• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

5.2.1 Setiap personel berusaha meningkatkan kinerjanya pada setiap pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing, dan sesuai dengan tingkat pendidikan/kompetensinya.

5.2.2 Peningkatan kompetensi personel dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga hal pokok yaitu pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

5.2.3 Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang telah dijalankan saat ini dengan cukup baik oleh Sudinkes Jaktim harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2001b). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2001a). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002a) Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002b). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009d). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1191/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b).Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010c). Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011. (2011a). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011b). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2011). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

REKAPITULASI LAPORAN PENGGUNAAN

UNIT PELAYANAN KESEHATAN

DI WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERIODE

TUGAS KHUSUS

PROGRAM

REKAPITULASI LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA

UNIT PELAYANAN KESEHATAN

DI WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERIODE JANUARI DAN FEBRUARI 2012

KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ERLI SUSANTI, S.Farm.

1106153196

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

DESEMBER 2012

PSIKOTROPIKA

DI WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

2012

DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 2.1 Pengertian Psikotropika... 4 2.2 Golongan Psikotropika... 4 2.3 Pengawasan Psikotropika ... 5 2.4 Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) ... 6 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 8 3.1 Tempat dan Waktu... 8 3.2 Metode... 8 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 19 5.1 Kesimpulan ... 19 5.2 Saran ... 19 DAFTAR ACUAN ... 20

Tabel 4.1 Jumlah UPK pelapor penggunaan psikotropika pada bulan Januari 2012 di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ...11 Tabel 4.2 Daftar sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan

pada bulan Januari 2012 di Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ... 13 Tabel 4.3 Daftar psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan

Januari 2012 di Puskesmas Kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ... 13 Tabel 4.4 Daftar sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan

pada bulan Januari 2012 di Rumah Sakit wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ... 14 Tabel 4.5 Daftar sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan

pada bulan Januari 2012 di Apotek wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur... 14 Tabel 4.6 Daftar psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan

Februari 2012 di Puskesmas Kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ... 15 Tabel 4.7 Daftar sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan

pada bulan Februari 2012 di Rumah Sakit wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ... 16 Tabel 4.8 Puskesmas Kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta

Timur yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012 ... 17 Tabel 4.9 Rumah Sakit wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang

paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012... 17 Tabel 4.10 Apotek wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang paling

banyak menggunakan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012... 17

Lampiran 1 Daftar penggunaan psikotropika pada bulan Januari 2012 di Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur ...21 Lampiran 2 Daftar penggunaan psikotropika pada bulan Februari 2012 di

Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur... 25 Lampiran 3 Daftar UPK wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan

penggunaan psikotropika pada bulan Januari 2012 ...29 Lampiran 4 Daftar UPK wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan

1.1 Latar Belakang

Obat golongan psikotropika bermanfaat di bidang pengobatan atau kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Obat ini awalnya diperoleh dari alam dalam campuran dengan beberapa senyawa lain, namun seiring perkembangan teknologi, senyawa obat ini dapat diekstraksi dan disintesis dalam bentuk tunggal dan murni.

Dalam penggunaannya perlu dilakukan pengawasan karena dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan serta ketergantungan. Penyalahgunaan psikotropika dapat merugikan kehidupan manusia dan kehidupan bangsa, serta dapat mengancam ketahanan nasional. Dengan makin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, transportasi, komunikasi, dan informasi telah mengakibatkan meningkatnya peredaran gelap psikotropika yang makin meluas. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan dalam penggunaannya dilakukan pengawasan oleh pemerintah dengan membuat pelaporan penggunaan psikotropika pada setiap bulannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintah Republik Indonesia membuat peraturan untuk mengendalikan dan mengawasi penggunaan obat golongan psikotropika. Peraturan yang telah ditetapkan Undang – Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Di dalam undang-undang tersebut tercakup mulai dari pengadaan, pendistribusian, pengawasan, pembinaan, penganggulangan, serta sanksi yang tegas terhadap penggunaan obat golongan psikotropika. Pengawasan terhadap penggunaan psikotropika dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah Daerah yang diberi kewenangan dalam pengawasan penggunaan obat psikotropika adalah Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) yang berada di setiap Kabupaten atau Kota Administrasi di suatu propinsi. Seksi Sumber Daya Kesehatan Bagian Farmasi Makanan dan Minuman merupakan bagian dari Sudinkes yang melakukan pengawasan terhadap penggunaan narkotika dan

psikotropika dari Unit Pelayanan Kesehatan yang ada du wilayahnya melalui Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP).

SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas Kecamatan, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Sistem ini akan diintegrasikan dengan sistem pelaporan dari Pedagang Besar Farmasi. Tujuannya adalah membangun sistem yang dapat terintegrasi dalam melakukan pengawasan secara menyeluruh dari penyediaan hingga penyerahan obat golongan narkotika dan psikotropika sehingga dapat meminimalkan bahaya penyalahgunaan serta peredaran gelap narkotika dan psikotropika, serta menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan.

Apoteker sebagai tenaga kesehatan berperan dalam peredaran psikotropika agar beredar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, program pendidikan profesi apoteker Universitas Indonesia menyelenggarakan melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) agar mengetahui dan mengerti tentang sistem yang dapat mengembangkan kemajuan dalam pengawasan penggunaan obat psikotropika. Atas dasar hal tersebut, maka penulis yang sedang melakukan PKPA diberikan tugas khusus untuk melakukan rekapitulasi dan pengolahan data laporan psikotropika.

1.2 Tujuan

Penyusunan tugas khusus ini bertujuan agar calon Apoteker dapat :

1.2.1 Mengetahui pelaporan penggunaan psikotropika Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012.

1.2.2 Mengetahui jenis psikotropika yang paling banyak digunakan pada Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Januari dan Februari 2012.

1.2.3 Mengetahui Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang paling banyak menggunakan pisokotropika pada bulan Januari dan Februari 2012 serta jenis psikotropika yang paling banyak digunakannya.

2.1 Pengertian Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat,baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (Daris, 2008).

2.2 Golongan Psikotropika

Menurut Undang-undang Negara No. 5 tahun 1997 psikotropika digolongkan ke dalam 4 golongan. Psikotropika golongan I dan II kemudian dikelompokan ke dalam narkotika golongan I menurut Undang-undang No. 35 tahun 2009.

2.2.1 Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.contoh golongan I adalah brolamfetamin dan mekatinona.

2.2.2 Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh golongan II adalah amfetamin dan sekobarbital.

2.2.3 Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini diantaranya amobarbital, pentazozin, dan pentobarbital.

2.2.4 Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini diantaranya alprazolam, diazepam, fenobarbital, klobazam, dan klordiazepoksida.

2.3 Pengawasan Psikotropika (Daris, 2008)

Pemerintah menangani dalam pengawasan dalam peredaran psikotropika dengan melibatkan Direktur Jenderal, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pemeriksaan atau pengambilan contoh pada sarana produksi, peredaran, pengangkutan, penyimpanan, sarana pelayanan kesehatan dan fasilitas rehabilitasi; memeriksa surat dan/atau dokumen yang berkaitan dengan kegiatan peredaran psikotropika; melakukan pengamanan terhadap psikotropika yang memenuhi standar dan persyaratan; dan melakukan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan.

Direktur Jenderal yang berwenang dapat mengambil tindakan administratif terhadap pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan fasilitas rehabilitasi yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku. Kepala Kantor Wilayah dapat mengambil tindakan administratif terhadap sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan fasilitas rehabilitasi. Tindakan administratif yang dilakukan yaitu dengan melakukan teguran lisan, teguran tertulis, penghentian sementara kegiatan, denda administratif dan pencabutan izin praktek.

2.4 Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropik (SIPNAP)

Upaya pemerintah dalam melakukan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara terintegrasi melalui aplikasi yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun 2006. Terdapat 5 bagian yang terintegrasi melalui sistem ini, yaitu unit pelayanan, dinas kabupaten/kota, dinas propinsi dan pusat, serta web server.

SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2009).

Unit pelayanan yang terdaftar melakukan pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika melalui formulir khusus yang diberikan oleh dinas kabupatan/kota. Formulir ini diisi setiap bulannya kemudian dikirimkan kembali ke dinas kesehatan kabupaten/kota dalam bentuk email maupun print out. Dinas kabupaten/kota bertanggung jawab dalam merekapitulasi laporan tersebut kemudian meneruskan pelaporan ke dinas propinsi dan pusat melalui web server. Berikut merupakan bagan proses SIPNAP secara keseluruhan.

3.1 Tempat dan Waktu

Pengambilan data dilaksanakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan Minuman, selama periode praktek kerja profesi apoteker yakni mulai 11-29 Juni 2012.

3.2 Metode

Rekapitulasi laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari Unit Pelayanan Kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Januari 2012 dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Data yang dikumpulkan berupa laporan penggunaan psikotropika dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) tingkat Kecamatan, Rumah Sakit, dan Apotek yang ada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini dalam bentuk hardcopy yang dikirimkan oleh masing – masing Unit Pelayanan Kesehatan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan Bagian Farmasi Makanan dan Minuman, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.

Data diolah menggunakan aplikasi SIPNAP dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan juga menggunakan program Microsoft Excel. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran deskriptif, meliputi:

a. Rekapitulasi penggunaan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012 oleh semua Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

b. Distribusi sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Januari dan Februari 2012 oleh semua Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

c. Distribusi sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Januari dan Februari 2012 oleh masing - masing Unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas Kecamatan, Rumah Sakit, dan Apotek) di wilayah Kota

d. Distribusi tiga Unit Pelayanan Kesehatan dari masing - masing Unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas Kecamatan, Rumah Sakit, dan Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang paling banyak menggunakan psikotropika.

Undang – Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika. Dalam laporan ini dibahas mengenai laporan penggunaan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012 yang dibuat oleh Puskesmas Kecamatan, Rumah Sakit dan Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dan dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini kemudian direkapitulasi dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan.

Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang ada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur per Februari 2012 berjumlah 360 unit meliputi 10 Puskesmas Kecamatan, 34 Rumah Sakit, dan 316 Apotek. Setiap UPK mengirimkan laporan psikotropika secara berkala, biasanya tiap 3 bulan sekali atau minimal 1 tahun sekali. Namun pada kenyataannya sampai dengan bulan Juni 2012 masih cukup banyak UPK yang belum mengirimkan laporannya bulan Januari dan Februari 2012. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam pengembangan sistem SIPNAP yang menyeluruh guna memudahkan pengolahan dan analisis data serta pengawasan penggunaan psikotropika yang lebih efektif dan terkendali. Jumlah UPK pelapor penggunaan psikotropika pada bulan Januari 2012 di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah UPK pelapor penggunaan psikotropika pada bulan Januari dan Februari 2012 di wilayah kota administrasi Jakarta Timur

Unit Pelayanan Jumlah Unit Pelayanan (unit)

Jumlah Unit Pelayanan Sebagai Pelapor (unit) Persentase Pelaporan (%) Januari 2012 Februari 2012 Januari 2012 Februari 2012 Puskesmas Kecamatan 10 10 10 100% 100% Rumah Sakit 34 18 13 52,94% 38,23% Apotek 316 121 - 38,29% -Semua UPK 360 150 - 41,67%

-Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa puskesmas kecamatan merupakan UPK yang telah mengirimkan laporan penggunaan psikotropika tiap bulannya karena Puskesmas wajib mengirimkan Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) tiap bulan. Pada bulan Januari untuk rumah sakit persentase jumlah UPK yang melapor hanya 52,94% dan pada bulan Februari menurun menjadi 38,23%. Apotek adalah UPK yang paling banyak belum mengirimkan pelaporan psikotropika yaitu hanya 38,29% pada bulan Januari. Untuk bulan Februari, penulis belum melakukan pengolahan data. Ini dikarenakan keterbatasan waktu Praktek Kerja Profesi Apoteker untuk memasukan data ke program SIPNAP sehingga pada bulan Februari hanya Puskesmas Kecamatan dan Rumah Sakit yang telah diolah. UPK yang melaporkan penggunaan psikotropika pada bulan Januari 2012 berjumlah 150 dari 360 UPK dengan persentase pelaporannya sebesar 41,67%. Dari hasil ini didapatkan bahwa masih banyak UPK yang belum mengirimkan laporan penggunaan psikotropika karena belum adanya ketetapan waktu pelaporan psikotropika. Pada UU No.5 Tahun 1997 hanya dinyatakan bahwa penggunaan psikotropika wajib dilaporkan secara berkala yang mana akan diatur oleh menteri. Akan tetapi, sampai saat ini masih belum jelas karena ada yang beranggapan tiap bulan sekali, 3 bulan sekali atau minimal 1 tahun sekali.

Penyebab lain mungkin disebabkan sistem pelaporan yang tidak praktis karena UPK mengirimkan langsung ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, melalui pos, ataupun melalui surat elektronik. Ini membuat UPK

tersebut malas mengirimkannya sehingga pelaporan pun menjadi terhambat. Selain itu, kemungkinan laporan yang sudah dikirimkan oleh UPK, saat pengumpulan laporan ada laporan yang terselip pada bundelan bulan yang lain atau masuk dalam bundelan narkotika sehingga data yang dianalisis menjadi kurang lengkap. Untuk itu dibutuhkan program SIPNAP yang menyeluruh sehingga setiap UPK dapat menginput sendiri penggunaan psikotropika yang mana terhubung online dan akan dikumpulkan dari Suku Dinas Kesehatan kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan dilaporkan ke Kementerian Kesehatan untuk mengetahui jumlah penggunaan Psikotropika di Indonesia. Hal ini diharapkan agar proses pengiriman laporan psikotropika menjadi lebih efektif dan cepat sehingga pengawasan psikotropika dapat dilakukan dengan baik.

Sesuai dengan format pada aplikasi SIPNAP, jenis psikotropika yang direkapitulasi mencakup 126 jenis obat yang termasuk psikotropika. Namun ada beberapa obat yang dilaporkan tetapi tidak terdapat di format laporan aplikasi SIPNAP. Untuk golongan psikotropika, obat – obat seperti haloperidol, klorpromazin, triheksilfenidil, diazepam rektal, amitriptilin HCl, resperidon, dan sebagainya juga tidak terdapat dalam form aplikasi SIPNAP. Hal ini menyebabkan ada beberapa jenis psikotropika yang belum diawasi penggunaannya. Maka dari itu, sebaiknya aplikasi SIPNAP diperbaiki dan dilengkapi lagi untuk pengawasan psikotropika yang menyeluruh.

Data yang dianalisis untuk bulan Februari 2012 pada tugas khusus ini dibatasi hanya puskesmas kecamatan dan rumah sakit. Untuk apotek belum dilakukan karena keterbatasan waktu analisis. Pembatasan jumlah UPK yang dimasukkan ini dikarenakan adanya kendala teknis yaitu adanya penggantian aplikasi SIPNAP yang lama dengan yang baru, sehingga data UPK harus dimasukkan ulang ke aplikasi SIPNAP baru. Penulis melanjutkan untuk memasukkan UPK yang belum sempat dimasukkan pada bulan Januari 2012 oleh penulis sebelumnya sehingga bulan Februari hanya bisa memasukkan puskesmas kecamatan dan rumah sakit saja.

Data penggunaaan psikotropika bulan Januari 2012 dari UPK yang telah dimasukkan, direkapitulasi, diolah, dan dianalisis sehingga didapatkan sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan di UPK wilayah Kota Administrasi

Jakarta Timur. Kemudian data dianalisis juga untuk mendapatkan sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan di masing – masing jenis UPK (Puskesmas Kecamatan, Rumah Sakit, Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 sampai Tabel 4.5.

Tabel 4.2 Daftar sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Januari 2012 di Unit Pelayanan Kesehatan wilayah Kota Administrasi

Dokumen terkait