• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Perlu adanya peningkatan kegiatan binwasdal pada sarana farmasi, makanan, dan minuman dalam meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan untuk meningkatkan pengelolaan kesehatan dalam rangka pengembangan kesehatan masyarakat.

b. Perlu penambahan jumlah tenaga kefarmasian agar segala aspek pekerjaan kefarmasian dapat dijalankan dengan baik.

c. Perlu adanya sistem pengelolaan obat secara komputerisasi dan sistem penyimpanan obat yang lebih baik, agar mutu obat tetap terjamin dan mengurangi kesalahan pengambilan obat berdasarkan tanggal daluwarsa

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK 00.05.5.1639 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2009). Rencana Strategis Dinas

Kesahatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012. Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/Menkes/SK X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga Teknis Kefarmasian. Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Lampiran 1. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

F-SDK-105 (00-19-Okt’11) Hal : Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Surat Izin Kerja (SIK)*

Kepada Yth.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Di

Jakarta Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Lengkap : ... Nomor STRA : ... Tempat/ Tanggal Lahir : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (*)

Pendidikan Terakhir : ... Tempat Praktek/ Kerja :...

Rt/Rw ... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ...

Alamat Praktek Lain ** : 1 ... : 2 ... Alamat Rumah : ... No ... Rt/RW... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ... No Sertifikat Kompetensi : ... Tgl Sertifikat Kompetensi : ...

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatakan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) / Surat Izin Kerja(SIK) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktikdan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan, sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

a. Foto kopi STRA yang dilegalisir oleh KFN yang masih berlaku.

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitaspelayanan kefarmasiaan atau dari pimpinan produksi atau distribusi/penyalur.

c. Surat rekomendasi dari Organisasi profesi sesuai tempat praktek.

d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm ( 3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar).

e. Surat izin dari pimpinan instansi / sarana pelayanan kesehatan dimana Apoteker dimaksud bekerja(khusus bagi Apoteker yang berpraktek/ bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau saranapelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).

f. Foto kopi KTP.

g. Melampirkan SIPA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA.

h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktek / bekerja di sarana (kecuali RS dan sarana pelayanankesehatan yang ditunjuk pemerintah).

Demikian atas perhatiaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ……… Pemohon Materai 6000 ……….

Tembusan :

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (**) diisi sesuai permohonan (SIPA/SIK)

Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

F-SDK-46 (02-19-Okt’11)

Hal : Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

Kepada Yth.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Di

Jakarta Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : ...

Nomor STRTTK : ... ..

Tempat/ Tanggal Lahir : ...

Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (*) Lulusan : SMF /D3 Farmasi / Sarjana Farmasi Tahun Lulus : ...

Alamat Rumah : ... No ...

Rt/RW ... Kelurahan ...

Kecamatan ...

Nama Sarana Ke 1 : ...

Alamat Sarana Kesehatan : ... ...

Nama Sarana Ke 2 : ...

Alamat Sarana Kesehatan : ... Nama Sarana Ke 3 : ... Alamat Sarana Kesehatan : ...

Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatakan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan(SIKTTK) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan, sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

a.Foto kopi STRTTK yang dilegalisir.

b. Surat pernyataan Apoteker atau Pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. c.Surat rekomendasi dari Organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasiaan.

d.Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e.Foto kopi KTP.

Demikian atas perhatiaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ………..

Pemohon Materai 6000 ……….

(*) coret yang tidak perlu (**) diisi salah satu yang sesuai

Lampiran 3. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

F-SDK-70(REV01-20 JAN’11)

Nomor TU: /1.779.3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER (SIPA)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenagaKefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada:

XXXX XXXXXXXXXXXXXXX

Tempat/Tanggal Lahir : Alamat :

No.STRA : STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai: Apoteker Nama dan Alamat Praktik :

Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA):

19861210/SIPA_31.01/2011/1002 ...

Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertaketentuan peraturan perundang-undangan.

2.Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.

Dikeluarkan di : Jakarta

Pada tanggal : Oktober 2011

KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA

Foto BARAT

4x6 cm

dr. A.A SAGUNG MAS PARWATHI

NIP: 195604191983032002

Tembusan:

1.Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2.Ketua Komite Farmasi Nasional

3.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 4.Organisasi Profesi

Lampiran 4. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

F-SDK-70(REV01-20 JAN’11)

Nomor TU: /1.779.3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

SURAT IZIN KERJA APOTEKER (SIKA)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga Kefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada:

XXXX XXXXXXXXXXXXXXX

Tempat/Tanggal Lahir : Alamat :

No.STRA :

STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai : Apoteker Nama dan Alamat Praktik :

Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA):

19861210/SIKA_31.01/2011/1002 ...

Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.

Foto 4x6 cm

Tembusan:

1.Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2.Ketua Komite Farmasi Nasional

3.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2011 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

dr. A.A SAGUNG MAS PARWATHI NIP: 195604191983032002

Lampiran 5. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

F-SDK-70(REV01-20 JAN’11)

Nomor TU: /1.779.3

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

SURAT IZIN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (SIKTTK)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga Kefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada:

XXXX XXXXXXXXXXXXXXX

Tempat/Tanggal Lahir : Alamat :

No.STRA :

STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai : Apoteker Nama dan Alamat Praktik :

Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA):

19861210/SIKTTK_31.01/2011/1002 ...

Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.

Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2011 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA

BARAT Foto

4x6 cm

dr. A.A SAGUNG MAS PARWATHI NIP: 195604191983032002 Tembusan:

1.Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2.Ketua Komite Farmasi Nasional

Lampiran 7. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek

F-SDK-02 (Rev 01-20 Jan’11)

No :

Lampiran : 1 (satu) berkas

Periha l : Permohonan Perubahaan Surat izin Apotek

Kepada Yth.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat Di

Jakarta

Bersama ini kami mengajukan Permohonan untuk mendapatkan perpanjang Surat Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut :

I PEMOHON Nama Apoteker : ... Nama SIK/SP : ... No. KTP : ... Alamat : ... Rt/RW ...Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ... Pekerjaan Sekarang : ... Nama Apoteker Lama : ...

II APOTEK Nama Apotek : ... Alamat Apotek : ... Rt/RW ... Kelurahan ... Kecamatan ... Telp ... Alamat Apotek Lama : ... ... No Izin Apotek Lama : ...

Provinsi : DKI Jakarta Dengan

Menggunakan sarana : milik sendiri / milik pihak lain.

Nama pemilik sarana : ... Akte Perjanjian kerjasama : No

...

Nama Notaris : ... di ...

Nama PSA Lama : ... Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :

1.Surat Izin Apotek yang lama. 2.Data Apoteker

Foto copy KTP Apoteker Pengelolah Apotek (APA).  Pas foto berwarna 4x6 cm (1 lembar). 

Foto copy Surat Izin Kerja/Surat Penugasan. 

Foto copy Surat lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI Jakarta. 

Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI.  Surat keterangan masa bakti bagai APA yang PNS/TNI/POLRI. 

Lampiran 7. Formulir Permohonan Perubahan Surat Izin Apotek (lanjutan)

4. Berita Acara serah terima dari APA lama ke APA baru, dan kalau APA lama

meninggal dunia maka dari Apoteker supervisor ke apoteker baru.

5. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak merangkap pada sarana kesehatan farmasi lainnya di atas materai 6000.

6. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelolah Apotek tidak melakukan penjualan

Narkotika, Obat keras tertentu tanpa resep dokter di atas materai 6000.

7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelolah Apotek yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan pemerintah yang berlaku di atas materai 6000.

8. Surat kematian dari apoteker bila meninggal dunia / Surat pernyataan APA lama

tidak keberatan atas pergantian APA diatas materai 6000. 9. Daftar perlengkapan Administrasi.

10. Surat Pernyataan pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat

dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/ obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai 6000.

11. Surat kematian dari Pemilik Sarana Apotek bila meninggal dunia.

12. Bukti pengalihan dari PSA yang lama ke PSA yang baru.

13. Foto copy akte notaris badan hukum dan foto copy pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman Hukum dan HAM RI bila berbentuk PT, dan pengesahan dari Pengadilan bila dalam bentuk CV.

14. Foto copy KTP PSA dan Pas foto 4x6 cm (1 lembar). 15. Foto copy NPWP PSA.

16. Alasan perubahan Nama (bila terjadi perubahaan nama). 17. Surat keterangan hilang dari Polisi (bila izin hilang atau rusak).

18. Denah Apotek Lama dan Baru (bila perubahaan ).

19. Surat keterangan telah terjadi perubahaan/nama jalan dari lurah (bila perubahaan

nama jalan tanpa pindah lokasi).

20. Foto copy tanda bukti kepemilikan tempat / bila sewa lampirkan surat perjanjian

sewa menyewa.

21. Foto copy IMB dan bagi sarana berada di pusat pasar/hotel dan sarana umum lain, lampirkan surat keterangan dari pengelolah.

22. Foto copy Undang-Undang Gangguan dan bagi sarana yang berada di perkantoran/ pasar swalayan/hotel melampirkan foto copy Undang-undang Ganguan gedung. 23. Peta lokasi.

24. Denah ruangan beserta ukuran dan fungsi.

Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnya, atas perhatian dan persetujuannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, ……….. Pemohon

Apoteker pengelolah Apotek Materai 6000 & stempel ………. Keterangan :

1. Perubahaan Apoteker pengelolah Apotek (persyaratan dilengkapi no 1s/d 9).

2. Perubahaan Pemilik Sarana Apotek (persayaratan dilengkapi no 1,3,10 s/d 15).

3. Perubahaan Nama (persyaratan dilengkapi no 1 s/d 15).

4. Izin hilang / rusak (persyaratan dilengkapi no 1 s/d 17).

Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek

Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek

Lampiran 13. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PUSKESMAS

KECAMATAN PALMERAH

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LUCKY, S.Farm.

1306343776

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

DEPOK

JUNI 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 2. TINJAUAN UMUM ... 3 2.1 Puskesmas ... 3 2.2 Peran Apoteker di Puskesmas ... 4 2.3 Standar Operasional Prosedur ... 6 3. METODE DAN PENGUMPULAN DATA ... 8 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ... 8 3.2 Metode Pengumpulan Data ... 8 3.3 Prosedur Pengambilan Data ... 8 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

4.1 Hasil ... 9 4.2 Pembahasan ... 9 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

5.1 Kesimpulan ... 14 5.2 Saran ... 14 DAFTAR ACUAN ... 15

iii Universitas Indonesia DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Skema Kegiatan yang Dilakukan pada Apotek

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

.

Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kefarmasian di Apotek Puskesmas Kecamatan Palmerah ... 18

1 Universitas Indonesia BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas sebagai organisasi atau lembaga milik pemerintah berperan sebagai ujung tombak terdepan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan. Dalam menjalankan fungsinya puskesmas harus menerapkan fungsi manajemen dengan sebaik-baiknya, karena dalam organisasi puskesmas terdapat sumber – sumber daya, program, sarana dan prasarana yang sangat kompleks, yang mana bila tidak menjalankan manajemen dengan baik akan timbul banyak permasalahan-permasalahan yang akan mengganggu proses dalam mencapai tujuan. Salah satu sarana puskesmas yang memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kepada pasien adalah apotek.

Tugas seorang apoteker sebagai praktisi kesehatan di apotek harus berorientasi kepada pasien dan tidak hanya berorientasi kepada peracikan atau pembuatan obat saja. Apoteker bertugas untuk memfasilitasi hasil terapi yang baik terhadap pengobatan yang diberikan. Oleh karena itu, pada tahun 2011, World Health Organization/Federation International Pharmaceutical (WHO/FIP) memperbaharui pedoman mengenai praktik kefarmasian yang baik (Good Pharmaceutical Practices/GPP) untuk memberikan suatu standar pelayanan bagi praktisi farmasis di seluruh dunia. Menurut WHO dan FIP, pedoman praktik kefarmasian yang baik merupakan hal utama yang sangat penting bagi farmasis dalam menjalankan kegiatan keprofesiannya sehingga diperlukannya acuan terhadap kualitas pelayanan farmasi yang terstandarisasi secara nasional.

Salah satu aspek penting dalam mewujudkan praktek pelayanan kefarmasian yang profesional, efektif, dan efisien adalah dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada seluruh proses kegiatan pelayanan kefarmasian. Hal ini dinilai penting karena SOP merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya dan SOP juga merupakan alat penilaian kinerja profesi apoteker berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan procedural sesuai dengan tata kerja, prosedr dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan (Anderson, Chris., 2012).

Dengan adanya Standar Operasional Prosedur, seluruh proses kegiatan pelayanan kefarmasian dapat berjalan dengan baik dan pasti. Berbagai bentuk penyimpangan dapat dihindari atau sekalipun terjadi penyimpangan maka akan dapat dengan segera ditemukan penyebabnya dan dapat diselesaikan dengan cara yang tepat. Apabila semua kegiatan sudah sesuai dengan yang ditetapkan dalam SOP, maka secara bertahap kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien akan dapat berjalan lebih profesional, cepat, dan mudah., pemerintah juga bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan Standar Operasional Prosedur ini adalah untuk digunakan sebagai pedoman kerja petugas di Apotek Puskesmas Kecamatan Palmerah dalam pemberian pelayanan kefarmasian kepada pasien.

3 Universitas Indonesia BAB 2

TINJAUAN UMUM

2. 1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007).

Kepmenkes No. 279 tahun 2006 menyatakan bahwa Puskesmas merupakan rujukan pertama dalam tingkat rujukan pelayanan kesehatan (MenKes RI., 2006). Konsep upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas antara lain upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif. Konsep tersebut menjadi pedoman bagi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai tdengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Sulastomo, 2007).

Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Perawat memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes). Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004, menyatakan bahwa Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (MenKes RI., 2004). Puskesmas memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan b. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata I, meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

2. 2 Peran Apoteker di Puskesmas

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, Puskesmas merupakan salah satu fasilitas yang didalamnya harus terdapat Apoteker (Presiden Republik Indonesia., 2009). Oleh karena itu, keberadaan Apoteker di Puskesmas adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Apoteker memiliki peran penting yang tidak tergantikan oleh tenaga kesehatan lain terkait manajemen obat dan perbekalan kesehatan. Salah satu contoh kegiatan manajemen yang dilakukan adalah melakukan yang meliputi: perencanaan, permintaan obat ke Gudang Farmasi Kota, penerimaan obat, penyimpanan menggunakan kartu stok, pendistribusian dan pelaporan.

a. Perencanaan dan Permintaan Obat

Perencanaan pengadaan obat dan alkes di Puskesmas difasilitasi oleh dokumen Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Dokumen penunjang dalam pengadaan obat dan alkes di Puskesmas antara lain adalah Buku Pemakaian Obat harian; Buku Register Obat; dan Kartu Stok Obat. Penggunaan obat dalam pelayanan harian dicatat dalam Buku Pemakaian Obat Harian. Buku ini mencakup informasi tentang item obat dan jumlah obat yang digunakan setiap harinya. Jumlah pemakaian obat harian kemudian diakumulasikan dalam Buku Register Obat. Buku ini berisi informasi tentang item dan jumlah obat yang dipakai tiap bulan. Jumlah obat yang terpakai tiap bulan kemudian di rekapitulasi dalam Kartu Stok tiap item obat. Dari pengisian Kartu Stok akan didapatkan informasi tentang item obat, jumlah obat yang terpakai, dan sisa obat yang ada di gudang Puskesmas. Hasil pengisian Kartu Stok merupakan dasar untuk

Universitas Indonesia perencanaan pengadaan menggunakan LPLPO. Dari informasi yang ada pada Kartu Stok tiap-tiap item obat dapat diketahui ketersediaan obat di Puskesmas, dan jumlah pemakaiannya tiap bulan, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk permintaan akan item obat beserta jumlah yang diminta.

b. Penerimaan Obat

LPLPO terdiri atas rangkap tiga, satu lembar yang berwarna putih dikirimkan unuk Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dua lembar yang berwarna kuning dan merah dikirimkan pada Gudang Farmasi Kota/Kabupaten sebagai laporan penggunaan obat dan permintaan atas obat. Item-item obat yang disetujui pengadaannya oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten akan dikirimkan pada Puskesmas yang bersangkutan setiap dua bulan sekali melalui Gudang Farmasi Kota/Kabupaten. Lembar LPLPO yang berwarna kuning akan dikembalikan pada

Dokumen terkait