BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.2 Saran
1. Kebersihan lemari dan obat perlu terus diperhatikan dengan melakukan pembersihan secara periodik untuk menghindari kerusakan barang atau pemandangan yang tidak menyenangkan yang dapat mengurangi kepercayaan pelanggan.
2. Kebersihan alat peracikan perlu diperhatikan guna menjamin efektifitas obat. Untuk obat racikan yang mengandung beta laktam sebaiknya mempunyai alat racik sendiri.
3. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap expired date untuk menghindari terjadinya efek yang merugikan terhadap pasien dan apotek.
4. Apoteker lebih berperan aktif dalam kepuasan pelanggan terkait dengan pelayanan informasi obat selama jam kerja.
5. Obat yang telah disiapkan sebaiknya segera diserahkan kepada pasien agar tidak menunggu lebih lama dan untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
http://kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_0_0 diakses pada tanggal 25 April 2012 jam 09.35 WIB.
Lampiran 1. Denah Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
Lantai 1
Lampiran 2. Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek
ANALISIS PARETO ALAT KESEHATAN DI APOTEK KIMIA
FARMA NO. 7 BOGOR BULAN APRIL 2012
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
GINARTI EKAWATI, S.Farm.
1006835154
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DAFTAR ISI ……… ii DAFTAR TABEL .………... iii
1 PENDAHULUAN ………... 1
1.1 Latar Belakang .………... 1 1.2 Tujuan ……….. 2
2 TINJAUAN PUSTAKA ..……….... 3
2.1 Pengertian Alat Kesehatan …………....……….…. 3 2.2 Tujuan Penggunaan Alat Kesehatan…………...…………..….. 3 2.3 Klasifikasi Alat Kesehatan…………...……….. 4 2.4 Kategori dan Sub Kategori Alat kesehatan………...…..……... 5 2.5 Analisis Pareto ABC……….……... 8
3 METODE PENGAMBILAN DATA ………. 10
3.1 Waktu dan Tempat ………... 10 3.2 Cara Kerja ……… 10 3.3Analisis Pareto Alat Kesehatan ……….. 10
4 PEMBAHASAN……… 11
5 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 15
4.1 Kesimpulan ……….. 15 4.2 Saran ………. 15
Tabel 4.1 Sepuluh Jenis Penjualan Alat Kesehatan yang
Terbanyak.……… 12
Tabel 4.2 Pengelompokkan Analisis Pareto ABC Alat Kesehatan ………. 12 Tabel 4.3 Jenis Alat Kesehatan Kelompok A.……….….…...……... 13
Tabel 4.4 Penjualan Alat Kesehatan Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
Berdasarkan Pareto……….………. 17 Tabel 4.5 Penjualan Alat Kesehatan Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien merupakan salah satu aspek yang menentukan untuk suksesnya program pengobatan secara rasional. Selain itu, diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kefarmasian yang akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan apotek. Perencanaan merupakan salah satu proses dalam pengelolaan perbekalan farmasi yaitu menetapkan jenis serta jumlah perbekalan farmasi yang tepat, sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pada saat ini jenis dan jumlah alat kesehatan yang beredar dan digunakan masyarakat semakin bertambah, alat kesehatan juga merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang umumnya tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari (Binfar Alkes, 2010). Alat kesehatan merupakan salah satu perbekalan farmasi yang tersedia di apotek yang diperlukan perencanan dalam pengelolaannya untuk optimalisasi pemanfaatan dana, efektivitas penggunaan serta pengendalian persediaan di apotek. Oleh karena itu, apotek Kimia Farma No 7 Bogor melakukan analisis penjualan alat kesehatan untuk mengetahui tingkat penjualannya sebagai informasi tersebut.
Sistem pengendalian persediaan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian dalam menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga dan berapa besar pesanan yang harus diadakan. Pengendalian persediaan alat kesehatan dilakukan dengan membuat perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan menganalisis nilai persediaan serta dilakukan analisa kebutuhan sesuai anggaran yang ada dengan menggunakan metode analisis pareto ABC. Prinsip dari pareto yaitu 20% jenis produk yang dijual, menyumbang 80% total penjualan yang terjadi. Sedangkan 80% produk sisanya menyumbangkan 20% total penjualan (Herjanto, 2008). Dengan metode tersebut pada data penjualan yang telah terjadi pada periode
tertentu, akan membantu dalam melakukan perencanaan persediaan alat kesehatan yang akan dijual pada periode berikutnya.
Apotek Kimia Farma No 7 Bogor memerlukan informasi penjualan alat kesehatan untuk perencanaan dan pengadaan alat kesehatan periode selanjutnya berdasarkan jumlah terbanyak dan pareto. Oleh karena itu dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan Departemen Farmasi Universitas Indonesia dilakukan analisis penjualan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui sepuluh penjualan terbanyak alat kesehatan di Apotek Kimia Farma No 7 Bogor.
2. Menganalisis secara pareto alat kesehatan di Apotek Kimia Farma No 7 Bogor.
2.1 Pengertian Alat Kesehatan
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Alat kesehatan dapat juga mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada atau dalam tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau metabolisme tetapi dapat membantu fungsi yang diinginkan dari alat kesehatan dengan cara tersebut (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010). 2.2 Tujuan Penggunaan Alat Kesehatan
Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan dapat digunakan sendiri maupun digunakan dengan orang lain dengan satu atau beberapa tujuan sebagai berikut (Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2010; Binfar Alkes. 2010) :
a). untuk mendiagnosa penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit,
b). Mendukung atau mempertahankan hidup; c). Desinfeksi alat kesehatan;
d). Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia.
e). Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
f). Pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur badan manusia.
g). Diagnosa kehamilan pada manusia atau pemeliharaan selama hamil dan setelah melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
h). Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat.
i). Digunakan, diakui sebagai alat kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.3 Klasifikasi Alat Kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan, 2010) a. Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak rnenyebabkan akibat yang berarti. Penilaian untuk alat kesehatan ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk.
b. Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis.
c. Kelas IIb
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis.
d. Kelas Ill
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta memerlukan uji klinis.
2.4 Katagori dan Sub Katagori Alat Kesehatan
1. Peralatan Kimia Klinik dan Toksikologi a. Sistem Tes Kimia Klinik b. Peralatan Laboratorium klinik
c. Sistem Tes Toksikobgi klinik 2. Peralatan Hematologi dan Patologi
a. Pewarna Biological
b. Produk Kultur Sel dan Jaringan c. Peralatan dan Asesori Patologi d. Pereaksi Penyedia Specimen
e. Peralatan Hematologi Otomatis dan Semi Otomatis f. Peralatan Hematologi Manual
g. Paket dan Kit hematologi h. Pereaksi Hematologi
i. Produk yang digunakari dalam pembuatan sediaan darah dan sediaan berasal dan darah
3. Peralatan Imunologi dan Mikrobiologi a. Peralatan Diagnostika
b. Peralatan Mikrobiologi c. Pereaksi Serologi
d. Perlengkapan dan Pereaksi Laboratorium Imunologi e. Sistem Tes Imunologikal
f. Sistem Tes Imunologikal Antigen Tumor 4. Peralatan Anestesi
a. Peralatan Anestesi Diagnostik b. Peralatan Anestesi Pemantauan c. Peralatan Anestesi Terapetik d. Peralatan Anestesi Lainnya 5. Peralatan Kardiologi
b. Peralatan Kardiotogi Pemantauan c. Peralatan Kardiologi Prostetik d. Peralatan Kardiologi Bedah e. Peratatan Kardiologi Terapetik 6. Peralatan Gigi
a. Peralatan Gigi Diagnostik b. Peralatan Gigi Prostetik c. Peralatan Gigi Bedah d. Peralatan Gigi Terapetik e. Peralatan Gigi Lainnya
7. Peralatan Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) a. Peralatan THT Diagnostik
b. Peralatan THT Prostetik c. Peralatan THT Bedah d. Peralatan THT Terapetik
8. Peralatan Gastroenterologi-Urologi (GU) a. Peralatan GU Diagnostik
b. Peralatan GU Pemantauan c. Peralatan GU Prostetik d. Peralatan GU Bedah e. Peralatan GU Terapetik
9. Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P) a. Peralatan RSU & P Pemantauan
b. Peralatan RSU & P Terapetik c. Peralatan RSU & P Lainnya 10. Peralatan Neurologi
a. Peratatan Neurologi Diagnostik b. Peralatan Neurologi Bedah c. Peralatan Neurotogi Terapetik
11. Peralatan Obstetrik dan Ginekologi (OG) a. Peralatan OG Diagnostik b. Peralatan OG Pemantauan c. Peralatan OG Prostetik d. Peralatan OG Bedah e. Peralatan OG Terapetik f. Peralatan Bantu Reproduksi 12. Peralatan Mata
a. Peralatan Mata Diagnostik b. Peralatan Mata Prostetik c. Peralatan Mata Bedah d. Peralatan Mata Terapetik 13. Peralatan Ortopedi
a. Peralatan Ortopedi Diagnostik b. Peralatan Ortopedi Prostetik c. Peralatan Ortopedi Bedah 14. Peralatan Kesehatan Fisik
a. Peralatan Kesehatan Fisik Diagnostik b. Peralatan Kesehatan Fisik Prostetik c. Peratatan Kesehatan Fisik terapetik 15. Peralatan Radiologi
a. Peralatan Radiologi Diagnostik b. Peralatan Radiologi Terapetik c. Peralatan Radiologi Lainnya
16. Peralatan Bedah Umum dan Bedah Plastik a. Peralatan Bedah Diagnostik
b. Peratatan Bedah Prostetik c. Peralatan Bedah
2.5 Analisis Pareto ABC (Herjanto, 2008)
Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan analisis nilai persediaan. Dalam analisis ini, persediaan dibedakan berdasarkan nilai investasi yang terpakai dalam satu periode. Biasanya, persediaan dibedakan dalam tiga kelas yaitu A, B, dan C sehingga analisis ini dikenal dengan klasifikasi ABC.
Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto: the critical few and the trivial many. Idealnya untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai rendah (trivial). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam tiga kelas berdasarkan atas nilai persediaan. Dengan mengetahui kelas-kelas itu, dapat diketahui item persediaan tertentu yang harus mendapatkan perhatian lebih intensif/serius dibandingkan item yang lain.
Nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan per unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode (biasanya satu tahun) dikalikan dengan harga per unit. Jadi, nilai investasi adalah jumlah nilai seluruh item pada satu periode, atau dikenal dengan istilah volume tahunan rupiah. Suatu item tertentu dikatakan lebih tinggi. Konsekuensinya, item itu mendapat perhatian lebih besar dibandingkan item lain yang memiliki nilai investasi lebih rendah. Namun, tidak berarti item yang memiliki nilai investasi rendah tidak perlu diperhatikan, hanya saja pengendaliannya tidak seketat yang memiliki nilai investasi yang tinggi.
Kriteria masing – masing kelas dalam klasifikasi ABC, sebagai berikut: Kelas A, persediaan yang memiliki nilai volume tahunan rupiah yang
tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya 20% dari seluruh item. Persediaan yang termasuk dalam kelas ini memerlukan perhatian yang tinggi dalam pengadaanya karena berdampak biaya yang tinggi. Pengawasan harus dilakukan secara intensif.
Kelas B, persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang menengah. Kelompok ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan,
dan sekitar 30% dari jumlah item. Disini diperlukan teknik pengendalian yang moderat.
Kelas C, barang yang nilai volume tahunan rupiahnya rendah, yang hanya mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah item persediaan. Disini diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, pengendalian hanya dilakukan sesekali saja.
3.1 Waktu dan Tempat
Pengambilan data dilakukan di Apotek Kimia Farma No 7 Jl. H. Juanda No 30 Bogor, mulai tanggal 2 Mei sampai 11 Mei 2012.
3.2 Cara Kerja
Data diambil dari penjualan produk kelompok OTC pada bulan April 2012 di Apotek Kimia Farma No 7 Bogor kemudian data diambil dengan memilih produk yang termasuk alat kesehatan.
3.3 Analisis Pareto Alat Kesehatan
Data analisis penjualan alat kesehatan bulan april 2012 dimasukkan kedalam program Microsoft Excel 2007. Proses pengolahan data untuk menghasilkan informasi jenis alat kesehatan yang memiliki angka penjualan tertinggi, dan data dapat dikelompokkan sesuai dengan analisis pareto ABC.
Analisis penjualan alat kesehatan merupakan salah satu informasi dalam membuat perencanaan untuk melengkapi persediaan di apotek. Oleh karena itu, dilakukan analisis sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis dan jumlah alat kesehatan yang akan disediakan di apotek Kimia Farma No 7 Bogor pada periode berikutnya. Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis penjualan alat kesehatan berdasarkan jumlah terbanyak dan berdasarkan pareto pada bulan april 2012. Data penjualan alat kesehatan diambil dari arsip komputerisasi yaitu data analisis penjualan tertinggi produk OTC (Over the Counter).
Berdasarkan dari anilisis hasil penjualan alat kesehatan dapat diperoleh informasi untuk mengendalikan persediaan di apotek perlu diperhatikan karena apabila jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan meningkatnnya biaya penyimpanan dan resiko barang yang rusak. Namun, bila persediaan terlalu sedikit mengakibatkan tertundanya penjualan barang yang diminta oleh pelanggan, serta hilangnya pelanggan sehingga dapat memberikan dampak hilangnya kepercayaan pelanggan terhadap apotek.
Alat Kesehatan yang tersedia di Apotek Kimia Farma No 7 Bogor sebanyak 184 item. Penjualan alat kesehatan berdasarkan sepuluh jenis alat kesehatan terbanyak di apotek Kimia Farma No 7 Bogor dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan hasil jumlah penjualan menunjukan bahwa jenis alat kesehatan tersebut yang tersedia di apotek tergolong fast moving. Oleh karena itu, sebaiknya apotek menyediakan alat kesehatan tersebut lebih banyak karena permintaan yang tinggi dibandingkan dengan alat kesehatan yang lainnya.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa alat kesehatan yang paling banyak permintaan dari pelanggan Apotek Kimia Farma No 7 adalah sarung tangan. Hal tersebut mungkin dikarenakan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan sebagai pelindung diri dalam menjaga kesehatan. Meningkatnya kesadaran tersebut dikarenakan faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan tingkat pendidikan seseorang, dan perubahan gaya hidup yang lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri.
Tabel 4.1 Sepuluh Jenis Penjualan Alat Kesehatan yang Terbanyak
No. Jenis Alat Kesehatan Satuan Jumlah
1 SARUNG TANGAN SENSI (M) BUAH 881
2 ALCOHOL SWABS BD BUAH 759
3 SARUNG TANGAN SENSI (S) BUAH 736
4 SARUNG TANGAN SENSI (L) BUAH 316
5 MASKER DISPO FACE MASK SIGMA BUAH 290
6 MASKER TIE-ON (TALI) BUAH 278
7 NEXCARE EARLOOP MASKER BUAH 184
8 BYE BYE FEVER FOR CHILD@5 SACET 158
9 HANSAPLAST KAIN STD 2637 @100 LEMBAR 156
10 BYE BYE FEVER FOR BABY@10 SACET 119
Hasil pengolahan data penjualan alat kesehatan berdasarkan analisis pareto menunjukan bahwa terdapat 37 item dari 184 item alat kesehatan yang berkontribusi 74,72% atau Rp 68.718.323 terhadap angka penjualan alat kesehatan Apotek Kimia Farma No 7 Bogor pada bulan april 2012. 37 item alat kesehatan tersebut termasuk pada kelompok A. Kelompok B dengan 44 item alat kesehatan yang berkontribusi 16,33% atau Rp 15.6883.749 dan untuk kelompok C dengan 103 item alat kesehatan berkontribusi 8,01% atau Rp 7.568.196 (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Pengelompokkan Analisis Pareto Alat Kesehatan Kelompok Jumlah Item Alkes Persentase item Jumlah investasi Persentasi investasi A 37 20% Rp 68.718.323 74,72% B 44 30% Rp 15.6883.749 16,33% C 103 50% Rp 7.568.196 8,01%
Alat Kesehatan kelompok A yang telah diketahui jumlah penjualan tertingginya yang dapat memberikan keuntungan yang besar untuk apotek (Tabel 4.3). Maka, apotek dapat melakukan pertimbangan dalam perencanaan persediaan alat kesehatan pada periode berikutnya. Dengan melakukan pengawasan alat kesehatan secara rutin sehingga ketersediaan alat kesehatan tersebut tetap terjaga dengan tidak adanya kekosongan; menentukan buffer stock, sehingga apabila
terjadi peningkatan pembelian tidak mengalami kekurangan persediaan; meningkatkan rasio pelayanan lebih besar lagi diatas 74,72% dan menyimpan alat kesehatan dengan mudah diakses karena memiliki frekuensi penjualan yang tinggi.
Tabel 4.3. Jenis Alat Kesehatan Kelompok A
No. Jenis Alat Kesehatan No. Jenis Alat Kesehatan
1 KURSI RODA 3 IN (BARING) 20 HEARING AID AXVA OM-188
2 KURSI RODA 3 IBS 21 OMRON AUTO WRIST BPM REM 1
3 TONGKAT WALKER (JEMURAN) 22 BYE BYE FEVER FOR CHILD@5
4 KURSI DOUBLE COMMODE CHAIR 33 SENSITIF TES HAMIL@25
5 TENSIMETER Hg RIESTER 24 OMRON AUTO ARM BPM TYPE IA1
6 DAISO ALKES 25 OMRON EAR THERMOMETER MC-510
7 OMRON AUTO ARM TENSI HEM-7200 26 OMRON COMPRE NEBULIZER NE-C28
8 GLUCO DR STRIP SPR SENSOR@25N 27 OMRON NEBULIZER NE-C28
9 AVAIL PANTILINER HIJAU@20 28 OPPO L SACROL 2064 ALL
10 TONGKAT KETIAK IBS 29 KASA HYDR STERIL 16/16 BU
11 OMRON AUTO ARM BPM TYPE IA2 30 EASY TOUCH CHOLESTEROL@10
12 GLUCO DR PLUS+ AGM-3000 31 NEXCARE EARLOOP MASKER
13 GLUCO DR SUPER SENS AGM 2200 32 OMRON THERMOMETER MC-343
14 GLUCO DR STR AGS 25T@25 33 BANTAL PANAS PASIR
15 TONGKAT PYRAMID 34 OMRON AUTO WRIST TENS HEN-6200
16 GLUCO DR BIO SENSOR AGM 2100 35 TENSIMETER HG GEA
17 KASUR ANTI DECUBITUS SUZRIC 36 AVAIL DAY USE BIRU
18 EASY TOUCH BLOOD 3 PARA (GCU) 37 BYE BYE FEVER FOR BABY@10
19 SAFE CARE ROLL ON MIND&SPIRIT
Alat kesehatan kelompok B dan C perlu dilakukan pengawasan tetapi tidak perlu dikendalikan secara ketat seperti pada kelompok A. Alat kesehatan yang termasuk kelompok B dan C mempunyai tingkat penjualan dan dampak
kelompok ini selalu ada dalam persediaan atau mempunyai persediaan yang cukup sehingga tidak terjadi pengosongan persediaan.
Alat kesehatan pada kelompok C memiliki jumlah yang paling banyak dalam pengelompokan obat dengan analisis pareto. Hal tersebut dikarenakan obat-obat yang termasuk dalam kelompok C merupakan obat-obat-obat-obat dengan harga satuan yang cukup murah. Selain itu juga dikarenakan perputaran barang berjalan lambat (slow moving).
4.1 Kesimpulan
1. Penjualan alat kesehatan Apotek Kimia karma No. 7 Bogor dengan jumlah permintaan terbanyak adalah sarung tangan sensi (M) sebanyak 881 buah, alcohol swab 759 buah, sarung tangan sensi (S) 136 buah, sarung tangan sensi (L) 316 buah dan masker dispo face mask sigma 290 buah, masker tie-on 278 buah, nexcare earloop masker 184 buah, bye bye fever for child 158 sacet, hansaplas kain std 156 lembar, dan bye bye fever for baby 119 sacet.
2. Penjualan alat kesehatan apotek Kimia karma No. 7 Bogor berdasarkan analisis pareto menunjukan bahwa kelompok A terdapat 37 item dari 184 item alat kesehatan yang berkontribusi 74,72% terhadap angka penjualan produk Apotek Kimia Farma No 7 Bogor pada bulan april 2012. Kelompok B dengan 44 item alat kesehatan yang berkontribusi 16,33% atau Rp 15.6883.749 dan untuk kelompok C dengan 103 item alat kesehatan berkontribusi 8,01% atau Rp 7.568.196
4.2 Saran
1. Dilakukan pengawasan secara rutin ketersediaan alat kesehatan di apotek agar tetap terjaga dan tidak adanya kekosongan.
2. Menentukan buffer stock, sehingga apabila terjadi peningkatan pembelian tidak mengalami kekurangan persediaan.
3. Meningkatkan rasio pelayanan alat kesehatan kelompok A agar lebih besar diatas 74,72%.
Binfar Alkes. 2010. Petunjuk Teknis Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik. Jakarta: Binfar Alkes.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasional. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Grasindo.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Undang – Undang Republik Indonesia. 2009. Nomor 36 Tentang Kesehatan. Jakarta : Persetujuan DPR RI dan Presiden RI.
Tabel 4.4 Penjualan Alat Kesehatan Apotek Kimia Farma No 7. Bogor Berdasarkan Paretto Periode April 2012
No Jenis Alat Kesehatan Satuan Jumlah Nilai Jual
(Rp) Persen Nilai Jual (%) Kumulatif (%) Kelompok Pareto
1 KURSI RODA 3 IN (BARING) BH 4 7607600 8.27 8.27 A
2 KURSI RODA 3 IBS BH 6 5997000 6.52 14.79 A
3 TONGKAT WALKER (JEMURAN) BH 7 3368750 3.66 18.45 A 4 KURSI DOUBLE COMMODE CHAIR BH 2 3072300 3.34 21.79 A
5 TENSIMETER Hg RIESTER BH 2 3072000 3.34 25.13 A
6 DAISO ALKES BH 86 2781224 3.02 28.16 A
7 OMRON AUTO ARM TENSI HEM-7200 BH 3 2262900 2.46 30.62 A 8 GLUCO DR STRIP SPR SENSOR@25N BH 15 2244000 2.44 33.06 A 9 AVAIL PANTILINER HIJAU@20 BH 67 2211000 2.40 35.46 A
10 TONGKAT KETIAK IBS BH 8 2194500 2.39 37.85 A
11 OMRON AUTO ARM BPM TYPE IA2 BH 2 2090000 2.27 40.12 A 12 GLUCO DR PLUS+ AGM-3000 BH 3 1848000 2.01 42.13 A 13 GLUCO DR SUPER SENS AGM 2200 BH 2 1840000 2.00 44.13 A 14 GLUCO DR STR AGS 25T@25 BH 12 1836000 2.00 46.13 A
15 TONGKAT PYRAMID BH 9 1777545 1.93 48.06 A
16 GLUCO DR BIO SENSOR AGM 2100 BH 4 1623600 1.77 49.83 A 17 KASUR ANTI DECUBITUS SUZRIC BH 1 1463000 1.59 51.42 A 18 EASY TOUCH BLOOD 3 PARA (GCU) BH 3 1426425 1.55 52.97 A 19 SAFE CARE ROLL ON MIND&SPIRIT BH 89 1407268 1.53 54.50 A
20 HEARING AID AXVA OM-188 BH 4 1375000 1.50 55.99 A
21 OMRON AUTO WRIST BPM REM 1 BH 2 1313000 1.43 57.42 A 22 BYE BYE FEVER FOR CHILD@5 SAC 158 1308398 1.42 58.84 A
23 SENSITIF TES HAMIL@25 STR 61 1297775 1.41 60.25 A
24 OMRON AUTO ARM BPM TYPE IA1 BH 1 1259500 1.37 61.62 A 25 OMRON EAR THERMOMETER MC-510 BH 2 1133566 1.23 62.86 A 26 OMRON COMPRE NEBULIZER NE-C28 BH 1 1122000 1.22 64.08 A
27 OMRON NEBULIZER NE-C28 BH 1 1122000 1.22 65.30 A
28 OPPO L SACROL 2064 ALL BH 2 1082620 1.18 66.47 A
29 KASA HYDR STERIL 16/16 BU BH 12 1052500 1.14 67.62 A 30 EASY TOUCH CHOLESTEROL@10 BH 5 1031250 1.12 68.74 A
31 NEXCARE EARLOOP MASKER BH 184 982600 1.07 69.81 A
32 OMRON THERMOMETER MC-343 BH 8 880000 0.96 70.76 A
33 BANTAL PANAS PASIR BH 9 787500 0.86 71.62 A
34 OMRON AUTO WRIST TENS HEN-6200 BH 1 753000 0.82 72.44 A
35 TENSIMETER HG GEA BH 3 718200 0.78 73.22 A
36 AVAIL DAY USE BIRU BH 19 703000 0.76 73.98 A
37 BYE BYE FEVER FOR BABY@10 SAC 119 673302 0.73 74.72 A