sekolah Menengah Atas Negeri 05 Medan.

4. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada bulan Agustus - September 2014, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Pangkalan Batu, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat. Pada tanggal 10 November 2015 melaksanakan Seminar Usulan Penelitian, bulan Desember 2015 melaksanakan penelitian di Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Sumatera Utara, dan pada tanggal 22 Januari 2016 mengadakan Seminar Hasil Penelitian.

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu UKM KMK USU dan Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Universitas Sumatera Utara.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dokumen terkait