• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Sosialisasi kembali sistem pelaporan terbaru secara online yaitu dengan SIPNAP agar penanggung jawab di Puskesmas masing-masing Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur memahami alur pelaporan dan juga penanganan jika terjadi kendala dalam memasukkan data.

b. Segera menyempurnakan program SIPNAP sehingga dapat meminimalisir terjadinya gangguan dalam sistem ini.

DAFTAR ACUAN

Undang-Undang No.22 Tahun 1999. (1999). Undang-Undang No.22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No.51

Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010. (2010).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Permenkes No.006 tahun 2012. (2012). Permenkes No.006 tahun 2012 tentang

Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/Menkes/PerV/2011 tentang Registerasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Permenkes Nomor 1191/MENKES/PER/VIII/2010. (2010). Permenkes Nomor

1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007. (2007).

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002

Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/ Menkes/SK/X/2002

Tahun 2002 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/ Menkes/SK/VIII/2003 Tahun 2003. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/

Menkes/SK/VIII/2003 Tahun 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

128/MENKES/SK/II/2004. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan

Republik indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008. (2008). Peraturan Daerah Nomor 10

Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah

Daerah RI.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012. (2012). Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan ndustri Rumah Tangga. Jakarta: BPOM RI.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 74 Tahun 2011. (2011). Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 74 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada Kota Administrasi.

Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 114 Tahun 2011. (2011). Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 114 Tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 58 Tahun 2002. (2002). Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu

Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

PERIODE 17 – 28 JUNI 2013

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR PERIODE

JANUARI - MARET 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

PERIODE 17 – 28 JUNI 2013

PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

KECAMATAN CIPAYUNG JAKARTA TIMUR PERIODE

JANUARI-MARET 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

1206329562

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….…… ii DAFTAR ISI……… iii DAFTAR TABEL……….….... v DAFTAR GAMBAR……….... vi DAFTAR LAMPIRAN………... vii 1. PENDAHULUAN……….….. 1

1.1 Latar Belakang……….……… 1 1.2 Tujuan………...…... 2 2. TINJAUAN UMUM………....…... 4 2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)…..………..….…... 4 2.1.1 Pengertian Puskesmas……….…... 4 2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas………....……….….. 4 2.1.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas……….…... 5 2.2 Puskesmas Kecamatan Cipayung………...………...….. 6 2.2.1 Sejarah Puskesmas……….… 6 2.2.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu……… 6 2.2.3 Struktur Organisasi……… 7 2.2.4 Demografi………... 7 2.2.4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk………... 7 2.2.4.2 Batas Wilayah……….. 8 3. TINJAUAN KHUSUS...……….. 9 3.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas………... 9 3.1.1 Defenisi Tenaga Kesehatan………. 9 3.1.2 Standar Tenaga Kesehatan di Puskesmas………... 9 3.2 Pengelolaan Obat di Puskesmas……….. 10 3.2.1 Perencanaan Obat di Puskesmas…………...……… 10 3.2.2 Pengadaan Obat di Puskesmas……….. 11 3.2.3 Permintaan Obat di Puskesmas………...…….. 11 3.2.4 Penerimaan Obat di Puskesmas...………. 12 3.2.5 Penyimpanan Obat di Puskesmas………...….. 13 3.2.5.1 Kebebasan dan Efisiensi Gerakan……… 14 3.2.5.2 Sistematika Penyusunan dan Ukuran Ruang...………… 15 3.2.5.3 Kapasitas……….. 15 3.2.5.4 Kebutuhan Luas dan Volume Gudang………. 16 3.2.5.5 First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO)………...…….. 16 3.2.5.6 Penyimpanan Khusus………... 16 3.2.5.7 Sirkulasi Udara dan Cahaya………. 17 3.2.5.8 Pemeliharaan……… 17 3.2.5.9 Aspek Keamanan………. 17 3.2.6 Pendistribusian Obat di Puskesmas………... 17

3.2.7 Pengendalian Obat di Puskesmas………...….. 18 3.2.7.1 Sarana Pencatatan dan Pelaporan………...….… 19 3.2.7.2 Penyelenggaraan Pencatatan di Puskesmas……….…… 20 3.2.7.3 Alur dan Periode Pelaporan………. 20 3.2.8 Pelayanan Obat di Puskesmas………... 20 3.3 Pelayanan Informasi Obaat dan Konseling di Puskesmas……….. 20 3.4 Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas………... 24 3.4.1 Deskripsi………...……… 24 3.4.2 Kriteria Penggunaan Obat Rasional……….. 25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN………...………….. 27 4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Farmasi di Puskesmas……… 27 4.2 Pengelolaan Obat……… 29 4.2.1 Jumlah Kunjungan Resep………. 29 4.2.2 Sepuluh Obat Terbanyak yang Digunakan………... 29 4.2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak yang Diderita Pasien……….. 30 4.3 PIO dan Konseling……….…………. 34 4.4 Penggunaan Obat Rasional………. 34 5. KESIMPULAN DAN SARAN………. 35 5.1 Kesimpulan………. 35 5.2 Saran………...……… 36 DAFTAR ACUAN………..……. 37 LAMPIRAN……….…..……….. 39

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecanmatan Cipayung... 8 Tabel 3.1.2 Standar Tenaga Kesehatan di Puskesmas... 10 Tabel 4.1 Tenaga Kesehatan Sekecamatan Cipayung... 28 Tabel 4.2.1 Kunjungan Resep di Puskesmas Kecamatan Cipayung... 29

Tabel 4.2.2 Sepuluh Obat yang Banyak Digunakan di Puskesmas Kecamatan Cipayung... 30

Tabel 4.2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak yang Diderita Pasien di Puskesmas Kecamatan Cipayung... 30

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cipayung…... 39 Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi Farmasi Puskesmas Kecamatan

Cipayung... 40 Lampiran 3 Grafik Pemakaian Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan

Cipayung………..…… 41 Lampiran 4 Laporan Indikator Peresepan di Puskesmas Kecamatan Cipayung Bulan Januari - Maret 2013 ………...…..… 42

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif, serta terjangkau oleh masyarakat. Sistem otonomi daerah menjadikan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah. Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009).

Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk mempermudah tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009).

Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah puskesmas adalah suatu kecamatan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup empat indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.

Universitas Indonesia

Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam upaya menyelengarakan upaya kesehatan perorangan danupaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu termasuk pengelolaan obat yang baik (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi pada obat menjadi orientasi pada pasien. Sebagai konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilakuagar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana, dan metode tata laksana yang sesuai dalam mencapai tujuan yang ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Peranan apoteker diantaranya adalah dalam pelayanan kefarmasian, yakni seperti dalam pemberian informasi obat (PIO) dan pengelolaan obat (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pelaporan obat). Oleh karena itu, menjadi penting dalam memahami dan meninjau lebih jauh mengenai peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian. Tugas dan fungsi seorang apoteker di puskesmas menjadi penting karena apoteker dituntut memiliki kemampuan yang profesional dan kompeten di bidangnya, maka calon apoteker perlu dibekali praktek kerja. Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan calon apoteker untuk meningkatkan pengetahuan penerapan pelaksanan kegiatan kefarmasian disarana kesehatan, khususnya puskesmas, baik dalam hal pelayanan kesehatan (khususnya pemberian informasi obat) maupun pengelolaan obat.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui tugas pokok dan fungsi farmasi dan persentase obat generik yang diadakan Puskesmas Kecamatan Cipayung.

b. Mahasiswa mengetahui alur pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan Cipayung mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan pelaporan.

c. Mahasiswa mengetahui jumlah kunjungan resep, dua puluh obat terbanyak yang digunakan, sepuluh penyakit terbanyak yang diderita pasien, PIO dan konseling maupun POR di Puskesmas Kecamatan Cipayung.

4 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN UMUM

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 2.1.1 Pengertian Puskesmas

Berdasarkan KEPMENKES RI No. 128/MENKES/SK/II/2004 mengenai Kebijakan Pusat Dasar Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas merupakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 (empat) indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk kecamatan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004):

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.

2.1.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, 2004):

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Universitas Indonesia

2.2 Puskesmas Kecamatan Cipayung 2.2.1 Sejarah Puskesmas

Puskesmas Kecamatan Cipayung berdiri pada tahun 1990 dan merupakan pemekaran dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Pemekaran dilakukan karena padatnya jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Puskesmas Kecamatan Cipayung pertama kali beralamat di Jalan Taman Mini III Bambu Apus dan pada tahun 1994 pindah ke Jalan Lubang Buaya Nomor 51 Jakarta Timur hingga sekarang. Puskesmas Kecamatan Cipayung terdiri dari 10 kelurahan yaitu puskesmas kelurahan Lubang Buaya, Pondok Rangon I dan II, Bambu Apus I dan II, Cipayung, Cilangkap, Setu, Munjul, dan Ceger. Pasca pemekaran wilayah di Puskesmas di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo gedung Puskesmas kecamatan Cipayung baru satu kali mengalami renovasi yaitu pada tahun 2001. Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung semenjak berdiri sampai dengan sekarang telah berganti sebanyak 5 kali yaitu (Anita Y, dkk, 2013): a. Dr. Hakim Siregar b. Dr. Suliyandini c. Dr. Yuniarti S. A d. Dr. Angeliana e. Dr. Herin Djati MK, K f. Drg. S. Sholikhah Darmawie

2.2.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu

Visi Puskesmas Kecamatan Cipayung yaitu pelayanan prima menuju Kecamatan Cipayung sehat untuk semua. Misi Puskesmas Kecamatan Cipayung yaitu (Anita Y, dkk, 2013):

a. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar b. Mengembangkan SDM yang profesional c. Meningkatkan sistem manajemen puskesmas

d. Mengembangkan kemandirian masyarakat di dalam bidang kesehatan

Kebijakan mutu Puskesmas Kecamatan Cipayung yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada peningkatan kepuasan

pelanggan serta secara teru menerus melakukan peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.

2.2.3 Struktur Organisasi

Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung mempunyai tugas menerima laporan dari (Anita Y, dkk, 2013):

a. Wakil Manajemen Mutu (MR) yang bertanggung jawab atas Kepala Subbagian Tata Usaha dan Koordinator Pelayanan Kesehatan

b. Kepala seksi Penunjang

c. Subkelompok jabatan fungsional d. Kepala puskesmas kelurahan

2.2.4 Demografi

Peta wilayah Kecamatan Cipayung dapat dilihat pada gambar 2.3.4 (Anita Y, dkk, 2013):

Gambar 2.3.4 Peta wilayah kecamatan Cipayung

2.2.4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk

Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Cipayung dapat dilihat pada tabel 2.2.4.1 (Anita Y, dkk, 2013):

Universitas Indonesia

Tabel 2.2.4.1 Luas wilayah dan jumlah penduduk kecamatan Cipayung

No Kelurahan RW RT Luas (Ha)

Jumlah penduduk

Laki-laki Perempuan Kepala Keluarga 1 Lubang Buaya 12 113 372.20 68533 35089 33444 8656 2 Setu 6 44 325.12 19627 10111 9516 3990 3 Bambu Apus 5 65 316.50 26375 13542 12833 5617 4 Ceger 5 39 362.60 20544 10687 9857 4446 5 Cipayung 8 59 308.50 26378 13732 12646 7438 6 Cilangkap 6 45 603.54 25299 13053 12246 2890 7 Munjul 8 75 190.30 24005 12288 11717 5170 8 Pondok Rangon 6 63 366.02 24965 12896 12096 4577 Jumlah 56 503 2844,78 235726 121398 114328 42784 2.2.4.2 Batas Wilayah

Batas wilayah kecamatan Cipayung (Anita Y, dkk, 2013): a. Utara : Jalan Pintu I bagian barat tembok TMII, Jalan Pintu II b. Selatan : Patok batas daerah Khusus DKI Jakarta dan Jawa Barat c. Barat : Jalan Raya Tol Jagorawi - Kecamatan Ciracas

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Tenaga Kesehatan di Puskesmas 3.1.1 Definisi Tenaga Kesehatan

Menurut PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.Tenaga kesehatan terdiri dari:

a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi. b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker. d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administratur kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisen.

f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapi wicara.

g. Tenaga keteknisan medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik prostetik, teknisi transfusi darah dan perekam medis.

3.1.2 Standar Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Menurut Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.4 Tahun 2011, standar tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada tabel 3.1.2:

Universitas Indonesia

Tabel 3.1.2 Standar tenaga kesehatan di Puskesmas

No Tenaga Kesehatan Standar Puskesmas Kecamatan 1 Dokter Sp Anak 1

2 Dokter Sp Kandungan 1 3 Dokter Sp Penyakit Dalam 1 4 Dokter Sp Mata/ THT/ Radiologi 1

5 Dokter Umum 12 6 Dokter Gigi 4 7 Perawat 32 8 Perawat Gigi 2 9 Bidan 18 10 Apoteker 1 11 Asisten Apoteker 2 12 Pranata Laboratorium 1 13 Epidemiologi Kesehatan 1 14 Entomolog Kesehatan 1 15 Sanitarian Trampil 1 16 Sanitarian Ahli 1 17 Penyuluh Kesmas 2 18 Nutrision Trampil 1 19 Nutrision Ahli 1 20 Perekam Medis 1 21 Radiografer 1 22 Teknis Elektromedis 1 23 Fisioterapis 1 24 Terapi Wicara 1 25 Refraksionis Optisien 1 26 Pengawas FMM 1

3.2 Pengelolaan Obat di Puskesmas 3.2.1 Perencanaan Obat di Puskesmas

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Tujuan dilakukan perencanaan obat adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan obat, dan meningkatkan penggunaaan obat rasional. Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan

LPLPO. Dalam perencanaan seorang apoteker diharapkan dapat memperhitungkan kebutuhan obat dan alat kesehatan yang tepat jenis, tepat jumlah, dan tepat waktu. Cara menentukan kebutuhan obat dan alat kesehatan dapat dilakukan pendekatan dengan metode (Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004):

a. Metode Konsumsi

Metode ini adalah perhitungan kebutuhan obat dan alat kesehatan berdasarkan pemakaian rata-rata obat dan alat kesehatan tiap bulan dalam setahun. Data yang dibutuhkan untuk metode ini selain pemakaian rata-rata obat dan alat kesehatan tiap bulan dalam setahun adalah stok pengaman sekitar 10% - 20% (untuk antisipasi waktu tunggu dan kenaikan kunjungan) dan waktu tunggu biasanya 3 - 6 bulan.

b. Metode Morbiditas

Metode ini adalah perhitungan kebutuhan obat dan alat kesehatan berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, stok pengaman dan waktu tunggu.

3.2.2 Pengadaan Obat di Puskesmas

Pengadaan adalah penerimaan usulan dari bagian perencanaan. Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 18 tahun 2000 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa instalasi pemerintah, terdapat beberapa metode pengadaan barang/jasa yaitu:

a. Lelang

b. Pemilihan langsung c. Penunjukkan langsung

3.2.3 Permintaan Obat di Puskesmas

Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu, menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan

Universitas Indonesia

resep dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan milik pemerintah dan Permenkes RI No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maka hanya obat generik saja yang yang diperkenankan tersedia di Puskesmas.

Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah: a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh

dunia bagi pelayanan kesehatan publik

b. Obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar pengobatan

c. Meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan publik d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan

kesehatan publik.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.

3.2.4 Penerimaan Obat di Puskesmas

Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Penerimaan juga dapat didefinisikan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Proses penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Dalam penerimaan perbekalan farmasi, pertama dilakukan pemeriksaan sesuai pesanan. Jika tidak sesuai, dapat dikembalikan atau diganti.Setelah sesuai, diberikan Faktur/Surat Penyerahan Barang. Lalu mengurus administrasi dan didokumentasikan pada Kartu Persediaan & Buku Pembelian. Petugas gudang obat bertanggung jawab

Dokumen terkait