BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
a. Untuk meningkatkan pengelolaan kesehatan dalam rangka pengembangan kesehatan masyarakat.Perlu adanya peningkatan kegiatan binwasdal pada sarana farmasi, makanan, dan minuman dalam meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan
b. Agar mutu obat tetap terjamin dan mengurangi kesalahan pengambilan obat berdasarkan tanggal daluwarsa.perlu adanya sistem pengelolaan obat secara komputerisasi dan sistem penyimpanan obat yang lebih baik.
45 Universitas Indonesia DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI Nomor: HK 00.05.5.1639 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).
Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2009). Rencana Strategis Dinas
Kesahatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012. Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan.
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1331/Menkes/SK X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga Teknis Kefarmasian. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006
Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
47
Lampiran 1. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau
49
Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian
51
53
55
57
59
61
63
Lampiran 13. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG FARMASI PUSKESMAS
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS KECAMATAN KEMBANGAN
FEBRIANI, S.Far
1306434156
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ...iii
BAB 1. PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Tujuan ...2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...3
2.1 Puskesmas ...3 2.2 Penyimpanan ...3 2.2.1 Pengaturan Tata Ruang Gudang ...7 2.2.2 Penyusunan Obat ...12 2.2.3 Kondisi Penyimpanan...17 2.2.4 Bila ruang Penyimpanan Kecil ...19 2.2.5 Pengamatan Mutu ...20 2.2.6 Standar Kualitas Gudang ...21 2.2.7 Efisiensi Gudang ...22
BAB 3. PEMBAHASAN ...24 BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ...27
4.1 Kesimpulan ...27 4.2 Saran ...27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penyusunan Obat ...6 Gambar 2 Penyusunan bat dengan tumpukan kerdus ...7 Gambar 3 Rak di gudang farmasi ...7 Gambar 4 Pintu di gudang farmasi...8 Gambar 5 Penerapan Sitem FEFO ...16
1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang
Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan dan merupakan kebutuhan masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana kesehatan, yaitu Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit, Dokter praktek swasta dan lain - lain. Bila di umpamakan tenaga medis adalah tentara yang sedang berperang di medan tempur, maka obat adalah amunisi yang mutlak harus dimiliki untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Dengan demikian pentingnya obat dalam pelayanan kesehatan, maka pengelolaan yang benar, efisien dan efektif sangat diperlukan oleh petugas Puskesmas di Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota.
Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, aministrasi, dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (KepMenkes RI No. 1197 Tahun 2004).Dalam siklus manajemen obat, Siklus Distribusi meliputi kegiatan penyimpanan, tata ruang, pergudangan, administrasi, dan informasi pergudangan (Quick JD Ed., 1997)
Penyimpanan obat merupakan faktor yang penting dalam pengelolahan obat di Puskesmas karena dengan penyimpanan yang baik dan benar akan dengan mudah dalam pengambilan obat dan lebih efektif. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Kegiatan penyimpanan obat meliputi pencatatan, penyusunan, pengaturan tata ruang, dan pengamatan mutu obat. Tempat penyimpanan obat yakni gudang farmasi memiliki beberapa fungsi yaitu menjamin pelayanan yang cepat dan tepat,
2
Universitas Indonesia
menerima, menyimpan, memelihara, dan mendistribusikan perbekalan farmasi, menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan perbekalan farmasi, dan mengamati mutu dan khasiat obat yang disimpan.
Masalah yang sering sekali dihadapi dalam penyimpanan obat di gudang antara lain kekurang telitian dalam memeriksa obat, penempatan obat yang tidak sesuai dengan protap, kemasan yang hampir sama, ketidakdisiplinan dalam melakukan pencatatan, ketidakdisiplinan dalam melakukan mutasi barang, dan ketidaksesuaian antara stock fisik obat dengan pencatatan. Masalah yang timbul dalam penyimpanan obat di gudang ini menarik perhatian penulis untuk melakukan pengamatan terhadap penyimpanan obat di gudang yang terdapat di Puskesmas. Gudang yang dipilih dalam pengamatan ini adalah gudang penyimpanan obat yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menilai kesesuaian penyimpanan obat di Gudang Farmasi Puskesmas Kecamatan Kembangan dengan syarat yang berlaku.
3 Universitas Indonesia 2.1 Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit pelaksana yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu kecamatan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Kepmenkes No.279 tahun 2006 menyatakan bahwa Puskesmas merupakan rujukan pertama dalam tingkat rujukan pelayanan kesehatan. Konsep upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas antara lain upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif. Konsep tersebut menjadi pedoman bagi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, konseling dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
2.2 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
2.2.1 Tujuan penyimpanan obat adalah untuk : a. Memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan 2.2.2 Kegiatan Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan merupakan mata rantai yang penting dalam proses obat. Upaya-upaya yang dilakukan pada seluruh rangkaian
4
Universitas Indonesia
pengelolaan obat akan sia-sia kalau penyimpanan obat tidak dilaksanakan dengan baik.
2.2.3 Persyaratan gudang
Untuk mendapatkan kemudahan dalam peyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut :
a. Cukup luas minimal 3 x 4 m² b. Ruangan kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar aliran udara tidak lembab/panas
d. Perlu cahaya yang cukup namun jendela harus mempunyai pelindung
e. untuk mencegah cahaya langsung dan bertralis
f. Lantai terbuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpukya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet)
g. Dinding dibuat licin
h. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam i. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat j. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
k. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotikaa dan psikotropikaa yang selalu terkunci.
l. Ada pengukur suhu ruangan (Depkes RI, 2004: 16).
2.2.4 Pengaturan Tata Ruang Gudang a. Merancang Bangunan Gudang
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah sbb:
1) Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
Universitas Indonesia
a) Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
2) Sirkulasi udara yang baik
Satu di antara faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.
Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
3) Rak dan palet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan palet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi. Mengatur rak dalam baris dengan lorong yang lebarnya tidak kurang dari 90 cm. Hindari menempatkan rak hanya pada sekitar tepi ruang karena hal tersebut dapat memakan banyak tempat. Tempatkan rak dengan jarak 90 cm dari dinding gudang, dan pastikan rak dapat diakses dari dua sisi.
Keuntungan penggunaan palet:
a) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir
6
Universitas Indonesia
c) Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak d) Palet lebih murah daripada rak
Jika menggunakan palet, maka tumpukkan kerdus di atas palet sebagai berikut :
a. Palet berjarak minimal 10 cm dari lantai
b. Tumpukkan kerdus minimal berjarak 30 cm dari dinding dan tumpukkan lainnya
c. Tinggi tumpukkan tidak lebih dari 2,5 m
d. Kardus obat disusun ke arah atas serta label indetifikasi obat, tanggal kadaluarsa, dan tanggal pembuatan obat dapat terlihat. Apabila tidak memungkinkan, nama produk obat dan tanggal kadaluarsa obat ditulis di bagian yang dapat terlihat dengan jelas.
Gambar 1. Penyusunan obat dengan menuliskan identitas obat
Universitas Indonesia Gambar 2. Penyusunan obat yang menggunakan tumpukan kerdus
di atas palet
8
Universitas Indonesia
4) Kondisi penyimpanan khusus
a) Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
b) Narkotikaa dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci
c) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
5) Pintu Gudang
Pintu di gudang harus cukup lebar untuk memudahkan pergerakan persediaan obat. Pastikan pintu di gudang kuat dilengkapi dengan pengamanan yang memadai, dengan 2 kunci yang kuat serta dipasang dengan gembok logam untuk pengamanan tambahan.
Gambar 4. Pintu di Gudang Farmasi
6) Kartu stok
Fungsi kartu stok sebagai berikut :
a) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa).
Universitas Indonesia
b) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran.
c) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanannya. Informasi yang didapat dari kartu stok antara lain:
a) Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia (sisa stok) b) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima
c) Jumlah perbekalan farmasi yang keluar
d) Jumlah perbekalan farmasi yang hilang/rusak/ kadaluarsa
e) Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi Petunjuk pengisian kartu stok adalah sebagai berikut:
a) Petugas penyimpanan dan penyaluran mencatat semua penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi di kartu stok sesuai Dokumen Bukti Mutasi Barang (DBMB) atau dokumen lain yang sejenis. b) Perbekalan farmasi dalam jumlah besar (bulk)
disimpan diatas palet atau ganjal kayu secara rapi, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik, berat, bulat, segi empat dan lain-lain).
c) Penyimpanan antara kelompok / jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga memudahkan pengeluaran dan perhitungan.
d) Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk perbekalan farmasi yang berat. e) Perbekalan farmasi dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan dalam lemari terkunci dan
10
Universitas Indonesia
kuncinya dipegang oleh petugas penyimpanan dan pendistribusian.
f) Satu jenis perbekalan farmasi disimpan dalam satu lokasi (rak, lemari, dan lain-lain).
g) Perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus, disimpan dalam tempat khusus. Contoh : eter, film dan lain-lain.
h) Bagian judul pada kartu stok diisi dengan : 1) Nama perbekalan farmasi
2) Kemasan 3) Isi kemasan
4) Nama sumber dana atau dari mana asalnya perbekalan farmasi
Kolom-kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut : a. Tanggal penerimaan atau pengeluaran b. Nomor dokumen penerimaan atau
pengeluaran
c. Sumber asal perbekalan farmasi atau kepada siapa perbekalan farmasi dikirim d. No. Batch / No. Lot.
e. Tanggal kadaluarsa f. Jumlah penerimaan g. Jumlah pengeluaran h. Sisa stok
i. Paraf petugas yang mengerjakan 7) Pencegahan Kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton dan sebagainya. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau
Universitas Indonesia
dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran diperiksa secara berkala, untuk memastikan tabung masih berfungsi atau tidak.
2.2.5 Standar Kualitas Gudang
Gudang sebagai tempat penyimpanan obat harus memenuhi syarat berikut:
a. Memiliki sistem penguncian yang baik b. Memiliki security screen pada semua jendela
c. Memiliki penerangan yang baik (240 lx illuminance atau lebih) d. Menggunakan pengatur suhu dan kelembaban 24 jam dengan suhu
maksimal 25C dan kelembaban 60%. Pengatur suhu harus terhubung dengan tenaga listrik darurat. Suhu tidak boleh di atas 25C, atau boleh sampai 40C selama masih di bawah 24 jam. e. Memiliki lemari pendingin khusus untuk sediaan vaksin dan anti
venom
f. Memiliki lemari pendingin untuk sediaan farmasi lainnya yang perlu disimpan dalam lemari pendingin
g. Memiliki lemari khusus untuk obat-obat berbahaya dan lemari lain untuk obat keras
h. Memiliki wastafel berbahan stainless steel
i. Memiliki 2 wadah untuk Return of Unwanted Medicines (RUM) j. Memiliki fasilitas sabun untuk mencuci dan kain untuk lap
k. Memiliki tangga yang aman untuk mengambil obat pada lemari yang tingginya di atas bahu
l. Memiliki perangkat komputer yang bisa diakses untuk melihat data
client
m. Pembagian lemari penyimpanan meliputi lemari pendingin, lemari obat oral, obat injeksi, obat topikal, obat infus, inhalasi, dan lemari untuk non obat.
12
Universitas Indonesia
n. Setiap wadah obat harus diberi label nama, dosis obat, no. batch, dan tanggal kadaluarsa.
Untuk menjaga keamanan dari gudang, pintu gudang harus selalu dikunci. Gudang tidak boleh dimasuki secara bebas oleh pekerja RS selain farmasis, perawat, dan tenaga kesehatan tertentu. Jika sistem kunci menggunakan kode, maka kode tersebut hanya boleh diketahui oleh orang yang diizinkan tersebut dan harus segera diganti jika ada masalah keamanan.
Setiap datang obat baru, obat tersebut harus segera disimpan di gudang dan disusun sedemikian rupa sehingga obat dengan masa kadaluarsa yang lebih dulu habis terletak di depan. Alat pengangkut yang digunakan untuk membawa barang harus sama pada tiap gudang. Jangan mengeluarkan obat dari kemasannya sebelum diperlukan. Tulis ulang tanggal kadaluarsa pada kemasan jika tanggal yang tertera sulit dibaca. Dalam gudang tidak boleh masih ada obat kadaluarsa atau obat yang tidak dipakai lagi.
2.2.6 Efisiensi gudang
Dalam peningkatan efisiensi dan efektifitas gudang diperlukan :
a.penggunaan ruangan yang ada secara optimal untuk penyimpanan dan mengurangi penggunaan ruangan untuk barang yang seharusnya tidak disimpan di gudang.
b. mengurangi kemungkinan adanya gerakan ataupun arus manusia/barang yang tidak berguna selama proses penyimpanan, pelayanan distribusi atau kegiatan lain.
c.meningkatkan kenyamanan bagi karyawan selama bekerja di gudang
d. mengurangi kegiatan dan biaya pemeliharaan yang tidak perlu, mengingat biaya pengelolaan yang tersedia terbatas.
Universitas Indonesia
Efisiensi kerja di gudang dapat ditingkatkan melalui :
1) memanfaatkan penggunaan ruang gudang yang tersedia dan ruangan lain secara maksimum
2) memanfaatkan volume ruang yang ada secara optimum dengan memanfaatkan tinggi ruangan dengan tetap memperhatikan ketentuan penumpukan barang
3) pengaturan rak, palet dan jarak antara rak dan palet sedemikian rupa sehingga arus barang / karyawan menjadi lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mutasi barang menjadi lebih singkat.
4) Kondisi kerja
Untuk meningkatkan kinerja perlu diperhatikan hal berikut : a) ventilasi yang cukup merupakan faktor penting dalam
merancang gudang agar kondisi kerja dapat lebih baik b) kebersihan ruang kerja
c) fasilitas kebersihan d) ruang istirahat
5) Pedoman kerja yang rinci dan mudah dipahami serta uraian tugas untuk masing-masing petugas yang baik merupakan satu di antara faktor penting untuk meningkatkan efisiensi kerja 6) Supervisi yang berkesinambungan sehingga semua karyawan mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi 7) Pelatihan baik bersifat manajerial maupun fungsional yang berkesinambungan
Rancangan pembuatan atau pendayagunaan gudang dimaksudkan untuk mengoptimalkan fasilitas penyimpanan. Hal ini tergantung pada keputusan yang diambil pada kegiatan lainnya dalam sistem suplai obat, perencanaan biaya serta distribusi.
14
Universitas Indonesia
2.2.7 Pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang dan penyusunan obat dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat-obatan, ruang gudang dapat ditata dengan sistem: arah garis lurus, arus U, arus L.
b. Disamping faktor arah arus penerimaan dan pengeluaran perlu pula diperhatikan jenis obat-obatan yang disimpan di gudang. c. Semua obat harus disimpan dalam ruangan, disusun menurut
bentuk sediaan dan alfabetis. Apabila tidak memungkinkan, obat yang sejenis dikelompokkan menjadi satu.
d. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah -langkah penyusunan stok sebagai berikut: (Depkes RI, 1990: 35-37).
1) Menyusun obat yang berjumlah besar di atas palet atau diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur.
2) Mengunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotikaa dan obat-obatan yang berjumlah sedikit tetapi harganya mahal.
3) Menyusun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
4) Menyusun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.
5) Mencantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
Universitas Indonesia
6) Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan.
7) Barang-barang seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar dan obat-obatan dalam kaleng disimpan dalam dus kecil.
8) Apabila persediaan obat cukup banyak maka biarkan obat tetap dalam bok masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam dus bersama obat lainnya.
9) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada di belakang yang dapat menyebabkan kadaluarsa.
10) Dalam menyusun obat, obat lama diletakan dan disusun paling depan, obat baru diletakkan paling belakang. Cara ini disebut FIFO, artinya obat yang pertama diterima harus pertama juga digunakan, sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya akan kadaluarsa lebih awal juga
2.2.8 Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat a. Pengaturan Penyimpanan Obat
Pengaturan dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya, contoh kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain b. Penerapan Sistem FEFO dan FIFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian, dan First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluarsa harus
16
Universitas Indonesia
dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluarsa kemudian, hal ini sangat penting karena :
1) Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya berkurang.
2) Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya. ( Depkes. 2004 : 22
Gambar 5. Penerapan sistem FEFO
c. Penyimpanan Narkotikaa
Narkotikaa berdasarkan UU Kesehatan No. 35 tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Cara penyimpanan Narkotikaa adalah sebagai berikut :
1) Lemari harus dibuat seluruhnya dari kayu atau dari bahan lain