• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Faktor dari luar tubuh: a. Suhu lingkungan

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, penyediaan sarana kesehatan, dan tenaga kesehatan. Hal ini sangat berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal pembangunan manusia Indonesia pada akhirnya.

Derajat kesehatan besar artinya bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya pada pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan memperhatikan peranan kesehatan di atas, di perlukan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Upaya kesehatan sebagaimana yang di maksud dalam pasal 164 Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 berbunyi: Upaya kesehatan kerja di tujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan oleh pekerjaan (UU No. 36, 2009).

Pembangunan nasional yang meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan industrialisasi, sehingga diperlukan saran-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian. Kondisi pertanian di Indonesia saat ini banyak yang diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola

pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi agroindustri. (Afrianto, 2008).

Keberhaslan pembangunan pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga dampak negatif. Seiring dengan peningkatan kebutuhan terhadap produk pertanian penggunaan pestisida di bidang pertanian juga mengalami peningkatan. Padahal penggunaan pestisida selain membantu meningkatkan produksi hasil pertanian juga menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada para petani. Dilain pihak meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat menyebabkan permintaan terhadap produk pertanian bebas residu pestisida juga mengalami peningkatan.

Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Tindakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida. (Agus, 1999)

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Penggunaan pestisida biasanya dilakukan dengan bahan lain misalnya dicampur minyak dan air untuk melarutkannya, juga ada yang menggunakan bubuk untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer umumnya dalam formulasi dust, atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan yang bersifat sinergis lainnya untuk penambah daya racun. (Panut, 2004)

Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten merupakan salah satu daerah pertanian yang ada di Sumatera Utara. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani yang tidak luput dari penggunaan pestisida dalam menunjang kegiatan bertani agar tanaman terhindar dari hama pengganggu sehinga dapat meningkatkan hasil panen. Dengan demikian para petani juga berisiko mendapatkan gangguan kesehatan akibat pekerjaannya sendiri karena pestisida merupakan bahan yang beracun dan berbahaya yang bila tidak dikelola dengan bijaksana penggunaannya dapat menimbulkan dampak negative baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Terutama dalam pengelolaan tanpa menggunakan alat pelindung diri.

Gangguan kesehatan pada manusia oleh pestisida disebabkan oleh perilaku penggunaan tidak tepat dan tidak dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Pestisida dapat meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan tetapi bisa saat pestisida dipersiapkan untuk penyemprotan atau sesudah melakukan penyemprotan. Menurut Tresna (1991) untuk jangka panjang

penumpukan pestisida secara kumulatif di dalam darah akan menyebabkan penyakit kanker dan gangguan jantung. Beliau menambahkan bahwa bagi kelompok masyarakat yang sensitif terhadap pestisida pemaparan pestisida sedikit saja dapat menyebabkan asma, bronchitis (gangguan pada saluran pernafasan), eksim dan sakit kepala yang terus menerus.

Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Langkat memiliki luas areal persawahan seluas 132 Ha dengan jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak kurang lebih 175 Kepala Keluarga. Hasil pengamatan awal yang dilakukan di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat bahwa penanganan pestisida oleh petani dilapangan masih belum baik dan sangat berbahaya seperti tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, tidak ada upaya untuk memproteksi diri dari bahaya penggunaan pestisida dan upaya pemeriksaan kesehatan lainnya. Hal ini bisa terjadi disebabkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan pestisida. Petani juga sering mengambil langkah praktis, mereka langsung menyemprot dengan pestisida tanpa memperhatikan dosis anjuran dan jenis pestisida.

Menurut WHO (1991), keracunan pestisida dapat disebabkan oleh berbagai faktor sperti faktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Faktor dari luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan

pestisida, ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah angin.

Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti melihat bahwa petani dalam mengatasi hama pada tanaman apabila berbagai merek pestisida telah dicoba dan tidak mampu membasmi hama, petani di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat melakukan eksperimen yang juga tidak rasional. Petani mencampur pestisida satu dengan pestisida lain tanpa mengetahui efektivitas dan dampak yang ditimbulkan. Bahkan ada yang mencampur pestisida dengan minyak tanah, solar dan mencampur dengan produk-produk pembasmi nyamuk seperti Autan, Baygon, dan sejenisnya.

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan dengan ditemukannya jenis pestisida yang tidak terdaftar, frekuensi penyemprotan lebih dari 2 kali dalam seminggu, penggunaan APD yang tidak lengkap serta banyaknya jenis pestisida yang digunakan serta perilaku petani yang melakukan pencampuran sendiri, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat Tahun 2015.

Dokumen terkait